Selasa, 29 September 2020

MENAMPAKKAN AMAL, BOLEHKAH?



OLeH  : Ustadz Tri Satya Hadi

         💎M a T e R i💎

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

🌸MENAMPAKKAN AMAL, BOLEHKAH?

Eksistensi agama berupa amalan berdasar pada syarat kumulatif yaitu niat dan perbuatan. Untuk beberapa ibadah inti dalam Islam niat itu merupakan bagian dari rukun, artinya tidak akan bernilai ibadah tersebut jika tidak diiringi dengan niat, ibadah Shalat, Puasa, dan Haji sebagai contohnya. Namun kenyataannya niat saja tidak cukup karena harus diiringi niat yang ikhlas dan hanya mencari keridhaan Alloh ﷻ.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung pada niat-niat, dan seseorang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkan.”

Amal yang ikhlas mencari ridha Alloh ﷻ pasti akan berhadapan dengan Riya’, kenapa?, Karena riya biasanya berawal dari:
1. Senang mendapatkan pujian.
2. Takut dicela orang lain.
3. Mengharap apa yang ada di tangan manusia.

Menampakan amal kepada manusia tidak dapat memberikan manfaat (pahala) dan madharat. Cukuplah meyakini bahwa Alloh ﷻ pasti mendengar dan melihat amalannya itu. Tentu ini berbeda penerapannya jika ibadah tersebut merupakan ibadah pokok untuk tujuan mengagungkan syiar Islam, memperlihatkan kekuatan kaum Muslimin, serta mencegah tuduhan dan buruk sangka, maka ibadah tersebut harus ditampakan. Shalat fardhu berjama’ah, membayar zakat kepada amil dan berangkat haji diantar orang sekampung, sudah pasti banyak yang melihat dan membersamai harapannya dapat memberikan keteladanan.

Dalam Era Digital ini dunia terasa tanpa batas, sedetik suatu informasi berpindah dari perangkat elektronik satu ke yang lain, berlanjut pada citra diri yang begitu mudah ditampakkan. Lewat sharing, unggahan foto, video, bahkan status, seseorang bisa dengan mudah memberi tahu apa yang dia lakukan kepada saudara, kerabat, teman-teman follower-nya di media sosial. Mengharap pujian, ujub, dengan menampilkan amal ibadah, sadar atau tidak sadar dosa riya’ jatuh terhadapnya.

Naudzubillah...

Lantas bagaimana? Dengan ibadah-ibadah nafilah (Sunnah) dan amal shalih lainnya yang ditampilkan karena tujuannya untuk menyeru kebaikan, mengajak hal yang serupa agar bisa membuat kerabat atau saudara mengikuti dan berharap mereka mendapat hidayah.
Firman Alloh ﷻ:
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271).

Ayat ini menunjukkan bahwa menyembunyikan amalan shalih itu lebih utama secara umum. Karena itu lebih dekat kepada keikhlasan. Dan disebutkan dalam hadits tujuh orang yang mendapat naungan Alloh ﷻ, diantaranya:

”Seorang yang bersedekah, ia menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan tangan kanannya.” (HR. Bukhari no.1423).

Sehingga bolehnya amal sedekah itu ditampakan dengan tujuan agar orang lain mengikuti, namun sembunyi-sembunyi itu tetap lebih baik. Imam Asy Syafi'i mengatakan, "Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Alloh ﷻ dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak."

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa memulai suatu sunnah yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim).

Orang yang bermaksud agar diikuti oleh orang lain kebaikannya, tidak ragu lagi bahwa ia mendapatkan pahala atas niatnya tersebut, bahkan Multiplayer Effect pahala akan datang jika berjenjang disampaikan dan diamalkan oleh Layer muslim selanjutnya.

Namun Muslim yang ingin menampakkan amal punya rambu-rambu untuk kehati-hatian.

√ Pertama, muslim tersebut dalam posisi alim, orang dikenal baik, orang penting (berkuasa), banyak yang mengagumi, perbuatannya mungkin diikuti orang lain. Kedua, dia selalu memperbaiki niat dan mengawasi hati. Karena batasan riya dan ikhlas itu sangat tipis. Mungkin saja dalam posisi iman yang lemah, riya menghampiri untuk menampakkan amal dengan alasan keteladanan.

Naudzubillah...

√ Selanjutnya, bagaimana jika kita dalam posisi sebagai pengikut, teman, kerabat dari saudara kita yang menunjukan amal di medsos?, Sejatinya kedepankan prasangka baik, kembalikan pikiran negative kita ini ke hal-hal positif, jadikan warning buat kita. Mungkin benar, kita semalam belum tahajud, kita lupa sedekah, mungkin adik kita, istri kita, anak kita belum beramal, dengan status tersebut sebagai dasar mengingatkan mereka. Jikapun benar ternyata mereka beramal karena riya’, jangan habis energi kita sinis mengomentari, jangan habiskan waktu kita untuk hal-hal yang tidak manfaat, ghibah, dan bahkan bisa jadi menjadi fasilitator dosa.

Naudzubillah...

Ada beberapa hikmah dalam menampakan amal seorang muslim:

◼️Pertama, Muncul kegembiraan karena Alloh ﷻ berkendak dengan izin-Nya menampakkan kebaikan-kebaikan seorang Muslim dan menutupi keburukan-keburukannya.

◼️Kedua, Sebab dirinya menjadi pelajaran bagi muslim lainnya agar meniru dan meneladaninya. Dengan demikian jumlah orang-orang yang shalih lagi taat kepada Alloh ﷻ akan semakin banyak, lapangan kebaikan dan amal shalih juga akan semakin bertambah luas dan berlipat ganda. Dalam Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali menjelaskan faedah dalam menampakkan amal dan menyembunyikannya, ”Ada faedah dalam merahasiakan amal. Manfaat tersebut berupa keselamatan dari riya. Disisi lain, untuk menampakkan amal juga ada faedah yang bisa didapatkan. Itu merupakan keteladanan dan penggugahan orang lain dalam kebajikan.”

◼️Ketiga, Bahwa muslim lain mengetahui amalan yang saudara kita tampakkan karena semata-mata mencintai saudaranya karena Alloh ﷻ, mengingatkan untuk bersama sama berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) sebagai bukti pertalian iman yang kokoh : ”Tali Iman yang paling kokoh adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah pula.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dan Al Hakim).

◼️Keempat, Muslim itu senang menampakkan amalnya karena saudara-saudara yang melihat amalannya memberikan pujian yang layak sesuai porsinya dan tidak berlebih-lebihan dalam memuji. Jangan sampai memujinya justru membuat ia binasa, hadits Rasulullah ﷺ:
 “Kalian telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu.” (HR. Bukhari)

Maksudnya adalah jika kamu memuji orang lain secara berlebihan maka sama saja mematahkan punggung orang yang dipuji.

◼️Kelima, Tindakannya menampakkan amal shalihnya itu akan menjadi hal yang baik untuk ditiru dan diikuti, sehingga muncul orang-orang sholih baru penggerak sunnah.

"Barangsiapa membuat sunnah yang baik, maka dia mendapatkan pahala sunnah itu dan pahala orang yang ikut mengamalkannya hingga hari kiamat, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka." (HR. Muslim)

Wallahu a’lam. TSH

*)dari berbagai sumber

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum Ustadz,

Bagaimana caranya menampakkan amal kepada orang lain  sebagai ajakan, untuk orang-orang yang di belakang kita  bilang sebenarnya pingin seperti kita, tapi di depan kita selalu menuduh riya', semua disebabkan beliau ingin tapi gengsi?

Mohon pencerahannya

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

kedepankan prasangka baik, selanjutkan tetap tampilkan amal terbaik dengan ikhlas, akhlak terhadap dia tetap dijaga.

Biarkan ia jika memang demikian, tidak usah dibalas dengan menggunjingnya. Doakan ia agar bisa berubah dan hidayah.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz,

Ini mah diri fitri sendiri ngalamin kenapa kalau fitri ngasih sedekah kok fitri tuh suka deg-degan gemetar dingin badannya kalau fitri niat mau ngasih sama orangnya sebelum ketemu orangnya fitri sudah ngerasa tidak
deg-degan sampai ketemu orangnya dan ngasih masih sama deg-degan dingin tangan. Fitri tidak tahu kenapa seperti begitu dari dulu sampai sekarang selalu seperti begitu, hal aneh sama diri fitri yah itu kenapa sihhh ustadz?

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Takut, gugup ketika beramal bisa karena kekhawatiran takut tidak ikhlas, bisa karena gangguan dari syaithan yang selalu menghalangi beramal. Bisa juga karena psikis memang takut bertemu orang, khawatir tidak disambut dengan baik, dan seterusnya.

Cobalah untuk rukhiyah mandiri dengan bacaan sesuai syar'i, lakukan dzikir pagi dan petang. Perbanyak istighfar.
Latih diri untuk mengatasi gugup, deg-degan dengan bernafas teratur, tenang disertai dzikir, ingat yang baik-baik, ingat selalu balasannya sedekah ikhlas itu surga.

Wallahu a'lam

🌴Ustadz tambahan lagi.
Mungkin benar rasa takut itu yang disebutkan ustadz tadi fitri takut bertemu atau dilihat sama orang. Seperti tidak berani begitu ustadz fitri ngerasa masih mending kalau fitri mau memberi lewat perantara fitri mah dibelakang layar saja begitu kalau seperti ini bagaimana ustadz?

💎 Itu lebih baik, karena keihlasannya lebih terjaga ketika tangan kanan memberi tangan kiri tidak mengetahui.

Wallahu a'lam

🌴Alhamdulillah terimakasih ustadz

💎Afwan

0️⃣3️⃣ Neni ~ Tangerang
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...

Ustadz, bila dalam sebuah kegiatan pelayanan pengobatan atau kegiatan sosial yang kita lakukan tetapi diwajibkan untuk mendokumentasi kegiatan tersebut. Apakah itu juga termasuk dalam menampakkan amal ya, ustadz? Karena saya pribadi merasa tidak sreg jika sedang melakukan pelayanan tetapi suka di dokumentasikan atau di foto.

Mohon pencerahannya dan arahannya.

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Boleh saja karena hal itu bagian dari muamallah berupa pertanggungjawaban atas kegiatan tersebut . Yang penting dari diri kita, hati kita, bersihkan dari sifat riya', selalu dzikir dan istighfar jika dirasa muncul hal-hal yang tidak enak dihati. Karena hati yang bersih bisa membedakan mana hal yang buruk, mana hal yang baik.

Wallau a'lam

0️⃣4️⃣ Novita ~ Ambon
Assalamualaykum
Ustadz,

Bagaimana cara untuk menjaga agar amalan bisa tetap ikhlas?
Terkadang di awal terasa ikhlas tapi setelahnya ada hasutan-hasutan apalagi kalau diuji dengan kesusahan setelah beramal?

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

√ Selalu perbaiki hati (niat) dengan banyak beristigfar dan dzikir.

√ Berkumpul dengan orang sholih baik di dunia atau dunia maya.

√ Ingat bisikan syaithan selalu ada, itulah ujian jangan biarkan, segera ta'awudz, lakukan amal sedikit tapi kontinyu. Jangan lakukan amal diwaktu sisa, saat capek atau ngantuk.

√ Perbanyak doa di sepertiga malam.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Dias ~ Bandung
Ustadz bagaimana hukumnya jika menyumbang dana naik berupa uang atau barang pada masyarakat ada maksud untuk memperoleh suara, untuk pencalonan anggota dewan, atau pejabat lainnya, baik bagi penerima maupun yang menyumbang?

Jazakallah khair

💎Jawab:
Sesuai hadits innamal a'malu binniah, ya mungkin ia mendapatkan yang ia niatkan yaitu suara, sedangkan pahala mungkin bisa jadi sirna. Wallahua'lam.

Sedangkan hukumnya jika itu tujuannya membeli suara yang memberi dan diberi (karena mengharap sesuatu dengan menukar suara), sama-sama berdosa.

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Asih ~ Balikpapan
Assalamu'alaikum,

Ustadz, bagaimana cara kita menyikapi teman yang mengatakan kita munafik, sok alim & sok jadi ustadzah. Bahkan ada yang menjauhi dan memusuhi hanya karena kita selalu share kajian atau ilmu yang kita dapat dari grup Islami tempat kita bernaung dalam mencari ilmu?
Sedangkan niat kita share di media sosial hanya untuk menyimpan ilmu itu agar sewaktu-waktu bisa di baca lagi sebagai pengingat diri.
Karena bagi saya daripada upload hal yang tidak berfaedah, lebih baik media sosial digunakan untuk hal-hal yang positif.

Jazaakallahu khair

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Semangat terus dalam beramal, seperti yang ada dimateri tinggalkan hal-hal yang menguras pikiran dan waktu kita, yang penting selalu perbaiki diri dan perbaiki niat, bersihkan hati dari penyakit hati. Karena ikhlas dan riya' sangat tipis batasnya.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Maukah aku ingatkan kalian dengan suatu amalan yang paling baik; amalan yang paling suci pada apa yang kalian miliki, paling tinggi derajatnya; lebih baik dan utama bagi kamu sekalian daripada menginfakkan emas; lebih baik bagi kamu sekalian daripada kalian berhadap-hadapan dengan musuh, kalian pukul lehernya dan mereka pun memukul leher kalian?” Para sahabat menjawab,? “Tentu kami mau, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, "(dzikir) Mengingat Allah.” (HR Tirmidzi).

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar