Minggu, 31 Juli 2022

RUH YANG STABIL


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀 RUH YANG STABIL

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Dikisahkan ketika Alloh ﷻ menciptakan ruh dan kemudian ditanya; siapa Aku dan siapa kamu? Ruh itu menjawab; "Anta Rabbi wa ana 'abdi" (Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu).

Hal ini berbeda ketika Alloh ﷻ menciptakan nafsu, selanjutnya ditanya; "Siapa Aku dan siapa engkau?" Dengan angkuhnya nafsu itu menjawab; "Ana ana anta anta" (saya ya saya kamu ya kamu). Kemudian nafsu disiksa dibakar, tetapi tetap tidak berubah. Selanjutnya nafsu dipenjara. Tidak diberi makan dan minum dalam waktu yang lama. Baru setelah itu nafsu insaf dan menyatakan; "Anta Rabbi ana 'abdi" (Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu).

Kisah di atas memberi pengajaran bahwa puasa mempunyai pengaruh yang besar untuk menundukkan nafsu. Mengapa nafsu harus ditundukkan? Karena menurut Al-Qur'an, nafsu itu menyeret pada keburukan. Ini jadi pesan, jangan sampai nafsu mendominasi pikiran, sikap, dan langkah kita. Jangan dibiarkan nafsu menguasai potensi dan energi spiritual kita. Sebab nafsu itu mengubah ke arah yang lebih buruk. 

Sesuatu yang positif ketika dimasuki nafsu akan berubah menjadi negatif. Seperti tahta, sesuatu yang positif. Karena itu Alloh ﷻ memberikan tahta pada Nabi Sulaiman dan Nabi Daud untuk mengatur kemaslahatan manusia. Tetapi ketika dihinggapi oleh nafsu, maka tahta itu akan berubah menjadi monster pemangsa manusia.

Fir'aun adalah simbol nyata tahta yang didominasi oleh nafsu ammara dan lawwama. Dalam perspektif Al-Qur'an, harta adalah hal yang positif. Disebut dalam Al-Qur'an sebagai anugerah Alloh ﷻ dan juga disebut sebagai kebaikan. 

Tetapi ketika harta itu bercampur dengan nafsu, maka harta itu akan berubah menjadi fitnah dan bahkan menjadi sumber malapetaka dan kehancuran.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, mengapa nafsu itu identik dengan hal yang kurang ustadz? Apakah memang sudah dari penciptaanya?

💎Jawab:
Nafsu bagian jiwa yang melemahkan kehidupan, hal ini tidak dari penciptaan melainkan dari kontrol dari jiwa dan raga agar stabil menjadi positif.

🌷Ustadz, bila nafsu dikontrol berarti tidak masalah ya ustadz, ada nafsu dalam diri?

💎 Ya karena ada nafsu baik dan nafsu yang buruk, kembali kepada fungsi dari nafsu tersebut.

Wallahu a’lam bishawab

0⃣2⃣ Kiki~ Dumai
Ustadz, bagimana caranya untuk mengontrol nafsu tersebut tadz?

💎Jawab:
Lewat akal dan hati, nafsu akan dapat terkontrol senantiasa berpikir positif dan dengan senantiasa berbuat baik.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Ruh dapat stabil bila di hiasi kehidupan dengan amal shalih.

Wallahu a’lam bishawab

MEMAAFKAN KETIKA DISAKITI


OLeH: Ummi Yulianti, S.Pd

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 MEMAAFKAN KETIKA DISAKITI

بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

الحمد لله
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...

ام بعد

Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ. 

Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari zaman jahiliah zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Pernahkah kita merasa telah banyak disakiti oleh seseorang atau bahkan oleh saudara kita sendiri? Mampukah kita memaafkan kesalahan mereka yang pernah menyakiti atas semua kezaliman yang sedemikian rupa?  

Dapatkah kita memaafkan kesalahannya tanpa ada sedikitpun rasa dendam dalam hati kita, lalu setelah itu kita tetap bersahabat dan bersaudara secara baik dengan mereka?

Tidak dapat dipungkiri bahwa menjadi orang yang pemaaf akan terasa amat sangat berat bagi sebagian orang. Terkadang kita akan selalu mengingat kesalahan yang mungkin tidak seberapa hingga kita sulit untuk  memaafkannya.

Karena kesalahan yang tidak banyak itu kita pun bisa lupa akan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuatnya. Bahkan tirak jarang dendam menyelimuti hati, susah untuk bisa kembali bersahabat sebagaimana sebelumnya.

Jikapun sudah memaafkan, kita kerap kali mengingat, mengungkit dan membincangkan kesalahannya. Padahal semestinya memaafkan adalah menghapus kesalahan itu tanpa pernah lagi mengingat dan mengungkitnya.

Al-Qur’an, melalui kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf yang berisi 111 ayat, dimana keseluruhan ayatnya berkisah tentang Nabi Yusuf semasa kecil hingga dewasanya. Penuh penderitaan, kesakitan, dan kesedihan yang tidak lain dilakukan oleh saudaranya sendiri, orang-orang terdekatnya.

Namun di akhir kisah, Nabi Yusuf mengajarkan bagaimana semestinya seseorang memberikan maaf kepada orang yang telah menyakitinya dan kemudian kembali bersahabat dan bersaudara sebagaimana mestinya. Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa Nabi Yusuf As adalah korban kezaliman luar biasa yang dilakukan oleh saudara-saudara kandungnya sendiri karena merasa tidak diperlakukan sama baiknya oleh orang tua.

Mereka dengan sengaja bermaksud menyingkirkan Yusuf dengan memasukkannya ke dalam sumur. Sebelumnya bahkan mereka menyiksa Yusuf terlebih dahulu dan tidak menghiraukan permintaan tolongnya.

Perjalanan kehidupan berikutnya dilalui oleh Yusuf dengan berbagai cobaan yang tidak ringan. Ia sempat menjadi budak yang diperjualbelikan di pasar budak hingga dipenjara atas tuduhan tindakan tidak bermoral yang tidak pernah ia lakukan.

Tiba masa Nabi Yusuf menjadi seorang pejabat penting di Mesir. Ia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di negerinya. Ia menentukan banyak kebijakan publik bagi bangsanya. Dan pada saat posisinya yang begitu kuat ini Alloh ﷻ menunjukkan kemuliaan dan kebesaran hati Nabi Yusuf. 

Saudara-saudara Nabi Yusuf yang dulu telah membuangnya beberapa kali datang ke Mesir untuk satu keperluan kebutuhan hidup. Mereka diterima langsung oleh Nabi Yusuf namun tidak mengenalinya karena menyangka Yusuf telah meninggal di dasar sumur itu.

Pada akhirnya mereka mengenali bahwa pejabat negara yang selama ini mereka datangi dan membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka adalah orang yang dahulu pernah mereka singkirkan secara aniaya. Kini mereka telah mengetahui dan mengakui bahwa Alloh ﷻ lebih memberikan kemuliaan kepada Yusuf dari pada kepada mereka. Yusuf telah menjadi orang penting, terpandang dan mulia. Dan kini di hadapan Nabi Yusuf mereka mengakui kesalahan dan dosa-dosanya.

Sebagai seorang pejabat yang memiliki kekuasaan dan sangat berpengaruh pada saat itu semestinya Nabi Yusuf memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membalas dan memberikan hukuman yang berat bagi saudara-saudaranya. Saat itu bisa saja Nabi Yusuf membalas dendam atas apa yang dilakukan oleh mereka kepadanya.

Namun itu semuanya tak dilakukan olehnya. Pada saat seperti itu kemuliaan akhlaknya justru menuntunnya untuk berbesar dan berlapang hati mengucapkan satu kalimat:

لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ

“Tak ada celaan bagi kalian di hari ini, semoga Alloh ﷻ mengampuni kalian.” (QS. Yusuf: 92)

Imam al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’âlimut Tanzîl (2016:500) menuliskan penafsiran kalimat itu dengan “Tak ada kecaman bagi kalian pada hari ini dan aku tidak akan menyebut-nyebut dosa kalian setelah hari ini.” Sementara Az-Zujaj sebagaimana dikutip Al-Qurtubi dalam Al-Jâmi li Ahkâmil Qur’ân (2010, V:232) menafsirkan “Tak ada perusakan terhadap kehormatan dan persaudaraan di antara aku dan kalian.”

Lalu Nabi Yusuf tidak saja memaafkan para saudaranya dan membebaskan mereka dari celaan dan kecaman di kehidupan dunia ini, namun dengan kalimat “semoga Alloh ﷻ mengampuni kalian” Nabi Yusuf juga menginginkan mereka diampuni oleh Alloh ﷻ atas dosa-dosanya sehingga kelak di akhirat pun mereka terbebas dari siksaan.

Tidak sekadar itu, pada ayat berikutnya Nabi Yusuf juga meminta para saudaranya untuk kembali lagi datang ke Mesir dengan membawa serta semua anggota keluarga besar mereka; istri dan anak-anak mereka.

Inilah pemberian maaf yang sesungguhnya yang diajarkan Al-Qur’an melalui kisah Nabi Yusuf. 

Hal serupa juga dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ ketika beliau dengan kaum muslimin menaklukan Kota Makkah. Ketika beliau memegang kedua tiang pintu Ka’bah lalu berseru dan bertanya kepada kaum Quraisy, “Menurut kalian, apa yang akan aku lakukan pada kalian, wahai kaum Quraisy?”

Mereka menjawab, “Engkau akan lakukan kebaikan kepada kami. Engkau saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia. Dan engkau telah mampu melakukan itu.”

Rasulullah ﷺ menimpali, “Pada hari ini akan aku katakan apa yang dikatakan oleh saudaraku Yusuf, lâ tatsrîba ‘alaikumul yauma, di hari ini tak ada kecaman bagi kalian.”

Mendengar apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ itu sahabat Umar bin Khattab merasa sangat malu sekali hingga mengucur keringatnya. Ini dikarenakan sebelumnya ia sangat ingin sekali membalas apa-apa yang telah dilakukan oleh kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin, namun ternyata Rasulullah ﷺ menyatakan sikap yang begitu mulia, memaafkan tanpa ada dendam.

Dari kedua kisah Nabi Alloh ﷻ yang mulia itu kita bisa belajar bahwa sesungguhnya puncak dari permaafan adalah memaafkan dengan penuh ketulusan tanpa dendam disaat kita mampu membalas.

🔸Ada beberapa cara untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita, sebagai berikut:

1) Buang Rasa Benci

Titik awal untuk bisa mulai belajar memaafkan orang yang menyakiti adalah menghilangkan rasa benci yang ada di diri kita. Khususnya rasa benci terhadap orang yang telah menyakiti kita. 

Jika rasa benci masih bergelora, kita tidak akan pernah bisa melangkah ke tangga berikutnya untuk mulai memaafkan.

Harus diakui, tidak mudah membuang rasa benci. Salah satu tips untuk menghilangkan rasa benci adalah jangan terus mengingat apa yang pernah dia lakukan terhadap kita. Mengingat-ingat tindakan buruknya hanya akan semakin memperbesar rasa benci.

Secara perlahan mulai buang rasa benci tersebut dari pikiran kita. Jernihkan pikiran dari semua rasa benci tersebut. Tidak ada satu pun yang bernilai positif ketika kita menyimpan rasa benci.

Sehatkan mental dan pikiran kita dengan membuang rasa benci tersebut.

2) Ceritakan Kepada Mereka Yang Kita Percayai

Sebagai makhluk sosial, manusia pasti butuh kehadiran orang lain sebagai tempat bercerita. Karena itu, temui teman atau sahabat yang sangat kita percayai. Ceritakan kepada mereka tentang semua hal yang menyangkut rasa sakit hati kita.

Dengan bercerita, hati dan pikiran Anda pun akan lebih terasa lapang dan ringan. Dengan demikian kita akan lebih mudah untuk mulai membuang rasa benci yang ada di dalam hati.

Kita pun tidak akan banyak diganggu pikiran buruk yang muncul akibat rasa benci yang masih bergelora di dalam dada.

3) Beribadahlah Ketika Amarah Dan Benci Begitu Besar 

Kita harus melakukan cooling down. Salah satu caranya adalah dengan menjalankan ibadah.

Sebagai muslim kita bisa langsung mengambil wudhlu dan melakukan shalat sunnat dua rakaat. 

Dengan melakukan ibadah, hati akan terasa lebih tenang. Curahkan semua apa yang kita rasakan kepada Alloh ﷻ.

Ini juga merupakan salah satu terapi bagi kita yang mungkin sulit bercerita kepada orang lain karena unsur ketidakpercayaan yang besar.

Beribadah juga akan membuka hati kita untuk lebih ikhlas menerima keadaan. Meyakinkan kita bahwa pasti ada hikmah di balik semua sakit hati yang kita alami.

4) Buka Rasa Empati

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Itu harus kita camkan dengan baik. Saat ini mungkin orang lain yang menyakiti kita. 

Di masa lalu, bukan mustahil kita juga pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain. Baik disengaja maupun tidak.

Inilah yang disebut dengan membuka rasa empati di diri kita. Menyadari bahwa tidak ada manusia yang bisa lepas dari kesalahan. Karena manusia memang gudangnya kesalahan.

Dengan rasa empati yang makin terbuka, kita akan diberi jalan untuk mulai memaafkan orang yang menyakiti. Selain itu, kita akan lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Intinya, semakin besar empati yang kita munculkan, seberapa pun sakit hati kita bisa mulai terobati.

5) Beri Waktu Untuk Diri Sendiri

Keluar sementara dari lingkungan dimana ada orang yang telah menyakiti kita. Berada di sekeliling orang tersebut hanya akan membuat kita sulit menghilangkan rasa benci.

Jangan temui mereka untuk sementara waktu. Setidaknya sampai kekesalan dan amarah mulai mereda.

Kita bisa melakukan liburan mendadak ke tempat yang tenang seperti ke wilayah pegunungan atau pantai. Jika perlu, ambil cuti dari pekerjaan untuk sementara waktu. Karena bekerja dengan kondisi pikiran yang kacau juga bukan hal yang bagus.

Ambil waktu untuk menyendiri dan merenungkan hal-hal positif dari kejadian yang telah Anda alami.

6) Tulis Apa Yang  Dirasakan

Bagi kita yang cukup sulit mencurahkan hati kepada orang lain, ada baiknya mencoba untuk menulis. Manfaatnya sama dengan kita curhat kepada sahabat. Melepaskan semua gejolak amarah sehingga pikiran dan hati akan terasa lega.

Menulis merupakan terapi yang tepat untuk membantu kita memahami apa yang tengah terjadi. Tulislah semua yang kita rasakan tanpa ada yang tertinggal. Tulislah setiap hal yang ingin kita keluarkan hingga tidak ada lagi yang tersisa.

Setelah menulis biasanya kita akan mulai bisa memahami dan mencerna semua kejadian yang menyakiti hati kita tersebut. Dengan demikian, pikiran pun bisa lebih terbuka dan bisa mulai memaafkan orang yang menyakiti kita.

7) Ingatlah Kebaikannya

Tidak ada orang yang selalu berbuat jahat. Apalagi ketika dia merupakan seseorang yang pernah menjadi pasangan hati kita. Pasti ada banyak kebaikan yang pernah dia lakukan selama ini.

Misalnya, mengingatkan dan membantu tugas yang belum kita kerjakan, atau bahkan membereskan kamar yang selama ini selalu berantakan.

Coba ingat-ingat kembali setiap kebaikan yang pernah dia lakukan terhadap kita. Bisa jadi akan lebih banyak kebaikan yang pernah dia lakukan daripada kesalahan. Saat itulah kita harus mulai membuka hati dan pintu maaf bagi dirinya.

8) Ambil Pelajaran dan Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi jika dialami langsung oleh diri kita sendiri.

Jadikan setiap kejadian sebagai penambah wawasan yang bisa bermanfaat bagi kehidupan kita. Khususnya ketika menjalin hubungan dengan seseorang.

Tidak ada kejadian seburuk apapun tanpa ada hikmah di baliknya. Coba renungkan, bahwa sakit hati yang kita rasakan mungkin merupakan sebuah tanda untuk belajar dari sebuah perbedaan.

Gali terus sampai kita bisa menemukan hikmah dan pelajaran dari rasa sakit tersebut. Ketika kita bisa menemukannya, maka tidak akan sulit untuk membuka pintu maaf.

Meski tidak mudah, kita seyogyanya memaafkan orang yang menyakiti kita agar kedamaian dan ketenangan menghampiri kita. 

Wallahu a’lam bishawab

Demikian Paparan kali ini.
Yang benar datangnya dari اللّه. Yang salah dari ketidaktahuan ana yang masih fakir ilmu agama.

Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam penulisan.

 العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر

Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. 

 جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...

والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Sasi ~ Balam
Bismillah...

Ummi, sebenarnya bolehkah atau ahsan tidak sih jika kita tidak mampu melupakan hal yang menyakitkan itu walau kita sudah memaafkannya? 

Terima kasih, Ummi.

🌸Jawab:
Pengalaman buruk tidak hilang 100% dan akan mengendap di alam bawah sadar kita. 

Kalau kita tulus memaafkan, ketika teringat hal tersebut mengingatnya dengan tersenyum. 

Jadi tidak masalah teringat hal tersebut, tapi dengan tidak menyertakan amarah.

🔹Khoir, Ummi
#catet

0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Yasikmalaya
Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya di rumah tangga ada sikap dan perilaku yang tidak enak dari pasangan. Maka saya selalu berusaha untuk memaafkan, tetapi saya masih belum bisa melupakan.

Bagaimana sebaiknya? 

🌸Jawab:
Pengalaman buruk tidak hilang 100% dan akan mengendap di alam bawah sadar kita. 

Kalau kita tulus memaafkan, ketika teringat hal tersebut mengingatnya dengan tersenyum. 

Jadi tidak masalah teringat hal tersebut, tapi dengan tidak menyertakan amarah.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Bunda, bagaimana cara menghapus masa lalu dari pikiran selain dengan memaafkan? 

🌸Jawab:
Terima dulu masa lalu sebagai bagian dari episode kehidupan, memang tidak mudah, ikhlaskan. Ketika sudah mengikhlaskan menjadi bagian hidup kita akan muncul keinginan untuk memaafkan. 

Kenapa tetap harus memaafkan, karena sebenarnya memaafkan itu mendamaikan hati kita, membuat hidup kita nyaman, tidak fokus pada masa lalu yang menyakitkan. 

Jalani hidup hari ini. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk langkah hari ini dan kehidupan yang akan datang.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Memaafkan orang yang sudah mendzalimi dan menyakiti kita pada hakikatnya menolong diri kita sendiri agar kita bisa melepaskan diri dari rasa marah, kecewa, benci, dan dendam.

Wallahu a’lam bishawab

GONORRHEA


OLeH: dr. Nurul Chairani

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 GONORRHEA

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Gonorrhea merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neiserria Gonorrhea. Penyakit ini umumnya dikenal masyarakat awam dengan julukan kencing nanah dikarenakan gejala yang ditimbulkannya, yaitu keluarnya nanah di ujung saluran kemih.

Gonorrhea dapat diderita baik pria maupun wanita dengan gejala yang berbeda. Pada pria umumnya gejala yang timbul adalah:
~ Demam ringan atau meriang.
~ Sakit pada saat kencing.
~ Keluarnya nanah di ujung penis.

Sedangkan pada wanita pada umumnya gejalanya adalah keputihan yang terus menerus dan berwarna kuning kehijauan, bahkan kadang menimbulkan rasa gatal. Meskipun pada wanita juga seringkali tanpa gejala berat, tapi infeksi Gonorrhea juga bisa menyebabkan perdarahan di luar siklus menstruasi.

Gonorrhea ditularkan melalui hubungan seks yang beresiko, seringnya bergonta-ganti pasangan dan tidak menggunakan pengaman pada saat melakukan hubungan seksual yang beresiko. 

Jika tidak diobati secara tuntas, infeksi Gonorrhea ini bisa berlanjut menyebabkan komplikasi radang panggul pada wanita dan epididimitis pada pria. Bahkan bisa menyebabkan infertilitas atau kemandulan.

Gonorrhea yang terjadi pada wanita hamil juga bisa tertular ke janin yang dikandungnya melalui proses persalinan. Sehingga bayi yang lahir juga terinfeksi Gonorrhea, yang biasanya menunjukkan gejala mata mengeluarkan sekret kekuningan seperti warna nanah.

Pengobatan Gonorrhea menggunakan antibiotika harus tuntas sampai sembuh dan tidak hanya dilakukan oleh pasien yang menderita penyakitnya, melainkan harus juga pasangan seksual nya diobati. Sehingga bisa sembuh tuntas. Sayangnya yang sering terjadi, ketika Gonorrhea tidak menimbulkan gejala (umumnya pada wanita) tidak dilakukan pengobatan yang benar dan menyeluruh sehingga sulit memberantas kejadian kasus Gonorrhea.

Dan pada kebanyakan kasus, karena sembuh dengan antibiotika, banyak yang menderita penyakit Gonorrhea memilih mengobati dirinya sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter. Hal ini sangat disayangkan, karena jika yang bersangkutan konsultasi dengan dokter, selain menyembuhkan Gonorrhea nya dokter dapat melakukan skrining penyakit infeksi menular seksual lainnya pada pasien, seperti sifilis dan HIV.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Aisya ~ Cikampek 
1. Keputihan seperti nanah begitu ya dok?

2. Kalau misalnya kita tidak berganti-ganti pasangan tapi pasangan naudzubillah, suka jajan apakah bisa terpengaruh dok ke kita?

3. Dok, kalau keadaan si ibu baik, tapi anak bayi berusia 2 bulan, selalu keluar seperti mohon maaf belek seperti yang dokter sebutkan.
Sering dan walaupun selalu dibersihkan, selalu keluar lagi, apa itu termasuk gejala gonorrhea dok?

Sejauh ini hanya dibersihkan saja, tapi tidak berbau dok.

🍓Jawab:
1. Keputihan merupakan proses fisiologis, artinya normal dialami oleh semua wanita. Sepanjang cairan yang keluar berwarna bening atau sedikit kuning muda, tidak menimbulkan gatal dan tidak berbau. Ketika sudah mulai timbul keluhan gatal ataupun bau yang tidak sedap, biasanya keputihan tersebut sudah ada muatan infeksi. Bisa itu karena bakter, jamur ataupun virus.

2. Benar sekali, istrinya dirumah bisa tertular. Itulah sebabnya, mengapa ibu rumah tangga merupakan kelompok faktor resiko tertular infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.

3. Bayi baru lahir seringkali mengalami hal demikian (seperti ada kotoran di matanya), bisa karena adanya sumbatan pada kelenjar air mata. Bisa bantu dibersihkan dengan kasa steril yang sudah dikompres air hangat.

Tapi jika hal ini terjadi terus menerus, sebaiknya bayi diperiksakan ke dokter, supaya bisa mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Dan iya, tidak menutup kemungkinan terinfeksi gonorrhea, mungkin saja ibunya tidak bergejala. Tapi bisa juga karena sebab lain.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Baik, ukhti Fillah...

Di akhir kelas sore ini saya hanya ingin mengajak kita sama-sama berdoa, semoga Alloh ﷻ melindungi kita, keluarga kita, orang-orang yang kita sayangi dari perbuatan zina, yang bahaya duniawi nya bisa dalam wujud penyakit. 

Semoga sedikit yang saya share bermanfaat bagi ukhti semua. Mohon maaf apabila ada salah kata.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

JASMANI YANG SEHAT


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 JASMANI YANG SEHAT

Alhamdulillah... 
Bertemu kembali...

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Nikmat sehat memang menjadi sangat mahal. Apalah artinya bergelimang kekayaan, rumah mewah dengan jabatan dan kekuasaan yang tinggi serta anak-anak yang tampan bila tidak disertai nikmat kesehatan. Karena itulah, semua manusia berlomba untuk mendapatkan nikmat sehat.

Rasulullah ﷺ bersabda: ''Tidak ada salahnya seseorang memiliki kekayaan asalkan dia tetap bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang bertakwa, kesehatan lebih baik daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia (thibin nafs) adalah bagian dari (kenikmatan) surga).'' (Hadis riwayat Ibnu Maajah)

Di dalam hadis-hadisnya, Rasulullah ﷺ menjelaskan kesehatan dan kestabilan jiwa (mental) seseorang memiliki beberapa indikasi antara lain adanya rasa aman. Ini disebutkan dalam sabdanya: ''Siapa yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia.'' (HR. Tirmidzi).

Kestabilan jiwa juga ditandai dengan sikap tidak meminta-minta kepada orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda: ''Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya. Tindakan kalian mengambil seutas tali lalu mencari kayu bakar kemudian memikulnya di atas punggung adalah lebih baik (mulia serta terhormat) ketimbang mendatangi seseorang lalu meminta-minta kepadanya baik ia kemudian diberi sedekah atau tidak." (HR. Bukhari).

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, pembahasan materi bagian meminta-minta yang semakin marak, semakin menarik perhatian. Bagaimana kita musti bersikap, dengan orang yang di lampu merah berkostum badut menari, bercat silver dan lain sebagainya.

🔷Jawab:
Ini ada peran dari Baitul mal dan wilayah yang terdekat agar di fasilitasi dalam kebutuhan yang di penuhi berada dalam pusat negara bila sistem Islam yang diterapkan.

Karena sistem Islam ya belum diterapkan maka bersikap berhati-hati dalam memberikan, pandai lah memberikan.

Jiwa yang sehat terdapat pada akal yang sehat bila kritis dengan bangsa dan dunia maka akan ada jalan yang terbaik bila sistem Islam yang diterapkan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Jiwa yang sehat dapat di rawat dengan akal yang sehat dan kritis dalam menjalani kehidupan.

Wallahu a’lam bishawab

PARA PENGHUJAT DAN PENYEBAR FITNAH


OLeH: Ustadz Syahrawi Munthe, S.Mn.,S.ST.,M.Ak

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 PARA PENGHUJAT DAN PENYEBAR FITNAH 

Fitnah begitu merajalela. Sangat masif dan terstruktur. Seperti ada komando untuk menyerang personal, kebijakan, atau lembaga yang dianggap berseberangan dengan ideologi atau tujuannya. 

Yang paling sadis adalah ketika fitnah dikaitkan dengan ulama dan agama. Ulama di caci maki, ayat Al Qur'an dipermainkan, juga nilai-nilai kebenaran dijadikan bahan candaan dan objek hujatan. Nau'dzu billah. 

Teringat dengan perjuangan para Nabi dan orang-orang shalih. Merekapun di caci dan dihina. Ditolak oleh umatnya, bahkan diburu dan dibunuh. Mereka bahkan disebut orang-orang gila hanya karena menyuarakan kebenaran dan mengajak bertauhid untuk mengabdi kepada Alloh ﷻ. 

Orang-orang ini yang begitu bencinya pada agama adalah para  penghujat dan penyebar fitnah. Alloh ﷻ sebutkan mereka dalam Al Qur'an : 

{ هَمَّازٖ مَّشَّآءِۭ بِنَمِيمٖ }

"Suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah." (QS. Al Qolam : 11) 

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya tentang ayat ini yakni orang yang berjalan di antara manusia kian kemari menghambur fitnah dan mengadu domba di antara mereka, dan menebarkan hasutan di antara orang-orang yang sedang bersitegang (bermusuhan). Perbuatan ini dinamakan dengan sebutan al-haliqah, yakni yang mencukur habis amal kebaikan. 

Rasulullah ﷺ bersabda yang diriwayatkan Imam Ahmad : " ....Dan hamba-hamba Alloh ﷻ yang paling buruk ialah orang-orang yang berjalan ke sana kemari menebar hasutan (mengadu domba), yang memecah belah di antara orang-orang yang menjalin kasih sayang dan selalu menginginkan terjadinya kesulitan di kalangan orang-orang yang tidak berdosa." 

Maka para penghujat dan penyebar fitnah sejatinya adalah orang-orang yang sia-sia amalnya, habis karena keburukan yang mereka lakukan. Disamping itu meraka adalah orang-orang yang paling buruk disisi Alloh ﷻ. 

Tapi penyerbar fitnah dan para penghujat ini, rasanya akan ada sampai hari kiamat. Karena yang keluar dari mulut mereka hanya dusta, caci maki untuk menentang kebenaran. Seperti sudah menjadi aksioma bahwa keberadaan para penghujat dan penyebar fitnah adalah tanda-tanda akhir zaman. Mereka berharap dengan fitnahnya orang-orang yang amanah jadi sasaran kebencian, hujatannya pada orang lain akan menaikkan orang yang dia suka walau sebenarnya berkhianat. Sementara ucapan mereka hanya kata-kata kotor dan sumpah serapah. 

Sabda Rasulullah ﷺ : "Hari kiamat tidak akan terjadi hingga orang yang dapat dipercayai didustakan, sedangkan orang-orang yang berkhianat justru dipercaya, kemesuman dan kata-kata kotor merupakan fenomena umum di tengah masyarakat, terputusnya tali silaturahim, dan hubungan bertetangga yang buruk." (HR. Ahmad, shahih).

Maka abaikan saja mereka para penghujat dan penyebar fitnah,  fokus saja pada hari esok yang Alloh ﷻ janjikan. Jika engkau telah berpegang teguh pada agama ini, genggamlah sekuat tenaga, lurus dalam menjalankan syariatnya, tetap istiqomah di jalannya seberat apapun badai dan cobaan menimpa. Alloh ﷻ adalah sebaik-baik penolong, harapan tertinggi ada pada-Nya. Cita-cita tertinggi seorang muslim sejati adalah bertemu dengan Alloh ﷻ dan masuk jannah-Nya. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh ustadz,

Bagaimana menasehati orang yang suka menebar fitnah? 

Jazakallah Khairan 

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Baiknya diajak bicara empat mata kalau itu orang yang kita kenal, disampaikan secara halus saja, bahwa tidak baik menyebar fitnah, bisa menyebabkan permusuhan yang lebih besar.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
1. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap orang yang suka membicarakan orang lain setelah orangnya tidak ada.

2. Bagaimana juga sikap kita terhadap orang yang ambisi jabatan?

🌸Jawab:
1. Sikap kita pada orang ini, jauhi saja. Dan berusaha tidak mendengarkan apa yang dibicarakan, supaya dia berhenti dari ocehannya, atau kalau berani diingatkan supaya tidak mengghibahi orang lain. Karena bisa jadi kalau kita tidak ada, kita pun di ghibahin. 

2. Pada orang-orang yang ambisi jabatan, didoakan saja supaya orang tersebut selalu mawas diri bahwa jabatan itu adalah amanah. Kadang kalau menasihati langsung, rasanya tidak akan didengar atau bisa tersinggjng. Tapi tidak apa, yang penting kewajiban kita untuk menyampaikan kebenaran sudah selesai. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Aisya ~ Cikampek
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatu...

Mohon maaf sebelumnya.
Tadz saya penasaran dengan ulama yang mengaku wali Alloh ﷻ dan beliau ketika bertholabul ilmi katanya disapa oleh Rasulullah ﷺ dengan berbisik waalaikumsalam ya Rasulullah ﷺ tapi pakai microphone.
Subhanallah... Saya sebagai umat Rasulullah ﷺ, dan hamba Alloh ﷻ yang fakir ini bolehkah merasa heran? Atau wajib kita percayai tadz?
Secara beliau ulama dan banyak pengikutnya (semoga Alloh ﷻ memaafkan saya).
Afwan sebelumnya

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

Kalau kisah-kisah begini agak ngeri-ngeri sedap dengarnya. Bisakah yang meninggal menyapa yang hidup? Jikapun bertemu dengan Rasulullah ﷺ, mungkin dalam mimpi, tapi dari orang-orang yang bermimpi berjumpa Rasulullah ﷺ, tidak ada dialog antara mereka. Jadi, di diamkan saja hal-hal seperti ini, siapa tahu hanya khayalan, atau hanya keinginan untuk bertemu dengan Rasulullah ﷺ, hingga buat cerita. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Semoga kita sehat-sehat semua ya, dengan hati yang bersih dan jiwa yang istiqomah. Aamiin

Wallahu a’lam bishawab

NASIHAT TENTANG PERGAULAN


OLeH: Ustadz H. Tri Satya Hadi

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 NASIHAT TENTANG PERGAULAN

Dalam tulisan sebelumnya, bagaimana kita bisa Istiqamah dalam kebaikan dan ketaatan di zaman penuh fitnah ini salah satunya adalah seringnya kita beriteraksi dengan teman-teman dekat yang baik dan salih karena hanya teman-teman yang salih dan bijak yang bisa mengingatkan dan menasihati agar kita bisa konsisten dalam keimanan dan istiqamah dalam amal kebaikan. Firman Allah ﷻ:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Alloh ﷻ, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah:119)

Selayaknya kita bisa berkumpul dengan mereka, berinteraksi aktif dalam komunitas-komunitas yang baik. Cari mereka dalam kegiatan pengajian atau taklim di masjid, dalam organisasi-organisasi Islam, kelompok-kelompok kajian ilmiah baik tergabung dalam grup online (medsos) ataupun offline. Silaturahmi dengan mereka, diharapkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktifitas pekanan kita.

Mencari teman dekat yang baik janganlah berdasarkan kepentingan sesaat, tetapi demi kebaikan (maslahat) bersama yang abadi, maslahat di dunia, terlebih maslahat di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
”Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Kitab Qutul Qulub Fii Muamalatil Mahbub, Khalifah Umar bin Khattab berkata, “Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka peganglah erat-erat.” [1]

Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata, “Penawar hati itu ada lima yaitu membaca al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa), qiyamul lail (sholat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih.” [2]

Seorang Ulama Salaf menyatakan, "Saudaramu yang selalu mengingatkanmu kepada Alloh ﷻ, membertahukan aib-aibmu itu lebih baik bagimu daripada yang menaruh beberapa uang dinar di tanganmu."

Memilih teman-teman yang baik untuk keselamatan kita menjadi hal yang utama dalam pergaulan, namun bukan berarti kita tidak boleh berteman dengan orang lain misalnya non muslim, di lingkungan kita, di kantor, bertetangga sepanjang dalam hubungan muamalah, pekerjaan, sosial, atau kemasyarakatan itu dibolehkan dan bahkan dengan wasilah (melalui) hal tersebut bisa menjadi sebaik baik manusia dengan balasan pahala yang besar.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani)

Memilih teman disini artinya sebagai teman dekat (karib) yang dapat membawa kita ke maslahat bukan ke kemaksiatan (mudarat). Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang itu mengikuti din (agama, tabiat, akhlak) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud)

Lantas siapa teman-teman yang salih lagi bijak yang dengannya kita bisa menjadi pribadi yang baik dan bisa istiqamah dalam kebaikan dan ketakwaan.

🔸1. Teman Yang Mengajak Kita Ke “Surga”

Diriwayatkan bahwa apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga, lalu mereka tidak menemukan sabahat-sahabat yang selalu bersama mereka dahulu di dunia, maka bertanyalah mereka tentang sahabat-sahabat itu kepada Allah ﷻ."Ya Rabb, kami tidak melihat teman-teman kami yang sewaktu di dunia salat bersama dengan kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami. "Maka Alloh ﷻ berfirman, "Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah." (HR. Ibnul Mubarak, dalam kitab Az Zuhd).

Teman yang selalu menyeru untuk mengingat kepada Alloh ﷻ. Firman Allah ﷻ: “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Sementara Imam Syafi'i berkata, "Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Alloh ﷻ, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali."

Al Hasan Al Bashri berkata, "Perbanyaklah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat."

Sementara Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, "Jika kalian tidak menemukan aku di surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Alloh ﷻ tentang aku, 'Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukanlah dia bersama kami di surga-Mu."

🔸2. Ulama, Tokoh Dan Orang-Orang Bijak

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad didalamnya menulis hadis yang diriwayatkan ath-Thabrani dari Abu Hanifah disebutkan:
“Bergaullah bersama para tokoh dan bertanyalah kepada ulama serta bersahabatlah dengan orang-orang bijak."

Dalam riwayat lain disebutkan, "Bergaullah dengan para ulama, bersahabatlah dengan orang-orang bijak, dan bersahabatlah dengan para tokoh.”

Mereka adalah orang-orang yang dapat memberikan ketenangan batin karena akhlaknya dengan nasihat-nasihat pengingat kebaikan bahkan tatapan serta senyumannya bisa memberikan rasa bahagia.

Dikisahkan bahwa Imam as-Suhrawardi pernah berkeliling disekitar Masjid al-Khaif, Mina, sambil menatap wajah setiap orang yang ditemuinya. Dia ditanya tentang sikapnya itu. Dia pun menjawab, "Sesungguhnya, Allah ﷻ memiliki hamba-hamba yang apabila mereka memandang orang lain, mereka dapat memberikan rasa bahagia." Bahkan, terkadang kerlingan mata mereka lebih bermanfaat dari ucapannya.

Syekh Nawawi al-Bantani menuliskan lagi dalam kitab tersebut, ulama itu terdiri atas tiga golongan:

1) Ulama yang menguasai hukum-hukum Allah ﷻ.

Ulama kategori ini adalah mereka yang banyak mengeluarkan fatwa terkait dengan masalah hukum.

2) Ulama yang menguasai ilmu tentang Dzat Allah ﷻ (ilmu makrifat).

Mereka kerap disebut hukama, yaitu orang-orang alim yang serius pada upaya perbaikan akhlak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati mereka selalu bersinar oleh makrifatullah dan jiwa mereka tercerahkan oleh keagungan sifat Allah ﷻ.

3) Ulama yang menguasai dua hal di atas, biasa disebut juga dengan al-kubara.

Mereka adalah ahli ibadah dan selalu berbuat hal terpuji demi kepentingan makhluk Alloh ﷻ. Salah satu cirinya adalah, lirikannya lebih memberi manfaat daripada ucapannya. Sesungguhnya, bergaul dengan mereka para ahlullah (orang yang dekat dengan Alloh ﷻ) itu mampu membentuk keluhuran jiwa.
Jangan tinggalkan mereka karena Nabi ﷺ bersabda, "Akan datang suatu masa, saat itu umatku lari dari para ulama dan fuqaha, lalu Alloh ﷻ akan menimpakan kepada mereka cobaan berupa tiga macam musibah yaitu: Pertama, Alloh ﷻ akan mencabut keberkahan rezeki mereka. Kedua, Alloh ﷻ akan angkat penguasa dzalim untuk mereka. Ketiga, mereka akan keluar dari kehidupan dunia (meninggal) tanpa membawa iman.” [3]. Naudzubillah.

Termasuk nikmat Allah ﷻ yang paling besar, ketika kita dibimbing-Nya untuk berteman dengan orang-orang salih. Tentu sebaliknya, termasuk hukuman dari Allah ﷻ adalah menjadikan orang-orang yang buruk sebagai teman karib.

Berteman dengan orang-orang salih akan membersihkan hati, menghasilkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, akhlak-akhlak yang mulia, dan amal-amal yang salih baik amal-amal pribadi atau bersama (amal jama’i). Sedangkan berkawan dengan orang-orang yang buruk akan menghalangi semua itu. Allah ﷻ berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya (yakni: sangat menyesal), seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan: 27-29)

Semoga kita bisa berteman dan bergaul dengan orang-orang yang salih yang bisa mengantarkan kelak ke Surga-Nya. Aamiin.

Wallahu a’lam bishawab

-TS Hadi-
Pekanbaru, 26 Juli 2022

Maraji’:
[1] Kitab Qutul Qulub Fii Muamalatil Mahbub, 2/17.
[2] Al-Adzkar karya Al-Imam an-Nawawi, hal. 107; Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth.
[3] Nashaihul ‘Ibad karya Syekh Nawawi Al-Batani, hal. 15; Turos Khazanah Pustaka Islam.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, ada tidak ya batasan, saat kita tahu teman kita memanfaatkan kita?

Apakah kita tetap diam atau bagaimana, Ustadz, sikap kita?

🌸Jawab:
Tentu ada, bahkan kalau itu mengarah lebih besar mudaratnya dari manfaatnya kita ingatkan dan tetap jaga silaturahim. Baiknya sementara waktu jika tetap demikian, dengan cara santun seperlunya saja jika ingin berkomunikasi dengan dia.

Wallahu a’lam bishawab

🔹Baik, jazakumullah khayr ustadz.

Ustadz, terkadang kita sudah berusaha mengingatkan secara santun, tapi juga kurang bisa diterima, setelahnya berarti kita langsung menjaga jarak saja ya, Ustadz.

Jazakallah khoir, Ustadz Tri Satya atas pengingatnya.

InsyaAllah menjadi amal jariyah yang terus mengalir ya, Tadz. Aamiin

0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Ustadz, kalau kita sudah tahu bahwa teman kita itu ambisi jabatan dan cara apapun dilakukan. 
Apakah saya harus terus bersamanya atau mengambil jarak. 

🌸Jawab:
Pastikan info yang kita dapatkan valid dan benar, jaga jarak langkah terakhir. Jika memungkinkan dengan cara santun mengingatkan baik langsung atau melalui orang lain yang dia hormati. Silaturahim tetap dijaga dan doakan ia.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Evi ~ Jakarta 
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

1. Sebagai emak-emak dengan anak-anak yang masih sekolah, saya kadang suka ķebawa teman yang masih suka ngajak nongkrong haha hihi dan membicarakan orang lain. Lalu bagaimana sikap kita menolak ajakan mereka supaya tidak melukai atau membuat mereka tersinggung?

2. Apa saja yang harus kita lakukan supaya kita bisa mendapatkan teman atau sahabat yang membawa kita ke surga Alloh ﷻ minimal mengingatkan kita kepada kebaikan?

Terima kasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

1. Dengan cara yang baik mengingatkan tentang bahaya ghibah atau dengan bahasa santun mengajak diskusi topik yang lain, dibolehkan dengan mencari alasan agar bisa meninggalkan mereka. Tentunya dengan tetap mengedepankan akhlak.

2. InsyaAllah grup ini merupakan kumpulan orang-orang salih. 

~ Mencari lingkungan yang baik untuk keluarga dan anak-anak.
~ Berinteraksi dengan teman-teman yang baik, melalui aktivitas ngaji bersama, ikut taklim bersama.
~ Buat proyek-proyek kebaikan dalam bentuk amal jama'i, baksos, santunan, dan seterusnya.
~ Berguru dan memperdalam ilmu agama dengan murobbi, ustadz, ulama-ulama yang faqih, yang dapat kita peroleh siapa mereka dari komunitas atau grup-grup orang-orang baik tersebut.
~ Silaturahim dengan teman kerabat dengan keteladanan dan akhlak yang baik.
~ Berdoa.

🔹Syukron jazakillah khoiron.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Kebaikan adalah tanaman yang paling berkah dan tabungan yang paling bermanfaat. Maja sempurnakanlah dengan tiga hal berikut:

[1] Segerakan menabung, mumpung masih ada kesempatan.

[2] Selalu menganggap sedikit amal yang dilakukan.

[3] Tutup dan simpanlah dengan baik, agar tidak hilang karena riya'.

(Ibnu 'Abbas, Unsul Majalis, hlm. 303)

Wallahu a’lam bishawab

UMMU SULAIM, IBU TELADAN YANG VISIONER


OLeH: Ustadzah Chichi Mulyaningsih

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎UMMU SULAIM, IBU TELADAN YANG VISIONER

The True Wonderful Muslimah

Dia adalah ar-Rumaisha' binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundab bin 'Amr bin Ghanam bin 'Ady bin Zaid Manat bin 'Ady bin 'Amr bin Malik bin an-Najja. Lebih dikenal dengan sebutan Ummu Sulaim.

Ummu Sulaim termasuk wanita cemerlang akalnya. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. Ya, kecerdasan biasanya melahirkan kecerdasan, kesabaran melahirkan kesabaran, dan keberanian melahirkan keberanian.

Sebelum menikah dengan Abu Thalhah, suaminya adalah Malik bin Nadhar, ayah Anas. Ketika dakwah Islam terdengar oleh Ummu Sulaim, segeralah ia dan kaumnya menyatakan ke-Islamannya. Ummu Sulaim kemudian menawarkan Islam kepada suaminya yang ketika itu masih musyrik. Namun diluar dugaan, Malik justru marah kepadanya dan meninggalkan dirinya juga anaknya yang telah mengikuti keyakinan ibundanya. Malik akhirnya pergi ke negeri Syam dan meninggal di sana.

Karena seorang anak selalu membutuhkan figur seorang ayah dan ayah Anas tidak tidak bisa menjadi figur teladan untuk anaknya, maka Ummu Sulaim memiliki ide luar bias. Dia berpikir menjadikan putranya itu sebagai pelayan Rasulullah ﷺ. Ia relakan semua pertimbangannya. Dia ingin agar putranya mendapatkan figur ayah dari manusia terbaik, Rasulullah ﷺ. Juga, agar ia tumbuh di rumah seorang yang sangat mulia dan banyak belajar agama darinya.

Sejak pertemuan pertamanya dengan Rasulullah ﷺ, Anas langsung menjadi orang terdekatnya. Ia tidak sekadar jadi pembantu setia Rasulullah ﷺ. Lebih dari itu, ia akan menjadi "asisten pribadi" beliau. Sebagai asisten pribadi, pasti Rasulullah ﷺ mengkhususkan Anas dalam masalah-masalah tertentu yang tidak diketahui sahabat lainnya. Tak ketinggalan satu kebaikan dunia dan akhirat dimohonkan Rasulullah ﷺ bagi Anas bin Malik. Kemudian beliau berdoa, "Ya Alloh ﷻ, banyakkanlah harta dan anaknya, serta berikanlah berkah kepadanya.

Dengan doa Rasulullah ﷺ itu, Anas bin Malik menjadi seorang yang berlimpah ilmu, harta, dan banyak keturunan. Anas adalah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis Nabi ﷺ. Dialah sahabat terakhir yang wafat di Bashrah, setelah berumur lebih dari seratus tahun. 

Sejak iman merasuk dalam kalbu Ummu Sulaim, kemuliaan selalu menjadi pilihannya dan miliknya. Banyak perubahan dalam hidupnya terutama saat ia harus menentukan dengan siapa ia akan kembali membangun rumah tangga. Bukan gemerlap permata mahar yang dipilihnya, melainkan semata ke-Islaman dari calon suaminya. Kesabaran, keberanian, kecintaannya kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya, menjadi motivasi terbesarnya untuk meraih surga.

Akhirnya, setelah diketahui bahwa suami pertamanya telah tiada, Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah. Ketika meminangnya, Abu Thalhah masih dalam keadaan musyrik. Sehingga Ummu Sulaim menolak pinangannya tersebut sampai Abu Thalhah bersedia masuk Islam. Anas mengisahkan cerita ini dari ibunya.

"Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahi ku. Tidaklah engkau tahu, wahai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahan mu itu dipahat oleh budak suku Fulan," sindir Ummu Sulaim. "Jika kau sulut dengan api pun, ia akan terbakar," lanjutnya lagi. 

Maka Abu Thalhah berpaling dari rumahnya. Namun, kata kata Ummu Sulaim tadi amat membekas hatinya. "Benar juga," gumamnya. Tidak lama kemudian, Abu Thalhah menyatakan keIslamannya. "Aku telah menerima agama yang telah tawarkan," kata Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim, maka berlangsunglah pernikahan mereka berdua. "Dan Ummu Sulaim tidak meminta mahar apapun selain ke-Islaman Abu Thalhah," kata Anas.

Dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim, Abu Thalhah dikaruniai dua orang anak. Satu di antaranya amat ia sayangi namanya Abu 'Umair tak berumur panjang. Ia dipanggil Alloh ﷻ ketika masih usia kanak-kanak.

Anas bercerita, "Suatu ketika, Abu 'Umair sakit parah. Tatkala adzan Isya' berkumandang, seperti biasanya Abu Thalhah berangkat ke masjid. Dalam perjalanan ke masjid, anaknya (Abu 'Umair) menghadap Alloh ﷻ, meninggal dunia."

Dengan cepat Ummu Sulaim mendandani jenazah anaknya, kemudian membaringkannya di tempat tidur. Ia berpesan kepada Anas agar tidak memberitahu Abu Thalhah tentang kematian anak kesayangannya itu. Kemudian, ia pun menyiapkan hidangan makan malam untuk suaminya. Tidak lupa malam itu iya berdandan untuk sang suami tercinta.

Sepulangnya dari masjid, seperti biasa Abu Thalhah menyantap makan malamnya kemudian menggauli istrinya yang memang saat itu berbeda penampilannya dari hari-hari biasa. Di akhir malam, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, "Bagaimana menurutmu tentang keluarga si fulan, mereka meminjam sesuatu dari orang lain, tetapi ketika diminta, mereka tidak mau mengembalikannya, merasa keberatan atas penarikan pinjaman itu."

"Mereka telah berlaku tidak adil," kata Abu Thalhah.
"Ketahuilah, sesungguhnya putramu adalah pinjaman dari Alloh ﷻ, dan kini Alloh ﷻ telah mengambilnya kembali," kata Ummu Sulaim lirih.

"Innalillahi wa Inna ilaihi Raji'un, segala puji bagi-Mu ya Alloh ﷻ," ucap Abu Thalhah dengan pasrah. Setelah sedikit tenang Ummu Sulaim mengajak suaminya untuk memakamkan putra mereka.

Keesokan harinya, Abu Thalhah mengadukan peristiwa yang dialaminya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau berkata, "Semoga Alloh ﷻ memberkahi malam kalian berdua." 

Setelah itu, Ummu Sulaim mengandung. Beratnya masa mengandung tidak menyurutkan semangat dan kecintaan Ummu Sulaim kepada Rasulullah ﷺ. Saat pecah perang Hunain, Ummu Sulaim turut bersama suaminya untuk memberi minum dan merawat luka pasukan Muslim dengan membawa pisau besar yang terselip di pinggangnya.

Hari terus berlalu. Tatkala lahir bayinya, Ummu Sulaim berpesan kepada Anas, "Antarkan dia (bayi) kepada Rasulullah ﷺ, beserta kurma ini. Nanti beliau yang mentahniknya dan memberinya nama." Anas pun melaksanakan pesan ibunya. Dia bawa adiknya ke hadapan Rasulullah ﷺ, Beliau bertanya : "Siapa ini, wahai Anas?" "Wahai Rasulullah ﷺ, ini adik. Ibuku menyuruhku untuk membawanya kepadamu," kata Anas. 

Beliau pun mengambil bayi itu, kemudian meminta kurma yang dibawa Anas. Beliau mengunyah kurma itu hingga halus, lalu meleletkannya ke mulut sang bayi. Bayi kecil itupun mengecap dan merasakan manisnya kurma. Lalu beliau memberinya nama 'Abdullah. Dari 'Abdullah ini, kelak lahir anak-anak yang semuanya menjadi ulama besar di zamannya.

MaaSyaaAllah. Dari kisah ini kita benar-benar menemukan sosok seorang ibu yang mendambakan kemuliaan bagi putra-putranya. Kehidupannya diwarnai keindahan cintanya kepada Rabbnya, serta pada Rasul,-Nya, hingga akhir hayatnya. 

Rasulullah ﷺ bersabda: Dari Jabir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Ketika aku masuk Jannah, tiba-tiba aku melihat di sana ada Rumaisha", istri Abu Thalhah." (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain disebutkan: 

"Dalam hadis Anas dikatakan bahwa ketika masuk Jannah, Nabi ﷺ mendengar suara terompah seseorang. "Itu suara Ghumaisha' binti Milhan, ibunda Anas bin Malik." (HR. Muslim). 

MaaSyaaAllah, betapa bahagia menjadi sepertinya. Semoga kita bisa mengikuti jejak Ummu Sulaim; seorang istri yang tidak tergiur materi melebihi keinginannya memperoleh imam yang sama keyakinannya. Seorang ibu yang merelakan putranya, untuk menjadi seorang pelayan; bukan sekedar agar ia bisa makan sebagaimana di zaman sekarang, tetapi agar ia terdidik menjadi orang yang beriman. 

"Perempuan yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (Surga). (QS. An Nur: 26)

Pertanyaan saya, kenapa Ummu Sulaim dikatakan Ibu yang cerdas?
Kecerdasannya yang pertama adalah, 

Ketika Ummu Sulaim ditinggal suaminya maka dia tetap ingin mendapatkan anaknya Anas bin Malik mendapatkan ilmu ke-Islaman yang baik dan langsung dari Rasulullah ﷺ. Anas di didik menjadi anak yang shalih dan pintar dan banyak meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah ﷺ

Bagaimana dengan kita?
Ketika Alloh ﷻ berikan ujian ekonomi, apakah masih tetap bisa menyekolahkan anak kita dengan bekal ilmu syariah yang baik dan benar? 

Pesantren mahal ya, karena di pesantren lah anak-anak kita akan mendapatkan ilmu syariah terbaik. 

Lalu apa lagi hal yang kita contoh kecerdasan kedua? 
Ketika Ummu Sulaim ditinggal suaminya meninggal, maka dia jadi janda yang penuh dengan harga diri, izzah dan iffahnya dia jaga.

Ummu Sulaim tidak obral kecantikannya, Ummu Sulaim menjaga harga diri dari laki-laki yang bukan muhrimnya. Maka ketika seorang Abu Thalhah melamarnya dengan cerdasnya dia menolak dengan halus karena dia menginginkan Abu Thalhah masuk Islam dulu. 

Tidak seperti maaf artis di negeri +62, atau mungkin ada tetangga kita atau contoh saudara kita banyak yang keluar dari Islam karena pernikahannya. 

Maka merayu Abu Thalhah sampai masuk Islam dan Abu Thalhah dengan masuknya Islam dijadikan mahar, suami belajar Islam ke istri.
Keren yaaa... 
Bagaimana dengan wanita akhir zaman kini? 
Pasti banyak nih yang pengennya lihat calon suami, cari calon suami karena materinya dulu. 

Realistis memang tapi kebaikan aqidah kita tidak teruji. Memang akan lelah jika kita menilai sendi kehidupan kita hanya lewat materi. Akan lelah dan lelah. 

Coba pilihkan anak kita, atau calon kita yang baik agamanya, InSyaaAllah akan berkah dan bertambah hidup kita.

Pemirsa shalihah yang dirahmati Alloh ﷻ, banyak kisah para shahabiah yang begitulah hidup mereka hanya ingin untuk Alloh ﷻ saja jalan hidupnya, hanya ingin ridho Alloh ﷻ saja hidupnya.

Ummu Sulaim dengan sabarnya memberikan kabar kematian anaknya Abu Umair dengan ketenangan, dengan mau bicara baik-baik dengan cara terbaik, karena tahu emosi suaminya yang begitu mencintai anaknya akan meledak jika diberitahukan lebih cepat.

Lalu dimana kita wanita akhir zaman yang lebih sering tidak sabar kepada suami kita?

Kita tidak memperlihatkan kebaikan dalam bentuk syukur kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Kita nih kadang sulit bersyukur, suami pulang kerja sering disambut aduan macam-macam, apalagi jika nafkah yang diberikan suami kurang, rasanya akan ada perang dunia ketiga dalam rumah tangga kita. 

Kita kadang sulit melihat kebaikan suami kita, kebaikan anak-anak kita karena apa? Karena hanya nilai materi yang ada dalam hati kita, cinta dunia kita masih besar, akhirnya hati kitalah yang merasa lelah. 

Saya mohon maaf lahir batin ya, semoga bisa diambil ibrohnya. 
Kita akan mencontoh yang baik-baik saja, idola hidup kita hanya Alloh ﷻ, Rasulullah ﷺ, para shahabiah dan orang-orang yang beriman. 

Alhaqqu mirRabbiik falaa takunannaa minal mumtariin. 

Maaf lahir batin. 

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki~Dumai
MiChi, "Kita kadang sulit melihat kebaikan suami kita, kebaikan anak anak kita karena apa? Karena hanya nilai materi yang ada dalam hati kita, cinta dunia kita masih besar, akhirnya hati kitalah yang merasa lelah."

Bagaimana tipsnya, MiChi, agar hal di atas dapat dihindari ya MiChi?

🔷 Jawab:
1) Sekali lagi tegakkan nilai Islam dalam diri kita, asah ketakwaan hidup dengan memperbanyak ibadah sunnah, dan ajak keluarga kita untuk takwa terus dan terus, InSyaaAllah Alloh ﷻ yang akan berikan kepada kita dan keluarga kita hidayah yang tanpa putus.

2) Banyak berdoa di setiap sujud dan ba'da sholat, mintalah ke Alloh ﷻ ilmu syariah yang bermanfaat yang dengan ilmu syariah itu Alloh ﷻ mudahkan kita paham dan mengerjakan amal shalih ikhlas hanya untuk Alloh ﷻ. 

3) Latih dan jaga keikhlasan tiap amal shalih kita, agar Alloh ﷻ terus bukakan lagi hidayah tanpa putus.

4) Latih keikhlasan kita beramal shalih dengan istiqomah, lagi dan lagi lakukan sholat sunnah yang banyak disamping sholat wajib tepat waktu.

5) Perbanyak sedekah, disertai doa agar rejeki yang sampai di tangan kita tak menjadi "Tuhan" di hati kita. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Menjadi wanita akhir zaman memang sangat berat dakwahnya, wabil khusus dakwah untuk diri sendiri, bentuklah karakter ILahiah, jadilah ahli ahli ibadah yang mau berdakwah untuk ummat nya.

Letakkan syukur kita hanya untuk Alloh ﷻ saja, dengan menegakkan sholat wajib tepat waktu, juga menjaga sholat sunnah yang mengikuti sholat wajib.

Jangan cari idola lain selain para bunda shahabiah yang Alloh ﷻ sudah jaminkan hidupnya menjadi penduduk surga lebih awal. 

Wallahu 'alam bishowab, 
Semoga Alloh ﷻ menjaga kita dan anak-anak kita hanya lurus pada agama Islam nan indah. 

Aamiiin ya Rabbal Alamin 

ITTIBA' SANG PEMBUKTI CINTA


OLeH: Ustadz Abdillah Noor Rahmat

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 ITTIBA’ SANG PEMBUKTI CINTA

Alloh ﷻ berfirman:

{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32) }

“Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh ﷻ, ittiba`(ikuti)lah aku, niscaya Alloh ﷻ mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Alloh ﷻ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Alloh ﷻ dan Rasul-Nya; Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Alloh ﷻ tidak menyukai orang-orang kafir.” [QS. Āli ‘Imrān: 31-32]

Saudaraku kaum muslimin...

Islam berarti taat kepada Alloh ﷻ dan rasul-Nya ﷺ. Jalan taat menuju Alloh ﷻ harus ditempuh dengan melalui ittibā` (meneladani) Rasul-Nya ﷺ, bukan hanya hanya berupa i`tiqād qalbu (keyakinan hati) atau qawl lisān (pengakuan lisan) semata. 

Di hadapan kita hanya ada 2 (dua) jalan, yaitu jalan taat dan ittibā`yang dicintai Alloh ﷻ atau jalan kufur dan bid`ah yang dibenci-Nya.
Ayat di atas adalah mizān (barometer) yang menjadi tolok ukur untuk mengetahui orang yang benar-benar mencintai Alloh ﷻ dengan orang-orang yang hanya mengaku mencintai-Nya namun di lisannya saja. Tanda cinta kepada Alloh ﷻ adalah dengan ittibā` kepada Nabi Muhammad ﷺ, sebagai rasul-Nya. Alloh ﷻ menjadikan ittibā’ kepadanya dan kepada seluruh isi dakwah yang diserukannya sebagai wujud kecintaan dan keridhaan-Nya.

Kecintaan dan keridhaan-Nya serta anugerah pahala-Nya tidak mungkin digapai kecuali dengan merealisasikan 4 (empat) inti kandungan ittibā` kepada Rasul-Nya ﷺ, yaitu:

1) Membenarkan kabar berita yang disampaikannya,
2) Menjunjung tinggi segala perintah yang dititahkannya,
3) Menjauhi segala larangannya, dan
4) Tidak beribadah kepada Alloh ﷻ kecuali dengan syari`at yang telah dicontohkannya. 

(Lihat: Taysīr al-Karīm ar-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān: 120 tentang ayat di atas)

Saudaraku kaum muslimin...

Riwayat yang menerangkan tentang asbāb nuzūl (sebab turun)nya (QS. 3: 31) memiliki banyak versi, menurut Ibnu al-Jawziy rahimahullah setidaknya ada 4 (empat) riwayat, yaitu:

1) Riwayat adh-Dhahhak rahimahullah dari Ibnu ‘Abbas rda, bahwa Nabi ﷺ berdiri di hadapan kaum Quraisy yang sedang memancangkan patung-patung berhala sembahan mereka, lalu beliau bersabda:

(( يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ لَقَدْ خَالَفْتُمْ مِلَّةَ أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيْمَ ))

“Wahai kaum Quraisy! Sungguh kalian telah menyelisihi millah (agama) bapak kalian, Ibrahim,” seketika itu mereka berkomentar:
 
( يَا مُحَمَّدُ إِنَّمَا نَعْبُدُ هَذِهِ حُبًّا للهِ، لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى )

“Wahai Muhammad! Kami tidak menyembah (patung berhala) ini kecuali karena kecintaan kepada Alloh ﷻ dan agar mereka menjadi perantara yang akan mendekatkan kami kepada-Nya,” maka kemudian Alloh ﷻ menurunkan ayat ini.

2) Riwayat Abu Shalih rhm dari Ibnu ‘Abbas rda bahwa orang-orang Yahudi berkata:

( نَحْنُ أَبْنَاءُ اللهِ وَأَحِبَّاؤُهُ )

“Kami adalah anak-anak dan para kekasih Alloh ﷻ,”  maka turunlah ayat ini, yang kemudian disampaikan Nabi ﷺ kepada mereka, namun mereka tidak menerimanya.

3) Riwayat al-Hasan rahimahullah dan Ibnu Jurayj rahimahullah bahwa di masa lalu banyak orang yang berkata:

( نَحْنُ لَنُحِبُّ رَبَّنَا حُبًّا شّدِيْدًا )

“Sesungguhnya kami benar-benar sangat mencintai Alloh ﷻ,“ maka Alloh ﷻ meminta kepada mereka tanda bukti kecintaan mereka kepada-Nya, lalu turunlah ayat tersebut.

4) Riwayat Ibnu Ishaq rahimahullah dari Muhammad bin Ja`far bin Zubair rda, yang kemudian dipilih oleh Abu Sulaiman ad-Dimasyqiy rahimahullah sebagai pendapatnya bahwa kaum Nashrani dari Najran berkata: 

( إِنَّمَا نَقُوْلُ هَذَا فِي عِيْسَى حُبًّا للهِ، وَتَعْظِيْمًا لَهُ )

“Sesungguhnya kami mengatakan hal ini (kecintaan mendalam) kepada Isa, sebagai bukti cinta kepada Alloh ﷻ dan pengagungan kepada-Nya,” maka Alloh ﷻ menurunkan ayat tersebut. 
(Lihat: Zād al-Masīr fī ‘Ilm at-Tafsīr: 1/303)

Sedangkan berkaitan dengan turunnya (QS. 3: 32), maka ada 3 (tiga) riwayat mengenainya, yaitu:

1. Riwayat Ibnu ‘Abbas rda, bahwa ‘Abdullah bin Ubay, gembong dan tokoh kaum munafik, berkata kepada teman-temanya:

( إِنَّ مُحَمَّدًا يَجْعَلُ طَاعَتَهُ كَطَاعَةِ اللهِ، وَيَأْمُرُنَا أَنْ نُحِبَّهُ كَمَا أَحَبَّتِ النَّصَارَى عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ )

“Sesungguhnya Muhammad menginginkan ketaatan kepadanya sebagaimana ketaatan kepada Alloh ﷻ, dan memerintahkan kami untuk mencintainya sebagaimana kecintaan orang-orang Nashara kepada ‘Isa bin Maryam,”  maka Alloh ﷻ menurunkan ayat tersebut. 

2. Riwayat dari Muqatil rahimahullah, bahwa ketika Nabi ﷺ mendakwahkan orang-orang Yahudi untuk masuk Islam, mereka justru berkata:

( نَحْنُ أَبْنَاءُ اللهِ وَأَحِبَّاؤُهُ، وَنَحْنُ أَشَدُّ حُبًّا للهِ مِمَّا تَدْعُوْنَا إِلَيْهِ )

“Kami adalah anak-anak dan para kekasih Alloh ﷻ, dan kami lebih mencintai Alloh ﷻ dibandingkan seruan yang engkau dakwah-kan kepada kami,”  maka turunlah ayat ini.

3. Riwayat Abu Sulaiman ad-Dimasy-qiy rahimahullah, bahwa ayat ini turun berkaitan dengan orang-orang Nashrani dari Najran. 
(Lihat: Zād al-Masīr fī ‘Ilm at-Tafsīr: 1/304)

Semua riwayat tersebut menggambarkan bahwa pengakuan cinta kepada Alloh ﷻ yang diungkapkan oleh para penganut dan pemeluk agama apapun agamanya membutuhkan bukti nyata yang dikehendaki oleh Rabb yang mereka cintai. 

Cinta bukan hanya pengakuan lisan atau ungkapan perasaan hati, namun harus melahirkan ketundukan dan kepasrahan terhadap yang dicintainya.

Saudaraku kaum muslimin...

Membenarkan semua kabar berita atau informasi shahih (benar) yang bersumber dari Rasulullah ﷺ merupakan salah satu ushūl (pokok) keimanan, baik kabar berita yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu, masa kini ataupun masa yang akan datang. 
Ketika Rasulullah ﷺ isrā’ (diperjalankan) ke Masjidil Aqsha, orang-orang (kaum Quraysy) pun gaduh saling memperbincangkan kebenarannya. Sebagian mereka ada yang menyatakan murtad, dan sebagian lain ada yang membenarkan dan mengimaninya dengan sepenuh hati. 

Saat itu, tokoh-tokoh utama para pengingkar kebenaran peristiwa isrā’ dan mi’rāj mendatangi Abu Bakar rda untuk membuktikan bahwa pengingkaran mereka adalah benar. Salah satu tokoh mereka berkomentar: 

( هَلْ لَكَ إِلَي صَاحِبِكَ يَزْعُمُ أَنَّهُ أُسْرِيَ بِهِ اللَّيْلَةَ  اِلَي بَيْتِ الْمَقْدِسِ؟ )

“Apakah engkau belum bertemu dengan shahabatmu yang mengaku telah diperjalankan di waktu malam ke Baitul Maqdis?”

Dengan tenang Abu Bakar rda menjawab:

( أَوَ قَالَ ذَلِكَ؟ )

“Betulkah beliau mengatakan demikian?”
Serta merta mereka menegaskan “Ya!!”

Namun tanpa diduga oleh me-reka, sepenggal kata mulia meluncur dari lisan mulia Abu Bakar rda:

( لَئِنْ كَانَ قَاَل ذَلِكَ لَقَدْ صَدَقَ )

“Jika beliau mengatakan demikian, sudah pasti benar adanya!”

Mereka tetap penasaran, lalu mengajukan pertanyaan berikutnya:

( أَوَتُصَدِّقُهُ اَنَّهُ ذَهَبَ اللَّيْلَةَ اِلَي بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَجَاءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ؟ )

“Apakah engkau akan membenarkannya juga walaupun dia mengaku telah pergi ke Baitul Maqdis hasnya dalam satu malam saja, lalu sudah kembali lagi sebelum datangnya pagi hari?”

Sekali lagi kata tegas dan jawaban mulia terlontar ke telinga mereka:

( نَعَمْ! َلأُصَدِّقُهُ فِيْمَا هُوَ أَبْعُدَُ مِنْ ذَلِكَ، أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِالسَّمِاءِ فِي غَدْوَةٍ أَوْ رَوْحَةٍ )

“Ya, pasti! Saya akan membenarkannya, sekalipun yang beliau ceritakan lebih dari itu! Saya akan selalu membenarkan kabar dari langit, baik datang di waktu pagi ataupun sore hari.” 
(HR. al-Hākim 3/62, Silsilah al-Ahādīts ash-Shahīhah: 306)

Pantaslah apabila tokoh mulia ini mendapat gelar ash Shiddīq, karena beliau selalu membenarkan kabar berita yang disampaikan Rasulullah ﷺ.

Saudaraku kaum muslimin…

Bukti nyata paling jelas bagi orang-orang yang mengaku cinta kepada Alloh ﷻ adalah dengan mengikuti dan menta’ati rasul-Nya ﷺ. Bahkan hal ini merupakan tanda orang-orang yang mengharapkan pahala dari Alloh ﷻ dan surga-Nya.

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ        
 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah ﷺ itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh ﷻ dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh ﷻ.” [QS. al-Ahzāb : 21]

Ayat ini menurut Ibnu Katsir rahimahullah merupakan pokok utama dalam meneladani setiap perkataan, perbuatan dan sikap Rasulullah ﷺ.
(Tafsīr Ibnu Katsīr: 3/435)

Oleh karena itu, kita harus ittibā’ kepada Rasulullah ﷺ, baik dalam dalam akidah, ibadah, akhlak, hukum, tarbiyyah, dakwah, dan dalam seluruh sisi kehidupan kita lainnya, karena itulah jalan keselamatan yang telah terbentang dihadapan kita.

Dan agar kita lulus dari ujian cinta kepada Alloh ﷻ, maka janganlah ragu, bahkan jangan pernah ragu sedikitpun, yaitu untuk ittibā’ kepada Rasulullah ﷺ, dengan mengetahui, memahami, meniti, mengamalkan, mendakwahkan dan memperjuangkan Sunnahnya yang suci!

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, dalam mencintai Rasul, kita juga menganut para Imam, kalau kita memilih ajaran yang paling "enak atau mudah" menurut para Imam boleh kah ustadz? Contohnya kadang saya menganut Imama Syafi'i, di hal lain saya menganut Imam Hambali. Bagaimana Ustadz?

🌸Jawab:
Mengikuti pendapat para imam mujtahid seperti 4 ulama mazhab tidaklah salah. Sebab mereka adalah orang orang sholeh yang faham agama dan sudah berupaya untuk berittiba' pada nabi dengan sepenuh hati.

Yang paling harus kita perhatikan adalah landasan dalil yang mereka gunakan ketika ber ijtihad, agar kita mengetahui pendapat mana yang lebih kuat apabila diantara mereka ada perbedaan pendapat. 

Wallahu a’lam bishawab

🔹Ijtihad itu apa ustadz?
Harus mengambil pendapat yang lebih kuat ya ustadz, kalau ambil yang paling enak dan mudah saja bagaimana ustadz?

🌸Upaya mengeluarkan kandungan ilmu dari setiap nash dalil, setelah mengumpulkan semua dalil yang setema dengan bersungguh-sungguh.

Sebaiknya jangan tebang pilih. Upayakan mengikuti secara totalitas.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Alloh ﷻ sudah mengutus Nabi Muhammad sebagai manusia terbaik, contoh paling sempurna dan jalan mendapatkan cinta serta rahmat Alloh ﷻ.

Oleh karenanya, mari kenali beliau dengan terus membaca shiroh atau sejarah, pelajari hadits hadits beliau agar mengetahui perkara yang diperintahkan dan yang dilarang.

Perlu kita ingat, bahwa Alloh ﷻ mewajibkan kita mencintai beliau, dan seseorang tidak mungkin mencintai beliau kecuali setelah mengenalnya. 

Mari pelajari shiroh nabawiyah, semoga Alloh ﷻ pupuk cinta di hati kita kepada beliau dan terus bermekaran, dan memampukan kita berittiba' padanya. 

Wallahu a’lam bishawab

RUSAKNYA AKAL


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 RUSAKNYA AKAL

Akal merupakan satu di antara sekian organ tubuh manusia yang sangat vital dan penting. Selain karena ketiadaan akal akan membuat seseorang menjadi gila, akal juga merupakah pembeda utama antara manusia dan makhluk lainnya.

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang memiliki akal untuk menjaganya dari segala hal yang dapat merusak akal. Karena ketika akal sudah rusak, maka mengembalikannya seperti semula bukanlah pekerjaan yang mudah.

Ada banyak faktor yang dapat merusak kesehatan tubuh seseorang. Diantaranya adalah dari makanan yang di konsumsi dan dari perilaku diri. seperti sering iri dan dengki, emosi, stres dan lainnya.

Demikian juga hal itu terjadi pada akal seseorang. Akal bisa mengalami kerusakan akibat mengonsumsi makanan tidak sehat dan juga perilaku diri yang menyimpang. Adapun perilaku diri yang paling merusak akal adalah kemaksiatan.

Imam Ibnu Qayyim pernah berkata:

أَنَّ الْمَعَاصِيَ تُفْسِدُ الْعَقْلَ، فَإِنَّ لِلْعَقْلِ نُورًا، وَالْمَعْصِيَةُ تُطْفِئُ نُورَ الْعَقْلِ وَلَا بُدَّ، وَإِذَا طُفِئَ نُورُهُ ضَعُفَ وَنَقَصَ

“Sesungguhnya maksiat itu merusak akal, sesungguhnya di dalam akal seseorang terdapat cahaya, dan maksiat akan memadamkan cahaya itu, maka ketika cahaya itu padam maka akal akan melemah dan berkurang (kecerdasannya).”

Para ulama salaf juga pernah berkata:

مَا عَصَى اللَّهَ أَحَدٌ حَتَّى يَغِيبَ عَقْلُهُ، وَهَذَا ظَاهِرٌ، فَإِنَّهُ لَوْ حَضَرَ عَقْلُهُ لَحَجَزَهُ عَنِ الْمَعْصِيَةِ

“Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Alloh ﷻ sehingga Alloh ﷻ menghilangkan akalnya, dan ini adalah apa yang terlihat, karena jika akalnya hadir bersamanya sudah tentu akalnya akan melarangnya dari kemaksiatan."

Orang yang akalnya masih jernih tentu akalnya akan menghalanginya dari maksiat karena malu kepada Alloh ﷻ. Bagaimana mungkin dia bermaksiat sementara Allah melihatnya, malaikat di sekitarnya juga memperhatikannya, kemudian Al-Qur'an juga sudah melarangnya dan kematian juga sudah menunggunya.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Atin ~ Pekalongan
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadz, 

Saya melihat ada orang yang rajin ibadah tetapi akalnya rusak. Dia rajin ke masjid, rajin berdakwah tetapi dia juga mampu menipu, merugikan orang lain, membeli jabatan. 

Bagaimana ini bisa terjadi?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Karena akal diracuni dengan perbuatan yang haram yang menimpa, maka buta dengan kebaikan.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, bagaimana tips nya untuk kita bisa selalu menjaga akal kita dalam kondisi sehat ya tadz?
Agar tidak mudah goyah tadz.

🌸Jawab:
Isilah akal dengan dzikrullah dan amal shalih.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Akal akan terjaga bila selalu di isi dengan dzikrullah dan amal shalih.

Wallahu a’lam bishawab

DI TEPI JURANG UJUB


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 DI TEPI JURANG UJUB

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Para hadirin yang dirahmati oleh Alloh ﷻ, puji syukur kita panjatkan yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga pada kali ini kita semua dapat berkumpul di tempat sederhana ini dalam keadaan yang sehat. Alhamdulillah.

Sholawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, dengan bersama-sama kita lafalkan “Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa alaa alihi sayyidina Muhammad.”

Sahabat-sahabatku.... 

Ujub diartikan sebagai perilaku atau sifat mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan dirinya sendiri. Sifat ujub adalah salah satu sifat tercela atau sifat yang harus dihindari oleh umat muslim karena sifat ini bisa membuat seseorang menjadi sombong maupun riya'. Maka banyak orang yang baru sedikit beramal, sudah percaya diri menjadi penghuni surga, lantaran penyakit ini.

Sifat ujub ini sangat berbahaya dan membinasakan. Jika pelaku dosa dan suatu saat dia menyadari dosanya dan segera bertaubat, maka itu lebih baik daripada orang yang banyak amalan tapi ujub.

Sehingga para sahabat dan generasi salafus shalih senantiasa menjaga diri mereka agar tidak terjerumus kepada sifat ujub. Diantara cara yang mereka lakukan untuk menjaga diri dari sifat ujub ini adalah, menggabungkan antara kualitas amalan dengan ketakutan, jika amal mereka tidak diterima oleh Alloh ﷻ. Sehingga tidak ada peluang hati untuk merasa lebih baik.

Ujub adalah sikap mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Imam al-Ghazali pernah berkata “Perasaan ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh ﷻ.”

Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Razaq, hadist hasan)

Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya.

Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah:

◾Membatalkan Pahala

Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia karena Alloh ﷻ tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani).

◾Menyebabkan Murka Alloh ﷻ

Nabi ﷺ bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Alloh ﷻ. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Alloh ﷻ.” (HR. Baihaqi)

Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Alloh ﷻ, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Alloh ﷻ yang seharusnya kita syukuri.

◾Terjerumus Ke Dalam Sikap Ghurur (terperdaya) Dan Takabur

Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi ﷺ bersabda, ”Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi." (HR. Nasa’i)

◾Menyebabkan Mengumbar Nafsu Dan Melupakan Dosa-dosa

Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi ﷺ bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub,” (HR. Al Bazzar)

◾Menyebabkan Orang Lain Membenci Pelakunya

Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustafa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”

◾Menyebabkan Su’ul Khotimah Dan Kerugian Di Akhirat

Nabi ﷺ bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)

Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan. Umar r.a pernah berkata, ”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”

Qatadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”

◾Jatuh Dalam Jerat-jerat Kesombongan

Sebab ujub merupakan pintu menuju kesombongan.

◾Dijauhkan Dari Pertolongan Alloh ﷻ

Allah Subahanahu Wata’ala berfirman:

“Orang-orang yang berjihad (untuk mencari keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS  Al-Ankabut: 69)

◾Terpuruk Dalam Menghadapi Berbagai Krisis Dan Cobaan Kehidupan

Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Hey teman-teman, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Siapakah yang mampu lari dari hari kematian? Bukankah hari kematian hari yang telah ditetapkan? Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu aku dapat lari darinya. Namun siapakah yang dapat menghindar dari takdir?

◾Dibenci Dan Dijauhi Orang-orang

Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (QS. An-Nisa’: 86)

Namun seseorang kerap kali meremehkan orang lain, ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang senang kepadanya. Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang lain juga akan menyepelekan mu.

◾Gengsi Menerima Masukan

Orang yang ujub suka merendahkan orang lain sehingga sulit menerima taushiyyah, semakin keras hati dan keras kepala.

◾Azab Dan Pembalasan Cepat Ataupun Lambat

Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan:

“Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Alloh ﷻ membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)

Hukuman ini dirasakannya di dunia akibat sifat ujub. Dengan begitu kita harus berhati-hati dari sifat ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orang-orang yang terkena penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal mereka dan menyepelekan amal orang lain. 

Wallahu a’lam bishawab

Demikian dari saya malam ini. Semoga bermanfaat. 

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Dwi ~ Bandung
Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadzah Irna sayang,

1. Bagaimana caranya agar Kita bisa membendung diri dari sifat ujub yang selintas tersirat dalam pikiran dan bagaimana caranya untuk bertaubat?

2. Mohon pencerahannya bagaimana sikap kita bila menghadapi Orang yang mempunyai sifat Ujub ini dengan usaha untuk selalu menegur dan mengingatkannya tetapi terkadang sulit karena masih merasa dia segalanya bisa semuanya.

Jazakillah Khairan Ustadzah mohon Jawabannya.
Love Ustadzah Irna yang keren.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

1. Cara agar terhindar dari Ujub, saya kutip saja petuah dari Imam Al Ghazali : 

Ketika memandang orang lain, pandanglah bahwa mereka pasti lebih baik dari dirimu.

Bila kamu bertemu anak kecil, ingatlah bahwa ia pasti lebih baik dari kita. Dosa anak-anak kecil tidak sebanyak dirimu. Umurnya yang masih muda memungkinkan ia belum pernah bermaksiat kepada Alloh ﷻ. Sementara diri kita yang sudah lebih berumur, tentu dosa dan maksiat yang dilakukan lebih banyak.

Bila bertemu orang yang lebih tua, sadarilah bahwa ia pasti lebih baik dari kita. Umurnya yang lebih banyak dibanding kita membuatnya lebih banyak melakukan ibadah dibanding kita.

Ketika bertemu orang berilmu, pandanglah ia sebagai seseorang yang telah menerima anugerah yang tidak Alloh ﷻ titipkan kepada kita. Ia lebih banyak menjangkau dari apa yang kita capai. Tentu saja ia mengetahui lebih banyak hal dibanding apa yang kita ketahui. Pemikiran ini pastinya tidak akan membuat kita merasa sepadan, apalagi merasa lebih baik dari dirinya.

Jika bertemu dengan orang yang dianggap bodoh, ingatlah bahwa jika ia berbuat kesalahan atau bermaksiat, ia melakukannya karena ketidaktahuannya. Sementara kita yang lebih tahu, tentu akan bermaksiat dengan keilmuan yang kita ketahui. Inilah yang akan membuat kita menerima penghitungan yang lebih di akhirat kelak.

Apabila bertemu dengan orang yang kafir, berprasangka baiklah, karena kita tidak tahu akhir hayat seseorang. Orang yang hari ini kafir, bisa jadi suatu hari menerima hidayah dan Islam, menumbuhkan ketaatan yang lebih dalam, lalu meninggal dengan amalan terbaiknya. Jika ini terjadi, ia akan keluar dari dosa-dosa masa lalu sebagaimana keluarnya sehelai rambut dari adonan roti. Sangat mudah. Sementara kita yang dengan ijin Alloh ﷻ telah beriman, bisa jadi akan tersesat di ujung usia, sehingga menjadi kafir. Kemudian meninggal dengan amal terburuk (Su’ul Khotimah).

2. Kalau sudah diingatkan, maka selanjutnya doakan, karena hidayah hanya milik Alloh ﷻ, bukan kuasa kita.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Bagaimana dengan sikap menceritakan kebaikan dan prestasi anak-anak kita atau menceritakan perjuangan kita dari terpuruk sehingga bisa bangkit dan sukses dalam pandangan Islam? 

Tetapi terlebih dahulu sebelum menceritakan hal di atas, kita memuji Alloh ﷻ dahulu, tasyakkur bini'mat.

🌸Jawab:
Tergantung niat bund, kalau niatnya untuk memotivasi orang lian insyaaAllah baik. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Nick ~ Cilegon 
Mi, jadi misalnya saya lihat postingan Foto teman terus tiba-tiba dalam hati bilang "masih jauh lebih baik saya' berarti itu termasuk ujub ya umm? Terus bagaimana cara kita bertaubat maksudnya sudah keceplosan bicara seperti itu biar diampuni-Nya, apa kita beristighfar? Terus bagaimana caranya biar tidak sengaja ujub mi?

🌸Jawab:
Iyaa itu sudah masuk ke ujub, taubatnya kepada Alloh ﷻ, bisa dengan istighfar dan sholat taubat. 

Cara agar terhindar dari Ujub, saya kutip saja petuah dari Imam Al Ghazali : 

Ketika memandang orang lain, pandanglah bahwa mereka pasti lebih baik dari dirimu.

Bila kamu bertemu anak kecil, ingatlah bahwa ia pasti lebih baik dari kita. Dosa anak-anak kecil tidak sebanyak dirimu. Umurnya yang masih muda memungkinkan ia belum pernah bermaksiat kepada Alloh ﷻ. Sementara diri kita yang sudah lebih berumur, tentu dosa dan maksiat yang dilakukan lebih banyak.

Bila bertemu orang yang lebih tua, sadarilah bahwa ia pasti lebih baik dari kita. Umurnya yang lebih banyak dibanding kita membuatnya lebih banyak melakukan ibadah dibanding kita.

Ketika bertemu orang berilmu, pandanglah ia sebagai seseorang yang telah menerima anugerah yang tidak Alloh ﷻ titipkan kepada kita. Ia lebih banyak menjangkau dari apa yang kita capai. Tentu saja ia mengetahui lebih banyak hal dibanding apa yang kita ketahui. Pemikiran ini pastinya tidak akan membuat kita merasa sepadan, apalagi merasa lebih baik dari dirinya.

Jika bertemu dengan orang yang dianggap bodoh, ingatlah bahwa jika ia berbuat kesalahan atau bermaksiat, ia melakukannya karena ketidaktahuannya. Sementara kita yang lebih tahu, tentu akan bermaksiat dengan keilmuan yang kita ketahui. Inilah yang akan membuat kita menerima penghitungan yang lebih di akhirat kelak.

Apabila bertemu dengan orang yang kafir, berprasangka baiklah, karena kita tidak tahu akhir hayat seseorang. Orang yang hari ini kafir, bisa jadi suatu hari menerima hidayah dan Islam, menumbuhkan ketaatan yang lebih dalam, lalu meninggal dengan amalan terbaiknya. Jika ini terjadi, ia akan keluar dari dosa-dosa masa lalu sebagaimana keluarnya sehelai rambut dari adonan roti. Sangat mudah. Sementara kita yang dengan ijin Alloh ﷻ telah beriman, bisa jadi akan tersesat di ujung usia, sehingga menjadi kafir. Kemudian meninggal dengan amal terburuk (Su’ul Khotimah).

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Secara fitrah manusia, pastilah senang jika dirinya dipuji. Terlebih bagi seorang wanita, saat pujian datang -apalagi dari seseorang yang istimewa dalam pandangannya- tentulah hati akan bahagia jadinya. Berbunga-bunga, bangga, dan senang seakan-akan memenuhi relung hatinya. Itu manusiawi, namun jangan sampai riya’ menghiasi amal ibadah kita karena di setiap amal ibadah yang kita lakukan dituntut keikhlasan.

Niat yang ikhlas amatlah diperlukan dalam setiap amal ibadah karena ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amal di sisi Alloh ﷻ. Sebuah niat dapat mengubah amalan kecil menjadi bernilai besar di sisi Alloh ﷻ dan sebaliknya, niat pun mampu mengubah amalan besar menjadi tidak bernilai sama sekali.

Wallahu a’lam bishawab

Mohon maaf lahir batin 

Assalamu'laikum Warahmatullahi Wabaraktuh