Rabu, 16 September 2020

BAHAYA OBESITAS PADA ANAK



OLeh  : dr. Barry Army Bakry, Sp.A

  💎M a T e R i💎
         
Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh.

Apakabar semuanya
Senang rasanya bisa berdiskusi bersama di sore hari ini.

Hari ini InsyaAllah kita akan membahas obesitas (kegemukan pada anak).
Sebagaimana biasa akan saya sajikan beberapa penjelasan soal obesitas untuk kita diskusikan dan kita bahas, jika ada pertanyaan bisa disampaikan setelah pembahasan.

🌸OBESITAS PADA ANAK

Obesitas disebut juga kegemukan atau kelebihan berat badan. Ketika buah hati terlihat gemuk (obes), kerap orang tua menjadi senang dan bahagia karena merasa bahwa buah hati tidak mengalami kesulitan makan dan mendapatkan gizi yang cukup. Seiring dengan pertambahan usia anak hingga remaja, berat badan tidak berkurang, tanda-tanda obesitas makin terlihat jelas dan akhirnya orang tua menyadari ada yang salah dengan kondisi ini. Nah, agar ini tidak terjadi, pahamilah obesitas sejak anak masih kecil.

Cara mudah mengetahui anak mengalami obesitas adalah dengan melihat bentuk pipi yang tembem, dagu rangkap, leher tampak pendek, perut membuncit dan berlipat-lipat, payudara membesar, kedua tungkai umumnya berbentuk x, paha dalam saling menempel dan pada anak-laki-laki penis tampak kecil dan terbenam. Selain itu anak seringkali tidur mengorok, tidur tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam hari, dan berkurangnya konsentrasi belajar di sekolah.

Obesitas dapat terjadi pada siapa saja dan pada semua umur. Obesitas pada anak dapat dimulai sejak usia balita hingga remaja. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan makanan berupa energi yang dihasilkan dengan energi yang dikeluarkan.

Kelebihan energi yang ada akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak diseluruh tubuh. Selain asupan makanan yang berlebihan, pengeluaran energi yang kurang disebabkan karena kurangnya aktifitas fisik, rendahnya metabolisme tubuh, dan rendahnya pemecahan jenis makanan tertentu seperti makanan yang banyak mengandung lemak dibandingkan makanan dari sumber karbohidrat dan protein.

Asupan makanan yang berlebih merupakan penyebab utama obesitas (sering disebut sebagai obesitas primer atau nutrisional) dan sisanya sekitar 10% oleh karena kelainan hormon, sindrom atau kerusakan gen (obesitas sekunder atau non-nutrisional).
             
Dampak fisik obesitas pada anak dapat menyebabkan kesakitan, kematian dan mengenai seluruh organ. Penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke, diabetes, perlemakan hati, infeksi jamur dan kulit, gangguan panggul dan lutut, kista ovarium hingga gejala sesak atau asma, merupakan penyakit yang sering ditemui pada obesitas. Dampak psikososial anak menjadi minder, depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan gerak dan berisiko tinggi mendapat perlakuan bully baik verbal maupun fisik di sekolah.
             
Cara mencegah anak menjadi obes adalah dengan menjaga pola hidup sehat sedari dini, meneruskan pemberian ASI, makanan yang seimbang gizi dan kalorinya, mengurangi camilan dan makanan manis, memperbanyak aktifitas fisik dengan berlari, bersepeda, berenang, senam dan permainan lain yang banyak menggunakan gerakan motorik atau aerobic, serta membatasi waktu menonton televisi dan penggunaan media elektronik hingga 1-2 jam/hari.
             
Jika memang anak sudah menderita obes, maka berbagai hal berikut ini perlu dilakukan agar berat badannya dapat menjadi ideal kembali:

√ Menerapkan pola makan yang sehat dan gizi seimbang.

√ Menggantikan camilan tinggi kalori dengan buah-buahan segar dan air putih diantara jadwal makanan utama dan camilan.

√ Memperbanyak aktifitas fisik, mengurangi bermain permainan di komputer atau menonton televisi dan modifikasi perilaku orang tua sebagai panutan.

√ Motivasi buah hati untuk menurunkan berat badannya dengan pola hidup sehat.

√ Beri target untuk menurunkan berat badan 0,5 kg dalam seminggu atau turun mencapai 20% diatas berat badan ideal atau cukup dipertahankan karena pertumbuhan linier (tinggi badan) masih berlangsung.

√ Ajak anak banyak berjalan kaki dan berolahraga bersama.

√ Ajak anak mengkonsumsi makanan sehat. Pilih jenis makanan sehat yang disukai dan dapat diterima anak serta memperbanyak asupan berupa sayur mayor dan buah-buahan. Serat akan cepat mengenyangkan, mengurangi rasa lapar dan meningkatkan pemecahan lemak.

Panduan makanan berupa traffic light diet dapat diterapkan. Buah dan sayur termasuk green food pada traffic light diet yaitu dapat dikonsumsi setiap hari, tinggi vitamin, mineral dan serat. Green food lainnya mengandung rendah lemak, rendah gula dan garam berupa daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, roti gandum, susu rendah lemak dan air. Yellow food atau makanan yang boleh dikonsumsi dalam porsi kecil, tetapi tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari yaitu daging olahan rendah lemak dan garam, produk roti dan sereal olahan, susu tinggi lemak, kue dan biskuit rendah lemak dan gula. Red food adalah makanan yang boleh dikonsumsi 1x/minggu yaitu makanan yang mengandung rendah vitamin dan mineral tetapi tinggi kalori, lemak jenuh, gula dan garam, berupa gorengan, daging olahan tinggi lemak, kue, minuman manis dan coklat.

√ Beri dorongan dan pujian terhadap setiap keberhasilan anak dalam perilaku sehat yang berhasil dilakukannya

√ Libatkan juga anggota keluarga yang lain serta guru dan teman di sekolah untuk menghilangkan obesitas.

Bila memang anak mengalami obesitas, sebaiknya kunjungi dokter anak anda, konsultasikan masalah nutrisi, aktifitas fisik, dan dampak psikis yang terjadi. Dokter anak akan memberi panduan makanan dan perhitungan kalori yang sesuai serta aktifitas fisik yang disarankan. Terapi obat maupun bedah hanya diberikan pada kondisi khusus dan keputusan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati karena prinsip penanganan obesitas pada anak bukanlah obat maupun terapi bedah.

Terapi ini hanya dapat diberikan pada anak dan remaja obes yang telah berusia diatas sama dengan 13 tahun untuk anak perempuan dan diatas sama dengan 15 tahun untuk anak laki-laki, mengalami komplikasi obesitas yang berat dan tidak memberikan respon yang baik terhadap pemberian pola makan, aktifitas fisik dan perubahan perilaku yang benar.

🔹Seberapa Banyak Anak Harus Makan?

Yang masih menjadi diskusi menarik di antara para ahli adalah, berapa banyak kalori yang kita perlukan. Ada beberapa teori, salah satu yang menarik adalah asumsi bahwa kebutuhan kalori itu bersifat individual dan yang paling penting harus kita ajarkan pada anak adalah mengenali rasa lapar dan rasa kenyang. Anak harus bisa membedakan antara lapar di mulut (ingin) dan lapar di perut (memang lapar), serta menyarankan mereka untuk hanya makan bila lapar (di perut). Setelah itu, anak juga harus belajar mengenali rasa kenyang sehingga bisa berhenti makan meskipun masih ingin.

Rekomendasi tersebut diusulkan setelah diketahui bahwa dorongan untuk makan pada kebanyakan individu obes, pada anak-remaja maupun dewasa, bukanlah rasa lapar yang sesungguhnya melainkan hanyalah dorongan keinginan untuk makan. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa pada beberapa individu sangat obes telah terjadi kecanduan makan. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif dilanjutkan dengan ASI selama mungkin menurunkan risiko obesitas. Meskipun demikian, teori mengapa hal tersebut bisa terjadi belum banyak diketahui. Salah satu teori yang banyak dibicarakan adalah, menetek sesuka bayi mengajarkan anak untuk mengenali rasa lapar dan rasa kenyang.

Cara pemberian makan pada masa usia dini juga banyak menjadi perhatian. Kebiasaan orang tua untuk menyuapi anaknya sambil bermain atau menonton televisi ternyata dianggap berisiko merusak perilaku makan anak. Anak akan mengaitkan makan dengan perasaan senang atau perasaan positif yang biasanya menyertai saat menonton acara televisi atau bermain, sehingga bila suatu saat dia merasa sedih atau stres dia akan menghibur diri dengan makan. Makan haruslah menjadi kegiatan yang mengandung emosi netral, tidak berkaitan dengan perasaan senang atau puas dan tentu saja tidak berkaitan dengan perasaan sedih atau tertekan.

🔹Mengajak Anak Lebih Banyak Beraktivitas

Meningkatkan aktivitias fisik harus dilakukan dengan dua cara, yaitu meningkatkan aktivitas fisik sedang dan berat serta mengurangi aktivitas fisik yang dilakukan dengan duduk atau berbaring, kecuali tidur. Berbeda dengan yang selama ini menjadi anggapan umum, tidur cukup ternyata justru melindungi terhadap obesitas. Aktivitas duduk atau tiduran yang sering dianggap mengakibatkan obesitas adalah menonton televisi dan aktivitas lain dengan gadget karena kegiatan tersebut sering dilakukan selama berjam-jam terus menerus.

Selain olah raga rekreasional teratur, meningkatkan aktivitas fisik bisa dilakukan dengan lebih banyak melibatkan anak pada pekerjaan rumah tangga sehari-hari serta mengurangi penggunaan mobil pribadi. Penggunaan kendaraan umum untuk pergi ke sekolah, bila bersepeda atau berjalan kaki tidak mungkin dilakukan, ternyata cukup bermakna untuk mengurangi risiko obesitas. Pada anak yang lebih muda, mengurangi menggendong dan penggunaan kereta dorong (stroller) juga sangat bermanfaat.
Tentunya hal ini disesuaikan dengan kondisi saat ini. Jika memang tidak memungkinkan pilihlah kegiatan yang tidak bersua dengan orang luar untuk mencegah penularan wabah covid-19.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎
       
0️⃣1️⃣ Serra ~ Malang
Assalamualaikum dok,

Jika cirinya seperti tembem, tembem yang bagaimana? Ada contohnya?

Jika kategori leher pendek contohnya seperti apa? Karena terkadang kan postur anak menurun orang tuanya. 

Terima kasih.

🌸Jawab:
Itu hanya segi penampakan klinis aja, tetap saja penilaian formalnya adalah proporsi tinggi dan berat badan dibandingkan dengan usia anak.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Rochma ~ Bantul
Dokter, adakah rumus untuk menentukan berat badan ideal berdasarkan umur dan tinggi badan seseorang agar tidak terjadi obesitas?

🌸Jawab:
Pada anak berbeda dengan orang dewasa, pada anak, pengukuran biasanya dengan menggunakan tabel tumbuh kembang seperti yang ada di KMS (Kartu Menuju Sehat).

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Dok sepertinya ponakan fitri kena obesitas deh, pas baca materinya memang benar ponakan fitri seperti itu, nafsu makan dia astagfirullah dia makan mie isi 2 itu habis sendiri, terus masih kurang padahal dia usia 7 tahun loh dok. Fitri sebagai tante ingin menerapkan program kurus tapi susah menurut fitri sudah terlanjur didikan orang tua membolehkan apapun itu biar tidak purik selalu saja seperti begitu, bagaimana itu dok?
Makin hari makin nambah kan berat badannya iya kan.

🌸Jawab:
Coba di sampaikan tips-tips yang ada di materi, pada prinsipnya pengaturan makan dan aktivitas fisik

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Afni ~ Garut
Assalamualaikum,

Apakah normal atau lagi masa pertumbuhan, anak 10 tahun porsi makan atau ngemil nya lebih dari orang dewasa?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Biasanya ngemilnya sambil melakukan hal lain, misalnya sambil main game atau nonton tv. Ubah dengan cara saat makan mesti dimeja makan duduk tidak boleh disambil dengan pekerjaaan lainnya.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Yuli ~ Jombang
Dok, anak saya perempuan umur 11 tahun, beratnya 45 kg, termasuk obesitas apa belum dok? Tingginya 150 cm.

🌸Jawab:
Idealnya sih 43 kg, tapi masih normal.

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Yeni ~ Semarang
Anak saya umur 11 tahun dengan BB 64 kg. Untuk mengimbangi BB yang terus meningkat, dari kelas 1 SD selalu ikut klub-klub olah raga (renang, bulutangkis, taekwondo, panahan), tapi sampai sekarang BB tetap meningkat. Porsi makan InsyaAllah termasuk sedikit jika dibanding dengan teman sebaya. Apakah boleh melarang ananda untuk tidak makan setelah jam 18 dan jika lapar boleh makan buah. Sudah pernah dicoba dan ananda tidak keberatan tapi saya khawatir jika nanti ada efek samping karena masih usia anak-anak?

🌸Jawab:
Biasanya penyebabnya adalah cemilan yang tetap jalan. Kalaupun cemilan ada, ganti dengan yang mengandung kalori yang rendah seperti buah-buahan.

🔹Iya Dokter terimakasih jawabannya, jika makan malam diganti buah, bolehkah?

🌸Boleh, jangan lupa ya, frekuensi makan tetap sama tapi diubah isinya.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ AnnaKiky ~ Solo
Assalamualaikum, Dok

Anak saya perempuan, usia 10 tahun 8 bulan, TB 165, BB 75, agak susah makan buah, kalau camilan tidak terlalu karena memang saya batasi, tapi porsi makan kadang yang bikin emaknya darting, apalagi kalau lauknya cocok bisa sampai 5x makan, olahraga juga tidak terlalu suka, kalau misal diet karbo apa ada pengaruhnya Dok?

Wassalamualaikum

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Coba diatur seperti ini, makan boleh sepuasnya, tapi hanya pada waktunya. Misalnya makan siang, 2 piring puas dan kenyang. Jam 12 siang, kalau nanti jam 14.00 mau makan, diarahkan unruk makan besar lagi jam 17-18 . Saat itu, silahkan makan sepuasnya lagi. Kalau anak mau makan antara jam 12-17.00 beri makanan yang low calori, misal buah atau juice, dan lain-lain

Wallahu a'lam

0️⃣8️⃣ Mira ~ Yogja
Menu diet seperti bagaimana yang cocok untuk anak usia 10 - 11 tahunan. Terkait masih di usia pertumbuhannya.

Makanan seperti apa yang sebaiknya dihindari atau kurangi, mengingat PJJ bikin dia rasanya mau nggiliiiiing saja daaah.
Buka-buka kulkas all the time (mamak curhat).

🌸Jawab:
Makan 4 sehat 5 sempurna, isi kulkas diatur hanya makanan yang low calori seperti buah atau juice, tidak ada makanan yang berkalori tinggi. Saat waktu makan tiba, pagi, siang atau sore, silahkan makan sepuasnya. Tapi setelah itu tidak makan besar lagi.

🔹Maksimal makan malam jam 19.00 kemalaman tidak dok?

🌸 Intinya paling telat 2 jam sebelum tidur.

🔹Ni kalau bikin teh apa susu, apa energen suka kalap nambah gulanya.
Kalau dikasih gula pengganti apa aman dok?

🌸Sebaiknya dari awal tidak dibiasakan konsumsi yang manis berlebihan. Jangan menaruh gula ditempat yang mudah dijangkau oleh anak. Jika anak masih kecil jadi belum paham, tinggal diberikan tempat gula yang isinya sedikit, jadi anak mengerti kalau sudah “habis”. Kalau anak besar tinggal dibandingkan, misalnya ibunya juga ikut minum. Anaknya diberi tahu kalau jatah gula anak lebih banyak dibanding ibunya.  Biasanya anak akan puas.

Wallahu a'lam

0️⃣9️⃣ Mifta ~ Jombang
Apakah minum es seperti marimas, pop ice itu juga menjadi salah satu penyebab obesitas dok?

🌸Jawab:
Iya, karena mengandung banyak gula.

 Wallahu a'lam

1️⃣0️⃣ Letter ~ Yogja
1. Apakah susu kambing etawa baik untuk balita?
Banyak yang mengatakan susu kambing setara dengan ASI.

2. Apa hipokalemia bisa sembuh? Apa dengan susu kambing bisa terbantu?

🌸Jawab:
1. Boleh diberikan untuk anak di atas 1 tahun.

2. Tergantung apa penyebabnya, susu kambing bisa saja, tapi lagi-lagi tergantung penyebabnya.

Wallahu a'lam

1️⃣1️⃣ Hanum ~ Makassar
Apakah jenis roti dan cake gluten lebih berpotensi membuat anak obesitas dibanding yang gluten free?
Termasuk dalam hal ini penggunaan gula selain gula refinasi (misal stevia, gula aren murni, gulakong dan lain-lain) apakah "lebih sehat"? Juga dalam hal olah: kukus lebih baik daripada goreng?

Terima kasih dok

🌸Jawab:
Sama saja sebenarnya. Kalau anak makan roti biasa 1 buah, dan roti gluten 5 buah, ya tetap tinggi kalorinya juga. Semua gula sama saja apapun tipenya, sama-sama kalorinya tinggi. Kallau makanan digoreng, jelas lebih banyak kalorinya karena mengandung minyak. Sehingga kukus lebih sehat.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Demikian bahasan kita hari ini, semoga bermanfaat, jika ada kesalahan mohon dimaafkan.

Semoga bermanfaat.

Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar