Selasa, 15 September 2020

BELAJAR DARI KISAH NABIULLAH IBRAHIM AS



OLeH  : Ustadz Tri Satya Hadi

💘M a T e R i💘
         
🌸BELAJAR DARI KISAH NABIULLAH IBRAHIM ALAIHISALAM


Ada tulisan singkat dari media online tentang kisah Nabi Ibrahim AS, yang merupakan kisah yang mengandung pelajaran dan syarat dengan hikmah. Kisah ini bisa menjadi pelajaran karena beberapa hari kedepan kita akan bertemu dengan Iedul Adha atau hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Alloh ﷻ memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan kurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Alloh ﷻ. Tentunya dengan penuh keikhlasan dan selalu berharap kepada Alloh ﷻ agar wabah (ujian) covid-19 segera berakhir dan kembali para Tamu Alloh ﷻ diperkenankan kembali memasuki baitullah Makkah Almukarramah. Amin.

Historis Idul Adha ini, yaitu ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Alloh ﷻ untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.

Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Alloh ﷻ yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupin istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Nabi Ibrahim dinyatakan oleh Alquran telah berhasil melalui hambatan-hambatan dan ujian-ujian yang diberikan oleh Alloh ﷻ. ''Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Alloh ﷻ berfirman, 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.' Ibrahim berkata, '(dan saya mohon juga) dari keturunanku.' Alloh ﷻ berfirman, 'Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim'.'' (QS. Al Baqarah: 124).

Ibrahim menemukan dan membina keyakinannya melalui pencarian dengan perenungan akan fenomena alam. Setelah mengamati perjalanan bintang, bulan, dan matahari sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa yang menciptakan semua peristiwa alam itu adalah Alloh ﷻ. (QS. Al An'am: 17).

Rasa tanda tanya di hati mendorong Ibrahim untuk bertanya langsung kepada Alloh ﷻ tentang bagaimana menghidupkan orang-orang yang sudah meninggal. ''Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.' Alloh ﷻ berfirman, 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab, 'Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tatap mantap'.'' (QS. Al Baqaroh: 260)

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Ibrahim di atas.

🔹PERTAMA, kritis dalam mencari dan menerima kebenaran melihat keyakinan masyarakat pada saat itu bertentangan dengan akal sehat. Ibrahim menolak keyakinan tersebut sekalipun berhadapan dengan ayahnya.
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata pada bapaknya Aazar, 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihatnya dan kaum kamu dalam kesesatan yang nyata'." (QS. Al An'am: 74).

🔹KEDUA, Istiqomah dan konsisten dalam menerapkan ajaran Alloh ﷻ dan melepaskan diri dari kekufuran, sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan kaumnya. (QS. Almumtahanah: 4)

🔹KETIGA, memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap keyakinan agama yang dianut, sehingga tidak ragu-ragu untuk menunjukkan identitas keislamannya. Firman Alloh ﷻ: "Maka katakanlah pada mereka, 'Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah.'" (QS. Al Imran: 64)

🔹KEEMPAT, memiliki wawasan ilmu yang luas serta visi yang jelas. Firman Alloh ﷻ: "Dan ingatlah hamba-hamba kami, Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu yang tinggi." (QS. Shad: 45)

🔹KELIMA, sanggup menghadapi risiko perjuangan. Tidak bergeming menghadapi ancaman, intimidasi dan penyiksaan yang dilakukan oleh rezim penguasa.

Dalam perjuangan tersebut, termasuk pengorbanan baik harta maupun jiwa, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Demikian beberapa nilai moral dari perjuangan Nabi Ibrahim. Dengan memahami nilai-nilai perjuangan Nabi Ibrahim kita tingkatkan semangat perjuangan menghadapi segala jenis rintangan dan halangan dalam mewujudkan suatu masyarakat bertauhid dan berakhlakul karimah yang mendapat ridha Alloh ﷻ.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah tersebut dan mengisi hari hari kedepan dengan berbagai amal baik khususnya di bulan zulhijah ini.

Wallahu a'lam bi ash-ashawab.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (awal bulan Dzulhijjah)." (HR. Abu Daud: 2082)

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Sumber: Pusat Data Republika

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0️⃣1️⃣ Rustia ~ Bekasi
Ustadz, mengapa nabi Ibrahim AS berdoa kepada Alloh ﷻ meminta buah-buahan untuk Siti Hajar & putranya Ismail AS saat meninggalkan mereka?

🔷Jawab:
1) Bahwa daerah tempat siti Hajar dan Ismail AS, merupakan lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun, dan Nabi Ibrahim memasrahkan mereka kepada Alloh ﷻ.

2) Agar kita yakin dengan doa kita dan jangan menganggap tidak mungkin atau sulit dikabulkan, karena Alloh ﷻ Maha Mampu Mengabulkan doa.

3) "Ini adalah bentuk kelembutan, kedermawanan, kasih sayang dan keberkahan Alloh ﷻ, bahwa di tanah haram Mekkah tidak ada pohon berbuah, akan tetapi didatangkan buah-buahan dari sekitarnya, untuk mengabulkan doa kekasih-Nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.” [Tafsir Ibnu Katsir]

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Yuk maksimalkan amal amal terbaik kita di 10 hari awal dzulhijah.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (awal bulan Dzulhijjah)." (HR. Abu Daud: 2082)

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar