Rabu, 16 September 2020

JEJAK KHILAFAH DI NUSANTARA, MITOS ATAU FAKTA?



OLeH  : Bunda Rizki Ika Sahana

 💘M a T e R i💘

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad...

Apa kabar teman-teman, sahabat muslimah yang disayang Alloh ﷻ?

Semoga senantiasa dalam kebaikan, dimudahkan urusannya oleh Alloh ﷻ, dan dalam iman Islam ya.

Malam ini kita akan bahas satu tema yang sangat menggelitik.
Pasalnya, di satu sisi kaum Muslim menyambut gembira satu film bertema sejarah Islam yang viral dan jadi trending di jagad maya, sementara sebagian Muslim yang lainnya justru nyinyir bahkan berupaya menggagalkan pemutaran perdananya.

Film yang berisi tentang sejarah Kekhilafahan (kepemimpinan Islam) dan hubungannya dengan wilayah Nusantara ini, membuat umat bertanya tanya, benarkah ada hubungan antara Kekhilafahan (kepemimpinan pasca Nabi wafat, yakni pertama kali dipimpin oleh Abu Bakar Ash Shiddiq hingga Khalifah yang terakhir) dengan Nusantara? Bukankah kita sering mendengar (dan diajarkan di sekolah) bahwa Islam masuk ke Indonesia hanya dengan perantara pedagang gujarat?

Berikut saya kutip tulisan Moeflich Hasbullah, terkait film JKDN. Sehingga terbayang dalam benak, apakah hubungan tersebut adalah mitos atau justru fakta yang sengaja dikaburkan?

Prof. Moeflich Hasbullah adalah salah seorang sejarawan senior yang telah lama berkecimpung dalam dunia sejarah dan literasi.

Setelah menyaksikan film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN), salah satu kesimpulan saya, diantara kesimpulan-kesimpulan yang lain adalah, kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara bukan hanya memiliki hubungan, relasi dan kerjasama ekonomi, dakwah dan militer dengan kekhilafahan sejak Khulafaur Rasyidin, kemudian Bani Umayyah, Bani Abbasiyah hingga Turki Utsmaniyah, tetapi, lebih jauh dari itu, Nusantara ini diislamkan oleh kekhilfahan Islam dengan fasilitas kekuasaan yang mereka miliki sebagai superpower saat itu dan pasukan ulamanya yang berpengaruh.

Lain kata, Nusantara hingga hari ini, dan kita semua hingga sekarang, mungkin masih beragama Hindu atau Kristen yang dibawa dan ditanamkan oleh kolonial selama dua abad, bila khilafah Islamiyah tidak mengirimkan ulama-ulama utusannya berdakwah ke Nusantara yang dimulai dengan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik di Jawa Timur abad ke-14.

Membaca jejak khilafah di Nusantara sebenarnya adalah jejak bersyukur yang harus dilakukan bangsa Indonesia menjadi Muslim dan Islam menjadi mayoritas di negeri ini. Keimanan kita telah diselamatkan oleh Alloh ﷻ melalui khilafah Islamiyah yang mengutus para ulamanya ke negeri-negeri jauh termasuk ke negeri kepulauan bernama Nusantara.

Jadi, bila kita sekarang berbalik, jadi khawatir dan ketakutan kepada khilafah Islamiyah bahkan alergi mendengarnya, itu sebenarnya kita menolak, anti dan membenci para ulama awal yang sangat berjasa yang telah menyebabkan kita menjadi Muslim, memeluk agama yang benar. Kita menolak fakta sejarah yang membuat kita menerima hidayah dan iman kepada Alloh ﷻ. Lucu? Tentu saja. Ironis? Sangat!!

Mengapa bisa begitu? Wajar. Itu karena ketidaktahuannya dan lemahnya penghayatan sejarah. Menolak dan takut itu, teori psikologinya, karena ketidaktahuan (ignorance). Apakah mereka salah? Tidak juga. Penjelasan sosiologis-historisnya, itu menunjukkan pengaruh Barat sudah sangat kuat berakar di negeri ini mempengaruhi alam pikiran sejak era kolonial hingga sekarang (4 abad) yang berlangsung di bawah sadar.

Wajar bila sebagian masyarakat Muslim Indonesia sekarang, tanpa sadar, sudah (terbaratkan) bahkan (teracuni alam pikiran Barat) dengan takut, menolak dan alergi dengan sesuatu yang berasal dari ajaran agamanya sendiri, dari khazanah peradabannya sendiri, dari sejarahnya sendiri yang disebut Islamo-phobia.

🔷🌷🔷
Kalau tidak setuju implementasi ajaran Islam di sebuah ruang dan waktu dengan argumen yang rasional, misalnya karena soal waktu, momentum dan sikon yang tidak pas, akan kontraproduktif dengan yang sudah terbangun positif, itu wajar dan biasa, bisa diterima. Tapi kalau sudah anti, membenci, alergi apalagi memerangi sesuatu yang berasal dari Islam sebagai agama yang benar, hudan linnaas, la rayba fihi, maka secara sosiologis itu westernized, secara perang pemikiran itu adalah westoxicated, secara logika itu ironis, secara psikologis itu sakit jiwa. Orang yang mengalami pertentangan antara keberimanan dengan ketidakmenerimaan atau ketaatan, itu sakit secara psikologis. Iman kepada Islam tapi membenci ajarannya.

Itu semua disebabkan karena selama 400 tahun, kesadaran dan kemajuan Barat telah mempengaruhi alam pikiran masyarakat Indonesia dan menjadikannya sebagai model ideal yang terbaik yang memuncak pasca kemerdekaan hingga sekarang. Dalam konteks demokrasi, Francis Fukuyama menyebutnya sebagai "The End Of History." Tidak akan ada lagi model masyarakat lain sampai dunia ini berakhir. Demokrasi liberal adalah akhir sejarah.

Namun demikian, kembali ke sejarah Islam Nusantara, ketakutan dan kebencian masyarakat Muslim pada karuhunnya sendiri (khilafah) itu harus diterima dengan lapang dada dan dimaklumi tanpa amarah apalagi kebencian karena itulah tugas dakwah. Itulah lahan ibadah untuk membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin, sebagaimana yang sudah dibuktikan oleh para ulama utusan khilafah Islamiyah zaman lampau alias walisongo yang sudah mengislamkan negeri ini, menyiramkan hidayah dan ajaran keselamatan.

Bila, seandainya, ditanyakan kepada Walisongo sebagai para ulama awal penyebar Islam di Nusantara tentang fenomena sebagian generasi sekarang yang alergi khilafah yang mereka menjadi Muslim itu justru atas rintisan dan jasa mereka, sambil duduk santai dan ngopdud di bilik pesantrennya, mungkin, para wali itu akan menjawab dengan air muka yang sedih: "Yaa ... mereka generasi kualat yang membuat negerimu kini jauh dari keberkahan."  Wallahu a'lam.

Demikian review Prof. Moeflich terhadap konten JKDN, yang ternyata memang tidak terbantahkan bahwa Nusantara ini memiliki hubungan yang erat dengan Khilafah.


Info info mengenai rilis film bisa diakses di channel telegram http://T.me/jejakkhilafahdinusantara dan http://T.me/filmkhilafah

Spoiler JKdN :

https://youtu.be/ePk9t2yYbG0

Kalau yang ini kids versionnya:

https://youtu.be/Hynjqhyeegg

Tujuan bikin video tersebut agar anak-anak juga belajar memahami identitas mereka sebagai Muslim sesungguhnya, yang memiliki keterikatan dengan sebuah institusi politik yang dibangun oleh Nabi.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Rustia ~ Bekasi
Ustadzah,  mungkinkah ketidaksenangan mereka terhadap film tersebut merupakan hal yang sudah terdoktrin bahwa kalimat 'khilafah' identik dengan (maaf) HTI yang sudah dibubarkan,
atau memang lebih dalam lagi, mereka (pemerintah) takut Islam akan bangkit dengan tercerahkan nya umat muslim dengan film tersebut?

🌷Jawab:
Baik, Ukhti Rustia, jazakillah khairan atas tanggapannya.

Memang benar, sebagian umat ini ada yang tidak sepaham dengan HTI, namun perlu jernih menyikapi isu khilafah yang memang bukan 'ajaran HTI', melainkan ajaran Islam yang sudah ada sejak lama, bukan perkara baru sebenarnya, bahkan para ulama mahdzab sepakat terkait dengan wajibnya menegakkan kepemimpinan Islam (imamah atau khilafah).

Tentang pembubaran HTI, sependek yang saya pahami tidak pernah ada ammar putusan pengadilan yang menyatakan HTI dibubarkan, justru itu adalah narasi yang diekspose oleh media untuk menyudutkan atau mendiskreditkan HTI yang selama ini memang paling menonjol dalam mengajak umat kembali kepada syariah kaffah. Dalam hal ini, menurut beberapa advokat, menyatakan HTI telah dibubarkan atau telah dilarang di negeri ini bisa menyebabkan pelakunya berhadapan dengan hukum, karena memang realitanya HTI tidak pernah dibubarkan bahkan dilarang.

Jika dilihat dari sisi penguasa hari ini, yang semakin tampak borok boroknya akibat menerapkan kebijakan kapitalistik yang liberal, tentu kebangkitan Islam menjadi momok menakutkan. Sebab jika Islam tegak, para elit penjahat tidak bisa lagi korupsi, tidak bisa lagi berhutang dengan basis ribawi, tidak bisa lagi bebas dari jeratan hukum Islam yang adil, tidak bisa mengeluarkan kebijakan yang menelantarkan rakyat, dan seterusnya, segala perilaku zalim yang selama ini sangat telanjang di depan mata kita.

Begitu, Ukhti shalihah.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Riyanti ~ Yogja
Ustadzah, disisi empiris, bentuk Khilafah di zaman now akan seperti apa?

Bagaimana menuju proses kesana?

🌷Jawab:
Ukhti Riyanti shalihah...

Sebagaimana yang Rasulullah ﷺ kabarkan kepada kita, bahwa sepeninggal beliau ada fase-fase kehidupan yang akan umat ini jalani. Fase yang terakhir, yakni fase kelima adalah hadirnya kembali khilafah 'ala minhajin nubuwwah, yakni khilafah atas metode kenabian. Bisa dicek di hadist riwayat Ahmad.

Nah, artinya, khilafah yang akan tegak nanti adalah khilafah yang sesuai dengan metode kenabian, yang sejalan dengan apa yang pernah ditegakkan oleh Nabi di Madinah pasca hijrah beliau. Khilafah ini akan berlandaskan kepada Qur'an dan Sunnah saja, bukan sekularisme. Khilafah tegak untuk menjaga dan melindungi umat Islam sedunia, serta menjaga kemaslahatan mereka, termasuk juga melindungi dan menjaga kepentingan non Muslim yang menjadi warga negaranya.

Khilafah misalnya dari sisi ekonomi akan memberlakukan sistem ekonomi Islam, yang mengharamkan riba, yang mengharamkan privatisasi SDA dan aset aset negara, yang melarang segelintir orang menguasai tambang dan seterusnya, melainkan SDA tersebut semuanya dikelola untuk kepentingan seluruh rakyat sebab Alloh ﷻ telah menetapkan pemilik SDA adalah umat, bukan personal atau individu tertentu, bukan pula milik negara. Ini bisa kita bahas dalam materi khusus, ya, terkait pengelolaan SDA dalam Islam.

Dari sisi hukum misalnya, khilafah akan memberlakukan hukum Islam yang diamanatkan dalam Qur'an dan Sunnah. Para pencuri akan dipotong tangannya jika mencapai nishab, para pembunuh akan dikenakan sanksi qishas, pelaku LGBT, pezina, dan seterusnya akan dikenakan hukum sesuai syariat. Maka kemaksiatan dan kriminalitas akan dengan mudah dikendalikan, tidak seperti hari ini dimana angka kriminalitas trennya selalu naik.

Di bidang politik akan diberlakukan politik Islam. Khilafah akan membebaskan negeri-negeri muslim yang tertindas dan terjajah, seperti Palestina, Suriah, dan seterusnya, dengan jihad fii sabilillah. Nyawa Muslim dijaga dengan penjagaan yang serius. Tidak seperti hari ini dimana nyawa sangat murah harganya.

Begitu gambaran umumnya, Ukhti Sayang.

Oh ya, dalam khilafah, orang-orang miskin diprioritaskan untuk dibantu. Sangat masyhur ya, kisah Khalifah Umar bin Khattab melakukan patroli di malam hari kemudian menemukan rumah seorang ibu dengan anak-anak yang menangis tidak henti-henti ternyata mereka sedang kelaparan sementara si Ibu memasak batu.

Hari ini bahkan kisah pilu warga kelas menengah ke bawah tidak terbilang jumlahnya. Terutama di masa pandemi. Kehidupan yang sempit sebelum pandemi semakin menjadi jadi saat pandemi ini.

Sebab bantuan penguasa jumlahnya terbatas, tidak mengcover kebutuhan rakyat yang jauh lebih besar. Sebab penguasa sudah menggadaikan SDA dan aset-asetnya kepada asing dan aseng, sehingga tidak memiliki budget yang cukup untuk meriayah (menghandle, mengurusi) rakyatnya sendiri.

🔹Penguasa sudah menggadaikan asetnya, rakyat tidak dapat apa-apa selain beban hutang.

🌷Iya, benar, hutang yang terus berbunga dan berbunga tidak ada habisnya. Kedaulatan negeri ini menjadi taruhannya. Terlebih secara technical negeri ini sudah masuk ke dalam jurang resesi walaupun penguasa membantahnya.

Hutang memang alat penjajahan. Kwik Kian Gie yang bukan seorang Muslim bahkan memahaminya.

Jadi kerusakan dan bencana bertubi-tubi yang kita hadapi hari ini sesungguhnya berasal dari penerapan sistem kehidupan Kapitalisme Sekular.

Maka menyebut khilafah sebagai ancaman sungguh tidak masuk di logika akal sehat. Sebab khilafah baru berupa wacana, belum ada realisasinya.

Justru yang membuat negeri ini diliputi bencana sosial, juga kesengsaraan yang tiada akhir, adalah kapitalisme sekular.

🔹Setuju dengan konsep ini. Ini baru bicara tataran nilai Islam dalam ideal.

Terus bentuk kekhilafahan seperti apa secara sistem?

Seperti negara Amerika Serikat atau yang bagaimana?

🌷Hari ini kekhilafahan itu belum terwujud, Ukhti, karena memang realitanya tidak ada satu pun negara yang menerapkan syariah secara kaffah (total atau menyeluruh).

Justru hari ini para ulama dan da'i berupaya menggugah kesadaran umat agar kembali kepada syariah Islam tadi dalam bingkai sistem khilafah, agar umat ini keluar dari gelap dan nestapanya kehidupan menuju terang benderang kehidupan yang mulia dengan Islam.

🔹Sebenarnya konsep khilafah HTI seperti apa Dzah? Mohon pencerahannya.

🌷Sependek yang saya pahami, HTI tidak memiliki konsep khilafah kecuali konsep yang diambil dari syariat Islam itu sendiri. Bisa dicek bagaimana HTI menggambarkan sistem ekonomi, politik, hukum, pertahanan-keamanan, ketahanan pangan, politik pendidikan, kesehatan, dan seterusnya, dalam bingkai khilafah, yang kesemuanya merujuk kepada dalil-dalil yang berasal dari Qur'an, Sunnah, Ijma' shahabat dan Qiyas, sama sekali tidak menggunakan penafsiran bebas ala kaum liberal.

Di khalayak memang digembar-gemborkan HTI punya konsep khilafah sendiri, sebagai narasi untuk menyerang HTI dan perjuangannya mengembalikan syariah ke dalam kehidupan umat. Sementara mereka tidak pernah bisa membuktikan tuduhannya, konsep mana (yang katanya milik HTI) yang memang itu ala HTI, bikinan HTI, penafsiran HTI. Konsep seperti apa yang salah, yang menyelisihi Islam, tak pernah didiskusikan. Yang mengemuka dan memang sengaja dispread ke tengah masyarakat adalah narasi 'khilafah ala HTI', padahal khilafah ala HTI itu tidak pernah dibongkar secara intelektual dengan data dan bukti-bukti yang valid.

Untuk ini kita harus waspada. Sebab tanpa tabayun maka kita bisa jatuh pada fitnah kepada saudara kita. Dan jangan lupa, Barat selalu menggunakan metode devide et impera untuk mengadu domba sesama jamaah dakwah, sesama aktivis, sesama kaum Muslim.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Dari Hudzaifah r.a., ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ  فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Alloh ﷻ ia tetap ada. Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Alloh ﷻ ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Alloh ﷻ ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alloh ﷻ akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.”
(HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796))

Menurut penilaian para ulama, hadits ini merupakan hadits yang maqbul dijadikan sebagai hujjah, al-Hafizh al-‘Iraqi (w. 806 H),dalam kitab Mahajjat al-Qurb ila Mahabbat al-‘Arab (hlm. 176) mengomentari: “Hadits ini hadits shahih, Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Musnad-nya.”; Dawud bin Ibrahim tinggal di Bashrah, Abu Dawud al-Thayalisi dan Ibn Hibban men-tsiqqah-kannya, selebihnya adalah perawi yang dijadikan hujjah dalam al-shahih.

Syaikh Abu al-Turab Sayyid bin Husain al-‘Affani pun dalam A’lâm wa Aqzâm fî Mîzân al-Islâm (I/376) menegaskan: “Hadits ini merupakan hadits shahih yang menegaskan kembalinya Khilafah Islamiyyah.” Dalam ta’liq-nya atas Musnad Ahmad, Syaikh Syu’aib al-Arna’uth mengomentari: “Isnad hadits ini hasan”.

Maka, pertarungan antara yang haq dan yang bathil akan semakin mengerucut. Sebab kapitalisme sekular tentu tidak menginginkan kebangkitan Islam, yang jelas akan membuat sistem kapitalisme ini bangkrut dan AS (beserta sekutunya) akan tersungkur dari posisinya sebagai negeri adidaya yang tidak henti mengeksploitasi negeri-negeri Muslim.

Sungguh, Alloh ﷻ akan melihat keberpihakan kita, sebagaimana dulu burung pipit (yang walaupun kecil dan lemah) teguh berpihak kepada Nabi Ibrahim, sebagai hujjah di pengadilan Alloh ﷻ kelak akan pembelaan kita terhadap perjuangan menegakkan din-Nya.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar