Minggu, 26 November 2017

Yang Pergi Pasti Akan Terganti


OLeh   : Ustadz M. Syawaludin Syarif

Yang Pergi Pasti Akan Terganti

Insya Allah setelah ini ngak ada lagi yang baper akut ya. Karena mikirin yang udah pergi 😀

🌸🌷🌸
Ketika kita kehilangan sesuatu yang dianggap baik oleh kita. Tak jarang kita merasa begitu sedih atas kehilangannya. Karena kita terlalu menganggap sesuatu itu sangat baik untuk kita dan kita pun tidak ingin kehilangannya.

Justru malah yang sering hilang adalah hal yang sangat kita inginkan dan sayangi. Maka dari itu sangat sulit mengikhlaskan apapun yang hilang dari kita.

Karena Apapun Yang Hilang Dari Kita, Udah Pasti Akan Diganti Dengan Yang Lebih Baik Lagi

Jika dengan kehilangan merasa sedih maka cobalah mengikhlaskannya agar tidak terlalu terlarut memikirkan hal yang hilang.

Memang tidak mudah tetepi harus mencobanya agar kita mampu menerima kenyataan bahwa ia memang telah hilang dan tidak ditakdirkan untuk kita.

Dan nasehati diri sendiri bahwasanya apapun yang hilang didalam hidup kita. Meskipun ia hal yang sangat berharga dan baik untuk kita. Ia akan diganti dengan hal yang jauh lebih lagi dari sebelumnya.

Yang Pergi Pasti Akan Terganti
Ini sangat berkaitan dengan masalah keimanan kita terhadap takdir dan juga penyikapan kita terhadapnya.

Maka kami akan sedikit paparkan tentang materi itu 🙂

🌸🌷🌸
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. 
Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah.
Wallahul musta’an.

Antara Qodho’ dan Qodar

Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan.[1] Jika disebutkan  qodho’ saja maka mencakup makna qodar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qodho’maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian  qodar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’.[2]

🌸🌷🌸
Empat Prinsip Keimanan Kepada Takdir

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip. Keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap muslim.

Pertama:
Mengimani bahwa AllahTa’ala mengetahui dengan ilmunyayang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala.

Kedua:
Mengimani bahwa AllahTa’ala telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat.

Dalil kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam Al Qur’an, Allah Ta’alaberfirman,

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70}

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59}

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al An’am:59).

Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullahshalallhu ‘alaihi wa salam,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” [3]

Ketiga:
Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi. Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluknya.

Keempat:
Mengimani dengan penciptaan Allah. Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah.

Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’ala,

اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ {62} لَّهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ {63}

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar 62-63)

وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَاتَعْمَلُونَ {96}

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“. (QS. As Shafat:96).[4]

Antara Kehendak Makhluk dan Kehendak-Nya.

Beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu.

Dalil dari syariat, Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,

ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ مَئَابًا {39}

“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’:39)

نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ… {223}

“Isteri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. …” (Al Baqoroh:223)

Adapun tentang kemampuan makhluk Allah menjelaskan,

فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {16}

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghobun :16)

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286}

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….” (QS. Al Baqoroh:286)

Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan.
Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti gemetar atau bernafas). Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la karena Allah berfirman,

لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}

“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29).
Dan karena semuanya adalah milik Allah maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya.

🌸🌷🌸
Setelah kita memahami makna tadir

Maka kita sampai pada 2 muara.

1. Husnudzhon
2. Su'udzhon

Terhadap takdir Allah.

Nah untuk malam ini kita akan bahas tentang solusi biar tidak baper sebagai mana tema:

Yang Pergi Akan Terganti

Solusi dari baper ini adalah husnuzhon terhadap ketetapan Allah.

Allah Sesuai persangkaan hamba pada Allah. Artinya, jika seorang hamba bertaubat dengan taubatan nashuha (yang tulus), maka Allah akan menerima taubatnya.
   
Jika dia yakin do’anya akan dikabulkan, maka Allah akan mudah mengabulkan. Berbeda jika kondisinya sudah putus asa dan sudah berburuk sangka pada Allah sejak awal.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih). Hadits ini mengajarkan bagaimana seorang muslim harus huznudzhon pada Allah dan memiliki sikap roja‘ (harap) pada-Nya.

Mengenai makna hadits di atas, Al Qodhi ‘Iyadh berkata, “Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan do’a jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah (roja’) dan meminta ampunannya” (Syarh Muslim, 17: 2).

Inilah bentuk  husnudzhon atau berprasangka baik pada Allah yang diajarkan pada seorang muslim. Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat tiga hari sebelum wafatnya beliau,

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnudzhon pada Allah” (HR. Muslim no. 2877).

🌸🌷🌸
Husnuzhon pada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam do’a. Ketika kita berdo’a pada Allah kita harus yakin bahwa do’a kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya do’a dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya do’a.  Karena ingatlah bahwasanya do’a itu begitu ampuh jika seseorang berhusnuzhon pada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُم

"Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghofir/ Al Mu’min: 60)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, dan Ahmad 2: 362, hasan)

Jika seseorang berdo’a dalam  keadaan yakin do’anya akan terkabul, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479, hasan)

Jika do’a tak kunjung terkabul, maka yakinlah bahwa ada yang terbaik di balik itu. Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا. قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: (1) Allah akan segera mengabulkan do’anya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan (3) Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”

Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3: 18, sanad jayyid).

Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam berkata,

فالإلحاحُ بالدعاء بالمغفرة مع رجاء الله تعالى موجبٌ للمغفرة

“Terus meminta dengan do’a dan memohon ampunan Allah disertai rasa penuh harap pada-Nya, adalah jalan mudah mendapatkan maghfiroh (ampunan).”

Maka yakinlah terus pada janji Allah, husnuzhon-lah pada-Nya. Janganlah berprasangka kecuali yang baik pada Allah.
Dan jangan putus asa dari rahmat Allah dan teruslah berdo’a serta memohon pada-Nya.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Jingga
Bagaimana sih ustadz cara mengiklaskan si dia yang telah pergi meyakinkan diri kalau itu yang terbaik dan akan terganti dengan yang terbaik?

💎Jawab :
Dalam Al qur'an Allah berfirman yang kurang lebih teksnya begini.

Mungkin engkau merasa senang dengann sesuatu padahal itu buruk bagimu.

Mungkin engkau merasa tidak suka dengan sesuatu padahal itu baik bagimu.

Sesungguhnya Allah maha mengetahui sedangkau engkau tidak mengetahui.

Intinya adalah husnuzhon dengan ketetapan Allah dan yakinkan diri bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagimu 😀

Tapi emang sulit sih ngelupainnya.

Cara termudah melupakan adalah dengan membuka hati dan membangun ikatan suci (menikah).

Wallahu'alam

🌷Iya siih cuma sakit nya tu lho bikin kapok, hehe...

💎 Rasa sakitnya akan sedikit demi sedikit terobati mbak.

Ane udah ngalamin sendiri kok.
Dan setelah membuka hati. Alhamdulillah rasa sakit pun mulai terobati 😀

0⃣2⃣ Ran
Ustadz, salah tidak si kalau kita sudah mencoba mengikhlaskan dia yang sudah pergi tapi tanpa sadar kita mencari sosok yang seperti dia?

💎Jawab :
Tidak salah, selama itu dalam koridor kebaikan. Tapi sadarilah bahwa laki" juga punya perasaan. Tak akan mau ia dibanding"kan sebagaimana wanita tak ingin dibanding"kan.

Silakan menyukai sifat dan akhlaknya. Dan silakan mencari yang baik sifat dan akhlaknya. Tapi jangan sampai membanding"kan laki" yang nantinya jadi jodoh anda dengan si dia yang telah pergi. Karena itu akan menyakiti hati jodoh anda dan juga bisa lebih menyakiti diri anda karena gagal move on dengan kenangan lama.

Wallahu'alam

0⃣3⃣ Adha
Bagaimana mengontrol hati Dan perasaan untuk orang yang sangat sensitive, meski dia tahu menangis berlebihan adalah tindakan bodoh tidak akan mengembalikan yang sudah pergi.
Dan tahu bahwa apa yang Allah ambil kembali adalah yang terbaik yang dimiliki Dan akan diganti dengan yang lebih baik lagi.

Bagaimana agar kenangan" indah tentang dia yang sudah diikhlaskan kepergiannya tidak membuat Kita larut dalam kesedihan, karena tidak mungkin bisa mudah melupakan kenangan - kenangan itu?

💎Jawab :
Dalam hal ini. Mencari fokus adalah hal yang baik.

Karena biasanya kita sering larut dalam kesedihan ketika kita sendirian atau merenung dan lain".

Maka carilah fokus sehingga perhatian kita tidak ke kenangan tapi masa depan,

Dan obati hati dengan 5 perkara.

Udah hafal kan 5 perkara itu 😀

0⃣4⃣ Rafika
1. Doa itu bisa mengubah takdir...
Takdir yang seperti apa yang bisa diubah dengan doa?

2. Ketika kita kehilangan orang" yang kita cintai, kehilangan harta benda, rasanya berat sekali ustadz...
Padahal sebenarnya kita tahu kalau itu semua adalah takdir...
Bagaimana cara menata hati agar ikhlas ustadz?

💎Jawab :
Takdir yang bisa di ubah adalah takdir yang sifatnya hal" yang diluar ketetapan yang mutlak Allah berikan.

Contoh Takdir yang mutlak.
1. Kita lahir dari rahim ibu kita. Maka ini tak dapat di ubah.
2. Kita lahir sebagai perempuan atau laki", maka ini tak dapat di ubah.

Takdir yang dapat dirubah adalah yang sifatnya pilhan dan ini rahasia Allah.

Contoh:
Mungkin Allah takdirkan kita berjodoh dengan si A. Tapi karena kita terus" berdo'a minta dijodohkan dengan si B maka Allah izinkan kita berjodoh dengan si B.

Wallahu'alam.

2. Sadari hakekat kehidupan kita didunia ini hanya sementara. Harta benda dan apa yg ada di kita adalah titipan Allah untuk dipelihara dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya

Ketidak ridhoan kita akan takdir Allah adalah wujud dari lemahnya iman kita.

Bersedih wajar, galau biasa. Tapi sebaik" kita adalah yang ridho dengan ketetapan Allah.

0⃣5⃣ Shoffia
Afwan, Ustadz perbedaan qodo' dan qodar itu apa ya dan bolehkah beri contohnya??

💎Jawab :
Materi yang di atas tentang takdir sudah dibaca mbak.

0⃣6⃣ Aski
Bagaimana caranya Ta'aruf yang elegan tadz?
Boleh ya perempuan dulu yang ngajak taaruf?

💎Jawab :
Ta'aruf yang elegan
1. Melalui perantara [orangtua, paman ddanlain", (keluarga), bisa melalui ustadzah, teman atau yang lainnya].

2. Jangan ikhtilat (ber dua-dua akan dan bercampur baur).

3. Jaga adab pergaulan laki" dan perempuan.

4. Luruskan nian ta'aruf untuk menikah dan menyegerakannya. Bukan untuk bebas dari gelar jones. hehehe...


Lalu bolehkan wanita duluan yang ngajak ta'arufan.

Jawabannya boleh aja. Tapi silahkan pakai perantara (misalnya keluarga).

Karena, Siti khodijah istri Rosulullah shollallaahu 'alaihi wa sallam awalnya juga ngajakin ta'aruf duluan, bahkan ngelamar duluan.


Ayo lamarlah si ikhwan jika belum ada kepastian. Tapi pakai perantara biar kalau ditolak tidak terlalu sakit dan kalau diterima tidak kebablasan pergaulannya.

Wallahu'alam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Lebih Mudah Menahan Kemarahan Daripada Kerinduan

Kemarahan akan berkurang ketika telah dikomunikasikan.

Kerinduan akan bertambah ketika ada komunikasi.

Kemarahan akan terkikis ketika terucap kata maaf.

Kerinduan semakin dalam ketika kata" maaf terlontarkan.

Kemarahan akan sirna ditelan zaman.

Kerinduan semakin menggebu seiring zaman.

Kemarahan akan hilang dengan pertemuan (baik diselesaikan dengan amarah ataupun saling memaafkan).

Kerinduan akan semakin menghujam jika ada pertemuan.

#yangbaparhatihati
#yangbelumsiapnikahjanganpacaran
#baperyangkerenitusetelahnikah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar