Sabtu, 30 Januari 2021

MENITI KETAATAN, MENGGAPAI MANISNYA IMAN (Episode 22)

 


OLeH: Bunda Endria Soediono

     💘M a T e R i💘

 ‎بسم الله الرحمن الرحيم
‎الحمد لله رب العالمين 
‎و صلى الله و سلم
‎ و بارك على نبينا محمد
‎ و آله وصحبه أجمعين, 
‎أما بعد

Apa kabar sahabat semua ?
الحمد لله  

Semoga malam ini kita bisa memanfaatkan waktu kita untuk thalabul ilmu dan saling mengingatkan dalam takwa kepada Alloh ﷻ.
Baik langsung kita mulai saja ya.

Sahabat-sahabat yang so amazing ini, saya mengajak sejenak kita merenung.
Yakni tentang keadaan perjalanan kehidupan kita di dunia ini.
Yang rasa-rasanya dari hari ke hari hampir tiada hentinya kita mengalami rutinitas yang kebanyakan dipenuhi oleh urusan-urusan dunia.

💎MENITI KETAATAN, MENGGAPAI MANISNYA IMAN

Kita seringkali melalaikan urusan akhirat. Kadang sempat sesaat teringat tapi sayang itu tidak lama hingga kemudian lupa lagi karena harus mengalihkan kembali perhatiannya pada urusan dunia atau pekerjaan kita.

Dan sebagian kita bahkan saking sibuknya mengejar urusan dunia lupa sama sekali bahwa dirinya adalah seorang calon penghuni kubur. Sama-sama kita semua sedang menunggu giliran menghadap-Nya. سُبْحَانَ اللَّهِ 

Setan telah menipu kita hingga menganggap segala urusan dunia ini bisa melanggengkan hidup kita dan bisa menjamin kebaikan nasib kita setelah kematian kita.

InsyaAllah kita akan fokus dulu pada tema malam ini yakni rangkaian langkah agar kita bisa merasakan manisnya iman.

Ukhtifillah ‎رَحِمَكُمُ اللّٰة  جَمِيْعًا 

Sekali lagi syukur الحمد لله  kita telah dipertemukan Alloh ﷻ karena masih diberi kesempatan untuk sejenak merenungkan perkara yang sering terlupakan. Yakni bab Keimanan hati kita. 

Iman itu adalah kunci untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan baik saat kita masih berada di dunia ini dan berlanjut di kehidupan akhirat yang sangat berat nanti.

Iman dan amal sholih sungguh modal utama kita yang jika kita tidak mengumpulkannya dari sejak sekarang maka kita pasti akan mengalami penyesalan yang sangat. Na’udzubillahi mindzalik.

Untuk mendapatkan pemahaman iman yang benar, yang sesuai dengan ajaran Alloh ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ, maka kita harus mau meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk belajar ilmu agama. Membuka hati menerima pembelajaran tentang apa itu iman, apa saja cabang-cabang keimanan dan bagaimana kita bisa merintis keimanan yang mantab yang akan kita bawa menghadap Alloh ﷻ.

Ukhtifillah yang semoga dirahmati Alloh ﷻ. 

Ingatlah bahwa kehidupan kita di dunia ini sangatlah singkat, tugas kita di dunia ini adalah mengumpulkan bekal akhirat. 

Sayang kita lebih perhatian dan mengutamakan urusan dunia daripada menyiapkan bekal akhirat. 

Keimanan di dalam jiwa kita jarang kita perhatikan hingga pantaslah jika hidup selalu dipenuhi masalah yang seolah tidak ada ujungnya.

Jika sudah begini maka jauhlah kita dari apa yang dinamakan manisnya iman yang seharusnya kita kita semua bisa merasakannya. 

Ketika seorang mendapati manisnya iman, segala masalah yang ada dihadapannya akan terasa kecil. Tidak menjadi beban berat yang menyibukkan hati. 

Semua urusan dunia dipandang ringan tidak ada yang perlu dirisaukan. 

Jiwa selalu berada dalam kebaikan dan keadaan kehidupan duniawi juga selalu bisa diatasi dan penuh kemudahan dan pertolongan dari Alloh ﷻ.

MasyaAllah tabaarokallah.
Kenikmatan hidup seperti diatas itu tentu menjadi harapan kita semua sebagai jiwa yang beriman. 

Hanya saja jika seorang tidak memiliki ilmu dan wawasan islam yang baik maka tetap saja ia akan mengalami kebingungan kegalauan dan bahkan kekacauan keadaan. 

Ini disebabkan hatinya tidak berilmu, jiwanya jadi kering karena imannya tidak mampu bersemi menguatkan jiwa. 

Keadaan ini harus segera disadari dan dicarikan solusinya agar dia tidak terus merugi. Hingga ajal tiba dirinya tidak sempat memahami ilmu agama, nikmatnya jiwa dalam keadaan iman dan juga merasakan manisnya iman ditengah ujian kehidupannya.

Suatu prinsip dasar yang menjadi landasan langkah pikir agar kita bisa mendapatkan manisnya iman, lapangnya jiwa dan kemudahan segala urusan dunia ini maka sejak saat ini juga... ”Kita harus selalu mendahulukan urusan akhirat daripada urusan dunia. Kita harus menjadikan Alloh ﷻ dan Rasul-Nya sebagai sandaran cinta dan fokus pikiran. Dan kita harus tegas dalam menentukan sikap, yakni segala yang diridhoi Alloh ﷻ dan Rasulullah ﷺ maka siaplah untuk loyal dan mencintainya dengan sepenuh jiwa. Sedangkan apa saja yang kita benci maka pastikan kebencian itu juga karena Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.”

Jika hal diatas harus benar-benar kita tancapkan di hati dan kita jadikan start awal untuk meraih kebaikan-kebaikan hidup yang akan datang. 

InsyaAllah dengannya kita akan mendapatkan semua kebaikan hidup dengan mudah sebagai karunia Alloh ﷻ.

Bagaimana kita memulai langkah-langkah nyata selanjutnya setelah prinsip diatas telah kita pahami, kita resapi dan kita tancapkan dengan kokoh didalam relung hati kita?

Maka bismillah... 
Mulailah dengan tapakan yang ringan, yakni bertekad meniti amal sholih yang mudah kita lakukan, seperti:

1). Mulailah melazimkan dzikir dengan menghadirkan hati. Kapan saja basahi lisan kita dengan dzikir. Jangan biarkan hati kita lalai dari dzikir. Dan usahakan setiap dzikir yang kita ucapkan adalah dzikir yang hati kita selalu membersamai maknanya. 

Setiap ucapan dzikir kita tidak menguap begitu saja tetapi menghasilkan kedekatan dengan Alloh ﷻ hingga terasa ketentraman hati karena mengingat-Nya. 

Jangan tinggalkan baca dzikir diwaktu pagi dan petang, ini seminim-minimnya. 

Dan di waktu-waktu selain itu, disepanjang hari sekalipun saat beraktivitas tidak ada halangan kita berdzikir. 

Seperti saat kita sedang memasak, sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat, ataupun saat sedang melakukan pekerjaan kantor dan lain-lain. 

Dzikir apa saja yang sebaiknya kita ucapkan di waktu bebas, tentu banyak dzikir-dzikir yang bisa kita ucapkan seperti : bertasbih, bertahmid, atau bertakbir juga mengucapkan kalimat tauhid, istighfar, bersholawat untuk Nabi ﷺ semuanya merupakan dzikir-dzikir yang seharusnya sangat akrab dengan lisan kita dalam segala keadaan. 

Kemudian amal-amal sunnah yang lain seperti, mulai sekarang rajinlah mengerjakan sholat-sholat sunnah yang rawatib. 

Baca doa-doa sehari-hari mengiringi aktivitas keseharian kita, yakni seperti saat mau keluar rumah. Saat masuk rumah. Saat hendak tidur dan bangun tidur. Juga saat akan makan dan selesai makan. Saat hendak masuk kamar mandi dan juga saat keluarnya, dan lain-lain.

Kemudian jangan malas untuk menjawab suara adzan yakni disetiap kalimat-kalimat yang ada di dalam panggilan adzan, maka jawablah dengan ucapan-ucapan yang disyariatkan. 

Juga baca surat-surat dari Al Qur’an yang disunnahkan untuk dibaca diwaktu-waktu yang tertentu, seperti Al Kahfi saat malam atau hari Jumat nya. Al Mulk dibaca saat sebelum tidur, dan lain-lain. 

Tentu masih banyak lagi sunnah-sunnah Nabi ﷺ yang bisa kita kerjakan yang bisa membangun kokohnya iman kita dan juga rasa kedekatan kepada Alloh ﷻ yang mana semua inilah yang akan menghasilkan kebahagiaan dan datangnya pertolongan-Nya.

Intinya, mulailah senang mengerjakan atau menambah kebiasaan melakukan amal-amal sunnah, apa saja yang sesuai dengan keadaan kita, yang kita ringan melakukannya dan hati kita ikhlas saat mengerjakannya, artinya kita paham ilmunya kenapa kita mengerjakan amal ini, bagaimana caranya dan apa ketumaannya. Pendek kata amal yang kita lakukan selain kita tujukan semata-mata untuk beribadah kepada Alloh ﷻ maka kita lakukan dengan mengikuti petunjuk dan arahan Nabi ﷺ.

2). Setelah kita pahami point ke satu diatas, maka kita harus menyadari bahwa tidak mungkin kita mampu melakukan dengan baik dan istiqomah jika kita tidak mengikatkan diri dengan suatu komunitas penutut ilmu. 

Karena itu pastikan sejak saat ini kita siap menjadi seorang penuntut ilmu. 

Dengan menggabungkan diri dan aktif serta bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama bersama saudari-saudari muslimah yang lain yang telah lebih dahulu mengambil sebagian waktu hidupnya untuk rutin berthalabul ilmu.

3). Evaluasilah macam pergaulan yang saat ini kita geluti. Apakah selama ini telah mendukung kita untuk terus mendekat pada kebaikan (agama) ataukah lebih sering membawa pada keterlenaan. 

Pergaulan ini sangat berpengaruh pada diri kita. Bahwa kita semua ini adalah sangat tergantung pada pergaulan kita. Siapa teman dekat kita dan komunitas seperti apa yang kita terjun didalamnya maka lihatlah potret diri kita dari teman-teman kita itu maka kita akan mendapati diri kita tidak akan jauh dari keadaan mereka itu.

4). Rajinlah membersihkan hati kita. Karena hati adalah wadah ilmu. 
Bersihkan dari kotoran syubhat dan syahwat. Agar diri kita ringan dalam melakukan ketaatan demi ketaatan. 
Hati yang kotor penuh maksiat akan membuat jiwa berat dalam melakukan amal untuk taat. 

Yang ada adalah godaan maksiat yang lebih diikutinya. Bisikan setan untuk semakin terikat dan diperbudak dunia menjadi hal yang lebih menarik dan dengan ringan mengikutinya.

Padahal itu semua adalah jebakan dan penyesatan yang hanya akan berujung pada kehinaan dan penyesalan. 

Na’udzubillahi mindzalik.

Seorang yang berilmu yang selalu semangat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya akan jauh dari kehinaan seperti itu.

Jiwanya akan terjaga kebersihannya dan perlindungan Alloh ﷻ serta penjagaan-Nya akan selalu meliputi dirinya.
InsyaAllah dengan niat sungguh-sungguh yang ikhlas semata-mata mengharap ridho-Nya, dalam menapaki setiap langkah-langkah perbaikan diri sebagaimana tercatat pada 4 point diatas, Alloh ﷻ akan berikan kita tidak saja tambahan hidayah, tetapi juga Alloh ﷻ turunkan pertolongan demi pertolonganNya, dalam segala urusan kita.

Hingga pun dalam keadaan ujian yang mungkin sedang kita hadapi jiwa kita akan tetap tenang dan terus bisa merasakan nikmatnya beribadah kepada Alloh ﷻ. 

Keadaan seperti inilah gambaran ketika kita telah menemukan apa itu yang dinamakan dengan Manisnya Iman. 

 ‎والله أعلم
 
Demikian kiranya sedikit materi yang bisa saya bagikan pada malam ini.
Semoga ada yang bisa kita ambil manfaat dan pelajaran darinya.

… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda, bagaimanakah tipsnya, agar kita bisa istiqomah dan semangat untuk belajar, untuk menuntut ilmu ya bunda? 

🔷Jawab:
Bismillah...

Tentu dengan mengingat selalu besarnya keutamaan seorang menuntut ilmu. 

Jika kita mempelajari dari bab adab menuntut ilmu atau pemuliaan terhadap ilmu maka insyaAllah kita akan lebih paham betapa ilmu dan amal menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang tinggi disisi Alloh ﷻ. 

Dan ikat diri selalu dengan komunitas thalabul ilmu yang efektif dan dinamis. Sehingga kita akan mendapatkan asupan motivasi dalam thalabul ilmu. 

Tidak mengalami kejenuhan dan juga terus bisa mengambil posisi yang bermanfaat bagi yang lain.

Jadikan amal thalabul ilmu sebagai suatu moment kebahagiaan kita dalam hidup di dunia ini. Sehingga menuntut ilmu tidak lagi menjadi beban tetapi lebih dari sekedar hiburan, yakni kita bisa menjadikannya sebagai sumber sebab datangnya kebaikan demi kebaikan dari Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Dwi ~ Bondowoso
Maaf Bunda, ilmu agama saya sedikit sekali bunda, mangkanya saya berusaha cari di youtube, goggle dan lain-lain untuk menyempurnakannya. Namun saat banyak sekali perbedaan yang saya temukan saya jadi bingung dan harus pakai yang mana. Akhirnya saya pakai yang paling mudah menurut saya. 

Mohon petunjuk apa yang harus saya lakukan untuk bisa meningkatkan iman ini dan memperoleh ilmu yang sesuai agama yang benar.

🔷Jawab:
Bismillah...

Perlu diketahui bahwa dalam menuntut ilmu agama itu diantara kaidah yang perlu diperhatikan adalah kita harus mengambil manhaj yang benar, manhaj itu cara atau metode yang benar, yakni yang sesuai dengan manhaj yang diambil oleh para salafush sholih terdahulu. 

Jadi tidak baik jika kita ambil yang paling mudah aja menurut diri kita. Nanti bisa jatuh pada syubhat kalau seperti itu. 

Dan makanya karena manhaj yang diikuti tidak benar tidak sedikit orang yang hanya dapat lelahnya saja menuntut ilmu, ia tidak bisa mengambil manfaat yang banyak dari ilmu tersebut.

Yang ada justru kebingungan dan tidak ada hasil kesholihan dan peningkatan kualitas dalam ibadahnya. Akhlaknya juga tidak menuju pada kebaikan. Hatinya juga masih terus berada dalam kegundahan dan rasa tidak percaya diri. 

Kemudian terkait bagaimana mengambil ilmu dari seorang guru yang tepat maka kita harus mengawalinya memahami ilmu yang sudah banyak kita pelajari yakni bab Adab dalam menuntut ilmu dan di dalam bab tersebut kita akan mempelajari suatu bab yang mengajarkan bagaimana cara menentukan atau memilih seorang guru. 

Diantaranya adalah pilihlah guru atau kalau ustadz di YouTube ya ini yang ditanyakan. Yang memiliki tampilan bukan hanya cara penyampaian ilmu nya yang baik. Tetapi juga yang bisa menjelaskan sumber-sumber ilmu yang disampaikan. 

Sehingga kita bisa memastikan bahwa ilmu yang sedang kita pelajari benar-benar bersumber pada dua sumber ilmu sekaligus hukum yang utama yakni Al Qur’an dan Hadist Nabi ﷺ .

Jadi sikap kritis kita harus punya dan tidak boleh mengambil yang muda-mudah saja. 

Ada baiknya jika bunda mengikuti suatu halaqoh khusus yang ada pembimbingnya dan belajarnya secara terstruktur sehingga mudah menuntun pola pikir kita dalam memahami ilmu agama.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ HA ~ Jambi
Assalamualaikum bunda. 

Bagaimana cara menasihati suami agar bisa sabar dalam  himpitan ekonomi. Bagaimana caranya memberi dia pemahaman kalau musibah itu datang karena ada pesan cinta-Nya dari Alloh ﷻ. 
Dan akhir-akhir ini saya sering lihat tingkahnya agak aneh terhadap penggunaan hpnya.
Setelah saya cek, seperti dia ikut pertandingan online yang saya sendiri juga tidak mengerti.
Mau bertanya sekarang, takut terbawa emosi.
Adakah saran untuk saya menyikapinya dan barangkali video yang bisa saya share ke beliau untuk menyadarkannya sebelum beliau lebih jauh lagi berbuat maksiat?

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

انا لله وانا اليه راجعون 

Keadaan ini merupakan suatu musibah bagi keluarga bunda, dimana kepala keluarga sedang mengalami kegalauan hati menghadapi situasi saat ini.

Bersabarlah bunda.
Banyaklah berdoa kepada Alloh ﷻ. Juga jangan lepas dari istighfar memohon ampun kepada Alloh ﷻ serta terus mendekatkan diri kepada-Nya.

Karena apa yang sedang menimpa keluarga bunda termasuk suatu bentuk musibah. Yang kemana lagi kita akan mendapatkan pertolongan keluar dari situasi seperti ini kecuali dengan mengembalikan urusan ini kepada-Nya, seraya memohon pertolongan-Nya.

Jangan lupa nasihati suami dengan baik tanpa merendahkan wibawanya dan doakan beliau agar hatinya diberikan Hidayah dan pertolongan yang bisa melepaskan dari segala keburukan yang sedang dialaminya. 

Yakinlah bahwa doa-doa kita pasti didengar-Nya dan insyaAllah pasti dikabulkan jika kita memenuhi syarat diterimanya doa. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Yulianti Winarsih ~ Cilacap
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bunda, bagaimana cara kita konsekuen dan terus menerus melaksanakan ketaatan kita kepada Alloh ﷻ?

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

Bismillah...

Dengan mengingatkan jiwa kita akan tuntutan jiwa kelak di akhirat yang akan mempertanggung jawabkan amanah yang mana kita tidak diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada Alloh ﷻ.

Jika kita santai dan terus terlena dalam kehidupan ini maka siapkah kita menghadap Alloh ﷻ dan mempertanggung jawabkan setiap nikmat waktu dan sehat kita? 

Ingatlah bahwa setiap waktu kita ada malaikat pencatat amal, apa saja yang telah kita perbuat di dunia ini semua tercatat. 

Bayangkan jika kelak catatan kita di akhirat lebih banyak maksiat daripada amal ketaatan kita. Lantas bagaiamana nasib kita?

Apakah kita siap untuk mampir di neraka yang bahan bakarnya adalah manusia yang tidak taat kepada Alloh ﷻ dan batu.
Na’udzubillahi mindzalik.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Kafi ~ depok
Ustazah tentang syubhat dan syahwat. Kalau syubhat dalam hal apa ya? Masih kurang paham mengenai ini.

🔷Jawab:

 ‎ بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ 

Di Program HMN kita sudah bahas secara detail tentang pemahaman arti dan contoh-contohnya.

Jadi singkat saja...

Syubhat itu adalah pikiran yang menyimpang dari Kaidah Akidah Islam. 

Segala pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam baik sedikit maupun banyak maka ini merupakan suatu kemaksiatan hati yang harus diberantas. Yakni dengan menuntut ilmu yang benar dan manhaj yang shohih. 

Penyimpangan pemikiran ini puncaknya bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Oleh karena itu harus selalu kita perhatikan akidah kita sudah sesuai kah dengan ajaran agama Islam ataukah ada hal-hal yang perlu diluruskan maka ini harus menjadi perhatian utama.

Sedangkan Syahwat itu lebih berkaitan dengan selera atau keinginan hati mengikuti bisikan nafsu cintanya para perkara duniawi sehingga tanpa kendali ilmu dan iman yang kokoh banyak orang yang memilih mengikuti hawa nafsunya walaupun harus melanggar syariat Islam. 

Seperti:
~ Cinta harta hingga seorang mau melakukan segala cara yang diharamkan oleh syariat Islam.
~ Cinta kedudukan.
~ Gila popularitas.
~ Termasuk perbuatan-perbuatan keji seperti penyimpangan orientasi seks, misal: LGBT, Trans Gender, Biseksual dan lain sebagainya.

Semua itu merupakan penyakit hati yang jika tidak segera dibrantas akan menyeret pelakunya pada kehinaan diri di dunia maupun di akhirat, baik disisi Alloh ﷻ maupun dimata manusia.

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Sunarti ~ Bogor
Bunda bagaimana cara mengukur keimanan kita? Kuat apa lemah? Kadang saya merasa sudah sholat wajib, sudah sholat tahajud, dhuha, puasa, dzikir, dan lain-lain, merasa sudah benar jadi orang, perasaan sudah melakukan perintah Alloh ﷻ, tapi dimata orang saya selalu salah, dimata orang-orang saya itu orang yang tidak berharga, bodoh, miskin dan banyak maksiat bagaimana menyikapi itu, harus bagaimana? 

Saya ngaji katanya Riya', padahal tidak ada di hati saya niat riya' sedikitpun, apapun yang saya lakukan kok dinilai jelek, kadang saya masa bodoh tidak peduli penilaian orang yang penting tujuan saya mencari rido Alloh ﷻ, tapi kadang saya pikir apa benar perkataan mereka, bahkan ke sholat saya pun jadi ada keraguan, sering bertanya dalam hati apa sholat saya diterima apa tidak ya? Kalau puasa juga apa puasa saya diterima apa tidak ya, saya sering khawatir tidak diterima, jadi malah was-was berlebihan, kadang saya sholat nangis takut sholat saya tidak diterima, bagaimana menyikapi perasaan seperti itu, kadang berdoa buat orang tua yang sudah tiada, di hati saya nyampai tidak ya? Kok hati saya begitu ya bunda? Bagaimana menyikapinya Bunda?

🔷Jawab:
Bismillah wal hamdulillah was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, waba’du. 

Bunda Sunarti yang semoga dirahmati Alloh ﷻ.

✓ Pertama, 
Mengukur keimanan itu bisa dengan banyak cara, yang utama adalah ketika seseorang bisa memurnikan niat ibadah lahir dan ibadah bathin nya hanya untuk Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala.

Jika kemurnian dalam mentauhidkan Alloh ﷻ bisa selalu dijaga maka ini adalah sumber kebaikan bagi seseorang yang mana akan menjadi sebab kebaikan-kebaikan yang lain daripada dirinya atas taufiq dan karunia hidayah Alloh ﷻ.

Dalam kasus yang sedang bunda hadapi sepertinya terjadi suatu gangguan setan yang selama ini bunda alami tanpa bunda sadari. 

Hal ini terlihat dari seringnya muncul perasaan was-was yang berlebihan, minimnya rasa percaya diri bunda. Bahkan keraguan yang tidak beralasan hingga bunda tidak memiliki ketetapan hati yang baik serta prasangka-prasangka yang benar dalam beramal ibadah kepada Alloh ﷻ.

✓ Kedua,
Berbagai kegalauan hati bunda seharusnya segera dibersihkan dengan melakukan ruqyah mandiri hingga jin-jin yang membuat bunda terlalu sensitif dalam menerima pandangan orang lain terhadap diri bunda.

✓ Ketiga,
Sejatinya memang harus demikian ketika bunda ingin benar-benar ikhlas dalam beribadah ya mestinya harus menghadapkan hati hanya kepada Alloh ﷻ, ikhlas karena-Nya, tidak perlu terganggu dengan penilaian manusia siapapun selama akidah kita benar dan syariat yang kita jalankan sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ .

Ini diantara hal yang bisa menjadi tolok ukur keimanan yang benar dan kokoh. 

Jika hati kita sehat artinya tidak ada perasaan-perasaan negatif terus baik terhadap diri sendiri maupun pada orang lain maka kita akan bisa ibadah dengan tenang dan khusyuk. 

Ibadah yang khusyuk menunjukkan keimanan yang baik dan hati yang bersih dari segala penyakit hati. 

✓ Keempat,
Saran saya agar bunda belajar ilmu agama dengan tekun, lakukan pembersihan hati atau pensucian jiwa atau yang biasa kita kenal dengan Tazkiyatun Nafs. Bisa dilakukan secara mandiri atau minta dibimbing oleh seorang yang paham.

Kemudian perbaikilah akidah bunda. Sepertinya bab pemahaman tauhid juga belum selesai sehingga jiwa bunda sibuk menanggapi penilaian orang lain daripada fokus pada hubungan antara diri bunda dengan Alloh ﷻ.

Silahkan ikut program HMN karena ‎ان شاء الٌله akan mendapatkan pemahaman akidah dari dasar dan juga bimbingan-bimbingan ibadah yang bisa merubah seseorang pada perbaikan akidah dan juga wawasan ibadah serta motivasi-mootivasi yang bisa membangkitkan semangat kesholihan.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Umy Nabil ~ Lampung
1. Bund bagaimana caranya biar tidak malas dalam mengerjakan amalan-amalan sunah tersebut, terus terang ana kalau mau mengerjakan sholat sunah yang 4 raka'at sebelum dhuhur rasanya berat sekali. Insyaallah sholat sunah rawatib yang lainnya ana kerjakan. Mohon sarannya.

2. Poin ke 3 teman atau pergaulan sangat berpengaruh pada diri kita, nah ini susah sekali bun, bagaimana caranya kita untuk menghindari  obrolan yang intinya mengghibah orang. misalnya kalau lagi kumpul-kumpul biasa ibu-ibu kalau ada kumpul pasti ada saja.

Mohon sarannya. Jazakillah khoir.

🔷Jawab:

 بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

1. Ya harus dipaksakan bunda sayang...

Karena pada dasarnya karakter manusia itu adalah sangat malas dan enggan jika disuruh untuk beribadah kepada Alloh ﷻ kecuali orang-orang yang di dalam jiwanya sudah terbangun keimanan yang kuat sehingga mau disuruh apa saja oleh agama maka hatinya akan ringan untuk mentaatinya. 

Jadi memaksa diri untuk melakukan suatu ibadah yang ilmu sudah kita pahami adalah suatu kebutuhan yang bisa diterapkan pada kondisi-kondisi dimana hati merasa berat dalam beribadah. 

Pemecut yang sangat efektif adalah dengan rajin menuntut ilmu, memperhatikan saat mendengarkan suatu kajian saat menuntut ilmu.

2. Adalah dengan rajin berdoa kepada Alloh ﷻ untuk minta agar kita diberi-Nya taufiq dan hidayah.

Karena setiap kebaikan yang ada pada seluruh manusia dan alam semesta ini hanyalah semata-mata karena Alloh ﷻ. 

Karena itu mintalah karunia kebaikan dari-Nya. Alloh ﷻ selalu mengabulkan doa-doa yang baik dan ikhlas dalam memohon kepada-Nya. 

Wallahu a'lam

0️⃣8️⃣ Heni Mulyani ~ Purwakarta
Apakah ciri orang yang telah istiqomah dan bagaimana caranya menghilangkan futur? 

Jazakillah Khoir.

🔷Jawab:
Bismillaah...

Ciri seorang yang Istiqomah tentu banyak sekali ya bunda. Hanya saja secara garis besar akan terlihat apabila dari sisi penampilan fisiknya sesuai dengan tuntunan syariat, apabila ia seorang muslimah maka dia mengenakan pakaian yang diperintahkan oleh syariat islam dengan baik dan konsisten. 
Dia lakukan dengan hati yang mantap dan tidak mencari alasan untuk menghindarinya. Tampil percaya diri saat menggunakan pakaian syar’i nya dan juga hatinya menyakini bahwa ini adalah jalan yang Alloh ﷻ perintahkan sehingga ia ikhlas dan tunduk patuh melaksanakannya.

✓ Kedua, 
Dari sisi tabiat dan perangainya tampak selalu baik. Apakah saat tampak didepan orang lain maupun saat dirinya berada dalam kesendirian. 

Karena di dalam hatinya telah terbangun rasa murroqobah atau rasa diawasi oleh Alloh ﷻ, sehingga akhlaqnya selalu ia jaga dan amal perbuatannya selalu ia perbaiki untuk mendapatkan ridho Alloh ﷻ semata. 

✓ Ketiga,
Secara ruhiyah (bathiniyah) ia merasakan ketenangan jiwa, ia dapat menjalankan setiap ibadah dengan khusyuk. 

Tidak terpancang pada pikiran duniawi. Karena hatinya sudah selalu terkait dengan kehidupan akhirat. 

Hingga dunia sudah tidak lebih menarik baginya daripada akhirat. 

Karena itu pula ia lebih sering mengingat saat kematiannya dan berusaha menyiapkan bekal kematian itu daripada berleha-leha, bersantai ria, bahkan masih menikmati maksiat-maksiat baik besar maupun kecil. 

✓ Keempat, 
Hatinya lebih lembut daripada sebelumnya.

Sering bertaubat kepada Alloh ﷻ, baik saat melakukan maksiat maupun saat setelah melakukan amal ibadahnya. Karena takutnya terhadap azab Alloh ﷻ jika amal ibadahnya tidak diterima. 

✓ Kelima,
Masih terkait dengan kelembutan hati, seorang yang istiqomah akan mudah memaafkan kesalahan orang lain yang telah nyata-nyata bersalah kepadanya.

Ini sesuatu yang berat akan tetapi bagi seorang yang sudah istiqomah di atas jalan hidayah akan lebih ringan dalam melakukannya.

Hal ini karena baginya ampunan dan balasan Alloh ﷻ lebih ia sukai daripada bisikan setan yang mengajak pada ke dendaman dan permusuhan. 

✓ Keenam,
Seorang yang istiqomah dapat kita lihat dari cara ia memilih Teman.

Biasanya ia meninggalkan teman-teman pergaulannya yang kurang baik dan mengakrabi teman-teman yang sholih. 

✓ Ketujuh,
Seorang yang istiqomah juga bisa dilihat dari ketekunannya dalam menuntut ilmu. 

Ia tampak bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, bersemangat dan juga suka membagi kebaikan apa saja kepada orang lain. Apakah ilmunya atau bantuannya serta hal apa saja yang mana dirinya bisa memberi manfaat kepada saudaranya yang lain.

Adapun obat Futur banyak juga ya say, yang paling ampuh adalah mengingat kematian dan juga beratnya perjalanan akhirat yang pastinya akan kita tempuh.

Wallahu a'lam

0️⃣9️⃣ Rosina Wijayanti ~ Jambi
Bismillah... 
Assalamualaikum bunda, 

Apakah iman bisa dikategorikan dengan takwa bunda bagaimana caranya kita bertakwa kalau seandainya iman kita tidak stabil. Mohon penjelasan tentang iman dan takwa agar bisa beriringan dengan amal ibadah kita?

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

Bismillah wal hamdulillah was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, waba’du. 

Iman itu menurut pemahaman ahlus sunnah wal jama’ah adalah diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan. 
Jadi perhatikan, iman itu bukan hanya sekedar keyakinan atau percaya saja, tetapi terdiri dari 4 unsur, yakni:
(1) Keyakinan di dalam hati.
(2) Diucapkan oleh Lisan.
(3) Dilakukan oleh anggota badan.
(4) Iman itu bisa naik dan bisa turun. Iman turun ketika seseorang melakukan maksiat. Dan iman akan naik ketika seseorang melakukan suatu amal ketakwaan. 

Nah, pahami dulu pemahaman di atas dengan baik ya...

Kemudian kalau Takwa itu adalah amal perbuatan yang didalamnya seseorang saat melakukan amal perbuatan tersebut ada iman pada dirinya. 

Jadi takwa adalah amal atau perbuatan yang mana seseorang beramal itu ia niatkan untuk menjalankan ketaatan pada Alloh ﷻ, dan tentu takwa ini adalah atas cahaya (petunjuk) dari Alloh ﷻ karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan perbuatan maksiat apapun bentuknya juga karena cahaya (petunjuk) dari Alloh ﷻ karena takut akan siksa-Nya. 

Jadi ringkasnya takwa itu menjalankan ketaatan kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya karena ada perintah dari agama. Dan meninggalkan segala bentuk maksiat juga karena ingin taat atas perintah menjauhi larangan-Nya. 

Seseorang yang imannya kuat maka ia akan ringan dalam menjalankan amal sholih.

Sebaliknya jika dia malas menjalankan amal sholih maka bisa dipastikan imannya sedang lemah.
Dan juga perbuatan-perbuatan maksiat yang ia lakukan juga berefek pada lemahnya iman, sehingga semangat dan daya tarik untuk melaksanakan amal-amal sholih juga tidak ada gairah. 

Agar iman selalu kuat sehingga kita bisa istiqomah dalam Melaksanakan ketaatan-ketaatan demi ketaatan dalam takwa kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya adalah:

1). Dengan terus berusaha meningkatkan pengetahuannya dalam Mengenal Allah Ta’ala atau yang biasa kita kenal dengan istilah Ma’rifatullah dengan nama-nama (asma’) dan sifat-sifat-Nya. Dengan mengenal اللهِ lebih dalam maka seseorang akan bertambah imannya.

2). Dengan mempelajari Al Qur’an. 
Terutama jika kita mau belajar tafsir Al Qur’an sehingga bisa mentadabburi ayat-ayat-Nya. Maka ini juga bisa mendongkrak iman kita.

3). Banyak melaksanakan ketaatan. 
Seseorang yang mau menambah ketaatannya, maka akan bertambah pula imannya, apakah ketaatan itu berupa qauliyah maupun fi’liyah. Berdzikir juga dapat menambah keimanan secara kuantitas dan kualitas. 

Demikian juga dengan sholat, puasa dan haji akan menambah keimanan secara kuantitas maupun kualitas.

Selain kita mengupayakan 3 langkah di atas sebagai sumber penguat iman. Maka kita juga harus menutup sebab-sebab yang membuat iman kita lemah. Diantaranya seperti bisikan-bisikan maksiat yang muncul di hati, ini adalah bisikan-bisikan setan yang tidak perlu diikuti. 

Sekali kita menuruti bisikan setan untuk bermaksiat maka keadaan iman kita saat itu langsung turun. Dan semangat untuk melaksanakan ketakwaan pun juga lenyap. Atau kalaupun ada tetapi lemah, tidak bersemangat, malas dan tidak khusyuk serta tidak ikhlas. 

Akhirnya amal yang seperti ini bisa tertolak. Tidak diterima oleh اللهِ ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian ya bunda. Semoga bisa dipahami dengan baik.

Untuk menjaga stabilitas iman dan takwa kita maka banyak doa yang bisa kita panjatkan kepada Alloh ﷻ.
Diantaranya adalah seperti doa berikut:

RABBANA LA TUZIGH QULUBANA BA’DA IZ HADAITANA WAHAB LANA MIL LADUNKA RAHMAH, INNAKA ANTAL WAHAB.

Yaa Muqolibal quluub tsabit qolbiy ‘alaa dinik wa ‘alaa tho’atik.

Wallahu a'lam

1️⃣0️⃣ Dinda ~ Jakarta Selatan
Assalamualaikum Bunda,  

Circle pertemanan yang saya miliki saat ini bisa dibilang bukan circle pertemanan yang selalu bisa mengingatkan saya ke arah seperti saling mengingatkan untuk sholat, untuk tilawah, kajian rutin dan lain-lain. Tapi mereka sangat baik sekali secara sikap. 

Apakah salah jika saya sudah mulai mengurangi waktu saya dengan mereka dengan alasan, saya ingin lebih menggunakan waktu saya yang dulu untuk ngobrol dan hang out dengan mereka, sekarang saya ingin gunakan untuk belajar tentang agama Islam? Bagaimana harusnya saya bersikap? Dalam hati yang paling dalam, saya ingin belajar agama bersama mereka, tapi saya takut menggurui karena ilmu yang saya punya masih sedikit sekali.

Jazakillah khairan bunda atas perhatiannya.

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

Bismillah...
Tentu tidak salah ukhti. Justru anti sudah mengambil sikap hidup yang cerdas dan tepat. Ini merupakan karunia hidayah dari Alloh ﷻ yang harus disyukuri dengan terus memelihara hidayah tersebut dengan baik. Agar Alloh ﷻ akan terus menambah hidayah kepada anti. 

Sebagaimana kita tahu kualitas Islam seseorang muslim ketika ia pandai menentukan skala prioritas untuk dirinya. Ia pandai memilih perkara apa yang harus ia ambil dan mana yang harus segera ditinggalkannya. 

Dengan bersikap selektif seperti itu maka insyaAllah dirinya akan mengalami perubahan yang cepat dalam perjalanan hijrahnya. 

Dan dirinya akan selalu diliputi oleh kebaikan dan kebaikan sebagai balasan atas amalnya, sedangkan di akhirat semoga Alloh ﷻ masukkan ke dalam syurga-Nya.

Penting adalah tetap jaga semangat menuntut ilmu agama, semangat mengamalkan ilmu tersebut dan bertahan di atas jalan-jalan yang diridhoi-Nya hingga wafat nanti. 

Allahu Musta’aan

1️⃣1️⃣ Lira ~ Singaparna Assalaamu'alaykum warohmatullah wabarakaatuh

Apakah seseorang yang sedang dlm keadaan futur bisa disebabkan dari "kesehatan" hatinya.
Dan adakah hubungan dan pengaruhnya dengan taufiq atau inayah dari Alloh ﷻ.

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

Bismillah wal hamdulillah was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, waba’du. 

Jelas ada sayang.
Setiap hati yang sakit maka pemiliknya akan malas melakukan ibadah. Futur.

Hati yang sakit disebabkan oleh maksiat yang dilakukan pemilik hati.

Secara garis besar penyebab penyakit hati ini terbagi dalam 2 hal yakni SYUBHAT dan SYAHWAT. 

Syubhat terkait kesalahan-kesalahan keyakinan dan pemikiran sehingga menghasilkan keyakinan yang salah dan bertentangan dengan kaidah-kaidah akidah Islam.

Contoh:
Kekafiran, kemunafikan, sekularisme, bid’ah, kesyirikan dan lain sebagainya.

Sedangkan syahwat terkait dengan ambisi atau keinginan (selera hati) yang dituruti hingga tidak mengindahkan batasan syariat aturan agama Islam.

Contoh:
Gila harta, Haus Jabatan, Perilaku Seks yang menyimpang septerti LGBT, Suka Mencuri dan lain sebagainya. 

Keduanya merupakan maksiat yang membuat hati kotor hingga ilmu dan hidayah tidak bisa masuk dan diserap dengan baik dan mengakibatkan kemalasan-kemalasan dlm melakukan ketaatan-ketaatan. 

Itulah diantara akibat hati yang kotor hanya akan menghasilkan kekeruhan dan kemalasan dalam menjalankan ketaatan.

Tentu jika keadaan hati seperti ini dibiarkan oleh pemiliknya, tidak segera disehatkan dengan taubat dan segera melakukan pengajaran dalam melakukan amal sholih apalagi sampai dinikmati, tidak mau mengindahkan nasihat, maka bisa termasuk orang yang dibiarkan oleh Alloh ﷻ dengan kesesatannya. 

Sebagaimana ayat berikut: 

وَمَن لاَّ يُجِبْ دَاعِيَ اللهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي اْلأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ أُوْلَئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ

“Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh ﷻ maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Alloh ﷻ di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Alloh ﷻ. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al Ahqaaf: 32)

Jadi jika kita ingin selalu mendapat taufiq dan inayah dari Alloh ﷻ maka rendah hatilah, tawadu’ lah dan bersegeralah dalam memenuhi segala bentuk panggilan dan ajakan kebaikan. 

Kemudian hiasi hari-hari dengan aktivitas yang diridhoi Alloh ﷻ dan basahi lisan kita dengan kalimat-kalimat taubat dan dzikrullah.

‎ان شاء الٌله pertolongan atau inayah dari Alloh ﷻ akan selalu meliputi Kehidupan kita dalam segala keadaan.

Allahu Musta’aan

1️⃣2️⃣ Mayang ~ Sumsel
Assalamualaikum,

Bunda, sekarang kan marak buat grup di sosmed, terus kita masuk dalam satu grup sosmed tersebut. Nah, suatu saat teman-teman kita di grup tersebut menggibahkan seseorang, tapi, kita kebetulan tidak nimbrung, hanya sekedar membaca chat an di grup tersebut, pertanyaannya apakah kita ikut kebagian dosa sama dengan yang berghibah atau bagaimana? Walaupun kita kenal orang yang di ghibah atau tidak sama sekali.

Mohon pencerahannya.
Jazakillah khoir

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

Bismillah...

Sangat mungkin kita terkena dampak dosanya. Jika kita tidak menasihatinya hingga ia bertaubat dari ghibahnya.

Dan dosa ghibah ini sangat besar. Ghibah selain berdosa juga menghapuskan pahala. 

Kaidahnya jika kita melihat kemungkaran maka wajib melawannya dengan tangan, lisan atau hati. Jika tidak mau maka kelak pasti kira akan ditanya oleh Alloh ﷻ.

Jika hal seperti itu berulang-ulang maka bisa jadi dosa anti tidak sebanyak yang mengghibah langsung tetap jika sering maka dosa-dosa yang sedikit itu lama-lama bisa jadi banyak. 

Karena itu sebaiknya meninggalkan grup seperti itu agar kita tidak terjerumus pada dosa-dosa syubhat.

Peliharalah grup-grup yang banyak memberi manfaat dan nasihat hingga menjadikan diri kita lebih baik. 

Ingatlah bahwa kebaikan Islam seseorang ketika ia mampu menghindari apa yang tidak bermanfaat baginya.

Selama ia masih saja menikmati apa-apa yang bisa menjerumuskan dirinya pada dosa dan enggan menjauhinya maka ia akan terus berada pada kehidupan yang penuh kebingungan dan ketidakjelasan arah, akhirnya ia pun akan merugi hingga akhirat.

Na’udzubillahi mindzalik.

Wallahu a'lam

1️⃣3️⃣ Yelmidona ~ Jambi
Assalamualaikum um,

Apa syarat-syarat supaya doa-doa kita dikabulkan? Seperti mohon ditetapkan iman oleh Alloh ﷻ agar tidak pasang surut? 

Jazakillah khair um

🔷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته  

Bismillah...

Singkat jawaban adalah dengan membangun takwa kepada Alloh ﷻ di atas iman yang kokoh. 

Perbanyak istighfar dan sholawat untuk Nabi ﷺ.

Dan masih banyak amal sholih yang bisa kita kerjakan sehingga bisa mendekatkan hubungan yang antara diri kita dengan Alloh ﷻ. 

Jika jalinan kedekatan kita dengan Alloh ﷻ terus terpelihara maka doa-doa kita pasti akan mudah dikabulkan-Nya.

Dalam sebuah tuntunan Hadist Nabi ﷺ kedekatan yang bisa menghasilkan kasih sayang dan pertolongan Alloh ﷻ bisa kita raih dengan mengerjakan amalan-amalan yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Karena dengan mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ yakni apa saja amalan-amalan sunnah yang telah beliau ajarkan maka hal inilah yang akan menjadi sebab turunnya balasan cinta Alloh ﷻ pada diri kita. 

Perhatikan dua dalil berikut ini:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Alloh ﷻ, ikutilah aku, niscaya Alloh ﷻ mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Alloh ﷻ Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Ali Imran: 31)

Dlm sebuah hadist Qudsi dikatakan dalam arti sebagai berikut:

“Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”
(HR. Bukhari).

Demikian bunda semoga memahaminya semoga semakin mantab dalam menjalani kehidupan ini dalam dunia ini dengan iman yang terus membaik dan istiqomah dalam amal sholih.

Allahu Musta’aan.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Raih manisnya iman dengan membangun rasa cinta dan ketaatan kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Agar mendapat ketenangan jiwa saat ujian musibah melanda. Karena kita tahu kepada siapa menyandarkan harapan dan memohon pertolongan.

Wallahu a'lam

AMAL TANPA ILMU DITOLAK?

 




OLeH: Ustadz Syahirul Alim

     💎M a T e R i💎

🌸AMAL TANPA ILMU DITOLAK, BENARKAH?


Kita seringkali mendengar ungkapan, “beramal harus ada ilmunya, karena jika tidak maka akan ditolak (amalnya).” Lalu, hal ini dikait-kaitkan dengan banyak kebiasaan baik berupa amaliyah yang dijalankan sementara umat muslim di Indonesia. Ada juga yang menganggap, kebiasaan seperti tahlilan, manaqiban, ziarah kubur, tabarrukan, marhabanan atau banyak amaliyah yang sudah menjadi adat dan tradisi dalam masyarakat, menjadi sasaran ungkapan ini. Sebagian yang menggunakan dalil diatas, berkeyakinan, mereka yang mengamalkan ajaran para ulama terdahulu dianggap “ikut-ikutan” dan jelas tidak tahu ilmunya, maka dengan sendirinya mereka yang hanya “ikut-ikutan” amalnya ditolak. Padahal, kita semua adalah “pengikut” (muttabi’) para ulama, karena setelah Nabi, hanya para ulama yang ditunjuk sebagai penerus ajaran mereka.

Barangkali, ungkapan soal ditolaknya amal tanpa ilmu, berasal dari bait syair terkenal Ahmad bin Husen bin Ruslan as-Syafi’i (770-844 H) dalam kitabnya “Matan Zubad Fi Ilmil Fiqhi Alaa Madzhab Asy Syafi’i” dimana dalam pembukaannya menyebutkan:

فاعمل ولو بالعُشْر كالزكاة تَخرُج بنور العلمِ من ظُلْمات
فعالمٌ بعلمِهِ لم يعمَلَنْ مُعَذَّبٌ من قبلِ عُبَّادِ الوَثَنْ
وكلُّ من بغير علم يعملُ أعمالُه مَردودَةٌ لا تُقْبَلُ
واللهَ أرجو المَنَّ بالإخلاصِ لكي يكونَ مُوجِبَ الخَلاص

“Maka beramal-lah walaupun hanya sepersepuluh, ibarat zakat yang dapat mengeluarkanmu dari kegelapan dengan cahaya ilmu. Maka seorang yang Alim karena ilmunya tidak akan diadzab karena amalnya, sebelum para penyembah berhala itu diadzab. Dan setiap orang dengan tanpa ilmu beramal, maka amalnya ditolak dan tidak diterima. Dan Alloh ﷻ akan membalas seluruh amal yang dijalankan dengan ikhlas, agar keikhlasan menjadi penyelamat atas segala amal-mu.”

Dengan demikian, keikhlasanlah sesungguhnya yang menjadi prasyarat diterima atau ditolaknya sebuah amal, karena seseorang yang “tahu” (pasti akan didahului oleh niat yang ikhlas), jika niatnya baik, maka dipastikan terhindar dari amaliyah yang haram atau ditolak. Jika seseorang beramal karena didasari bagian dari ibadahnya kepada Tuhan dengan kesungguhan dan ketulusan, maka ia akan mendapatkan balasannya dan balasan ilmu dan amal, tentu saja merupakan wilayah Alloh ﷻ yang paling mengetahuinya siapa diantara mereka yang paling baik amalnya (liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala).

Setelah persoalan ikhlas dalam beramal ini terjawab, muncul kemudian anggapan bahwa mereka yang menjalankan amal karena “ikut-ikutan” disebut sebagai orang-orang tersesat, karena hanya mengikuti kebanyakan orang di muka bumi. Dalil yang dipergunakan adalah surat al-An’am, 116:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh ﷻ. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh ﷻ)."

Ayat ini seringkali dijadikan dalil dalam hal tuduhan atas kebanyakan kaum muslim di Indonesia yang terbiasa dengan amal yang dianggap mereka “ikut-ikutan” dan dikategorikan sebagai kelompok yang sesat. Padahal, ayat ini konteksnya adalah terkait dengan sembelihan yang oleh kebanyakan orang waktu itu tidak menyebutkan didalamnya nama Alloh ﷻ. Lagi pula, yang dimaksud khusus hanya kepada Nabi Muhammad, melihat dari kata “wa in tuti’” adalah fi’il mudhari’ berkedudukan fi’il syarat dari “in” yang fa’il-nya mustathir (tersembunyi) dan yang dimaksud adalah “anta” (kamu, Muhammad). Nabi Muhammad diperintahkan agar tidak mengikuti kebanyakan orang yang pada waktu itu masih kafir, bodoh, dan senantiasa beramal didasari oleh hawa nafsu bukan karena ilmu pengetahuan.

Sebab historis (asbabunnuzul) ayat diatas adalah peristiwa dimana Nabi Muhammad ditanya oleh sekelompok orang musyrik: “Jelaskan kepada kami, jika ada kambing yang mati siapa yang telah membunuhnya?.” Maka Nabi menjawab: “Alloh ﷻ yang telah membunuhnya”. Lalu mereka berkata: “Kamu hanya berprasangka.” Lalu mereka mengatakan lagi, “jika seandainya apa yang kamu dan sahabat-sahabatmu itu sembelih atau anjing yang memburu dan membunuh buruannya bagimu juga menjadi halal, berarti itu sama halnya dengan dibunuh oleh Alloh ﷻ (karena tidak disebutkan nama-Nya) dan itu menjadi haram!” Lalu turunlah ayat 116 surat al-An’am tersebut.

Menuduh dengan prasangka tentu saja dilarang, apalagi berprasangka buruk kepada orang lain. Sedikit saja berprasangka, jelas berdosa, terlebih jika prasangka ditujukan pada amaliyah orang lain yang disangkakan tidak berdasarkan ilmu. Ada beberapa syarat yang dijelaskan para ulama, soal amaliyah yang bagaimana yang diterima oleh Alloh ﷻ, terutama dalam hal ibadah. Amaliyah maqbulah (amal yang akan diterima) paling utama adalah sebab keikhlasan, bukan karena ilmu yang diketahuinya. Amal yang ditolak jelas bukan karena ilmu, tetapi karena beramal didasari hawa nafsu, sombong, sehingga tercerabut nilai ikhlas didalamya. Sebagaimana disebut dalam al-Quran:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh ﷻ dengan memurnikan (ikhlas)  ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” 
(QS. 98: 5).

Ibnu Qayyim menyebut dalam kitabnya “Ar-ruh” bahwa Alloh ﷻ telah menetapkan keikhlasan sebagai sebab diterimanya sebuah amal dan ketiadaan ikhlas dalam beramal akan berakibat pada ditolaknya amal tersebut. Hal ini pula yang menjadikan amal yang ikhlas menjadi ukuran sebagai amal yang paling baik dan menjadi “ujian” bagi setiap orang. Al-Fudlail ketika menjelaskan ayat al-Quran:

الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملاً

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “ahsanu ‘amala” adalah “khalashuhu wa ashwabuhu” (keikhlasan dan ganjaran kebaikan). Amal baik, apapun bentuknya ketika didasari oleh keikhlasan, itulah yang paling dianggap sebagai amaliyah yang berpeluang diterima Alloh ﷻ (maqbul), kecil kemungkinan menjadi amal yang tertolak.

Bahkan, jika merujuk pada sebuah hadis Rasulullah ﷺ, amal justru bukanlah jaminan seseorang untuk masuk surga, kecuali jika amaliyah yang dijalankan secara terus-menerus (mudawamah) meskipun sedikit. Hadis yang berasal dari riwayat Aisyah menyebutkan: 

لَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ أَحَدًا عَمَلُهُ " ، قَالُوا : وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ ، قَالَ : " وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ ، وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“Tidak akan masuk surga seseorang karena amalnya. Para sahabat bertanya, “termasuk engkau wahai Rasulullah?”. “Ya, saya juga tidak, kecuali Alloh ﷻ melimpahkan rahmat-Nya atas amal tersebut (sehingga mereka masuk surga). Ketahuilah, amal yang paling dicintai Alloh ﷻ adalah yang dijalankan secara terus menerus (mudawamah) walaupun kecil atau sedikit." 
(HR. Muslim). 

Menarik ketika akhir dari kalimat hadis ini menyebut amal yang sedikit tetapi dijalankan secara terus menerus justru yang paling disukai Alloh ﷻ. Amal yang kecil atau sedikit, tentu saja sering tidak dianggap, bahkan oleh seseorang yang melakukannya sendiri. Lain halnya dengan amal yang besar, terkadang justru didorong oleh unsur-unsur riya' atau keinginan dirinya untuk dipuji dan berharap Alloh ﷻ membalas amalnya dengan setimpal. Itulah kenapa, amal yang sedikit dan istiqamah-lah yang paling disukai Alloh ﷻ, bukan amal yang besar, karena dorongan hawa nafsu, ingin dianggap baik oleh orang lain dan merasa dirinya paling diperhatikan oleh Alloh ﷻ karena amaliyahnya.
Dalam redaksi yang lain, Rasulullah ﷺ juga menegaskan:

سدِّدوا وقاربوا، واعلموا أن لن يُدخِل أحدَكم عملُه الجنةَ، وأنَّ أحبَّ الأعمالِ إلى الله أدومُها وإن قلَّ

“Luruskan niatmu, lakukanlah yang paling mudah bagimu, ketahuilah bahwa amalmu tidak menjadikan kamu masuk surga dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Alloh ﷻ adalah membiasakannya walaupun kecil dan sedikit.”

Ibnu Rajab ketika menjelaskan hadis diatas menjelaskan, bahwa hendaknya setiap orang meluruskan niatnya ketika beramal dan menjalankannya secara istiqamah. Karena, setiap amal yang dijalankan dengan niat, pikiran, dengan tujuan kebaikan maka sama halnya dengan menjalankan apa yang diperintahkan Alloh ﷻ dari amal yang dimaksud. Amaliyah yang dilakukan tepat atau sesuai dengan tujuannya, maka akan terhindar dari hawa nafsu yang menjadikan amal melenceng dari tujuan dan tentu saja berlebihan. Tepat sesuai tujuannya harus juga dimaknai sesuai dengan kemampuan (muqarabah) dirinya. Hal ini sesuai dengan tujuan syariat itu sendiri dengan tidak membebankan sesuatu yang tidak sanggup dilakukan, tetapi sesuai dengan kemampuan. Itulah kenapa dalam surat At-Taghabun ayat 16 disebutkan: “Bertakwalah kepada Alloh ﷻ menurut kesanggupanmu."

Maka, surga tentu saja disediakan bagi mereka yang melakukan amal dengan tujuan yang lurus, bernilai kebajikan dan memberikan manfaat kepada sesama, itulah yang dimaksud dengan ikhlas. Dalam surat Az-Zukhruf ayat 72 disebutkan:

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.”

Demikianlah tidak ada ayat yang bertentangan dengan apa yang dimaksud dalam hadis Nabi, bahwa amal baik akan mengantarkan ke surga dengan syarat kesesuaian dengan niat (taufiq al-a’mal), adanya petunjuk yang mendorong pada keikhlasan (al-hidayatu lil ikhlas), dan karena rahmat Alloh ﷻ sehingga diterima seluruh amalnya.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Phity ~ Jogja 
Assalamu'alaykum wr.wb.

Ustadz, kalau kalau kita memaksa diri agar berinteraksi dengan Al Qur'an, tahajud atau amal ibadah lainnya, kadang  rasanya berat, tapi tetap memaksa diri, apakah amal itu akan tertolak? 

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bahwa sesungguhnya Alloh ﷻ tidak membebankan ibadah kepada hanba-Nya dan ibadah tentu saja menurut kesanggupan dan bahwa "tidak ada paksaan dalam beragama" juga merupakan pesan Al-Qur'an. Harus juga diingat bahwa agama itu mudah dan tidak ada kesulitan di dalamnya. Secara tegas dalam Surat Atthaghabun ayat 16 disebutkan:

 فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Maka bertakwalah kamu kepada Alloh ﷻ menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Dalam ayat ini ada pernyataan "menurut kesanggupan" itu artinya sesuaikan dengan kemampuan dan tidak boleh dipaksakan, karena yang dinilai itu adalah amal yang sedikit dan kecil tapi kontinu daripada amal yang berat-berat tapi terpaksa dan jarang.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum Ustadz,  

Bagaimana caranya mempertemukan ilmu dan iman dalam indahnya akhlaq agar bisa memberi manfaat pada diri dan orang lain?

Mohon pencerahan.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Iman itu merupakan manifestasi dari keyakinan hati (tashdiqu bil qalbi) akan ke Esaan Alloh ﷻ, lalu dinyatakan secara lisan (taqriru billisan) dengan jelas menyebut Laa ilaaha illallah dan terakhir melaksanakan dalam amal perbuatan (a'malu bil arkan) maka, indahnya iman melalui keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan. Banyak sekali orang yang tidak sesuai antara hati, ucapan, dan perbuatannya. Nah bagi orang beriman, jadikanlah hati, ucapan, dan perbuatan sesuatu yang selaras, sejalan, tidak boleh salah satunya berbeda, ketiganya harus sama dan selaras. Disinilah muncul indahnya akhlak yang merupakan buah lezat dari iman.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Listina ~ Pekalongan 
Ustadz, apa yang dimaksud dengan taklid? 
Terus mengikuti ulama tanpa tahu dasarnya karena memang tidak disampaikan oleh yang bersangkutan berarti boleh?

🌸Jawab:
Taklid itu manut saja mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang lebih tahu, bagi kita orang awam boleh taqlid kepada ulama atau orang-orang sholeh, selama kita tidak mampu mencari sendiri dan mempelajari bagaimana dalil-dalil yang rumit dan khawatir kita pun salah dalam menterjemahkan maksud dari dalil-dalil tersebut. Kita semua adalah muqallid (orang yang taklid) kepada ulama karena kita mengikuti amaliyah Imam Syafii, Maliki, Hanbali, Hanafi, Sofyan Tsauri, Adzdzahabi, bahkan Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan lain-setelah Nabi Muhammad wafat, kita taklid kepada ulama, karena ulama adalah pewaris para Nabi.

Wallahu a'lam.

0️⃣4️⃣ Yulis ~ Balikpapan

اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ‎

Ustadz, banyak orang terus beribadah sehari-harinya, seperti ibadah maghdoh tapi tidak mau menambah pemahaman ilmu Islam nya. Jadi tidak mau mengkaji Islam.
Padahal ilmu islam sungguh sangat luas, tidak bisa kita merasa cukup dengan apa yang kita pahami yang didapat dari orang tua saja. 
Bagaimana yang demikian ustadz? 
syukron ustadz.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Ya salah satu perintah dalam Islam adalah menuntut ilmu dan menuntut ilmu tidak bisa didapatkan hanya melalui buku atau media sosial, tetapi langsung bertemu dengan ulamanya yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Mengkaji Islam berarti memperdalam keilmuan agama Islam, bisa lewat lembaga formal seperti sekolah, madrasah, kampus Islam atau informal seperti mendatangi pengajian atau halaqah keagamaan di masjid atau tempat ibadah lainnya. Bagi seorang Muslim yang baik, tidak harus merasa cukup, sebab ilmu Alloh ﷻ itu sangat luas, belajarlah terus dan cari kebenaran, perbanyak silaturrahim dengan para ulama dan ambil ilmunya sebanyak-banyaknya. Insya Allah akan memberi manfaat.

Wallahu a'lam.

0️⃣5️⃣ Yulia ~ Bekasi 
Assalamualaikum ustadz,

Apabila beramal "ikut-ikutan" namun ia menceritakan kepada orang lain bagaimana hukum amalannya?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Beramal ikut-ikutan selama memang memberi manfaat dan kebaikan ya tidak mengapa. Kita pun sesungguhnya awalnya ikut-ikutan, bukan karena kita tahu dan paham amal atau kegiatan apa yang sedang dijalankan. Hanya saja, kita patut memilah, terutama amal kegiatan apa yang dilakukan, selama itu pengajian di masjid atau mushola, halaqah atau diskusi keagamaan, atau pengajian umum, berarti ikut-ikutan kebaikan kita akan kecipratan kebaikannya. Insya Allah jadi tidak ada masalah untuk ikut-ikutan jika yang ikut-ikutan itu bermanfaat dan bertujuan untuk kebaikan bukan untuk keburukan.

Wallahu a'lam.

0️⃣6️⃣ Hesti ~ Surabaya 
Saya ini baru belajar Islam maka ilmu saya masih sedikit. Bagaimana dengan melakukan amalan tanpa ada contoh dari nabi walau niat ikhlas? 

🌸Jawab:
Nabi sudah lama wafat, dan ada penerusnya para ulama, sebab sabda beliau sendiri menyatakan "al-ulamaa waratsatul anbiyaa" (ulama adalah pewaris para Nabi) maka contohlah amaliyah para ulama, dan amaliyah yang baik dan dianggap baik pasti memberikan manfaat. Apa yang dilakukan para ulama yang kemudian dilakukan juga oleh umat Muslim di seluruh dunia merupakan kebiasaan-kebiasaan baik. Jadi silahkan beramal, karena amal itu ada yang bersifat personal yang langsung berinteraksi dengan Alloh ﷻ ada yang bersifat sosial, bersosialisasi bergaul dan bekerja sama dengan masyarakat untuk tujuan-tujuan kemanfaatan yang lebih baik.

Wallahu a'lam

🔹Bagaimana cara membedakan bid'ah dan bukan?

🌸Kata bid'ah harus dipahami dulu konteksnya, sebab Umar bin Khatab menyebut solat Tarawih di malam bulan Ramadhan dilakukan berjamaah di masjid adalah "bidah yang nikmat." Maka, kita harus benar-benar memahami apa makna bid'ah, jangan sampai kita menuduh pihak lain bid'ah sedangkan kita sendiri belum tentu benar. Bid'ah dalam konteks yang buruk jelas ada dan kita paham dan sepakat, segala hal yang dibuat-buat dalam hal agama yang bertujuan merusak agama itu adalah bid'ah dolalah (buruk) disisi lain ada bidáh hasanah (baik) sebagaimana yang dilakukan umar bin khatab. Lagi pula bid'ah itu bukan hukum, sebab hukum hanya ada 4: HARAM, WAJIB, MAKRUH, dan SUNNAH. Bid'ah tidak termasuk kategori hukum.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Hesti ~ Surabaya
Saya baru belajar Islam maka ilmu saya masih sedikit. Mohon dijelaskan jika melakukan suatu yang masih ragu misal menanam ari-ari dengan ditambah pernak pernik atau kemanten nginjak telur dan lain sebagainya? 

🌸Jawab:
Ya kadang ada adat istiadat atau kebiasaan yang tidak kita tahu, tetapi sudah turun temurun dalam masyarakat. Selama adat itu tidak bertentangan dengan syariat atau tidak melanggar syariat itu masih dibolehkan. Sebab, pada dasarnya Islam sama mengikuti tradisi bangsa Arab, dalam hal pembentukan hukum terutama yang hampir secara keseluruhan mengadopsi tradisi Arab. Haji, puasa, zakat, juga merupakan adopsi dari kebiasaan dan tradisi bangsa Arab yang "di Islamisasi." Jika kita tidak memahami tetapi dengan tujuan menghormati adat, ya tidak apa-apa sebab dengan tradisi-tradisi yang disebut tidak juga dalam rangka mengaburkan atau mencampur adukkan ibadah dengan adat, tetapi itu diluar ibadah yang kita jalani sehari-hari. Dalam kaidah ushul fiqh disebut "al-aadatu muhakkamatun" (adat itu bisa menjadi hukum) artinya berfungsi sebagai hukum yang harus ditaati, seperti di Minangkabau, yang melamar adalah perempuan bukan laki-laki dan yang mendapat waris lebih besar adalah perempuan dibandingkan laki-laki.

Wallahu a'lam bisshawab

🔹Mohon maaf ilmu saya msih minim. Apakah mencampur adat dan agama boleh?

🌸Yang dimaksud mencampur adat dengan agama itu seperti apa ya? Jika kita sholat dengan didepannya sesajen atau puasa dengan cara mengungsi ke gunung-gunung atau goa-goa dengan tidak makan dan minum ya itu jelas tidak boleh, sebab agama ada batas-batasan tertentu yang diatur syariat sedang adat diatur oleh kebiasaan dan tradisi. 

Tetapi, bahwa menghormati adat merupakan bagian dari agama, sebab Islam masuk ke Indonesia pun melalui proses asimilasi budaya dan adat. Banyak tradisi yang di Islamkan, seperti menara (asal dari "manaarah" yang menjadi tradisi majusi) yang dipakai juga untuk masjid, atau bedug merupakan adat yang duu dipakai untuk alat komunikasi dalam konteks tertentu tetapi dimanfaatkan untuk memanggil orang sholat selain adzan, ini juga percampuran adat dan agama. Masih banyak lagi, dan tidak hanya di Indonesia, di beberapa negara seperti Malaysia, India, China, sangat beragam adat yang di Islamisasikan.

Wallahu a'lam

🔹Maaf ilmu saya masih minim, maka perlu banyak tanya. Seberapa  besar pengaruh hadist yang dipelajari?

🌸Hadist itu masih berupa teks, yang harus kita gali maknanya. Membaca hadis saja tidak cukup, karena para ulama fiqh sudah menjelaskannya dalam beragam kitab fiqh yang terkait erat dengan kegiatan ibadah sehari-hari. Kita tidak mungkin paham hadis, sebelum kita belajar ilmu dirayah dan riwayah, dan kita mempelajari ilmu rijalul hadis sehingga kita benar-benar ahli dalam bidang hadis. Mempelajari hadis harus komprehensif, lengkap, dari mulai sanad, matan, dan ketersambungan maknanya dengan hadis lain. Kadang ada hadis yang dinyatakan dhoif oleh satu ulama, tetapi belum tentu ulama lain mendhaifkannya. Imam Bukhari sekalipun mengarang kitab hadis sohih tetapi beliau mengarang kitab ädabul mufrad yang memuat hadis-hadis dhaif dalam pandangan beliau, tetapi beliau tetap mengamalkannya. Luas sekali jika kita ingin mempelajari hadis dan hadis bukan satu-satunya ilmu yang dapat mempengaruhi seluruh amal ibadah kita. Sebab yang mempengaruhi hanya niat ikhlas kita karena Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Semoga yang sedikit ini memberi manfaat, jangan pernah berhenti mencari ilmu tetap dalam jalan yang lurus dan teruslah cari kebenaran dari sumber manapun asalnya. Semoga Alloh ﷻ meridhai kita dan kita pun ridha atas takdir baik dan buruk yang Alloh ﷻ berikan kepada kita semua.

Aamiin.

NIKMAT, MAKSIAT DAN TAUBAT

 

OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

    🌀M a T e R i🌀

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat-sahabat sholehah ku.

Segala puji hanya untuk Alloh ﷻ yang telah memberi cahaya iman Islam kedalam jiwa kita, yang akan membawa keselamatan diakhirat kelak. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

🌷NIKMAT, MAKSIAT & TAUBAT

Sholehah....

Mungkin ada sebagian di antara kita yang berangan-angan agar besok dapat hidup mewah dan berkecukupan. Memiliki mobil dan rumah mewah serta uang yang banyak sehingga dapat membeli apa saja yang kita inginkan. Kita pun menyangka bahwa kenikmatan itulah yang akan membuat hidup kita senang dan bahagia. 

Akan tetapi, benarkah demikian? Sama sekali tidak. 

Bahkan banyak di antara orang-orang kaya yang merasa hidupnya tidak bahagia. Hatinya merasa sempit, tidak tenang, tenteram, dan damai.  

Lalu apakah nikmat Alloh ﷻ yang hakiki itu, yang akan membuat hidup kita ini bahagia?

Ibnul Qayyim  rahimahullah berkata, ”Nikmat itu ada dua, nikmat muthlaqoh (mutlak) dan (nikmat) muqoyyadah (nisbi).

Nikmat Muthlaqoh adalah nikmat yang mengantarkan kepada kebahagiaan yang abadi, yaitu nikmat Islam dan Sunnah. 

"Nikmat inilah yang diperintahkan oleh Alloh ﷻ kepada kita untuk memintanya dalam doa kita, agar Alloh ﷻ menunjukkan kepada kita jalan orang-orang yang Alloh ﷻ karuniakan nikmat itu padanya.”

Dari keterangan singkat Ibnul Qayyim  rahimahullah di atas, maka jelaslah bagi kita tentang, ”Apakah nikmat Alloh ﷻ yang hakiki itu?”

Nikmat Alloh ﷻ yang hakiki itu tidak lain dan tidak bukan adalah ketika Alloh ﷻ memberikan hidayah kepada kita sehingga kita dapat mengenal Islam dan Sunnah serta mengamalkannya. 

Kita dapat mengenal tauhid, kemudian mengamalkannya dan dapat membedakan dari lawannya, yaitu syirik, untuk menjauhinya. Kita dapat mengenal dan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah ﷺ, dan dapat membedakan dan menjauhi lawannya, yaitu bid’ah. Kitapun dapat mengenal dan membedakan, mana yang termasuk ketaatan kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya, dan manakah yang maksiat?

Nikmat ini hanya Alloh ﷻ berikan khusus kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya. Dengan nikmat inilah kita dapat meraih surga beserta segala kemewahan di dalamnya. Oleh karena itu, ketika shalat kita selalu berdoa,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

”Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka.” 
(QS. Al Fatihah: 6-7).


Sholehah...
Perlu kita ketahui bersama bahwa nikmat harta yang Alloh ﷻ berikan kepada kita bukanlah tanda bahwa Alloh ﷻ mencintai kita. Karena nikmat berupa harta tersebut juga Alloh ﷻ berikan kepada hamba-hamba-Nya yang musyrik dan kafir. Bahkan bisa jadi orang-orang kafir itu lebih banyak hartanya daripada kita. 

Oleh karena itu, Ibnul Qayyim rahimahullah  menyebut nikmat harta ini sebagai suatu kenikmatan yang sifatnya nisbi semata, tidak mutlak. Demikian pula nikmat-nikmat lain seperti badan yang sehat, kedudukan yang tinggi di dunia, banyaknya anak dan istri yang cantik. 

Bahkan bisa jadi kenikmatan berupa harta ini adalah bentuk  istidroj (tipuan atau hukuman) dari Alloh ﷻ sehingga manusia semakin tersesat dan semakin menjauh dari jalan-Nya yang lurus. Atau bisa jadi merupakan bentuk ujian dari Alloh ﷻ kepada manusia. 

Ibnul Qayyim  rahimahullah berkata, 
”Ketika nikmat yang sifatnya nisbi merupakan suatu bentuk istidroj bagi orang kafir yang dapat menjerumuskannya ke dalam hukuman dan adzab, maka nikmat itu seolah-olah bukanlah suatu kenikmatan. Nikmat itu justru merupakan ujian sebagaimana istilah yang Alloh ﷻ berikan di dalam kitab-Nya."

Alloh ﷻ berfirman,

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16) كَلَّا

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata,’Tuhanku telah memuliakanku’. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata,’Tuhanku menghinakanku’. Sekali-kali tidak!" (QS. Al Fajr: 15-17). 

Maksudnya, tidaklah setiap yang dimuliakan dan diberi nikmat oleh Alloh ﷻ di dunia berarti Alloh ﷻ benar-benar memberikan nikmat kepadanya. Bisa jadi hal itu merupakan ujian dan cobaan dari Alloh ﷻ bagi manusia. Dan tidaklah setiap yang Alloh ﷻ sempitkan rezekinya, dengan memberinya rezeki sekadar kebutuhannya dan tidak dilebihkan, berarti Alloh ﷻ menghinakannya. Tetapi Alloh ﷻ menguji hamba-Nya dengan kenikmatan sebagaimana Alloh ﷻ juga menguji hamba-Nya dengan kesulitan.

Oleh karena itu, marilah kita meng-introspeksi diri kita masing-masing. Setiap hari kita banyak berbuat maksiat dan kedurhakaan kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya, namun sedikit sekali kita melakukan amal shalih. Akan tetapi, Alloh ﷻ justru membuka lebar-lebar pintu rizki kita sehingga kita dapat hidup berkecukupan. 

🌀🌷🌀
Saudariku...
Tidakkah kita khawatir bahwa ini adalah bentuk istidroj  (tipuan) dari Alloh ﷻ sehingga kita semakin durhaka kepada-Nya dengan harta yang kita miliki? Atau tidakkah kita khawatir bahwa ini adalah ujian dari Alloh ﷻ kepada kita, sehingga Alloh ﷻ mengetahui mana di antara hamba-Nya yang bersyukur dan mana yang kufur? Atau apakah kita justru akan tertipu sehingga kita merasa aman dari adzab Alloh ﷻ dan terus-menerus berbuat maksiat karena menyangka bahwa Alloh ﷻ mencintai kita dengan dilancarkan rizkinya?

Setelah kita bermuhasabah maka sudah selayaknya kita memperbanyak taubat, karena tak satupun diantara kita yang luput dari dosa dan maksiat. 

Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan itu, dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh setan sehingga ia lupa dari dzikir kepada Alloh ﷻ. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Alloh ﷻ, sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu adalah kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. 

Dan membiarkan sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke tingkatannya yang rendah. (Lihat : Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh ﷻ, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31).

Dalam ayat ini, Alloh ﷻ memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Alloh ﷻ, dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat.

Di antara kaum mu'minin ada yang bertaubat dari dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa).

Di antara mereka ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini.

Dari mereka ada yang bertaubat dari melakukan yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan nama baiknya.

Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang di makruhkan.

Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian yang terjadi dalam hati mereka.

Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang lebih tinggi lagi.

Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat. 

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas.
Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi ﷺ bersabda:

"Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa niscaya Alloh ﷻ akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu makhluk lain yang berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada Alloh ﷻ dan Alloh ﷻ mengampuni mereka." 
(Karena di antara nama Allah adalah "Al Ghaffaar" --Maha Pemberi Ampunan.)

Maka siapa yang akan memberikan ampunan jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa?!! Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi putus asa, selama dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena ampunan Alloh ﷻ lebih besar dari dosanya itu. 

Dan Alloh ﷻ berfirman: 
"Katakanlah : "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53). 

Demikian bahasan kita malam ini, tentang nikmat, maksiat dan taubat, rangkaian ini akan terus dijalani oleh umat Islam di dunia.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        🌀TaNYa JaWaB🌀

0⃣1⃣ Riyanti ~ Jogja
1. Dzah, tanda kalau taubat kita diterima apa ya?

2. Adakah cara tertentu untuk bertaubat?

3. Bab maksiat, kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk aktif dalam mencegahnya? Sementara gerakan nahi munkar di petieskan oleh pemerintah, kasus FPI.

Matur nuwun. 

🌀Jawab:
1. Sebelum kita membahas taubat diterima, tentunya kita harus memahami dulu bahwa taubat itu adalah amalan, setiap amalan itu ada syarat sahnya. Begitupun dengan taubat. Harus kita ketahui lebih dulu apa syarat sahnya taubat. 

◼️Syarat Sah Taubat Ada 5 :

(1) Islam dan Ikhlas. Artinya, dia adalah orang Islam, dan  dia bertaubat karena dorongan untuk beribadah kepada Alloh ﷻ. 

(2) Al-Iqla’ (melepaskan), maksudnya adalah melepaskan dosa yang dia taubati. 

(3) An-Nadam (menyesal), orang yang bertaubat harus benar-benar menyesali dosa yang dia taubati.

(4) Al-Azm (tekad). Orang yang bertaubat harus memiliki tekad untuk tidak mengulang kembali dosanya.

(5) Taubatnya dilakukan sebelum ditutupnya kesempatan taubat, yaitu ketika ruh sudah di tenggorokan atau matahari telah terbit dari barat.

Dan jika dosa itu terkait kezaliman antar-sesama hamba, maka dia harus menyelesaikannya. Bisa dengan minta direlakan atau mengembalikan bentuk kezaliman itu.

Itulah 5 syarat sahnya taubat yang harus kita perhatikan. 

Tanda-tanda diterimanya taubat? Wallahu a'lam, kita tidak tahu dan tidak diurai, karena itu hak prerogatifnya Alloh ﷻ. Kita hanya bisa berharap agar Alloh ﷻ menerimanya, dan terus berada didalam kebaikan. Semoga saja, orang-orang yang telah bertaubat dan istiqomah didalam kebaikan tergolong ke dalam orang-orang yang diterima taubatnya. 

2. Taubat ini sebenarnya bahasannya cukup panjang, mudah-mudahan nanti ada Ustadz atau Ustadzah yang memang kafaah ilmunya di bidang ini, bersedia untuk membahasnya. Karena permasalahan ini, tidak bisa dibahas selintas lalu saja, karena ada syarat yang harus diperhatikan. Ada cara yang harus dilakukan.  Mungkin nanti ustadz Farid Nu'man bisa membahasnya.

3. Minimal kontribusi kita adalah menjauhi maksiat secara pribadi, berdakwah didalam keluarga, jika punya kekuasaan bisa berdakwah lebih kuat lagi. Meski kondisi saat ini kurang berpihak kepada amar ma'aruf dan nahi munkar, tapi yakinlah kebenaran tak akan pernah kalah. 

Wallahu a'lam. 

0⃣2⃣ Yuli ~ Aceh
Mungkin ini bukan pertanyaan melainkan curhat.
Bagaimana kita bisa meraih maqam tertinggi, sementara menjaga dzikir saja sering lupa? Yang mana kita tahu, dzikir yang selalu kita bawa berdampak besar buat diri sendiri terutama.

🌀Jawab:
Saat kita sadar dengan hal itu, seyogyanya kita terus berusaha untuk menggapai tempat terbaik di sisi Alloh ﷻ. Jangan pernah berputus asa. Rahmat Alloh ﷻ itu sangat luas. 

Teruslah berusaha sekuat dan semampu kita. Alloh ﷻ akan menilai seberapa serius kita mendekat dan mengingat-Nya. 

Wallahu a'lam. 

0⃣3⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum, 

1. Bu, apakah dulu waktu mudanya sangat bergelimpangan dengan dosa dan maksiat, kemudian bertaubat dan menjadi orang yang mempunyai sifat taat. Apakah itu termasuk bisa dinilai bagian dari orang-orang yang taat? 

2. Bagaimana bu dengan orang yang maksiat lalu taubat, maksiat lagi lalu taubat lagi begitu terus begitu. Apakah Alloh ﷻ tetap akan mengampuninya, bu?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. In syaa  Allah orang tersebut masuk kedalam barisan orang-orang yang taat, jika ketaatannya sampai ke akhir hidupnya. 

Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

“Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya." (HR. Bukhari no. 6493).

2. Ampunan Alloh ﷻ amatlah luas, jangan pernah berputus asa dengan rahmat-Nya. 

"Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat."  (HR. Tirmidzi). 

Meski begitu, tetaplah istiqomah dalam taubat, karena kita tidak tahu akhir hidup kita kapan. 

Wallahu a'lam. 

0⃣4⃣ Yulia ~ Bekasi 
Assalamualaikum Ustadzah, 

Bagaimana cara kita mengetahui kita sudah mendapatkan nikmat muthlaqoh dalam kehidupan sehari-hari, mengingat banyak bid'ah di kalangan masyarakat sekarang ini?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

In syaa Allah, sebagai orang awam, maka kita yang telah Alloh ﷻ anugrahi iman Islam, maka kita harus mengikuti para ulama yang benar dalam beramal, sesuai dengan Al Quran dan Sunnah. Memang harus berhati hati memilih rujukan ilmu. 

Wallahu a'lam. 

0⃣5⃣ Hesti ~ Surabaya
Saya baru belajar Islam maka ilmu masih sedikit. Mohon di jelaskan tindakan amalan tanpa ilmu sehingga jadi bi'dah? 

🌀Jawab:
Kita sama-sama sedang belajar yaa Eyang, sama-sama minim ilmu. 

Antara amalan dan bid'ah ini memang terkadang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat kita, apalagi masyarakat kita dulunya sangat kuat dalam adat. Maka terkadang adat dan agama tercampur baur. Disinilah kita butuh ilmu agama, yang mampu memisahkan mana yang adat kebiasaan, mana yang datang dari Agama kita dengan tuntunan Al Quran dan Sunnah.

Ada beberapa kebiasaan dari masing-masing daerah yang sebenarnya tidak ada dalam tuntunan Islam tapi sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat. Mohon maaf, Semisal ada acara larung, ada Rabu wakesan. Ada amalan-amalan yang terkhusus di hari-hari atau tanggal tertentu yang memang tidak ada di dalam Al Quran dan Sunnah. 

Jika amalan tersebut diilmui dan jika kita tidak menemukan tuntunannya, maka tentu kita akan terhindar dari membuat buat amalan didalam agama atau yang biasa disebut bid'ah. 

Begitu Eyang. 

Wallahu a'lam. 

🌷Apakah hadis juga berpengaruh dalam suatu sikap dan dalam suatu kondisi? Bagaimana cara menentukan sikap saya? 

🌀Tentu berpengaruh, Eyang. Para ulama mujtahid, dalam menentukan satu hukum, akan mengkaji dari Al Quran dan hadist, jika ada dua hadist yang dianggap berlawanan, maka akan diteliti lagi mana yang lebih shahih, jika tidak ditemukan dalam hadist maka akan dicari dari amalan  para sahabat, tabi'in, tabi'ut tab'in. Begitu tingkatannya, Eyang. 

Nah, bagaimana dengan kita orang awam dalam menentukan sikap? 

Kita orang awam ini cukup merujuk kepada ulama mana yang kita yakini benarnya, tapi kita tidak boleh taklid buta, kita harus mencari dan terus belajar, jangan hanya membaca dari satu sumber, agar kita bisa mengambil rujukan rujukan dari ulama yang lain. Jika kita kita semakin yakin, maka tetaplah disana, jika ada kebimbangan, maka belajar lagi, cari lagi, karena ilmu itu luwas, sumber ilmu itu banyak, mungkin satu hal ini belum sampai secara utuh, setelah dicari lagi, maka keilmuan kita makin lengkap di dalamnya.

Begitulah cara kita yang awam dalam mengambil rujukan. Untuk beramal, maka beramal lah sebatas apa yang kita yakini ini benar dan ada dalam Al Qur'an dan hadist. 

Wallahu a'lam.

0⃣6⃣ Dwi ~ Bondowoso
Kenapa saat kita sudah mulai merubah diri dan hijrah meninggalkan dosa-dosa yang sering kita lakukan, saya merasa ujian yang datang semakin besar dan bertubi-tubi? Apa ini hukuman ataukah apa, Bunda? 

🌀Jawab:
Sesungguhnya ujian yang Alloh ﷻ berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu.

Lantas apakah setelah kita dibukakan hijab, diberi hidayah, kita akan dibiarkan saja? 

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? 
(QS. Al Ankabut : 2). 

Ternyata tidak, Alloh ﷻ akan memberi ujian-ujian kepada kita, untuk apa? Untuk menguji seberapa kesungguhan kita dalam beriman kepada-Nya.

Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan para petinggi, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. 

Jadi semakin dekat kita, maka Alloh ﷻ akan lihat seberapa besar loyalitas kita terhadap Alloh ﷻ. 

Tapi yakinlah, bahwa Alloh ﷻ tidak akan membebani kita dengan hal-hal yang kita tidak sanggup menghadapinya. Ini menurut pandangan Alloh ﷻ yaa, bukan menurut kita yang lemah. 

Jadi, bermohonlah kepada Alloh ﷻ agar diberi kekuatan untuk menghadapi segala ujian dan cobaan-Nya. 

Pertanyaannya, apakah ini hukuman ataukah apa? Semoga dengan kondisi dalam hijrah, itu semua adalah ujian, bukan hukuman, karena hukuman diberikan Alloh ﷻ kepada orang orang yang sedang dalam berbuat dzalim. 

Wallahu a'lam. 

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
🌀CLoSSiNG STaTeMeNT🌀

Sahabat-sahabatku...

Sudah sepatutnya kita sebagai seorang hamba terus menambah kesyukuran kepada Alloh ﷻ atas segala nikmat-Nya yang tiada tara. 

Nikmat kehidupan ini, nikmat kesehatan, nikmat harta, keluarga atau segudang nikmat kesenangan hidup yang telah Alloh ﷻ anugerahkan kepada kita. 

Karena kalau tidak‎, itulah kita sudah terkena penyakit Istidraj, yaitu nikmat yang menjauhkan kita dari Alloh ﷻ.

Demikian dari saya, mohon maaf lahir dan batin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

MOOD BOOSTER

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

      💘M a T e R i💘

Sholehah...

Belakangan ini, banyak orang yang mencari ‘Mood booster‘ ke sana ke mari. 

Untuk apa? 

Untuk sebuah gerak dan langkah. 

Untuk sebuah usaha mencapai kesuksesan yang ia dambakan. Untuk melangkah meraih sesuatu yang ia citakan.

Mungkin juga termasuk kita semua disini yaa... Sibuk ikut training ini, training itu, motivasi ini, motivasi itu, berbayar sekian ratus ribu bahkan jutaan rupiah.

Mungkin ada yang luput dari ingatan kita, padahal Alloh ﷻ telah menjanjikan kemenangan, kesuksesan bagi hamba-Nya yang beriman. 

Seperti yang Dia sampaikan di Al Quran surat Al Anfal:

“Dan Alloh ﷻ tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh ﷻ. Sesungguhnya Alloh ﷻ Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al Anfal: 10)

Lalu, ada hal yang menjadi sebab agar Alloh ﷻ datangkan pertolongan, agar Alloh ﷻ berikan kemenangan, seperti yang Alloh ﷻ sampaikan pada ayat sebelumnya.

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” 
(QS. Al Anfal: 9)

Ayat ini diturunkan sehubungan dengan permohonan Rasulullah ﷺ untuk mengalahkan musuh pada perang Badar. Dalam ayat ini Alloh ﷻ mengingatkan bahwa jika kita mohon pertolongan pada Alloh ﷻ maka Alloh ﷻ akan mengirim 1000 Malaikat yang datang berturut-turut. Alloh ﷻ mengirim bantuan tentara malaikat itu agar hati kita menjadi tentram karenanya. Kemenangan itu datangnya dari sisi Alloh ﷻ.

Maka syarat dari pertolongan Alloh ﷻ salah satunya adalah beriman. Pertolongan Alloh ﷻ ini juga berlaku bagi kita orang beriman dimanapun berada. Salah satu syarat yang lain adalah kita meminta pertolongan kepada-Nya, bukan kepada yang lain. Hingga kita meyakini bahwa kemenangan itu datangnya dari sisi Alloh ﷻ. Kemenangan itu datang dari kehendak Alloh ﷻ. Kemenangan itu datang karena Alloh ﷻ perkenankan.

Maka tugas kita adalah berusaha. Karena pertolongan Alloh ﷻ itu sejatinya amatlah dekat. Bahkan di Al Quran surat Maryam, Alloh ﷻ memerintahkan Maryam untuk berusaha.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu." 
(QS. Maryam: 25)

Disaat kondisinya yang sangat kesakitan akan melahirkan, Alloh ﷻ perintahkan Maryam untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma agar buahnya gugur kepadanya, padahal sejatinya Alloh ﷻ mampu untuk langsung menjatuhkan buah kurma masak itu kepada Maryam. Tetapi Alloh ﷻ perintahkan ia berusaha.

Jika dipikir, mungkin Maryam tidak akan kuat untuk menggoyangkan pohon kurma sekokoh itu, dalam kondisinya yang kesakitan. Namun Alloh ﷻ berkehendak, karena Alloh ﷻ lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Alloh ﷻ lah yang perkuat hamba-Nya. Maka pertolongan Alloh ﷻ tersebab adanya usaha hamba-Nya yang beriman.

Setelah berusaha Syarat selanjutnya adalah sabar. Tidak lupa tawakal.

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).”
(QS. At Thur 48-49)

Dan bahwa janji Alloh ﷻ itu adalah pasti. Alloh ﷻ tidak akan menyalahi janji-Nya.

“Karena pertolongan Alloh ﷻ. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang. (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Alloh ﷻ. Alloh ﷻ tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” 
(QS. Ar Rum 5-6)

Sebagai seorang mukmin kita meyakini bahwa Allah ta’ala tidak menciptakan kehidupan ini untuk tujuan yang sia-sia. Allah ta’ala akan mengumpulkan dan menghitung amal seluruh manusia kelak di hari kiamat. Dan orang yang beriman akan ada yang masuk surga dan selainnya akan masuk neraka.

🔷🌷🔷
Sholehah...

Salah satu kenikmatan yang disediakan Allah ta’ala bagi orang mukmin di dalam surga adalah mereka dapat memandang wajah Alloh ﷻ yang mulia. Allah Ta’ala berfirman,

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Yunus: 26)

Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, “Bagi mereka yang baik dalam beribadah kepada Alloh ﷻ adalah husna, yaitu mendapat balasan surga, juga mendapat ziyadah yaitu melihat wajah Alloh ﷻ yang mulia dan mendengar Allah Ta’ala berbicara, mendapatkan ridho-Nya serta meraih kegembiraan dengan berada di dekat Alloh ﷻ.”
(Taisir Al Karimir Rahman, hal. 339)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Muka mereka (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnya mereka melihat.”
(QS. Al-Qiyamah: 22-23)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya terhadap ayat di atas menjelaskan, “Orang mukmin akan melihat Rabbnya secara nyata dengan mata kepala mereka, hal ini sebagaimana terdapat dalam hadist riwayat Bukhari rahimahullah, ‘Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata kalian sendiri."
(HR. Bukhari no. 485).

Dan telah jelas bahwa orang mukmin akan melihat Rabbnya kelak di akhirat dalam hadist shohih yang mutawatir  yang tidak mungkin lagi tertolak dari Abu Sa’id  radhiallahu’anhu dan Abu Hurairah radhiallahu’anhu, seseorang bertanya, ‘Yaa Rasulullah ﷺ, apakah kami akan melihat Rabb kami di hari kiamat kelak? Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Apakah membahayakan kalian ketika kalian melihat matahari dan bulan…….? Ia menjawab, ’Tidak’. ‘Demikianlah kalian akan melihat Rabb kalian.”

Dari Jarir bin Abdillah al-Bajali radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Kami sedang duduk bersama Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam saat beliau melihat bulan di malam badar, beliau shalallhu’alaihi wa salam bersabda,

إِنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر لا تضامون في رؤْيتهِ ، فإِن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمسِ وقبل غروبها فافعلوا

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan ini, tidak membahayakan kalian saat melihatnya. Jika kalian mampu untuk tidak meninggalkan sholat sebelum terbit dan terbenamnya matahari maka lakukanlah.”
(HR. Bukhari no. 554 dan Muslim no. 632).

Kemudian beliau  shallallahu ‘alaihi wa salam membaca ayat,

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا

“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.”
(QS. Thaha: 130)

★ Itu Kenikmatan yang Paling Besar Kala di Surga

Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Alloh ﷻ singkap hijab (penutup wajah-Nya yang mulia), dan mereka mengatakan,

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ

“Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.”
(HR. Muslim no. 181).

Rasulullah ﷺ mengajarkan doa memohon kenikmatan memandang wajah Alloh ﷻ.

اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق أحيني ما علمت الحياة خيرا لي وتوفني إذا علمت الوفاة خيرا لي اللهم وأسألك خشيتك يعني في الغيب والشهادة وأسألك كلمة الحكم في الرضى والغضب وأسألك القصد في الفقر والغنى وأسألك نعيما لا يبيد وأسألك قرة عين لا تنقطع وأسألك الرضى بعد القضاء وأسألك برد العيش بعد الموت وأسألك لذة النظر إلى وجهك والشوق إلى لقائك في غير ضراء مضرة ولا فتنة مضلة اللهم زينا بزينة الإيمان واجعلنا هداة مهتدين

“Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanah aku selama Engkau tahu kehidupan itu lebih baik bagi ku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu kematian itu lebih baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon rasa takut kepada-Mu di saat sendiri maupun dalam keadaan terang-terangan, aku memohon perkataan yang benar dalam keadaan baik maupun marah, aku memohon kesederhanaan, baik dalam keadaan fakir maupun kaya, aku memohon kenikmatan yang tidak akan habis, dan aku memohon penyejuk hati yang tidak pernah berakhir. Aku memohon keridhoan atas ketetapan-Mu, aku memohon ketentraman setelah kematian, dan aku memohon kenikmatan memandang wajah-Mu, dan kerinduan bertemu dengan-Mu, bukan dalam kesusahan yang membinasakan dan cobaan yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memberi dan diberi petunjuk.”
(HR. An-Nasai, Ahmad dan lainnya).

Maka tidak cukupkah janji Alloh ﷻ sebagai penyemangat?

Maka tidak cukupkah ayat-ayat-Nya sebagai penyemangat?

Maka tidak cukupkah Alloh ﷻ sebagai alasan semangatmu?

Maka tidak cukupkah Alloh ﷻ sebagai  Mood booster mu?

Maka tidak cukupkah melihat wajah Alloh ﷻ yang sangat kita rindukan sebagai pembakar semangatmu? 

Wallahu a’lam bishshawab.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Riyanti ~ Yogja
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Terimakasih Ustadzah untuk materinya yang luar biasa, bicara tentang Mood booster, 
Kadang manusia itu mengalami iman yang naik dan turun.
Bagaimana cara agar Mood booster itu kembali dan Ilmu yang telah kita kuasai dan kita pelajari dapat memberi pengaruh pada perasaan dan pemikiran kita.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Bund Riy.

Bisa dengan hijrah lingkungan, kadang kebosanan itu karena kita berada dilingkungan yang sama setiap harinya. 

Jika lagi futur, cobalah sesekali cari teman-teman baru dengan aura baru dan semangat yang baru juga. 

Sering-sering muhasabah dan bertafakur, apa kita rela menghadap Alloh ﷻ dalam kondisi iman yang lemah? Karena kematian kita adalah rahasia, kita tidak bisa mengatur kapan kita akan pergi, namun kita bisa mengatur bagaimana kondisi kita akan pergi. 

Memaksakan diri untuk bangkit. 

Menghitung hitung sudah berapa banyak kah bekal kita menuju-Nya. 

Kembali memasang niat dan ber azzam yang kuat untuk selalu menghambakan diri pada-Nya. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Riyanti ~ Yogja
Boleh tidak sih kita membayangkan wajah Alloh ﷻ, penampakannya?

🔷Jawab:
Membayangkan wajah Alloh ﷻ itu dilarang. Karena Alloh ﷻ itu tidak sama dengan makhluk, bagaimana kita bisa dan boleh membayangkan wajah Alloh ﷻ? Jika terbayang maka segeralah beristighfar. Karena itu datang dari setan. 

Wallahu a'lam

🌸Ada dalilnya dzah?

🔷Salah satunya.
Hadis dari Ibnu Umar

تَفَكَّرُوا فِي آلَاءِ اللَّهِ ، وَلَا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ

"Berpikirlah tentang nikmat-nikmat Alloh ﷻ dan jangan kalian berfikir tentang (dzat) Alloh ﷻ."

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Erni ~ Yogja 
Assalamualaikum Ustadzah,

Bagaimana caranya agar ilmu dan akhlak bisa selaras jalannya, saat kita berjalan menuju ke kematian untuk melihat wajah Alloh ﷻ yang Agung? 
Mohon pencerahannya.

🔷Jawab: 
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Bun Erni. 

Agar ilmu dan akhlak selaras, disinilah butuh keikhlasan kita untuk mengimplementasikan ilmu tersebut didalam kehidupan. Al Quran dan Hadist adalah petunjuk bagi ummat, jika ummat tidak mengikuti petunjuk, maka yang akan terjadi adalah kehancuran. Rasulullah ﷺ diutus, juga untuk memperbaiki akhlak manusia yang sudah hancur sebelumnya. Darimana akhlak beliau Rasulullah ﷺ tersebut berlandaskan? Yaa dari Al Quran. 

Jika kita tidak berhasrat untuk menerapkan Ilmu yang ada didalam kehidupan, berarti masih ada hijab di hati kita yang menghalangi melaksanakan islam secara kaffah. Jika kita sudah sadar bahwa hidup kita masih jauh dari akhlak Islam, maka sudah sepantasnya kita memperbanyak istighfar dan taubat, agar Alloh ﷻ Ridho kita melaksanakan aturan dan petunjuk Islam. Dan kita juga harus memaksakan diri agar berakhlak seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Dwi ~ Bondowoso
Yang saya tangkap hanya satu, kalau kita menomor satukan Alloh ﷻ di segala macam hal maka Alloh ﷻ yang akan menolong kita tiada yang lain, mohon koreksi kalau salah.

🔷Jawab: 
Benar sekali Mba Dwi. Jika kita menomor satukan Alloh ﷻ, maka Alloh ﷻ  yang akan membantu kita dalam menjalani kehidupan ini, berapapun beratnya. Ikhlas lah karena Alloh ﷻ, in syaa Allah, Alloh ﷻ tidak akan sia-siakan kita. 

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Erni ~ Yogja 
Ustadzah, bagaimana caranya agar musibah dan nikmat bisa disikapi sebagai panggilan dari Alloh ﷻ agar bersabar dan bersyukur atas semua kejadian yang dialami? 

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Silakan perdalam ilmu tentang Akidah, karena didalam ilmu akidah akan dibahas semua itu, pelajari, pahami dan amalkan.

Jangan pernah merasa bahwa kita telah mengetahui dan memahami sesuatu, tapi selalulah merasa kurang dan terus belajar, meski itu diulang dari dasar. Merasa tahu dan menguasai ilmu akan membuat kita sombong, dan kesombongan akan membuat Alloh ﷻ murka, kemurkaan Alloh ﷻ akan menghalangi kita untuk menjadi pribadi yang baik. 

Wallahu a'lam  

0️⃣6️⃣ Erni ~ Yogja
Ustadzah, bagaimana cara membedakan rasa  sombong dengan keinginan hidup seperti air mengalir menuju muara keridhoan Alloh ﷻ dengan cara menyuburkan dan menyejukkan lingkungan yang dilewati?  

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Sombong itu adalah ketika kita merasa telah menguasai, telah mengerti, telah berbuat. Ada kebanggaan meski tidak diumbar. 

Berbuatlah sesuai ajaran Alloh ﷻ dengan kerendahan hati. Tidak dengan memandang diri lebih baik dari orang lain. 

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku...

Bumi yang kita tempati adalah anugerah yang sangat luar biasa dari Sang Khalik. Di dalamnya kita bisa mengisi hidup, saling mengenal, dan berbuat kebajikan. Namun jika takdir Alloh ﷻ datang berupa kiamat, jangankan Bumi, bahkan angkasa sekalipun begitu mudah bagi-Nya untuk melenyapkannya. Tidak ada tempat bagi manusia untuk lari dan bersembunyi, karena saat itulah dunia ini terasa sangat sempit.

Apakah kita meremehkan suatu doa kepada Alloh ﷻ, apakah kita tahu keajaiban dan kemukjizatan doa? Ibarat panah di malam hari, ia tidak akan meleset namun ia punya batas dan setiap batas ada saatnya untuk selesai.

Doa adalah senjata paling ampuh. Terkadang kita manusia terlalu tidak sabaran dalam menunggu dikabulkannya doa. Tetapi ingatlah, setiap doa pasti dikabulkan. Dan Alloh ﷻ menyediakan waktu yang terbaik untuk menikmati doa-doa kita.

Raih Mood booster setiap hari dengan dzikir-dzikir dan kerinduan bertemu Alloh ﷻ. 

Mohon maaf lahir dan batin untuk segala kekurangan. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh