Selasa, 29 September 2020

ENAM LANGKAH MERAIH KELAPANGAN HIDUP



OLeH  : Bunda Endria Soediono

           💎M a T e R i💘

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ

Allahumma sholi wa salim ‘alaa Nabiyyina Muhammad
Laa haula wa Laa quwwata ilaa billaah...

Semoga yang bisa menyimak kajian malam ini atau di waktu-waktu setelahnya mendapatkan rahmat dan hidayah Islam yang semakin kokoh di hati serta penjagaan kesehatan hati dan jasmaninya. Sehingga dalam menjalani sisa hidupnya di dunia ini semakin terbimbing dan lebih dekat kepada Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala hingga ajal menjemput suatu waktu nanti.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Malam ini insyaAllah kita akan merenung sejenak memikirkan tentang perjalanan hidup kita dan hal-hal apa yang sesungguhnya harus menjadi prioritas sehingga kita merasakan kehidupan yang lapang dan selamat di dunia dan akhirat.

Bincang tentang kehidupan sebenarnya bukan sudah tidak asing lagi bagi kita. Banyak kajian atau tulisan yang selalu menjadi pengingat hati kita. Akan tetapi jika semua itu hanya lewat dalam pandangan tak sampai masuk ke hati dan terselami dalam proses perenungan yang penuh kesadaran iman maka apalah manfaat yang akan kita dapatkan dari semua itu.

Yang ada kita hanya larut dalam eforia majelis ilmu yang beredar luas secara online tetapi kita tidak mampu mengambil manfaatnya secara maksimal. Sehingga tidak heran jika ada diantara kita yang sudah lama sekali berada di majelis ilmu di sebuah grup whatsapp tetapi keadaan hidupnya tidak berubah, pola pikirnya masih seperti dulu.

Malam ini saya ingin kembali menyegarkan jiwa khususnya jiwa saya sendiri dan semoga ada makna dan manfaat yang bisa diambil oleh para penyimak kajian ini.

Bahwa kehidupan dunia ini hanya sebentar sudah tidak asing bagi diri kita semua.

Akan tetapi point-point yang penting yang mampu menyangga kepribadian kita sebagai hamba yang berkualitas dan yang memiliki karakter yang kuat serta bersahaja dalam gaya hidupnya, masih harus sering kita evaluasi.


Sedikitnya ada enam hal yang bisa menjadi sumber sebab kualitas hidup kita akan meningkat dan keadaan jiwa kita akan mendapatkan kelapangan dan kebahagiaan. Yakni:

🔷Yang Pertama adalah:
Kita harus mengevaluasi kembali settingan mindset kita atau pola pikir kita dalam kaitan keberadaan di dunia ini.

Kita harus meluruskan kembali atau bahkan merubah total dari pola pikir yang menjadikan dunia ini sebagai suatu sandaran kehidupan yang bahagia.

Arah yang seharusnya adalah tertuju pada keadaan nasib diri kita di akhirat bukan dunia.

Jika arah ini sudah kita luruskan pada pencapaian keselamatan akhirat kita maka segala gerakan menuju apa saja yang diridhoi Alloh ﷻ akan lebih ringan untuk kita lakukan.

Apa saja hiruk pikuk kejadian di dunia itu tidak akan terlalu berpengaruh pada konsentrasi jiwa kita dalam meraih kehidupan yang selamat di akhirat.

Jika kita mampu meletakkan dunia dibawah akhirat maka kelapangan jiwa pasti akan kita rasakan dalam keadaan apapun Alloh ﷻ bagikan pada diri kita.

Misal:
Yang belum diberi pasangan hidup maka ia tidak terlalu risau karena sesungguhnya ada teladan yang baik dari seorang hamba Alloh ﷻ wanita mulia yang dibadikan kisah hidupnya di dalam Al Qur’an. Yakni Maryam.

Beliau adalah contoh sosok yang orientasi hidupnya penuh dengan iman dan ketaatan kepada Alloh ﷻ dan sangat sempurna dalam pengharapannya terhadap kehidupan yang baik di akhirat.

Sehingga ketika Alloh ﷻ tidak berikan pasangan hidup di dunia ini. Maryam tetap tegar dan kokoh di dalam perjuangan menjadi seorang hamba wanita yang banyak beribadah, yang Menjaga kehormatannya dan pada akhirnya Alloh ﷻ beri kemuliaan padanya menjadi seorang ibu dari seorang Nabi yang Mulia yakni Isa bin Maryam ‘alaihissalam.

Demikian juga kita renungkan contoh yang lain...

Bagi mereka yang tidak diberikan kehidupan ekonomi yang berlebih maka kita lihat bagaimana kehidupan junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam. Manusia yang sangat dikasihi Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala hingga kelak tidak manusia satupun yang akan memasuki surga sebelum beliau terlebih dahulu yang memasukinya.

Pun demikian apakah kemewahan duniawi yang Alloh ﷻ manjakan kepada beliau? Bukan...

Artinya apa...
Bahwa standar kebaikan dan kelapangan jiwa itu bukan pada harta. Tetapi pada jiwa yang penuh iman kepada Alloh ﷻ dan yang sangat merindukan kehidupan akhirat. Walau bagaimana sempitnya perjalanan hidup di dunia ini ia jalani asal dadanya penuh dengan iman dan pengharapan pada kehidupan yang baik di akhirat (surga dan Segala kenikmatannya). Maka ia akan tetap lapang menjalaninya.

Itulah jiwa yang memiliki karakter yang kuat. Selalu bersandar pada imannya pada kehidupan akhirat dalam menjalani setiap sesi dan warna kehidupan yang dia lalui.

🔷Kemudian yang Kedua:
Untuk menggapai hidup yang lapang yang penuh kemuliaan diri di sisi Alloh ﷻ dan dalam pendangan manusia maka seorang harus memaksakan kembali pada Al Qur’an.

Apa saja yang terkait dengan Al Qur’an maka harus kita paksakan agar jiwa kita tertarik padanya.

Apakah kita belajar membacanya agar kita mampu membaca dengan bacaan yang benar, atau kita mempelajari tafsirnya melalui mendengar kajian-kajian (dan tadabbur Qur’an), menginfaqkan Sebagian rizki nya untuk segala bentuk perjuangan syiar-syiar Qur’ani, atau membiayai para pengahafal Qur’an, memberi bantuan kepada para keluarga ahlul Qur’an dan apa saja yang lain yang mana semua itu mencerminkan bukti kecintaannya terhadap Al Qur’an.

Dan hal terpenting dari hubungan diri seorang mukmin dengan Al Qur’an adalah ketika ia telah bertekad bersungguh-sungguh ingin mempelajarinya dan berniat serta berusaha semaksimal mungkin mengamalkannya dengan segenap iman yang ada di dalam hatinya atas kebenaran Al Qur’an dan juga atas kepahamannya bahwa dengan mencintai Al Qur’an maka itulah jalan pintas yang terekspress seorang hamba untuk mendapatkan kecintaan Alloh ﷻ hingga dalam kehidupan dunianya pasti akan diberikan jaminan kelapangan dan di akhirat balasan nikmat akan disempurnakan-Nya.

 🔷Yang Ketiga adalah :
Mulailah kita selalu menghitung Waktu.

Seorang yang selalu sadar dengan waktu dan ia kaitkan dengan apa yang akan ia dapat dari setiap detik dari waktu-waktu  yang telah ia lewati maka akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu aktivitas.

Berhitung dengan waktu ini tentu kaitannya dengan upaya menghindarkan diri dari segala kesia-siaan.

Termasuk ia akan ...
Menghindari diri dari banyak bicara, banyak melihat, banyak mendengar dan juga yang tidak kalah penting adalah menghindari diri dari banyak bergaul.

Saat ini pergaulan memang tidak seperti dulu waktu belum ada sarana komunikasi canggih seperti HP dan segala bentuk aplikasinya.

Ini merupakan suatu peluang yang baik bagi kita untuk mengais pahala yang berlimpah jika kita pandai menggunakannya dalam porsi yang tepat.

Dalam hal ini jangan sampai waktu kita terbuang tanpa terasa karena kita berada dalam pergaulan WAG misalnya yang mana di dalamnya tidak ada unsur kebaikan akhiratnya. Ini tentu merupakan contoh pembelanjaan waktu yang sia-sia dengan memanjakan diri bersama orang-orang yang membawanya lalai pada kehidupan akhirat.
Maka hindarilah hal ini.

Seleksilah...
Mulai sekarang dengan siapa kita bergaul dan benarkah selama ini waktu-waktu kita telah banyak tersita bersama mereka yang tidak memberi manfaat apa-apa dalam urusan akhirat kita.

Karena jika hal diatas kita lakukan maka kebahagiaan kita bisa saja dicabut oleh Alloh ﷻ.
Na’udzubillahi mindzalik.

Manfaatkan waktu hidup kita sebaik mungkin. Sisihkan waktu kita lebih banyak untuk Alloh ﷻ berdzikir dan memikirkan-Nya, juga manfaatkan setiap waktu luang yang ada bersama keluarga dalam keadaan pembinaan kehidupan Islami yang penuh ketaatan.

Dengan demikian insyaAllah jiwa kita akan selalu menemukan kelapangan. Karena tidak rasa dikejar oleh dunia dan dunia.

Tetapi suasana akhirat selalu lebih menarik bagi jiwa kita hingga Tidak menjadi budak dunia dan karena itu apapun keadaan yang bisa jadi orang lain merasa sebagai sebuah kekurangan atau ketidak lapangan maka tidak baginya. Karena setiap waktu yang ia miliki telah ia arahkan pada apa yang diridhoi Alloh ﷻ sehingga apa yang ia butuhkan adalah apa yang hakiki yang menghadirkan kepuasan dan kelapangan jiwa yang tidak bisa diukur dengan nilai materi dunia.

 🔷Yang Keempat:
Didiklah diri kita menjadi seorang yang Dermawan.

Kedermawanan adalah salah satu senjata pemberantas tuntas rasa keserakahan.
Dermawan dalam hal apa saja.

Bangunlah jiwa kita menjadi jiwa yang sangat suka berbagi atau memberi.

Karena dengan memberi kita akan menemukan Kebahagiaan yang tiada terperi. Dan balasan Keikhlasan dalam memberi ini diantaranya Alloh ﷻ akan berikan kelapangan bagi jiwa kita.

Jangan berpikir memberi itu adalah domainnya orang kaya dan berlimpah harta. Bukan...

Memberi itu adalah suatu langkah menolong diri kita sendiri jika kita benar-benar ingin mendapati kelapangan jiwa dalam kehidupan dunia ini.

Belum nanti ketika kita sudah memasuki alam akhirat. Dikabarkan oleh  Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa setiap kita nanti di akhirat akan dinaungi oleh sedekah kita.

Sedekah itu bukan hanya berupa harta, ilmu kita bisa kita sedekahkan, kemurahan hati kita bisa kita sedekahkan, bahkan senyum kita dan doa-doa kita serta apa saja dari yang kita miliki yang kita niatkan untuk kita berikan kepada orang lain maka itu juga insyaAllah merupakan sedekah kita.

Jadi kedermawanan itu mengapa harus kita bangun bahkan harus kita paksakan menjadi salah satu karakter kepribadian kita. Karena sifat dermawan menghasilkan jiwa yang jauh dari hubbuddunya atau cinta terhadap dunia.

Arah yang ingin ia capai adalah balasan Alloh ﷻ baik di dunia ini dalam bentuk hidayah serta kelapangan hidup saat ia berderma.

🔷Yang Kelima:
Jadilah seorang yang PEMAAF.

Memaafkan orang lain yang bersalah Itu  memang sesuatu yang tidak mudah. Tetapi bisa dilatih.

Jika kita mudah memaafkan orang lain maka janji Alloh ﷻ adalah surga seperti yang disebut dalam Al Qur’an di surat Ali Imran ayat 133 & 134 :

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,"

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh ﷻ menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Jadi jelas itu merupakan penawaran dari Alloh ﷻ bagi jiwa yang mendambakan kelapangan jiwa, yakni terus menerus mendidik diri untuk selalu ringan hati dalam memberi maaf orang lain yang bersalah pada dirinya.

Sederhana saja, jika kita berat memaafkan orang lain maka bagaiamana kiranya keadaan hati kita? Tentu terasa seolah ada beban berat yang menyesakkan.
Ini adalah sumber sarang penyakit jiwa. Bisikan setan yang menghalangi diri kita dari segala kebaikan dunia dan akhirat yang dijanjikan Alloh ﷻ.

Sedangkan jiwa kita ringan memaafkan orang lain maka jiwa kita akan terasa lebih lapang sehingga akan mudah khusyuk dalam menjalankan setiap ibadah kepada Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala.

🔷 Yang Keenam adalah:
Memperkaya jiwa kita dengan Dzikir kepada Alloh ﷻ.

Memperkaya disini tentu maksudnya tidak lain adalah tidak pernah melepaskan jiwa kita dari mengingat Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala apakah dzikir dengan ayat-ayat khauliah-Nya dan ayat-ayat  kauniah-Nya dan juga pada apa saja yang Alloh ﷻ ajarkan pada kita hingga menjadi jalan kita untuk bisa mendekat kepada Alloh ﷻ.

Jika kita sedang tidak Berdzikir maka sejatinya Setan sangat dekat dengan hati kita. Adapun jika hati kita selalu kita penuhi dengan berdzikir maka setan tidak mampu mendekat pada diri kita.

Demikian point-point ringkas yang bisa menjadi bahan renungan kita agar kita meraih kelapangan dalam kehidupan ini.

Dan hanya berhijrah pada gaya hidup yang mencintai kegiatan thalabul ilmu lah yang bisa membawa hati untuk mengarah pada upaya-upaya di atas.

Dengan menuntut ilmu agama dengan serius hati kita akan terbuka, jiwa kita akan sering dipaksa untuk berkaca hingga dalam proses yang harus kita sabari kita akan mendapatkan kelapangan jiwa sebagaimana yang kita dambakan.

 ‎والله أعلم

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
        💎TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Poppy ~ Solok
Sepertinya semakin kita berusaha sabar, ujian yang lebih berat datang, terkadang kita berusaha sekuat tenaga bersabar dan mengikhlaskan semua, tapi bagaimana menghadapi dan memberi pengertian kepada anak, orang tua bahwa setiap musibah bukan mau kita, tapi kehendak-Nya?

Mohon pencerahannya dzah.

Terima kasih.

🌴Jawab:
Bismillah,

Pertama saya berdoa semoga bunda penanya selalu diberi kekuatan iman serta kesabaran dalam menjalani segala bentuk ujian kehidupan ini dan juga keluarganya.

Bunda ketika kita bisa bab mendidik anak maka kita harus paham bahwa itu semua adalah suatu proses, yakni proses perjalanan kehidupan dalam sebuah keluarga yang obyeknya seharusnya bukan saja pada si anak itu sendiri. Tetapi diri kita sebagai orang tua sebagai sumber ilmu yang pertama atau istilahnya kita ini sebagai ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anak kita.

Yakni dimana anak-anak kita mendapat ilmu tentang kehidupan. Dan dari ilmu yang harus kita ajarkan adalah ilmu agama merupakan ilmu yang vital dan harus menjadi prioritas nomor satu dari sejak anak mulai terlahir dari kandungan kita dengan izin Alloh ﷻ.

Anak itu titipan-Nya. Jadi kita hanya dititipi Alloh ﷻ karena itu kita harus sadar untuk selalu fokus pada perjuangan bagaimana anak-anak kita kita besarkan dalam pendidikan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Yakni menjadi hamba yang mengimani-Nya dan mengimani keberadaan para Malaikat-Nya, mengimani Rasul-Nya, mengimani Kitab-Nya dan termasuk mengimani segala Takdir-Nya.

Inilah landasan keimanan yang harus kita letakkan dan bangun secara kokoh pada diri anak dari sejak usianya masih kecil.

Memang agak repot ya jika kita menyampaikannya kala mereka sudah besar,  karena sudah terlalu banyak komtaminasi masukan ilmu atau informasi yang tidak bermanfaat kepada anak zaman sekarang ini. Akibat kemudahan mereka mengakses internet, games dan lain-lain.

Kekosongan jiwa dari ilmu tentang keimanan membuat tidak hanya anak, orang dewasa pun akan selalu rentan dalam menghadapi situasi yang menghimpit dirinya, yakni ujian-ujian ketidak nyamanan yang Alloh ﷻ datangkan pada dirinya.

Bahkan ketika dia diberi ujian kenikmatan pun tidak akan menjadi sadar dan peka untuk lebih banyak bersyukur.

Demikianlah keadaan seorang yang jiwanya miskin ilmu dan minim iman.

Secara umum untuk memperbaik keadaan kejiwaan anak agar nantinya menjadi manusia yang dewasa dan matang dalam spiritualitas dan juga emosionalnya maka orang tua harus mulai bertekad melakukan pembenahan-pembenahan dalam penerapan pola didiknya terhadap anak-anaknya.

Jadi ambilah kesempatan situasi sempit sebagai peluang untuk memperbaiki apa saja yang perlu diperbaiki dan dibenahi.

Lakukan pendekatan secara tepat dengan mengajak anak  membicarakan tetang apa sih tujuan utama Alloh ﷻ menciptakan manusia.

Pelajari dan pahami dengan baik firman Alloh ﷻ ini :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Jadi tujuan utama Alloh ﷻ menciptakan kita di dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Ini seharusnya yang menjadi dasar utama yang harus kita pahamkan kepada anak tidak harus menunggu mereka besar. Pahamkan sejak mereka kecil agar selalu terpatri di dalam hatinya.

Kemudian jika kita ini diciptakan untuk beribadah kepada Alloh ﷻ maka konsekwensinya kita harus mempelajari ilmu agama Alloh ﷻ yakni dari Al Qur’an dan As Sunnah, karena dari keduanya merupakan sumber utama yang secara sempurna akan membimbing jiwa manusia menjadi hamba sesuai dengan yang diinginkan-Nya.

Dari sumber Al Qur’an dan As Sunnah kita sebagai hamba-Nya akan mengetahui hukum halal haram, apa yang dbolehkan dan diperintahkan dan apa yang dilarang dan harus dijauhi.

Selain mempelajari Al Qur’an dan Hadist maka perlu kita sampaikan pemahaman bahwa setiap orang yang beriman itu pasti akan diuji oleh Alloh ﷻ untuk membuktikan kebenaran imannya.

Ujian bagi orang beriman itu merupakan peluang untuk mendapat pahala dan ampunan-Nya.

Kalau begitu berat dong jadi orang beriman karena selalu akan diberi ujian.

Jelaskan... Bahwa orang diluar Islam pun juga pasti mendapat ujian atau musibah tetapi bedanya sesusah yang mereka alami tidak akan pernah dibalas dengan surga-Nya.

Beda dengan orang beriman sedikit ujian yang datang menambah pundi-pundi pahala dan sebab ampunan.

Kalau orang maaf kafir itu hanya sedekar azab yang didahulukan saja sedangkan kelak di akhirat Alloh ﷻ akan menyempurnakan azab bagi mereka atau jika Alloh ﷻ kehendaki yang lain. Itu ada pada kehendak Alloh ﷻ.

Naah... setelah itu berikan pengertian bahwa di dunia itu bukanlah tempat tujuan kita yang terakhir karena kampung kita yang abadi adalah akhirat.

Karena ajak mereka untuk bersabar dalam menghadapi ujian ini untuk mendapat nikmat di kehidupan akhirat nanti.

Pengenalan perkara penting diatas harus menjadi target kita dalam meletakkan dasar keimanan pada anak, hingga jangan sampai anak kita tidak paham dengan perkara seperti itu.

Ingat anak-anak kita kelak insyaAllah akan menjadi manusia dewasa seperti kita. Mereka harus menghadapin kenyataan hidup ini dengan ilmu dan imannya sehingga ketika mereka menghadapi takdir yang buruk maka imannya akan menghalanginya untuk bermaksiat kepada Alloh ﷻ.

Bersabar juga merupakan sikap yang tidak asing lagi bagi dirinya karena dia tahu bahwa itu ujian dari Alloh ﷻ Sang Pemiliki jiwa dan raga mereka.

Lakukan penjagaan diri mereka dari pengaruh gadget. Jika candu terhadap gadget maka agak sulit sudah orang tua mengarahkannya pada pemahaman agama.

Karena otaknya sudah dididik oleh guru statis yakni yang bernama gadget yang membuatnya gandrung dan bergantung.

Inilah diantara cara setan merusak hati manusia khususnya anak-anak zaman modern ini. Yakni dibuatlah ketergantungan kebahagiaan buka pada yang utama dan diridhoi Alloh ﷻ tetapi mereka bergantung dan mencari kepuasan hidup dari alat perusak jiwa yakni gadget. Jika tidak segera diluruskan dan disembuhkan maka keadaan kedepan bisa akan lebih buruk bagi anak.

Jauhkan dari gadget dan isilah kekosongan jiwanya dengan ilmu tentang kehidupan ini atas dasar ilmu agama sebagai sumber tuntunannya.

Sebelum saat akhiri jawaban ini ada dua hal lagi sebagai pelengkap dari penjelasan diatas yakni:

1) Perbaiki diri kita sebagai orang tua.
Jadilah teladan yang baik bagi anak kita. Dan ajak mereka bersama diri anti untuk hidup penuh ilmu harus menuntut ilmu
dan semangat ketaatan kepada Alloh ﷻ dan Rasu-Nya.

2) Perkuatlah doa.
Karena doa seorang ibu kepada anaknya merupakan sumber kebaikan yang utama bagi anak-anaknya.

Demikian jawaban ini semoga bisa dipahami dan diterapkan.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣2️⃣ Hesti ~ Surabaya
Mohon advis atau saran bunda bagaimana cara menghilangkan sifat jelek ke arah positif dan cara memenej waktu yang efektif agar selalu ada waktu buat Al Quran?

🌴Jawab:
Bismillah,

MasyaAllah tabaarokallah.

Ini pertanyaan singkat yang sangat baik dan berkualitas.

Saya merasa bahwa pertanyaan ini sangat penting untuk ditanyakan bagi setiap muslim.

Dan jika pun dirinya sudah tahu akan jawabannya maka inti dari apa yang ditanyakan ini yakni Terkait Bagaimana Kita melakukan Taskiyatun Nafs - penyucian jiwa - ini harus terus menjadi bahan evaluasi diri karena hal ini adalah perintah Alloh ﷻ yakni dari setiap diri orang beriman wajib selalu Mengupayakan dengan sekuat tenaganya untuk mensucikan jiwanya dari segala penyakit hati yang hanya akan menjadi sebab kehinaan dirinya dalam pandangan Alloh ﷻ.

Ingat ya yang kita butuhkan yang utama adalah kebaikan atau kemuliaan diri kita dalam pandangan Alloh ﷻ bukan dalam pandangan manusia.

Karena jika terbalik yakni kita mengejar komentar atau pujian manusia lupa pada Perkara bagaiamana Alloh ﷻ memandang diri kita maka hal ini seorang bisa dipastikan akan terjatuh pada ujub dan riya’.

Ujub itu bangga diri, sedangkan riya’ itu adalah kita beramal tetapi tujuannya agar dipuji manusia bukan karena ingin mendapat pahala dan ridho Alloh ﷻ.

Baik dari pertanyaan diatas saya menangkap ada dua point penting yang perlu dijelaskan.

Yakni yang pertama terkait bagaimana mengarahkan hati agar selalu berfikir ke arah yang positif.

Dan yang kedua bagaimana cara memanage waktu kita agar menghasilkan kebajikan yang banyak sebagai bekal kehidupan akhirat kita dan kita di dunia ini bisa menikmati kehidupan yang dekat dengan Al Qur’an.
MasyaAllah pertanyaan yang sangat baik.

Untuk penjelasan pertanyaan yang pertama:

Hati kita adalah bagai raja. Sehingga hati sangat menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.

Jika hatinya baik maka seorang akan selalu memancarkan Kebaikan Pribadinya. Namun ukuran kebaikan ini juga harus dalam standart yang benar, yakni sebagai orang beriman maka uswatun hasanah kita suri tauladan kita adalah pada diri Rasulullah ﷺ .

Apa saja gaya hidup beliau dari masalah yang sepele hingga yang besar acuan kita adalah ada pada sunnah-sunnah  beliau ﷺ .

Jadi apabila kita ingin menjadi baik yang harus banyak mempelajari bagaimana kehidupan pribadi beliau ﷺ  kita baca sejarah beliau ﷺ bahkan dari segala sisi beliau ﷺ.

Pada diri Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam Alloh ﷻ turunkan cahaya keteladanan yang merupakan penerapan nilai-nilai Al Qur’an dalam kehidupan.

Jadi kalau kita menemukan seorang hanya mempelajari Al Qur’an tanpa mau mempelajari dan mengambil ilmu dari Sunnah Nabi ﷺ dalam praktek kehidupannya maka ada yang salah di dalam aqidahnya.
Harus diluruskan dan dipahamkan kembali makna dari syahadatnya yakni selain kita meyakini secara haqul yakin bahwa Alloh ﷻ adalah satu-satunyanya ilah atau sesembahan yang berhak untuk diibadahi, juga di dalam syahdatain terkadung pengakuan secara jujur dan ikhlas bahwa Nabi Muhammad adalah seorang hamba-Nya sekaligus Alloh ﷻ angkat sebagai Rasul-Nya atau utusannya.

Diantara amanah yang utama Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam diutus dimuka bumi ini adalah Untuk Mengenalkan Diri Alloh ﷻ dan Menjelaskan tentang Syariat-Nya. Serta mensucikan jiwa umatnya agar mereka menjadi ‘abdi yang selamat dan diridhoi di dunia hingga kelak di akhirat.

Jadi meluruskan hati yang sering didatangi lintasan pikir yang buruk merupakan perkara besar yang harus kita berantas dan kita didik jiwa kita agar kuat dalam mempertahankan pada sisi kebaikan yang akan menjadi sebab turunnya ridho Alloh ﷻ pada diri kita.

Bagaimana caranya?

Cara meluruskan sifat-sifat buruk agar menjadi lebih baik itu paling mudah adalah dengan kita banyak mengingat kematian, dengan kita sering mengingat bahwa apa saja yang kita lakukan di dunia ini semua pasti akan dihisab oleh Alloh ﷻ.

Tidak ada sebiji sawi pun perbuatan manusia yang kelak terlewatkan dari hisab akhirat.

Jika pikiran kita sering teringat padah perkara tersebut maka insyaAllah akan lebih mudah ngerem sesuatu yang kita tahu tidak baik.

Masalahnya kadang yang sering menghambat ingatan kita pada keadaan akhirat adalah karena kurangnya iman kita terhadap hari akhirat dan berbagai kejadian dahsyat yang ada didalamnya atau bisa jadi karena kemalasan kita dalam mengasah hati dalam perkara mengimaninya.

Dan hal tersebut diatas ‎ان شاء الٌلهakan lebih mudah diatasi ketika kita sering bersama dengan Al Qur’an. Kita rajin ikut kajian tadabur Qur’an bahkan mempelajari tafsir Qur’an dan membiasakan diri melakukan tadabur Qur’an ini sudah menjadi tuntutan kita sebagai orang beriman.

Karena bagaimana kita bisa memiliki wawasan ilmu Al Qur’an yang kita jadikan Petunjuk Hidup jika kita tidak mau mendekat dengan Qur’an dan mempelajari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Selain itu dengan kita memperlajari Al Qur’an secara intensif maka kita akan banyak sekali menemukan berbagai kejutan ruhani yang ini dan melapangkan jiwa yang mana kenikmatan tersebut tidak bisa diukur dengan materi duniawi, ini merupakan bagian dari efek keberkahan Al Qur’an bagi para pecintanya.

Jadi Kembali mempelajari Al Qur’an dan melakukan interaksi dengan Al Qur’an akan sangat efektif juga dalam memperbaiki keadaan ruhiyah kita.

Jika ruh akrab dengan al Qur’an maka implikasi positif yang jelas akan terasa adalah tenang dan lapangnya jiwa, hati selalu tertuntun pada jalan kebaikan dan setan akan menjauh sehingga was-was yang biasa muncul mengajak pada keburukan akan pergi dari diri kita.

Kemudian untuk pertanyaan yang kedua adalah bagaimana cara kita bisa mengatur waktu agar bisa mempunyai sesi kebersamaan dengan Al Qur’an.

Tentu kita harus punya tekad yang kuat atau azzam.

Setelah bertekad juga harus diikuti dengan konsistensi yakni kesadaran dan kemauan diri dalam melakasakan azzam nya tadi.

Bagaimana bisa tercipta kondisi hati yang selalu bersemangat dengan Al Qur’an:

√ Yang pertama harus mengimaninya.
√ Yang kedua harus memahami apa sih keutamaan Al Qur’an itu. Karena jika tidak kenal maka bisa jadi tidak sayang.
√ Kemudian yang ketiga adalah banyak membersamai orang atau teman yang sama-sama mencintai Al Qur’an dan selalu dekat dengan Al Qur’an.
√ Rajin berdoa agar diberi hidayah.

Nah setelah itu ciptakan komitmen bahwa Al Qur’an harus menjadi bagian dari hidup kita. Artinya jangan berikan waktu untuk Qur’an waktu yang sisa-sisa dimana kondisi kita sudah capek dan lain-lain.

Nomor satukan Al Qur’an.
Dan beri waktu kita yang terbaik untuk berinteraksi dengan Al Qur’an apakah membacanya mempelajari maknanya atau mengikuti kajian tafsirnya dan lain sebagainya.

Masalah detail cara mengatur waktu tidak bisa digeneralisir ya say masing-masing harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.

Tetapi ya itu tadi yang penting kita bertekad akan menomor satukan Al Qur’an baru urusan yang lain maka insyaAllah waktu anti akan diberkahi Alloh ﷻ dan apa yang anti harapkan Alloh ﷻ lah yang akan mewujudkan.

Jadi semua harus berawal dari niat dan ikhtiar semampu kita sedangkan Alloh ﷻ yang akan memberi hidayah dan membuka jalan kemudahannya.

 ‎والله أعلم بالصواب

Baarokallahu fik ukthi
Semoga Alloh ﷻ jadikan anti alhlul Qur’an yang akan diberikan banyak keutamaan di dunia dan di akhirat.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadzah,

Ketika diri ini ingin dan berusaha melangkah menjadi yang lebih baik lagi memperkuat iman agar tidak mudah down, tapi diri ini belum bisa rasanya diri ini masih belum bisa merubahnya.  Fitri ini tipe orang yang kalau ada sesuatu yang bikin malas atau apa pasti langsung kepikiran langsung apa iya seperti apa iya selama ini fitri rajin bla bla semuanya percuma ya sudahlah suka seperti begitu dzah?

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah,
Dalam segala kondisi kita harus waspada tehadap bisikan setan ukhti.

Pada dasarnya jika iman yang telah Alloh ﷻ berikan pada diri kita telah kita jaga dengan baik yakni penjagaan tersebut yang dimaksud adalah dengan terus mengistiqomahkan diri dalam amal ketaatan dan juga mengikatnya terus menambah ilmu maka inilah upaya penjagaan iman yang efektif.

Sepotong ilmu yang kita amalkan akan terus menambah keimanan jiwa.

Ikatlah diri anti pada komunitas penuntut ilmu, apakah secara offline maupun online.

Saat ini media online ‎ان شاء الٌله sama nilai pahalanya dengan yang offline jika kita menuntut ilmu.

Diantara pahala kebaikan menuntut ilmu sebagaimana yang disebutkan dalam suatu dalil hadist mari kita perhatikan:

”Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

”Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali dzikir kepada Allah dan amalan-amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah).

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan)." (QS. Mujadilah 11).

Dari yang tertuang diatas masih banyak lagi keutamaan seorang yang mau menuntut ilmu.

Jadi jawaban inti dari pertanyaan anti diatas jika ditanya sarannya apa, ya menuntut ilmu sampai memahaminya, bertanya jika belum paham sampai kita paham kemudian mengamalkannya, artinya kita pikirkan ilmu yang telah kita peroleh tadi dan terapkan dalam diri kita... Apakah itu berupa perintah dan anjuran melakukan amal sholih, ataupun pelurusan pola pikir yang memang harus diperbaiki.

Dengan kita tiada henti menuntut ilmu agama maka akan terjadi proses tazkiyatun nafs atau pensucian jiwa, jika ilmu tadi seperti yang saya katakan kita resapi dan kita amalkan.

Dari amal sholih ke ama sholih yang kita kerjakan atas dasar ilmu yaaa... Sekali lagi saya tekankan disini bahwa beramal ibadah itu harus kita pahami ilmunya bagaimana agar sesuai dengan kelayakan diterimanya amal itu oleh Alloh ﷻ.

Kan ada 2 syarat diterimanya suatu amal yakni ikhlas karena اللهِ dan Mengikuti Syriat Islam yang diajarkan oleh Nabi kita Muhamad ﷺ.

Jika tidak niat dengan bersih dan juga tidak mengikuti aturan Rasul ﷺ maka amal tersebut akan tertolak alias tidak diterima.

Naah satu lagi pemahaman bagi ukhti penanya juga yaa
Terkait apa yang ditanyakan diatas.

Tadi saya sebutkan bahwa kita harus waspada terhadap bisikan setan. Ada banyak model bisikan setan yang tujuan utamanya adalah agar semua amal kita gagal tidak diterima oleh Alloh ﷻ; yakni karena cacat niat, misal kita berdakwah karena اللهِ dan sekalian terbersit untuk mencari popularitas, atau kita menolong orang lain agar dipuji orang lain. Dan lain sebagainya.

Pendek kata setiap amal Ibadah atau amal kebajikan untuk Alloh ﷻ tetapi ada niat tersembunyi untuk suatu kepentingan yang lain maka amal seperti ini bisa dikatakan sebagai amal yang telah cacat niat dan pasti tidak akan diterima dan berbuah pahala.

Naaah godaan setan yang model lain lagi adalah di bisikkan nya seseorang yang ingin beribadah dengan bisikan yang sifatnya menggembosi, seperti bisikan: “.. aaah ngapain tobat sekarang nanti kamu juga pasti akan ngulangi lagi... nanti saja taubatnya.”

Atau setan bilang :
“.... Sudaaah dosa kamu tuh udah banyaaak tidak bakal ibadahmu diterima Allah....”

Ada juga :
“ ... sudah nanti aja lakukan ini dan itu (ibadah maksudnya seperti sholat, baca Qur’an, dzikir pagi sore dan lain-lain) tanggung rampungin dulu kerjaan yang ini ... “

Atau :
“.... ah nggak usah ibadah deh lagi banyak orang, ntar kamu dikira sok alim lho...”

Dan lain sebagainya... Dan lain sebagainya...

Sejuta macam alasan yang bisa dibisikkan setan kepada diri manusia yang beriman untuk melakukan ibadah kepada Alloh ﷻ hingga pada akhirnya saat si hamba Alloh ﷻ inipun akhirnya melakukannya maka sangat mungkin ditengah perjalanan ibadahnya digoda lagi.

Seperti saat tengah sholat dilupakan raka'atnya, atau disibukkan mengingat atau berpikir sesuatu yang ada diluar sholat, yang lupa jadi ingat, yang jadi pikiran masalah ketemu solusinya, bahkan seolah-olah kita jadi lebih cerdas saat berada di dalam sholat itu.

Padahal tidak seharusnya saat sholat dimana saat itu adalah saat kita sedang bermediasi menghadap Alloh ﷻ secara langsung tetapi justru kita lengah dan hati kita lalai. Astaghfirullaah.

Ini semua harus kita waspadai ukthi.

Artinya terkait masalah anti tadi, apapun pikiran yang condong pada keadaan yang menjauhkan diri anti untuk menjadi hamba yang baik yang taat dan sangat ingin dekat dengan Alloh ﷻ dan rasa keputus-asaan maka semua datangnya dari bisikan setan.

Perhatikan bagaimana  Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda bahwa betapa senangnya Alloh ﷻ terhadap hamba-hamba-Nya yang datang menghadap-Nya untuk bertaubat kepada-Nya.

Beberapa tips yang saya urakan dalam bentuk points berikut semoga dalam dilaksanakan sehingga hati anti akan lebih tertuntun dan merasakan kelapangan dan rasa percaya diri sehingga terbangun karakter yang kokoh dan tidak akan mudah lagi terperdaya oleh setan.

◼️Pertama,
Membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an]

◼️Kedua,
Cobalah untuk mendekatkan diri kita kepada Alloh ﷻ dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, baik yang ringan-ringan dulu, seperti, masuk kamar mandi membaca doa dan dahulukan kaki kiri, keluar baca doa dan dengan kaki kanan.

Sholat sunnah rawatib yang total 12 raka'at.

Itu semua tentu dengan tidak meninggalkan ibadah yang wajib ya, jadi setelah mengerjakan ibadah yang wajib. 

Dengan demikian ‎ان شاء الٌله kita akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Alloh ﷻ dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta. Hingga setan tidak mampu menggoda bahkan mendekati kita jika itu semua terjaga.

◼️Ketiga,
Berusahalah untuk terus-menerus mengingat Alloh ﷻ dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya.

Ingatlah, kecintaan pada Alloh ﷻ akan mudah kita dapatkan saat kita senang berdzikir kepada-Nya. Tetapi ingat tata cara dzikir dan lafaz ucapan dzikir nya sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ yaaa.

◼️Keempat,
Berusahalah selalu lebih mendahulukan kecintaan kita pada Alloh ﷻ daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya.

Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan. Dan ini harus dilatih.

◼️Kelima,
Sering merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Alloh ﷻ. Dan berusahalah memikirkan nama dan sifat Alloh ﷻ tersebut berulang kali.

Karena dengan mengenal Alloh ﷻ dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Alloh ﷻ. Bahkan selain muncul sebab kecintaan juga rasa takut dan harap kepada-Nya.

◼️Keenam,
Mengingat ingat selalu dan memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Alloh ﷻ yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin.
Maka inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.

◼️Ketujuh,
Inilah yang paling istimewa yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Alloh ﷻ dengan merenungkan makna yang terkandung didalamnya. Amal ini adalah amal yang sempurna dan harus kita usahakan selalu. Untuk bisa mencapainya tentu jalan satu-satunya dengan membekali diri dengan ilmu dan memperbarui iman kita kepada Alloh ﷻ dan kejadian hari akhirat.

◼️Kedelapan,
Cobalah untuk mencari waktu untuk menyendiri dan niat berkhalwat dengan Alloh ﷻ yakni kapan saja waktu nya yang kita bisa, utamanya adalah di saat Alloh ﷻ turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.

◼️Kesembilan,
Duduklah bersama orang-orang yang mencintai Alloh ﷻ yakni Teman atau Komunitas  atau grup WA dan lain-lain.

Kemudian mengambil perkataan mereka yang baik dan nasihat yang mengajak pada ketaatan.

◼️Kesepuluh,
Adalah menjauhi segala sebab yang dapat menghalangi antara diri kita dan Allah Ta’ala. Yakni tahan segala bisikan maksiat sekecil apapun dan pikiran buruk tentang Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.

Okeeeh ... Jangan lupa save di note ya dan bintangin nih di grup nya hehehe...

Biar kalau merasa down lagi baca lagi baca lagi dan ‎ان شاء الٌله akan semangat lagi.
Allahu Musta’aan.

 ‎والله أعلم بالصواب
‎بَارَكَ اللّهُ فِيْكُمْ ukhti Fitri dan seluruh ukhtifillah yang membaca jawaban ini dan yang mau berbagi kepada saudaranya yang lain.

Allahumma sholi wa salim ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Rosina Wijayanti ~ Paal Merah
Bismillah... 
Assalamualaikum bunda,

Afwan saya masih awam dengan dzikir masih mau tahu dzikir-dzikir yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Yang di maksud dzikir khauliah dan dzikir khauniah itu apa bunda?

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah...
Yang untuk dzikir khauliyah adalah kita pelajari firman-firman Alloh ﷻ yakni kalam-Nya yang Qur’anul Kariim.

Kita baca, kita jadikan renungan, kita ingat dan selalu menjadi tuntunan dalam berhukum serta berkehidupan (sebagai model dan acuan hidup). Sehingga selalu menjadikannya bacaan dan bahan renungan akan menggiring suasana hati kita pada keadaan damai dan ketenangan karena kita telah berada diatas jalan yang Alloh ﷻ ridhoi. Dan yang utama lagi adalah apa yang dijanjikan Alloh ﷻ bahwa dengan mengingat-Nya maka hati kita akan tenang, lapang dan jauh dari kesempitan.

Sedangkan ayat-ayat Kauniah-Nya adalah kita banyak memikirkan atau merenungi segala apa yang ada di alam semesta ini sebagai penciptaan Alloh ﷻ yang mana tidak ada satupun yang tidak sempurna. Demikian sebagaimana yang Alloh ﷻ kabarkan dalam al Qur’an surat Al Mulk ayat 3.

‎الَّذِیۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ؕ مَا تَرٰی فِیۡ خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ تَفٰوُتٍ ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَ ۙ ہَلۡ تَرٰی مِنۡ فُطُوۡرٍ

"Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?"

Ayat diatas menunjukkan kesempurnaan Alloh ﷻ dalam segala penciptaan-Nya.

Sehingga dengan kita sering menjadikan alam semesta ini dan kejadian apa saja yang ada didalamnya kemudian mengaitkan dengan Alloh ﷻ maka haruslah terbangun rasa pengagungan yang lebih kuat, serta rasa cinta serta tekad penghambaan yang lebih sempurna.

Dan ketika kita sibuk dengan perkara-perkara mulia seperti ini yakni banyak berdzikir kepada Alloh ﷻ melalui Segala Ciptaan dan Kalam-Nya, ‎ان شاء الٌله kita tidak akan disibukkan lagi dengan perkara-perkara yang tidak berguna. Karena kita telah menemukan passion yang berharga.

Dzikir dengan sunnah Nabi ﷺ tentu juga banyak yakni baik berupa lafaz-lafaz dzikir yang beliau ajarkan maupun doa-doa.

Contohnya seperti doa dan dzikir pagi dan petang yang sesuai sumber dalil yang shohih.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣5️⃣ Setyaningsih ~ Solo
Assalamu'alaykum Bunda, 

Afwan, bunda tentang mengurangi pergaulan, bagaimana tuntunan Islam mengenai hal ini Bunda?
Mohon pencerahannya, 
Syukron.

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah,
Saya kira tadi sudah saya jelaskan ya...

Mengurangi pergaulan apa saja yang sedang kita terlibat didalamnya.

Gampangannya saja coba kita perhatikan grup-grup WA yang ada di HP kita.

Dari sekian yang ada bisa jadi masih tersisa grup yang isinya hanya canda tawa atau perbincangan seputar dunia.

Maka ini yang seyogyanya kita keluar darinya untuk menjaga keutamaan diri kita dimata Alloh ﷻ. Juga untuk menjaga hati kita agar tidak terbawa arus kelalaian serta perbincangan yang menyeret pada dosa dan kehinaan tanpa kita sadari.

Adapun dalam pertemanan secara riil juga demikian. Periksalah siapa saja teman dekat kita, perhatikan selama ini kemana arah pertemanan yang dia ajak diri kita. Apakah dengannya kita selalu diingatkan dalam kebaikan atau jauh dari perbincangan tentang hal-hal manfaat yang mendatangkan pahala serta ingatan kita terhadap kehidupan akhirat.

Demikian ya ukhti semoga dengan penjelasan ini bisa lebih dimengerti.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣6️⃣ Khoriyah ~ NTB
Bismillah,  Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Sebelumnya jazakillah khoiran bunda ilmunya semoga Alloh ﷻ selalu menjaga bunda.

Terkait dengan waktu bunda 'ana sulit untuk membagi waktu bunda untuk malamnya kadang rasa kantuk membuat lalai dalam belajar. Begini bunda ana bekerja dari jam 6 sampai 15:30 ana punya waktu malam untuk belajar ana punya beberapa buku bunda seperti kitab tauhid, sirah nabawiyah. Ana ingin meminta nasihat dari bunda terkait waktu, tips dari bunda untuk ana dalam belajar. Apakah lebih afdol ana kajian online atau membaca buku bunda? 

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah,
Kalau ditanya mana yang afdhol belajar ofline atau online maka tentu sebagaimana dalil ya ofline lah yang lebih afdhol ya...

Akan tetapi dalam situasi tertentu yang membatasi gerak kita untuk melaksanakan yang demikian apalagi karena suatu sebab yang syar’i. Misal seperti saat pandemi seperti ini maka niat kita thalbul ilmu walaupun hanya melalui online insyaAllah akan dicatat dan dibalas Alloh ﷻ dengan balasan yang sempurna sebagaimana saat kita berada dalam keadaan normal.

Demikian juga jika sesorang berada dalam kondisi terdesak sehingga untuk menyangga hidupnya ia harus bekerja dan waktu menuntut ilmu sangat terbatas maka jika thalabul ilmunya via online ‎ان شاء الٌله akan tetap mendapatkan keutamaan yang besar.

Yang disayangkan adalah jika dalam keadaan sempit kemudian ia menyerah dan banyak alasan sehingga tidak menempa diri dengan ilmu agama. Itu yang harus kita hindari.

Beribadah kepada Alloh ﷻ itu harus ikhlas, ittiba’  Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam dan sesuai dengan kemampuan kita jangan sampai terlalu memaksakan diri sehingga justru menimbulkan mudhorot baginya.

Belajar dari kajian-kajian online untuk saat ini merupakan alternatif yang menutup peluang untuk kita berlasan.

Jika lelah dari bekerja maka carilah waktu saat kita luang dan sedang tidak bekerja saja. Kan dalam sepekan pastilah ada waktu libur maka buatlah agenda tetap walaupun tidak lama tetapi berusaha untuk tetap menempa diri dengan menambah dan menambah ilmu serta mengamalkannya.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣7️⃣ Armaini ~ Jambi
Bismillaah... Assalamualaikum,

Salah satu kedermawanan bisa berupa berbagi ilmu.

Apa langkah-langkah yang harus kita lakukan? Kita ingin sekali berbagi ilmu kepada teman, saudara dan mitra-mitra kita. Tapi kita sendiri tidak ada memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Padahal kita yakin bahwa ilmu yang akan disampaikan ini InsyaAllah berguna untuk kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Apalagi dimusim pandemi sekaran ini, tidak sedikit orang termasuk saya pribadi merasakan dampaknya.

Saya ingin bantu keluarga dan semua orang khususnya yang terdekat sama saya.
Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain (Khairunnas anfa uhum linnas....) Tapi seperti yang saya bilang tadi, kenapa saya tidak bisa!!!

Mohon pencerahannya bunda.
Jazakillaahu khair

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah,
MasyaAllah ukhti semoga Alloh ﷻ merahmati anti dengan niat untuk menjadi sebaik-baik manusia.

Saya kira ini suatu misi hidup yang sangat cerdas ya, dan yang lain juga bisa berkaca ketika kesadaran diri akan nasibnya kelak di akhirat maka jiwanya akan lebih mudah tergerak mengarah pada apa yang utama dan apa yang paling memberi manfaat baginya di dunia dan di akhirat.

Bagaimana membangun rasa percaya diri dalam berbagi ilmu kepada orang lain? Seperti itu ya diantara yang ingin ditanyakan ya say?

◼️Pertama:
Jadikan tekad diri anti yang tadi sudah bagus yang menjadi khoirunaas (seorang yang terbaik diantara manusia) sebagai motivasi diri yang tidak boleh surut sepanjang usia kita.

◼️Kedua:
Jangan kita termakan oleh paradigma bahwa kita belum banyak ilmu sehingga tidak pantas menyampaikan kebaikan atau ilmu kepada orang lain.

Ini adalah was-was dari setan. Jangan diikuti.

Islam mengajarkan kita agar sampaikan ilmu walaupun hanya 1 ayat. Dalam konteks ini kita tidak dituntut ilmu kita sempurna dulu baru berdakwah kepad orang lain.

Akan tetapi disisi lain Alloh ﷻ juga tidak suka dengan orang yang hanya suka menyampaikan kebaikan sedangkan ia lupa menempa kebaikan itu pada dirinya sendiri.

Jadi berdakwah lah sambil memperbaiki diri. Karen waktu kita di dunia ini hanya sebentar saja.

Dengan keadaan wabah yang serius ini kita tidak tahu siapa diantara kita yang akan dipanggil Alloh ﷻ karena sebab wabah ini.

Karena itu gunakan waktu yang ada dengan segala peluang kebajikan yang bisa kita bagikan kepada orang lain.

◼️Ketiga:
Kadang setan juga membisikkan kekesalan atau keraguan hati jika dakwah kita tidak digubris oleh orang lain. Ini perlu kita cerahkan lagi hati kita, perlu kita luruskan lagi niat dakwah kita.

Jika kita ikhlas karena Alloh ﷻ dalam mendakwahkan agama-Nya dan juga nilai-nilai kebajikan yang bermanfaat yang tidak bertentangan dengan Syariat-Nya maka lempeng sajaaa. Jangan tunda-tunda dan banyak prasangka, keburu kehabisan waktu atau istilahnya kehilangan moment nanti.

Bab penerimaan orang lain yang tidak sesuai dengan harapan kita maka itu ujian saja. Toh point kita sebenarnya bukan masalah orang lain mau tidak terima dakwah kita tapi kita harus fokus pada pekerjaan amal kita itu sendiri termasuk keikhlasan kita serta kesabaran kita dalam dakwah itu sendiri. Karena ini akan menjadi dasar penilaian Alloh ﷻ dan besarnya pahala yang akan diberikan-Nya.

Masalah hidayah orang itu adalah hak Alloh ﷻ yang membaginya.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣8️⃣ Lulu ~ Yogjakarta
Assalamualikum, 

Maaf bukan riya' tapi tugas selaku publik figur perempuan berpolitik karena selama ini saya banyak bertemu dengan berbagai macam manusia banyak orang dari tingkat atas hingga paling bawah dan tugas dari Alloh ﷻ yang saya emban adalah bekerja sosial tanpa pamrih. Yang saya hadapi dari tingkat sosial berkelas dan tingkat umur yang berbeda. Pertanyaan saya:

Ilmu yang saya peroleh tersebut diatas mengatakan bahwa kalau tidak salah sebaiknya muslimah tidak boleh bertemu dengan orang banyak, tidak boleh banyak bicara, mendengar dan sebaiknya dirumah saja. Sementara yang saya jalani selalu hari-hari saya bertemu dengan banyak orang dengan berbagai kesulitan di masyarakat tidak laki atau perempuan tua, muda, jaya raya dan lain-lain.  Sementara kami diajarkan sejak kecil berteman dan bersosialisasi, jadinya kan bertolak belakang.  Karena negara memanggil, apa kita harus diam dan berhenti?

Jikalau perempuan tidak berpolitik maka kami tidak bisa melihat perkembangan negara kita sendiri dan negara lain. Sementara jika negara terpuruk seperti sekarang ini dampak dari ketidakSTABILAN negara tentu perempuan dan anak-anak yang mendapat penderitaan karena ekonomi makin melemah. Kan dapur tetap harus ngepul.

Terimakasih mohon pencerahan agar perempuan-perempuan publik figur selamat dunia akhirat dan dapat mengatasi godaan yang banyak yang serba menantang karena harus bersaing dengan kaum laki-laki.

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah,
Pertama saya ucapkan terimakasih atas pertanyaan yang diajukan semoga bunda penanya mendapat tambahan hidayah dan ilmu dari seluruh materi semalam dan juga penjelasan dan dari jawaban saya ini nanti.

Bunda Lulu yang baik ...

Dari apa yang bunda gambarkan tentang diri bunda sebagai seorang publik figur dan seterusnya hingga pada kalimat: ilmu yang saya peroleh tersebut diatas mengatakan bahwa kalau tidak salah sebaiknya muslimah tidak boleh bertemu dengan orang banyak, tidak boleh banyak bicara, mendengar dan sebaiknya dirumah saja...

Maka saya perlu menampilkan point terkait dengan pernyataan bunda.

Mari kita baca kembali, saya izin mengcopas apa yang sudah saya tulis semalam ya:

🔷Yang Ketiga adalah:
Mulailah kita selalu menghitung Waktu.

Seorang yang selalu sadar dengan waktu dan ia kaitkan dengan apa yang akan ia dapat dari setiap detik dari waktu-waktu yang telah ia lewati maka akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu aktivitas.

Berhitung dengan waktu ini tentu kaitannya dengan upaya menghindarkan diri dari segala kesia-siaan.

Termasuk ia akan Menghindari diri dari banyak bicara, banyak melihat, banyak mendengar dan juga yang tidak kalah penting adalah menghindari diri dari banyak bergaul.

Saat ini pergaulan memang tidak seperti dulu, waktu belum ada sarana komunikasi canggih seperti HP dan segala bentuk aplikasinya.

Ini merupakan suatu peluang yang baik bagi kita untuk mengais pahala yang berlimpah jika kita pandai menggunakannya dalam porsi yang tepat.

Dalam hal ini jangan sampai waktu kita terbuang tanpa terasa karena kita berada dalam pergaulan WAG misalnya yang mana di dalamnya tidak ada unsur kebaikan akhirat nya. Ini tentu merupakan contoh pembelanjaan waktu yang sia-sia dengan memanjakan diri bersama orang-orang yang membawanya lalai pada kehidupan akhirat.
Maka hindarilah hal ini.

Seleksilah... mulai sekarang dengan siapa kita bergaul dan benarkah selama ini waktu-waktu kita telah banyak tersita bersama mereka yang tidak memberi manfaat apa-apa dalam urusan akhirat kita.

Karena jika hal diatas kita lakukan maka kebahagiaan kita bisa saja dicabut oleh Alloh ﷻ.
Na’udzubillahi mindzalik.

Manfaatkan waktu hidup kita sebaik mungkin. Sisihkan waktu kita lebih banyak untuk Alloh ﷻ berdzikir dan memikirkan-Nya, juga manfaatkan setiap waktu luang yang ada bersama keluarga dalam keadaan pembinaan kehidupan Islami yang penuh ketaatan.

Dengan Demikian insyaAllah jiwa kita akan selalu menemukan kelapangan. Karena tidak rasa dikejar oleh dunia dan dunia.

Tetapi suasana akhirat selalu lebih menarik bagi jiwa kita hingga tidak menjadi budak dunia dan karena itu apapun keadaan yang bisa jadi orang lain merasa sebagai sebuah kekurangan atau ketidak lapangan maka tidak baginya. Karena setiap waktu yang ia miliki telah ia arahkan pada apa yang diridhoi Alloh ﷻ sehingga apa yang ia butuhkan adalah apa yang hakiki yang menghadirkan kepuasan dan kelapangan jiwa yang tidak bisa diukur dengan nilai materi dunia.

==========
Sepertinya yang menggelitik bunda untuk bertanya ada pada statement ini saya kira:

Termasuk ia akan
“Menghindari diri dari banyak bicara, banyak melihat, banyak mendengar dan juga yang tidak kalah penting adalah menghindari diri dari banyak bergaul.”

Pada point kalimat tersebut jika bunda membaca penjelasan setelahnya sebagai publik figur mestinya akan lebih paham daripada kami orang yang awam.

Karena kalimat penjelas setelahnya saya jelaskan bahwa semua itu digunakan harus digunakan dalam porsi yang tepat.

Kaitan Penjelasan Point ketiga diatas adalah bab pengelolaan waktu yang tepat dalam kehidupan kita sehingga dengan mengeliminir aktivitas yang tidak menghasilkan entry point kebaikan akhirat yang menurut padangan saya harus dilakukan.

Apalagi sebagai seorang publik figur bunda sudah seharusnya memberi contoh teladan yang baik dan juga memberi edukasi kepada ummat ini.

Jika management waktu bisa dikelola dengan tepat dan pandai menentukan skala prioritas maka tentu apa yang bunda lakukan patut menjadi panutan bagi wanita muslimah yang lain.

Bicara bab pengelolaan waktu ini tidak lepas dari pandai nya kita memilih aktivitas yang memang benar-benar penting, BUKAN menurut padangan kita sebagai manusia tetapi standart nya adalah harus dari syariat yang ditetapkan oleh Alloh ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ.

Jadi jika memang kita diperlukan umat maka mengapa tidak, seperti profesi dokter tentu seorang dokter wanita tidak bisa dirinya dia tidak melakukan aktivitas diluar untuk menolong saudaranya yang sedang sakit.

Demikian seorang guru dan lain sebagainya.

Adapun untuk bab seorang wanita sebagai politikus mungkin dalam hal ini saya secara pribadi ada beda pendapat dengan bunda.

Karena dalam pandangan yang saya pahami selama belajar ilmu syar’i maka tugas utama seorang wanita adalah ada pada tanggung jawab rumah tangganya. Bukan diluar rumah. Bahkan dasar dalilnya disebut jihadnya seorang wanita muslimah.

Mari kita simak suatu kisah sahabiyah (seorang sahabat wanita Rasulullah ﷺ insyaAllah darinya kita akan lebih paham dimana kedudukan utama dari seorang wanita mukminah dalam tuntunan Rasul ﷺ)

Mari kita simak dan renungkan baik-baik njih Bunda penanya.

Adalah seorang wanita bahwa dia mendatangi Rasulullah ﷺ, sementara beliau sedang duduk diantara para sahabatnya. Asma’ berkata, “Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu ya Rasulullah ﷺ. Saya adalah utusan para wanita di belakangku kepadamu. Sesungguhnya Alloh ﷻ mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat dan mengandung anak-anak kalian, sementara kalian – kaum laki-laki – mengungguli kami dengan shalat Jum’at, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji dan yang lebih utama dari itu adalah jihad fi sabilillah.

Jikalah seorang dari kalian pergi haji atau umrah atau jihad maka kamilah yang menjaga harta kalian, yang menenun pakaian kalian yang mendidik anak-anak kalian.

Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian?”

(Maka perhatikan apa jawaban Nabi kita ﷺ suri tauladan terbaik dari manusia dan pilihan Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala):

(Nabi memandang para sahabat dengan seluruh wajahnya, Kemudian beliau bersabda,):

“Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini?”

....mereka (para Sahabat) menjawab, “Ya Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti dia.”

(Setelah itu...)

Nabi menengok kepadanya dan bersabda:

“Pahamilah wahai ibu. Dan beritahu para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk memperoleh ridhanya dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu.”

(Maka...) Wanita (yang telah bertanya) itu berlalu dengan wajah berseri-seri.

(Usudul Ghaayah fi ma’rifatis shahabah 7/17, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, Cet. Ke1, 1415 H. Asy-Syamilah)

Dari sekelumit dialog tanya jawab antara sahabiyah tersebut dengan Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam sudah bisa kita ambil kesimpulan bahwa kebaikan yang tertinggi yang bisa didapat oleh seorang Wanita adalah saat berada didalam rumahnya dan mengabdi kepada suaminya dan keluarganya. Jika dia seorang yang masih belum berkeluarga maka apa saja yang dihikmadkan untuk orang tuanya yang masih hidup maka itulah yang seharusnya kita kejar.

Bukan diluar rumah apalagi dalam aktivitas yang itu adalah domainya para laki-laki.

Karena wanita berada diluar rumah itu menimbulkan sebab-sebab fitnah yang besar baik bagi dirinya maupun bagi orang laik apakah sesama wanita apalagi kaum pria.

Jadi jika bunda ingin meraih keutamaan pahala dan kemuliaan sebagai wanita dari sisi Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala maka ikutilah arahan dari Rasulullah ﷺ.

Adapun perintah wanita untuk tetap berada di rumahnya disebut di dalam Al Qur’an:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”  (QS. Al Ahzab: 33).

Jadi dasar amal kita berada dirumah karena hal itu diperintahkan Alloh ﷻ di dalam Al Qur’an.

Dalam mentadaburri ayat diatas juga harus cerdas, yakni bahwa bukannya wanita yang tetap berada di rumahnya lantas tidak boleh berkarya untuk kemaslahatan ummat.

Ummu ‘Aisyah (istri Nabi ﷺ ) rodhiallahu’anha ketika Rasulullah ﷺ (suaminya) telah wafat beliau mewakafkan sebagian besar waktu hidupnya dan ilmu beliau untuk umat yakni mengajarkan ilmu kepada baik sahabiyah maupun para sahabat-sahabat.

Artinya seorang wanita cerdas harus pandai memilih skala prioritas dari setiap aktivitasnya dengan STANDAR ukuran kebaikan dan kebenaran apa yang dia lakukan berdasarkan tuntunan dan arahan syariat agama - BUKAN - menurut ukuran pandangannya pribadi. 

Dan jika apa saja yang dia lakukan benar ikhlas karena mengharap pahala dari Alloh ﷻ maka di dalam hatinya ada ketundukan terhadap setiap apa yang disyariatkan Alloh ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ sehingga secara otomatis ketundukan hati yang ikhlas itu akan memancarkan cahaya jiwa ketawadu’an yang dengan sedirinya akan mengangkat derajat dirinya disisi Alloh ﷻ dan juga pandangan mulia dari masyarakat yang dialamatkan pada dirinya tanpa ia menyebut siapa dirinya.

Itu yang mungkin sedikit yang bisa saya jelaskan terkait pertanyaan diatas. Semoga ada yang bisa diambil manfaat dan pelajaran bagi diri saya khususnya dan juga pada jama’ah wa bil khusus bagi bunda penanya.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣9️⃣ Eka ~ Banjarmasin
Bismillah,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Apakah tindakan saya benar bersedekah dengan  uang belanja pemberian suami? 
Mohon penjelasannya. Semoga Alloh ﷻ memberi kesehatan  kemudahan segala urusan bagi BE sekeluarga untuk berbagi ilmu Aamiin.

🌴Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah,
Sebelum saya menjawab pertanyaan bunda Eka, Banjarmasin, saya turut doakan bagi bunda agar selalau mendapat tambahan hidayah dan limpahan rahmat dari Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala.

Baik, untuk jawaban dari pertanyaan bunda adalah BOLEH.

Jadi dari penjelasan yang saya dapatkan dari ustadz guru saya beberapa pekan yang lalu bahwa dari setiap uang yang diberikan suami kepada kita untuk belanja maka ada hak bagian kita sebagai nafkah murni yang boleh kita hak-i.  Dalam hal ini akan lebih baik jika sebelumnya dikomunikasikan dengan suami dalam bahasa yang baik. Sehingga suami paham dan merasa tidak keberatan.

Karena memang dalam syariat Islam istri berhak atas hal itu.

Kemudian dari sebagian dana yang lain maka kita tidak berhak untuk menggunakan secara pribadi, akan tetapi harus diterapkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang telah diamanahkan kepadanya.

Jadi kalau mau sedekah maka ambil dan pakailah dari uang hak bunda tadi ya say.

Hal terkait dijelaskan pada suatu hadist bahwa sebagian besar dari penghuni neraka adalah wanita demikian yang dikabarkan oleh Rasul ﷺ.

Namun setelah beliau memotivasi para wanita untuk banyak bersedekah.

Artinya disini adalah wanita berhak pegang uang dari harta yang diserahkan oleh suami, adapun berapa nilainya bisa dikomunikasikan dengan suami agar terjadi kesepakatan dan keridhoan yang akan menghasilkan tambahan rahmat dari Alloh ﷻ.

Berikut dasar hadist yang saya singgung diatas ya...

Artinya:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar” (mohon ampun kepada Alloh ﷻ) karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.” Berkatalah seorang wanita yang cerdas di antara mereka, ‘Mengapa kami sebagai penghuni neraka yang paling banyak, wahai Rasûlullâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Karena kalian sering melaknat dan sering mengingkari kebaikan suami. Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih mampu mengalahkan laki-laki yang berakal dibandingkan kalian.’ Wanita tersebut berkata lagi, ‘Wahai Rasûlullâh, apa (yang dimaksud dengan) kurang akal dan agama?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Kurang akal karena persaksian dua orang wanita setara dengan persaksian satu orang laki-laki, inilah makna kekurangan akal. Dan seorang wanita berdiam diri selama beberapa malam dengan tidak shalat dan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan (karena haidh), inilah makna kekurangan dalam agama.’”

(HR. Imam Muslim, no. 79 [132]); Ahmad (II/66-67); Abu Dawud (no. 4679), Ibnu Majah (no. 4003).

Semoga kita semakin senang bersedekah dan senantiasa membasahi lisan dan jiwa kita dengan istighfar kepada Alloh ﷻ hingga kita terselamatkan dari ancaman neraka.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. .

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Tidak ada cara meraih kelapangan hidup yang lebih cepat kecuali dengan kembali kepada Al Qur'an.

Membaca dan mempelajari Al Qur'an adalah sebab yang paling afdhol bagi seseorang untuk mendapatkan cahaya hidayah, kasih sayang serta pertolongan Alloh ﷻ, karena dekat dengan Al Qur'an berarti seseorang dekat dengan Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar