Selasa, 15 September 2020

MERAJUT KESHOLIHAN DI TENGAH KESIBUKAN (Episode 17)



OLeH  : Bunda Endria Soediono

  💎M a T e R i💎

🌷MERAJUT KESHOLIHAN DI TENGAH KESIBUKAN

Bismillaah.
Alhamdulillah.
Allahumma sholi wa salim ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

Syukur kerhadirat Allah ﷻ atas nikmat iman dan Islam yang masih tersemat di dalam dada kita. Jiwa kita yang rapuh tanpa taufiq dan hidayah-Nya tentu akan tersesat dan menemukan akhir hidup yang penuh kehinaan.

Sholawat dan salam mari kita kirimkan untuk Nabi ﷺ yang telah berjasa besar hingga kita dengan mudah memahami syariat Allah ﷻ dan semoga dengan sholawat yang kita kirimkan ini menjadi sebab catatan di akhirat hingga kita mendapatkan syafaat beliau ﷺ ...

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Ukhtifillah yang semoga dirahmati Allah ﷻ, betapa besar peluang kita mendapatkan balasan pahala berlipat ganda dan juga kasih sayang-Nya di Bulan Dzulhijjah ini, jika saja kita pandai memanfaatkannya dengan baik.

Untuk menambah semangat jiwa kita agar lebih semangat dan lebih giat lagi mengejar keutamaan-keutamaan yang ada di bulan mulia ini, saya pilih tema yang mungkin ada kesesuaiannya dengan keadaan ukhtifillah di tempat kediaman masing-masing.

Saya sedang bicara di sini bukan berarti saya sudah lebih baik daripada antuna.

Justru saat ini saya bersemangat untuk berada disini adalah karena saya merasa lemah dan ingin menempa diri saya untuk mengejar rahmat Allah ﷻ agar mendapatkan pahala dan kebaikan-kebaikan sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya bagi siapapun hamba-hamba-Nya yang beriman yang mengajak pada jalan kebaikan bagi saudaranya.

Jadi tidak lain pada malam ini sejatinya semua nasihat yang insyaAllah akan saya tuangkan di sini khususnya adalah nasihat bagi diri saya sendiri.

Dan selebihnya semoga bermanfaat juga bagi saudari-saudari saya yang menyimaknya.

🌸🌷🌸
Ukhtifillah rahimakumullah...

Setiap diri kita hampir tak ada yang luput dari berbagai kesibukan hidup. Dari urusan keluarga hingga segala ragam urusan di luar rumah kita.

Apabila semua itu tidak manage dengan baik, maka sangat mungkin segala bentuk kesibukan itu akan menjauhkan diri dari kita dari pencapaian kesuksesan secara hakiki sebagai seorang manusia.

Kesuksesan yang hakiki dari seorang insan manusia adalah ketika kelak dirinya mendapatkan rahmat dari hingga diperkenankan memasuki surga-Nya.

Maka jangan terkecoh dengan segala bentuk kesuksesan yang disebut manusia saat ini jika ukuran kesuksesan itu adalah berangkat dari Segala standart duniawi, apakah itu banyaknya harta yang dimiliki, cantiknya rupa yang dimiliki, terhormatnya jabatan duniawi yang disandang dan suksesnya anak-anaknya dalam pendidikan dan lain sebagainya.

Tentu semua itu bukanlah alat ukur yang tepat jika kita harus menjawab ukuran kesuksesan dari kacamata Robbani.

Devinisi kesuksesan ini harus kita fahami dengan baik agar kita tidak gagal fokus dalam menjalani kehidupan dunia ini.

Baik, mari kita coba jelaskan dulu ya apa sih pengertian kesuksesan yang hakiki itu?

Kesuksesan yang harus menjadi pijakan seorang yang beriman adalah kesuksusan yang mana jika kelak kita sudah sampai pada fase kehidupan akhirat maka kita termasuk orang-orang yang Allah ﷻ berikan rahmat sebagai penghuni surga-Nya.

Dan untuk menjadi sukses yang demikian itu tentu ukuran sebab-sebab tercapainya juga harus dengan jalan mengikuti arahan-Nya. Yakni melalui  Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam kita setahap demi setahap membangun ketaatan diri kita hingga kesholihan jiwa benar-benar menjadi ciri khas diri kita dan bahkan menjadi indetitas diri kita di sisi Allah ﷻ.

Dan dengan segala upaya menjadikan diri sebagai seorang yang sholih ini kita tidak termasuk golongan orang kafir atau munafiq dan fasik.

Karena hanya dengan penjagaan kesholihan ini seseorang bisa terhindar dari ketiga predikat diatas.

Bicara tentang kesholihan diri memang tidak mudah diwujudkan tanpa ada usaha yang gigih dalam berbagai cara dan tentu yang utama adalah teraihnya penjagaan Allah ﷻ serta karunia-Nya semata kita mampu mencapai kesholihan.

Karena pada setiap manusia termasuk kita yang beriman selalu ada setan yang siap menyesatkan dari segala jalan kebaikan yang akan membawa diri kita pada kesholihan.

Apalagi dalam kenyataan hidup kita tidak terlepas dari berbagai kesibukan yang seolah tiada ada hentinya.

Ingat di dalam Al Qur’an disebutkan,

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

“Iblis berkata, ‘Ya Rabbnku! Karena Engkau telah menghukumku tersesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”
(QS. Al-Hijr : 39)

Jika kita perhatikan dari ayat diatas, tentu sudah tidak perlu ragu lagi jika pada setiap diri kita ada musuh yang kita sering tidak sadari yang siap menghancurkan diri kita, menghalangi dari segala upaya menuju jalan kesholihan.

Setan itu berada dialiran darah kita, mereka leluasa mengganggu jiwa kita. Jika kita tidak ditolong oleh Allah ﷻ dan tidak dilindungi-Nya maka apa kiranya jadinya diri kita ini? Astaghfirullaah...

√ Perhatikan Dalil Tentang Keberadaan Setan :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Setelah memahami dalil-dalil di atas maka sudah selayaknya kita meningkatnya kewaspadaan yanh tinggi agar kita tidak termasuk orang yang terpedaya oleh setan.

Apalagi di tengah kesibukan yang ada. Jika kita tidak memiliki pegangan atau prinsip-prinsip sebagai benteng pertahanan maka kita bisa saja celaka dan hina sejak di dunia ini hingga di akhirat nanti. Na’udzubillahi mindzalik.

🌸🌷🌸
Baik ... ‎ان شاء الٌله selanjutnya saya akan berbagi sedikit pokok pikiran yang kiranya bisa kita jadikan sebagai bahan renungan hingga nanti kita bisa lebih mawas diri terhadap tipu daya setan dan juga dapat sukses mengisi setiap waktu-waktu hidup kita dalam kesholihan yang pada akhirnya semoga kita termasuk hamba mukmin yang akan diwafatkan-Nya dalam keadaan Husnul Khotimah.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

🔸Pokok Pikiran Pertama

Adalah pentingnya kita memperhatikan keadaan keimanan jiwa kita kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

Keimanan diatas adalah yang paling vital. Merupakan penggerak roda kesholihan selanjutnya.

√ Bagaiamana caranya agar jiwa kita stabil keimanannya, dan bahkan terus meningkat dan meningkat hingga kita menjadi seorang yang mendapatkan predikat sebagai seorang muttaqien dari sisi pandangan-Nya. Yakni :

1). Dekatkan diri kita kepada Al Qur’an.
Lakukan segala upaya pendekatan diri dengan Qur’an, apakah dengan rajin membacanya, atau mentadaburinya dan mendakwahkannya serta yang utama setelah mengimani adalah mengamalkan nilai-nilai ajarannya.

Jangan sampai diri kita jauh dari Al Qur’an. Karena jika kitab ingin tahu seberapa dekat kita dengan Allah ﷻ, maka lihatlah bagaiamana interaksi kita dengan Al Qur’an. Maka sedekat itulah gambaran kedekatan diri kita dengan Allah ﷻ.

Dan saat kita tidak dekat dengan Qur’an maka artinya sahabat jiwa kita saat itu adalah setan.
Karena itu jangan heran jika jiwa kita rentan dan berat untuk diajak ibadah jika kita sudah dikuasai oleh setan.
Bagaiamana cara melepaskan diri dari syetan? Segara banyak beristighfar dan segera mendekatlah dengan Al Qur’an.

2). Yang kedua adalah pupuk iman kita dengan banyak-banyak mempelajari sirah nabawiyah.
Dengannya insyaAllah akan banyak gambaran yang menarik dan yang manfaat yang telah dicontohkan dari kehidupan Nabi ﷺ dan sahabat-sahabat beliau dan juga kehidupan dan keutamaan akhkak dan keimanan para nabi-nabi Allah ﷻ.

3). Paksakan diri kita untuk mau banyak mendengarkan nasihat-nasihat agama dari kajian-kajian yang ada sehingga dari telinga kita akan berproses ke otak dan hati hingga akan menjadi bahan renungan yang sangat manfaat dalam membangun iman dan semangat beramal sholih.

4). Bersamai teman-teman yang sholih. Mereka yang memiliki orientasi kehidupan akhirat. Yang tidak sibuk dengan urusan dunia hingga melalaikan urusan akhiratnya.

Pertemanan ini juga merupakan bagian prinsip yang harus menjadi perhatian kita hingga kita harus cermat dalam bergaul dan memilih teman dekat.

🔸Pokok Pikiran Kedua

Dalam membangun kesholihan ditengan kesibukan dunia ini perlunya kita memiliki management waktu yang baik dan tepat.

Waktu adalah suatu peluang seseorang apakah akan ia biarkan berlalu tanpa makna, atau dia buang dengan membekaskan catatan dosa. Atau mereka yang cerdas pandai menjadikan setiap waktu yang berlalu meninggalkan catatan-catatan pahala yang berlimpah.

Waktu juga merupakan rizki yang kelak pasti akan dihisab oleh Allah ﷻ.

Karena itulah pengaturan waktu yang tepat akan sangat menentukan kesuksesan sesorang dalam membangun kesholihan dirinya di tengah kesibukannya.

√ Intinya Adalah:

Kita selalu ingat dan gunakan waktu-waktu kita dengan mengerjakan sesuatu yang bernilai pahala. Dan jauhi apa saja yang menjadi sebab terbuangnya waktu kita sia-sia, bahkan menyisakan catatan dosa yang kelak akan menjadi beban hisab kita di akhirat.

√ Ingat Hadist Berikut:

”Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:) (Pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (Kedua,) tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (Ketiga,) Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. (Keempat,) tentang tubuhnya, capek atau lelahnya untuk apa.”
(HR. Tirmidzi)

🔸Pokok Pikiran Ketiga

Adalah perbanyaklah kita mengingat saat kematian diri kita dan kehidupan akhirat.

Dengan sering kita memikirkan dalil-dalil Qur’an dan Hadist tentang keadaan kehidupan akhirat akan sangat efektif menyadarkan jiwa kita untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan bertingkah laku dikeseharian kita.

Tentu sebagai manusia kita tidak akan pernah terlepas dari kesalahan baik kita sengaja ataupun tidak sengaja.

Akan tetapi dengan iman yang baik seorang yang telah sadar ia berbuat salah maka akan segera kembali kepada Allah ﷻ untuk memohon ampunan dan meminta kembali hidayah-Nya.
Hal ini akan menjadi suatu refleks jika hati sudah tertempa keimanannya.

Dan bagaiamana membina keimanan sudah saya jelaskan di atas demgan izin Allah ﷻ.

Selain pendekatan diri terhadap Qur’an, mempelajari siroh nawabi, juga dengan banyak memahami dan merenungkan kejadian-kejadian kiamat.  Semoga dengannya jiwa kita akan tersadarkan dan lebih mudah untuk diajak pada jalan ketaatan hingga kita benar-benar memiliki kesholihan yang mantab yang akan berakhir dengan husnul khotimah.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Ira ~ Surabaya
Assalamu'alaikum... 

Bunda, bagaimana tanda-tanda Allah ﷻ berpaling dari kita bund, kalau misalnya kita sering diajak untuk berbuat kebaikan seperti diajak menuntut ilmu masih suka malas-malasan. Apakah itu salah satu tandanya ya Bunda?

Terimakasih sebelumnya, Bunda.

🌸Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillaah,
Ukhti penanya yang semoga dirahmati Allah ﷻ...

Jangan kita pernah berpikir bahwa Allah ﷻ meninggalkan diri kita karena hal itu jauh dari adanya.

Allah ﷻ itu Maha Baik...
Allah ﷻ Maha Menerima Taubat hamba-Nya...
Allah ﷻ Maha sabar menghadapi perilaku hamba-Nya...
Allah ﷻ juga Maha Lembut dan sangat mengetahui keadaan hamba-Nya.
Dan juga masih banyak sifat-sifat agung Allah ﷻ yang wajib kita yakini hingga jiwa kkta tidak mudah digiring syetan untuk berprasangka buruk kepada Allah ﷻ.

Jadi pertama, kembalikan terlebih dahulu pikiran anti, dari menganggap Allah ﷻ berpaling dari hamba-Nya yang beriman kepada-Nya.

Selanjutnya segeralah kita memohon ampun dan bertaubat serta banyak beristighfar untuk membersihkan segala noda dosa yang ada hingga dengan dosa-dosa ini menjadi sebab beratnya kita melakukan amal-amal sholih.

Jangan pernah berputus asa dari rahmat (kebaikan) Allah ﷻ.
Teruslah memohon taufiq dan hidayah-Nya dalam menjalani kehidupan ini.

Jika kita merasa berdosa dan malas beribadah maka ingatlah betapa beratnya kehidupan akhirat yang kelak pasti akan kita hadapi. Dimana semua nanusia masing-masing akan membawa amalnya sendiri-sendiri. Dan hanya dengan amal itulah ia akan mendapatkan balasan, jika amal kebajikan yang telah lita lakukan hanya sedikit maka betapa menyesalnya kita kelak.

Karena itu lakukan perenungan dan kembalilah kepada Allah ﷻ memohon pertolongan-Nya agar dimudahkan dalam membangun kesholihan diri dan dijauhkan dari segala bentuk gangguan setan.

Berdoalah setiap sebelum salam dalam sholat-sholat kita doa yang diajarkan oleh Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam:

Yaa Muqolibal quluub, tsabits quluubanaa ‘alaa dienik. Yaa Mushorifal Quluub, shorif quluubana ‘ala too’atik

Dan juga doa berikut :

Allahumma a-inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik

Semoga Allah ﷻ tambahkan hidayah dan kesholihan yang menetap dan berkah bagi diri saya dan antuna semua.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda, bagaimana jika kita beribadah ataupun berbuat kebaikan dengan niat ingin balasan Alloh ﷻ di dunia bun?

Jazakillah sebelumnya bunda

🌸Jawab:
Bismillah,

Ya boleh saja. Tapi sayang dong kalau seperti itu saja. Minta balasan kebajikan setiap amal kita kepada اللهِ pahala dan kebaikan dunia dan akhirat kita. Jangan niat karena dunia saja.

Kita diajarkan اللهِ dalam sebuah doa yang ada di dalam Al Qur’an yang dikenal sebagai doa sapu jagad , yakni:

Robbanaa aatina fidunya khasanah wa fil aakhiroti khasanah wa qinaa ‘adzaabannaar.

Doa diatas menunjukkan bahwa minta kebaikan itu jangan untuk dunia saja atau untuk akhirat saja tapi kita diajarkan Alloh ﷻ untuk minta kebaikan dan pahala di dunia dan di akhirat juga. Bahkan setiap balasan akhirat adalah jauh lebih baik daripada apa yang kita terima di dunia ini. Karena balasan akhirat selain pertolongan-pertolongan saat kita menghadapi dahsyatnya kiamat, kebangkitan, digiring di padang mahsyar dan lintasan jembatan as shirath dan lain-lain. Kemudian baru kenikmatan Surga dan puncak kenikmatan pada ahlul surga adalah memandang wajah Alloh ﷻ yang Agung.

Allah ta’ala berfirman yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97)

Jadi syarat pertama jika seseorang ingin mendapatkan balasan dari Alloh ﷻ baik di dunia maupun di akhirat adalah Keimanannya kepada Alloh ﷻ. Kemudian setelah memiliki iman maka dalam setiap amal yang untuk ibadah maghdhoh yakni ibadah murni seperti sholat, zakat, haji dan lain-lain harus niat karena Alloh ﷻ semata. Tidak boleh ditunggangi oleh niat yang lain.

Sedangkan untuk perkara dimana seseorang melakukan suatu kebajikan, jika ia berniat secara khusus untuk Alloh ﷻ maka itu merupakan kesempurnaan ibadah kepada Alloh ﷻ. Namun jika ia melakukan kebaikkan-kebaikkan (diluar ibadah maghdhoh, spt bersedekah dalam keadaan spontanitas atau menolong seseorang dan lain sebagainya. Jika ia lupa atau tidak sempat berniat secara khusus karena terjadinya secara spontan maka hal ini insyaAllah juga akan mendapat balasan pahala dari اللهِ karena didalam jiwa kita sudah ada keimanan kepada-Nya.

Terkadang ada yang berniat dengan menggabungkan antara dunia dan akhirat, seperti:

√ Seorang ingin menuntut ilmu agama, maka ia datang ke suatu majelis taklim. Di sana ia juga berniat untuk dagang, maka ini boleh.

√ Yang tidak boleh dari awal dia sudah niat dagang sedangkan majelis ilmunya hanya untuk sarana ia berdagang saja. Maka yang seperti ini niatnya bukan thalabul ilmu tapi niat duniawi semata.

Memang ia bisa jadi atas karunia اللهِ akan laku dagangannya dan mendapatkan keuntungan dunia tetapi sayang ia tidak mendapatkan pahala dari amal thalbul ilmunya. Karena dari sejak awal dia hanya berniat berdagang saja.

Adapun bagi seseorang yang beramal hanya niat untuk dunia saja maka perhatikan hadist Nabi ﷺ  yang artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya setiap amalan pastilah disertai dengan niat. Dan setiap pelaku amalan hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka orang yang berhijrah karena menaati perintah Allâh dan rasul-Nya, maka ia mendapatkan pahala dari Allâh karenanya, dan orang yang berhijrah karena urusan dunia, atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hanya itulah yang akan ia dapatkan (tidak mendapatkan pahala di akhirat.”
(Muttafaqun ‘alaih).

Dari hadist tersebut memang ada orang yang melakukan demikian, dan sah-sah saja. Hanya dia tidak mendapat pahala ibadah kepada اللهِ dan hanya mendapat keuntungan seperti yang dia niatkan, itupun jika Alloh ﷻ berkehendak.

Berikut ini ada salah satu nasihat ulama, Ibnu Hajar al-Asqalani, rahimahullah, beliau berkata,

“Yang benar, meninggalkan suatu amalan tanpa disertai niat tidak mendapatkan pahala. Anda hanya mendapat pahala bila Anda dengan sadar meninggalkan suatu hal. Sehingga barang siapa di hatinya tidak terbetik sama-sekali tentang suatu amal maksiat, tentu tidak sama dengan orang yang mengingatnya, lalu ia menahan diri darinya karena takut kepada Allâh Azza wa Jalla.” [Fathul Bari 1/15]

Dari paparan diatas maka kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya kita memperhatikan niat dari setiap amal yang kita akan lakukan. Dan selalu pasanglah niat untuk mengharapkan ridho dan pahala Alloh ﷻ semata dari apa yang kita perbuat. Maka insyaAllah kebaikan dunia juga pasti akan Dia berikan untuk kita.

Perhatikan petunjuk اللهِ firman-Nya berikut :

‎{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan.” (QS. Huud: 15-16).

Semoga kita semua diberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga setiap amal yang kita lakukan dicatat sebagai catatan amal yang akan memberatkan timbangan kebaikan kita kelak di akhirat.

‎آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Allahumma sholi wa salim ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

 ‎والله أعلم بالصواب

0️⃣3️⃣ iRa ~ Surabaya
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh 

Bismillah,
Bunda bagaimana kiat kiat menjaga iman di tengah-tengah kesibukan 'agar pekerjaan bernilai ibadah' dan bunda mohon berikan saya satu nasihat bunda 'jazakillah khoiran bunda.

🌸Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah,

Ukhti yang dirahmati Alloh ﷻ...
Banyak nasihat yang bisa kita jadikan bahan renungan dan evaluasi diri untuk menjaga keimanan kita kepada Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala, diantaranya adalah:

(1). Banyaklah mengingat saat kematian kita tiba.

Bagaimana keadaan kita setelah itu dan lain sebagainya.
Pendek kata mengingat kematian itu memang benar-benar sangat efektif untuk meredam segala keinginan berbuat maksiat maupun menghilangkan gejala-gejala kemalasan dalam beribadah.

(2). Renungilah apa hujjah kita kelak saat dihadapkan pada Alloh ﷻ.

Ingat kelak kita pasti ditanya bagaimana ubudiah kita kepada-Nya.
Hari hisab amal itu pasti akan terjadi. Bahkan saat kebangkitan kita dari kubur, menghadapi keadaan yaumil mahsyar yang dahsyat maka setiap manusia akan mengalami berbagai tingkat hukuman sesuai dengan kesholihannya saat di dunia ini.

Apa yang terjadi saat yaumil mahsyar bisa kita perhatikan sebuah hadist Rasulullahh ﷺ yang menggambarkan betapa dahsyatnya saat itu. Dantara hadist tersebut sebagai berikut:

“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di atas kedua kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari Kiamat?”
(HR. Bukhari & Muslim)

Kemudian juga hadist berikut:

“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih Muslim, no. 2864).

Kabar-kabar tentang gambaran kedahsyatan hari kiamat harus membuat kita merasa takut akan keadaan kita saat itu nanti. Jangan lewat begitu saja.

Bahkan hal tersebut harus memacu kita untuk menggunakan sebaik-baik waktu yang ada, jangan lelah untuk beribadah dan berbuat kebaikan.

Jika kita merasa telah berbuat salah maka segeralah bertaubat.

Setelah itu jangan kita mengikuti kesedihan hati jika hal itu hanya disebabkan karena urusan dunia.

Termasuk bagi ukhti yang bekerja otomatis banyak waktunya tersita untuk bekerja. Maka jangan sampai waktu itu terbuang sia-sia hanya untuk orientasi kerja dan memenuhi kebutuhan dunia.

Tetapi berniatlah bekerja untuk mencari rizki hingga kita bisa bertahan hidup dengan sejahtera dan semakin taat kepada اللهِ karena terjaga dari meminta-minta dan dengan rizki tadi kita bisa berinfaq sedekah atau membiayai kebutuhan ibadah kita yang lain.

Seperti, kita bisa menuntut ilmu (menghadiri kajian-kajian yang perlu biaya perjalanan, misalnya).
Atau kita bisa mengambil dauroh-dauroh atau halaqoh yang berbayar (mengharuskan infaq untuk mengikutinya). Dn lain sebagainya.

Atau dengan harta atau rizki yang kita peroleh kita berniat untuk melaksanakan umroh atau haji.

Itu semua merupakan tujuan-tujuan bekerja yang didasarkan atas niat ibadah kepada اللهِ ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi niatkan sesering mungkin dengan menyisipkan niat tersebut apakah dalam do'a-do'a kita ataupun saat kita sedang berkhalwat dengan Alloh ﷻ.

Maka insyaAllah dengan melibatkan Alloh ﷻ dalam setiap gerak pikir kita baik saat bekerja ataupun tidak sedang bekerja hati kita akan tenang dan insyaAllah sepanjang hari yang kita lalui bernilai ibadah.

Karena itu jangan sampai kita tinggalkan baca dzikir pagi sore khusunya:

Roditubillaahi Robba wa bil islaami diennaa wa bil Muhamadin Nabiiya

Dan juga doa :

Allahummaa a-inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik.

Hal-hal diatas kiranya sudah seharusnya kita jaga agar hati selalu terkendali mengarah pada tujuan hidup yakni untuk beribadah semata-mata kepada-Nya. Hingga setiap aktivitas yang kita lakukan terkandung niat ibadah kepada-Nya.

Dan untuk bisa istiqomah tentu kita harus pandai-pandai memilih bid’ah atau lingkungan dimana kita membelanjakan waktu bersama teman-teman pergaulan tersebut selain yang berurusan dengan kerja.

Seperti, temukan teman-teman di grup WA yang benar-benar potensi menyumbangkan kebaikan bagi anti. Dan tinggalkan, yang hanya akan membebani akhirat anti.

Juga cari teman-teman yang selalu mengingatkan kita dalam ketaatan, bukan yang mengajak kita lupa urusan agama dan kehidupan akhirat.

Pokok-pokok di atas bisa kita latih dan latih terus namun tentunya kita juga harus punya tekad untuk benar-benar hijrah hati menuju pribadi yang sholihah yang takwa dan memiliki orientasi hidup pada akhirat.

Tanpa kita latih, maka iman kita akan mudah terkikis dan larut pada kehidupan pergaulan yang penuh kelalaian.

Karena itu jangan lupakan satu hal lagi yang paling vital sebagai jawaban dari pertanyaan diatas, yakni banyak-banyaklah berdoa kepada Alloh ﷻ lakukan tanpa lelah. Dan juga sampaikan do'a-do'a itu dengan sepenuh keimanan hati kepada-Nya.
InsyaAllah hati kita akan selalu terbimbing dan mendapat ridho-Nya.

Demikian ukhti.
Apa yang saya tulis diatas sebagai nasihat untuk diri saya sendiri khususnya dan semoga bisa bermanfaat sebagai pencerahan bagi ukhti penanya dan pembaca lainnya.

 ‎والله أعلم بالصواب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sejatinya kesholihan bagi seorang beriman itu suatu keniscayaan.
Jangan kita rajin mencari alasan mengapa berat untuk menjalankan ketaatan pada Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

Kesholihan hanya akan terbangun di atas hati yang beriman.
Maka jagalah keberadaan iman kita dengan ilmu.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar