Selasa, 15 September 2020

MERAWAT KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI



OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

 💎M a T e R i💎

🌷MERAWAT KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI

Assalamu'alaikum, sholehah...

Alhamdulillah bertemu lagi kita malam ini. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu yaa..

Sahabat-sahabat ku...

Saat ini wabah Corona telah menjadi permasalahan dunia. Hampir semua negara telah dirasuki virus mematikan yang belum ditemukan penangkalnya. Inilah wabah Pandemi covid-19 yang menjadi musuh terbesar saat ini, yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kebersihan dan Phisical Distancing (menjaga jarak fisik) adalah bagian yang  bisa dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus.

Himbauan pemerintah untuk WFH (work from home) menjadikan masyarakat menahan diri untuk beraktivitas diluar.

Bekerja, belajar dan beribadah dilakukan dirumah. Kondisi ini menjadikan roda ekonomi hampir terhenti.
Dampak ekonomi sangat terasa, karena sumber ekonomi jauh berkurang, sementara keluarga harus tetap diberi makan.

Dampak akibat wabah Covid-19 sangat terasa bagi sebagian besar masyarakat, terutama yang bekerja di sektor informal.

Selain ekonomi, aspek lain juga terdampak. Aspik psikologis, sosial, bahkan juga spiritual.

Hubungan sosial tidak lagi bertatap muka, melainkan diganti dengan media sosial. Tantangan keluarga menjadi semakin berat.

Secara ekonomi terjadi banyak goncangan, khususnya untuk pekerja informal terutama pekerja harian. harus bisa mengelola anggaran dana sebaik-baiknya .

Kondisi darurat seperti saat ini sangat diperlukan kemampuan membangun ketahanan keluarga. Ini yang akan membantu daya tahan keluarga dalam menghadapi tantangan.

Ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan secara fisik, psikis, mental dan spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya sehingga tercipta keluarga yang harmonis sejahtera lahir  dan batin.

Ada beberapa Komponen terkait KETAHANAN KELUARGA, yakni sebagai berikut:

🔹Pertama, ketahanan psikologis, yakni kemampuan keluarga untuk mengelola emosinya sehingga menghasilkan konsep diri yang positif, dan kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan dan pencapaian tugas perkembangan keluarga. Kemampuan mengelola emosi dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam menghadapi masalah-masalah keluarga yang bersifat non fisik.

🔹Kedua, ketahanan Ekonomi, yakni terkait dengan kemampuan ekonomi keluarga. Ketahanan ekonomi adalah kemampuan anggota keluarga dalam memperoleh sumber daya ekonomi dari luar sistem keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang, papan (perumahan), pendidikan dan Kesehatan.

🔹Ketiga, ketahanan sosial, yakni kemampuan keluarga untuk membangun interaksi sosial sebagai bagian dari anggota masyarakat. Ketahanan sosial mencakup kemampuan untuk memelihara ikatan dan komitmen, komunikasi efektif, penerimaan peran, penetapan tujuan serta dorongan untuk maju yang akan menjadi kekuatan, serta memiliki hubungan sosial yang positif.

🔹Keempat, ketahanan spiritual, merupakan kekuatan keluarga dalam menerapkan nilai agama, dan menjadikan agama sebagai benteng, tumpuan dan sandaran dalam menghadapi berbagai persoalan. Ketahanan spiritual mencakup pemahaman nilai-nilai agama yang mendasar, kemampuan untuk mengarahkan diri sesuai dengan nilai yang dipahami, dan meyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi tidak lepas dari kehendak dan kekuasaan yang maha kuasa.

🌸🌷🌸
Sahabat-sahabat ku...

Bagaimana Membangun Ketahanan Keluarga?

Menjadi kewajiban keluarga untuk menjaga dan menyelamatkan anggota keluarganya terlebih dahulu dari segala resiko dan gangguan.

Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam QS. At-Tahrim, ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Disaat situasi darurat corona saat ini sangat diperlukan ketahanan keluarga.

Ada beberapa UPAYA yang dapat dilakukan untuk MEMBANGUN KETAHANAN KELUARGA.

🔹Pertama, Membangun Ketahanan Psikologis.

Situasi yang ada saat ini rentan menjadikan seseorang mengalami tekanan batin, jika tidak mampu mengelola emosi diri. 

Dibutuhkan kesadaran diri untuk meningkatkan kematangan kepribadian.

Memelihara, mengembangkan, dan menguatkan konsep diri, sikap, dan perilaku positif. Menyadari bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini dirasakan setiap anggota keluarga.

Siap beradaptasi dengan berbagai perubahan ketika pandemi Covid-19 terjadi. Mensyukuri sekecil apapun nikmat yang diterima.
Hubungan keluarga yang harmonis menjadi landasan yang kuat dalam membangun ketahanan psikologis.

🔹Kedua, Membangun Ketahanan Ekonomi.

Kondisi ekonomi yang semakin sulit mendorong masyarakat untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan sekecil apapun sumber daya yang ada. Kebutuhan hidup memang beragam.

Minimal memenuhi kebutuhan dasar yang perlu diupayakan, seperti kebutuhan pangan.

Menghadapai wabah yang belum tahu sampai kapan berakhir menjadi tantangan tersendiri.

Membangun ketahanan pangan ditingkat keluarga menjadi tugas pertama.
Penghematan harus dilakukan. Pengelolaan keuangan perlu lebih hati-hati, dengan memprioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu.

Beberapa hal sederhana juga bisa dilakukan, seperti menanam tanaman hortikultura disekitar rumah.

Menanam sayuran, buah-buahan atau ubi-ubian yang bisa dipanen dalam waktu singkat disekitar rumah, perlu digerakkan.

Setiap keluarga bisa memanfaatkan lahan atau halaman sekitar rumah sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan.

Atau menggunakan pola hidroponik sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas. Perlu dibuat gerakan keluarga menanam tanaman hortikultura, minimal sebanyak jumlah anggota dalam keluarga.

🔹Ketiga, Membangun Ketahanan Sosial.

Keluarga perlu membangun kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Konsep pentingnya kebersamaan sosial perlu dikuatkan.
Misalnya dengan membangun jiwa gotong royong, saling membantu dan saling menguatkan dalam menghadapi situasi genting pandemi covid-19.

Bila seseorang memiliki kepedulian kepada masyarakat di sekitarnya, maka saat ia mengahapi kesulitan orang lainpun akan ringan memberikan bantuan dan dukungan.

Membantu orang lain tidak menunggu berlebih, namun menunda kebutuhan sekunder untuk berbagi akan memberikan kehidupan yang lebih bermakna.

🔹Keempat, Membangun Ketahanan Spiritual.

Keluarga muslim harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menerapkan nilai agama, dan menjadikan agama sebagai muara dalam menghadapi berbagai persoalan.

Pandemi covid-19 yang menganjurkan semua ada di rumah dapat diambil sebagai kesempatan untuk sholat berjamaah dan ibadah bersama keluarga sepanjang waktu.

Anggota keluarga dapat diarahkan untuk memahami nilai dan ajaran dasar agama.

Selain itu juga perlu mengarahkan segala sikap dan perilaku agar sesuai dengan syariat agama. Faktor utama yang menyebabkan lemahnya ketahanan keluarga muslim adalah kurangnya pemahaman Islam yang diterapkan dalam keluarga.

Semoga keluarga muslim semuanya mampu menghadapi masa sulit saat ini dengan memperkuat ketahanan diri dan ketahanan keluarga. Semoga Allah ﷻ memberikan bimbingan dan kekuatan untuk kita semuanya.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Demikian dari saya malam ini, semoga bermanfaat.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum umm,

Berarti dalam kondisi seperti ini Alloh ﷻ juga menguji kita dengan bagimana kita menghargai waktu dan saling kerja sama dan menguatkan dalam keluarga iya tidak sih, umm?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam mba,

Wallahu a'lam, adakah dengan pandemi ini, Allah ﷻ uji kita dengan bagaimana cara menghargai waktu, kesempatan, kesehatan, kondisi aman selama ini, serta kemudahan yang telah Allah ﷻ beri. 

Selama ini tidak terasa saja, nikmat yang telah Allah ﷻ beri, bahkan kita masih saja berkeluh kesah diantara banyaknya waktu, kemudahan, kesehatan serta kenyamanan yang Allah ﷻ berikan. 

Wallahu a'lam.

0️⃣2️⃣ Ida ~ Bengkulu
Mungkin karena faktor kebutuhan hidup yang mendasar, banyak juga masyarakat yang sudah tidak terlalu ketat dengan aturan protokol Covid-19. Mereka menganggap saat ini pandemi corona diibaratkan virus flu.

Bagaimana kita menanamkan kewaspadaan kepada mereka, karena dalih kesediaan kita memenuhi kebutuhan mereka?

🌸Jawab:
Tetap saja kita ingatkan, bahwa kita perlu waspada dengan virus ini. Jangan tunggu kita kena dulu baru kita sadar bahwa virus itu benar-benar bisa menyerang manusia. 

Dan kita sendiri tetap pada protokol yang telah ditentukan. Jangan ikut-ikutan melanggar.

Wallahu a'lam.

0️⃣3️⃣ Anna Kiky Suripto ~ Solo
Assalamualaikum umm,

Sedikit berbagi umm, alhamdulillah keluarga kami masih bisa bertahan di tengah keterbatasan karena pandemi. Yang agak membuat saya pening masalah sekolah anak, saat orang tua dituntut untuk bisa mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah jarak jauh, masih harus mengencangkan ikat pinggang demi anggaran tambahan untuk kuota, belum lagi kalau android hanya satu dan yang harus daring dua anak, namun tidak ada kebijakan dari pihak terkait untuk pembebasan iuran bulanan minimal dipotong 50% lah.

Terkadang miris kalau ada anak yang tiba-tiba datang ke rumah bilang, "Umm boleh numpang ngerjain tugas, soal ibu belum bisa beli kuota."
Semoga kita semua selalu dalam perlindungam dan keberkahan dari Allah ﷻ.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam Bunda,

Yaa inilah yang membuat kita prihatin, pemerintah benar-benar tidak siap menghadapi pandemi, bahkan terkesan asal, kita sebagai rakyat benar-benar merasakan beban yang berat,  sementara segelintir orang memanfaatkan kondisi. 

Jadi saat ini, kita hanya bisa mengelus dada, serta menyiapkan mental menghadapi dan menjalani semua ini. 

Kencangkan doa kepada Allah ﷻ, semoga Allah ﷻ mudahkan dan ringankan beban kita yang terasa berat ini. Aamiin.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Saudari-saudari ku...

Berikut Tips dari Guru Besar Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga IPB University, Prof. Dr. Euis Sunarti untuk menciptakan ketahanan keluarga dimasa pandemi:

◼️1. Ciptakan Keluarga Nyaman
Ciptakan suasana keluarga nyaman agar terbangunnya koherensi, fleksibilitas dan bonding (kelekatan) yang membawa kepada kesabaran setiap anggota untuk bertahan lama dalam melakukan proses pembelajaran dan aktivitas keluarga.

Buat setiap individu anggota keluarga merasa "diterima dan dipahami" oleh anggota keluarga lainnya dengan mengembangkan komunikasi asertif dan interaksi yang hangat.

◼️2. Bersyukur
Pastikan anggota keluarga secara umum merasa puas dengan kehidupan keluarga. Caranya yakni dengan membiasakan mengekspresikan rasa syukur dan merasa cukup terhadap situasi atau kondisi pemenuhan kebutuhan setiap anggota dan keluarga secara kesatuan.

◼️3. "Home Sweet Home"
Bangun lingkungan fisik rumah dan lingkungan yang "home sweet home" sehingga setiap anggota keluarga merasa nyaman dan betah tinggal di rumah.

Temukan kearifan-kearifan dari setiap anggotakeluarga. Misalnya dengan saling mengerti, memahami, memaafkan, juga mencontohkan menahan marah dan menahan berkata yang akan melukai dan disesali. Demikian pula mendorong sifat altruistik dan kesediaan berkorban untuk keluarga.

◼️4. Cegah Konflik
Cegah konflik kepentingan antara tujuan keluarga dengan tujuan individu, dan konflik antar anggota keluarga. Caranya adalah dengan mengalokasikan peran dan sumberdaya secara adil, serta menuntut akuntabilitas peran yang disepakati bersama.

◼️5. Hubungan Harmonis
Selain itu keluarga perlu membangun, memelihara, menguatkan pemahaman dan penerimaan suami istri terhadap pembagian peran, fungsi, dan tugas juga penting.

Tujuannya untuk terbangunnya hubungan suami istri yang tenang, tentram, penuh kasih sayang.

◼️6. Interaksi Orang Tua Dan Anak
Kembangkan pola komunikasi dan interaksi antara orang tua dan anak yang hangat, menerima dan mencintai anak apa adanya.

Latih anak-anak mengelola emosi yang sehat. Orang tua perlu mengarahkan, mendisiplinkan dan menuntut kepatuhan dalam batas-batas yang proporsional.

◼️7. Kasih sayang
Ciptakan suasana kasih sayang, penerimaan dan kepedulian antar anak. Kita juga bisa mengembangkan kegiatan atau penugasan yang terbangun pola senioritas yang sehat serta bertanggung jawab.

Demikian pertemuan kita malam ini, mohon maaf atas kekurangan. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar