Minggu, 26 November 2017

Golden Age


OLeh   : Bunda Nurhamida

Assalamualaikum wr.wb.

Wa maghfirah untuk semua ukhties yang cantik dan shalihah di grup ini. Jazakillah khoir untuk Neng Ella yang sudah membuka dan memoderatori  kajian malam ini.
Alhamdulillah washalatu 'alaa rasulillah.
Semoga semakin larut nggak semakin ngantuk yaa..

Golden Age Masa Terpenting dalam Kehidupan Seorang Anak

Disampaikan dalam Forum Kajian Online Bidadari Surga
Sabtu 12 Dzulqo'dah 1438 H
Oleh: Nurhamidah.

Apakah Golden Age Itu?
Golden Age atau Usia Emas adalah rentang waktu yang dilalui oleh seorang anak dimana pada masa itu otak anak mengalami pertumbuhan otak yang sangat cepat dan dalam menyerapdan menerima informasi berada pada kemampuan tertinggi. Setiap anak dilahirkan dengan kapasitas otak 1 triliyun sel otak sementara yang digunakan hanya 1% saja.

Otak merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pusat kontrol dan kendali atas semua sistem didalam tubuh.

Dalam perkembangan otak, ada periode yang dikenal sebagai periode pacu tumbuh otak (brain growth spurt), yaitu saat dimana otak berkembang sangat cepat. Periode pacu tumbuh otak pertama kali dimulai ketika bayi masih dalam kandungan ibu (memasuki trimester ketiga).
Periode pacu tumbuh otak kedua terjadi setelah sikecil lahir hingga berusia 36 Bulan.
(R. Hastuti, 2014, 1)

Periode 0-6 tahun akan melalui periode sensitive (masa peka) yakni masa dalam perkembangan saat seorang menjadi sangat responsive pada jenis-jenis pengalaman tertentu.

Grafik Pertumbuhan Otak Anak
Usia 0-18 bulan; pertumbuhan otak mencapai 25%
Usia 18 bulan - 4 tahun; pertumbuhan otak mencapai 50%
Usia 4-8 tahun ; pertumbuhan otak mencapai 80%
Usia 8-18 tahun ; pertumbuhan otak mencapai 100%.

Apa yang harus dilakukan orang tua pada masa Golden Age?

🌸Menjadikan tauhid dan pembentukan akhlaq islam sebagai pengikat stimulasi yang diberikan.

🌸Menyadari masa peka anak atau periode sensitif dan memberikan stimulasi yang dibutuhkan :

1. Periode kepekaan terhadap hubungan-hubungan sosial.

2. Periode kepekaan terhadap inderapersepsi.

3. Periode kepekaan terhadap bahasa.

4. Periode kepekaan terhadap keteraturan.

5. Periode kepekaan terhadap benda atau hal kecil.

6. Periode kepekaan terhadap gerak tubuh
Kesalahan yang sering dilakukan orang tua dalam mengisi masa emas anak ini adalah hanya bertumpu pada aspek perkembangan kognitif dan fisik-motoric saja. Anak lebih banyak dijejali informasi yang kadangkala belum dibutuhkan untuk usianya misalnya dengan membelika buku-buku pengetahuan berjilid-jilid, membelikan program edukatif dan membiarkan anak asyik dengan gadget tanpa memahami dampaknya pada pertumbuhan dan perkembangannya.
Anak juga lebih sering diajak melakukan wisata konsumtif seperti mengunjungi mall pada akhir pekan. Mall menjadi tempat bermai dan berolahraga, sehingga pilihan kegiatannya terkait fisik dan motorik sangat terbatas.

Boleh jadi hanya sebagian kecil saja anak-anak yang beruntung memiliki orangtua yang mengajaknya berenang secara rutin, jalan pagi atau berlari sambil berekreasi dilingkungan sekitar rumah, bermain bola, atau membiarkan anak-anak bermain dengan teman sebayanya pada sore hari sehingga anak-anak mengenal permainan semi olahraga seperti permainan bola kasti, gala sin, bermain taplak/engklek/sondag, petak umpet.
Permainan tersebut selain mengasah fisik-motoric, juga melatih keterampilan sosial anak serta mengasah kemampuan mengelola emosi saat berinteraksi dengan teman sebaya. Ada dialog komunikasi yang terbangun yang memperkaya kemampuan berbahasanya.

Hal-hal yang perlu diketahui ayah dan bunda terkait Golden Age.

🌸Apakah setiap anak mengalami masa emas? Ya, karena semua anak dilahirkan dengan potensi yang sama.

🌸Bagaimana jika anak terlahir dengan kondisi fisik tidak sempurna? Tetap saja, ia akan mengalami masa emas karena periode ini tidak bergantung pada fisik semata, melainkan pada pertumbuhan dan perkembangan otak.

🌸Bagaimana dengan keadaan anak yang setelah usia 3 tahun baru terdeteksi mengalami kesulitan belajar atau  gangguan dalam tumbuh kembangnya?
Tetap saja, mereka mengalami masa emas. Karena ini bersifat sunnatullah. Hanya saja polanya unik mengikuti kebutuhan masing-masing anak. Dalam hal ini harus diteliti penyebab gangguan tumbuh kembangnya. Apakah given (bawaan sejak lahir) atau karena kesalahan dalam penanganan oleh orang tua setelah lahir. Jika ternyata setelah diteliti merupakan kelainan bawaan, maka perlu dicari langkah mengoptimalkan kemampuan otak sesuai dengan kondisi kelainannya. Harus meyakini, tidak ada yang sia-sia yang telah Allah ciptakan dan takdirkan. Semua memiliki ilmu dan hikmah.

Hal yang mempengaruhi perkembangan otak.

🌸Masa kehamilan yang sehat baik fisik maupun psikologis. Hal ini terkait dengan nutrisi dan jenis makanan yang dikonsumsi serta keadaan psikologis.
Hal ini terkait dengan nutrisi dan jenis makanan yang dikonsumsi serta keadaan psikhis ibu saat hamil dan melahirkan. Jika ibu hamil mengkonsumsi minuman dan makanan yang sehat, tidak tersemar, halal dan baik, insyaAllah anak akan lahir sehat dan normal.

🌸Faktor genetic. Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit tertentu yang dapat diturunkan secara genetic. Ayah dan ibu memiliki potensi sebagai pembawa (carrier).

🌸Lingkungan yang mendukung yakni sikap menerima ayah dan ibu serta lingkungan sosial terhadap kehamilan dan kelahirannya. Lingkungan dapat mempengaruhi kondisi psikologis janin saat dalam kandungan. Jika baik, anak lahir dengan kondisi yang sehat secara psikologis.

Masa Emas Anak dewasa ini menghadapi situasi dan kondisi yang mengkhawatirkan.  Anak-anak yang lahir pada era digital harus mengalami keadaan tidak sebaik generasi sebelumnya dalam hal lingkungan tempat tumbuh kembang.

Anak-anak yang tinggal di perkotaan tidak mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan alam secara natural sehingga banyak terjadi anak tahu bermacam tumbuhan dan binatang hanya dari gambar  saja. Mereka tidak bisa bersentuhan langsung dengan hewan yang semestinya ada di sekitar mereka atau tumbuhan yang lazim ada di sekitar rumah mereka.

Hampir semua informasi tersedia lewat gadget sehingga aktivitas fisik dan motorik mereka amat terbatas.
Bahkan secara sosial mereka tidak mendapatkan haknya untuk bermain bersama teman sebaya dengan permainan khas anak-anak yang disebabkan pola lingkungan yang berubah, hidup di perumahan yang individual dan sibuk.

Dan keadaan lain misalnya ketika anak anak ini harus tinggal di rumah bersama pengasuh atau kerabat karena ayah dan ibu bekerja hingga sulit berinteraksi dengan anak. Keadaan ini amat berpotensi mengganggu proses perkembangan bahasa, sosial emosional dan akhlaq atau moral anak.

Berkaitan dengan akhlaq dan tauhid, perlu mendapat perhatian yang besar mengingat fakta di lapangan, banyak orangtua sudah tidak lagi mementingkan kedua hal tersebut.

Jika diajak bicara mengenai harapan tentang putra putrinya, maka semua orang tua akan mengatakan, kami ingin anak-anak yang shalih/ah. Tapi ketika ditanya, bagaimana mekanismenya, apa yang sudah dipersiapkan? Kebanyakan mereka bingung menjawabnya. Kenapa demikian? Karena saat mereka memutuskan menikah, hal semacam ini tidak terpikirkan oleh mereka. Baru setelah anak lahir, bingung harus bagaimana merawat dan mengasuh anak sesuai sunnah.

Dalam Kajian ini, yuk kita cermati apa yang terjadi saat golden age tersebut. Lalu kita harus bagaimana?

Yang pertama adalah menata ulang mindset kita terhadap usia golden age ini. Ini penting, jika orangtua dapat memberikan kebutuhan anak sesuai masa pekanya dengan menjadikan tauhid dan akhlaqul karimah sebagai pengikatnya, maka insyaallah anak anak ini akan memiliki dasar kepribadian yang baik dan kuat. Ini akan menjadi bekal saat mereka memasuki remaja sehingga pernyataan adanya krisis identitas tidak berlaku. Mengapa?
Karena mereka telah terbentuk sejak kecil untuk berpikir saya muslim, ada aturan yang mengikat saya sehingga saya tidak bisa sembarangan bertutur dan berperilaku karena jika demikian, saya tidak akan mendapatkan ridha Allah dan ridha orang tua. Jika begitu artinya hidupnya akan kacau dan tidak akan selamat.

Demikian ya Ukhties landasan berpikir utamanya dalam kajian ini.
Silakan jika ada yang mau bertanya atau sharing pengalaman. Saya kembalikan ke moderator.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Farida
Bunda Mida, saya punya baby usia 5 bulan.. Bagaimana cara mengajarkan tauhid yang mudah dicerna untuk bayi seusianya.. Alhamdulillah baby saya cukup senang diajak ngobrol dan bermain.

🌷Jawab:
Mengajarkan tauhid pada bayi hingga usia 2 tahun adalah:

1. Mengubah kebiasaan ayah dan ibu yang tidak sesuai sunnah menjadi sesuai sunnah. Bayi akan belajar dari kebiasaan orang tua. Jika ayah dan ibu tidak terbiasa mengucapkan doa dalam setiap aktivitas, maka dengan sendirinya bayi akan belajar tidak ada doa dalam aktivitas apapun.

2. Pada saat khusus ibu dan bayi yaitu saat menyusui mulailah dengan basmalah dan perdengarkan dzikrullah bundanya atau hafalan Qur'an bundanya mulai dari surat pendek. Atau memperdengarkan murottal. Yang terbaik, bundanya terus berdzikrullah karena apa yang didengar bayi sejalan dengan nafas dan jalan darah yang mengalir lewat susu yang diisap bayi. Jangan lupa berlindung dari gangguan syetan saat sebelum menyusui seperti membacakan U'idzuka bikalimaatillaahittammaah min syarri maa kholaq.

Hindari gangguan suami saat menyusui bayi karena akan mempengaruhi aliran darah sehingga dapat mencemari kualitas air susu yang dihisap, ini akan membahayakan psikisnya kelak.

Saat mau mandi, bacakan doa sebelum masuk kamar mandi dan setelahnya jika selesai. Bacakan doa saat berpakaian dan melepas pakaian bayi, saat mau dan sesudah makan, lalu  ajaklah bercerita tentang isi Al Qur'an dan kisah para Nabi. Berikan ekspresi yang sesuai dan seringlah perlihatkan wajah berseri ayah dan ibu.

Kaitkan semua pembicaraan dengan Allah dan Rasul SAW. Semakin dini mendengar, saat ia tumbuh nanti tidak akan merasa asing dengan dua nama tersebut. Dalam artian saat diminta ketaatan pada Allah dan Rasul saw anak sedikit penolakannya.

0⃣2⃣ Key
Assalamualaikum...

Key punya anak alhamdulillah sangat aktif dari usia 3 tahun udah diajak mengaji...
Sekolah juga mencari yang TK Islam berharap bisa jadi benteng. Tapi takut juga bund, Ada kekhawatiran yang sangat.
Bagaimana caranya ya bund buat lebih membentengi lagi?

🌷Jawab:
Pertama, Bundanya harus memiliki keyakinan bahwa ayah dan ibu bisa memberikan landasan keimanan yang kuat bagi nanda. Sekolah hanya pendukung saja. Jadi tidak menyandarkan pada sekolah soal penanaman tauhid dan pembentukan alkhlaqnya. Sebagus apapun TK Islam, tetap tidak bisa menggantikan posisi ibu atau keluarga sebagai madrasah utama bagi anak.

Kedua, Seperti jawaban untuk pertanyaan Mbak Farida, Mbak Key bisa memulainya dari sekarang langkah tersebut. Jika sudah, alhamdulillah. Tinggal Mbak cari tahu apa yang belum lalu lakukan segera. Mbak bisa pakai buku Islamic Parenting buah karya Syaikh Jamal Abdurrahman terbitan Aqwam Jembatan Ilmu sebagai pedoman..
Di situ ada detil aktivitas berdasarkan hadits.

Ketiga, Selalu lakukan evaluasi bersama ayahnya, sudah sampai mana langkah yang ditempuh, apa pengaruhnya pada nanda. Mengapa saya sarankan ini, karena kebanyakan yang terjadi, pendidikan anak pada usia balita cenderung porsinya diberikan pada bundanya saja. Padahal namanya pendidikan anak tanggung jawab keduanya.

Keempat, tawakal pada Allah, berdoalah mohon ananda senantiasa berada dalam perlindungan dan penjagaan Allah. Berserah diri langkah paling akhir dalam membentengi diri ya Mbak.

0⃣3⃣ Adha
Bagaimana cara menanamkan aturan yang mengikat agar anak memiliki kepribadian yang Islam, untuk anak kelas 1 SD, namun tetap bisa diterima oleh anak seusia itu. Karena saat ini suka ngeyel bahkan sama orangtuanya sendiri, padahal sudah diberitahu dengan hati-hati dan dengan cara lembut, di tegasi pun kadang masih ngeyel.

🌷Jawab:
Anak usia 7-8 tahun, sedang memasuki fase mulai memahami satu hubungan sebab akibat yang abstrak, mulai berpikir dan melihat bahwa ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang terjadi. Anak lalu mulai mencoba, melakukan petualangan baru, bagaimana reaksi lingkungan kalau saya begini, bagaimana sikap ayah dan ibu jika saya melanggar aturan. Karena pertumbuhan dan perkembangan otaknya sudah sampai 80% , maka pada usia ini anak telah membangun pengertian yang lebih jelas dengan lingkungan, sudah tahu apa yang akan dia hadapi.

Menyikapi hal ini, sikap orangtua adalah memberikan batasan atau aturan main yang tegas. Tidak semua yang diinginkannya dikabulkan. Tegurlah dengan cara membangun pemahaman. Bersikap lemah lembut ada waktunya. Yakni saat kita menunjukkan kasih sayang. Tetapi saat kita sedang menanamkan disiplin pada anak, maka sikap tegas yang dikedepankan.

Jadi jika menegur, tidak dengan cara lemah lembut lagi. Contoh: Nanda menyetel TV dengan volume yang keras sehingga mengganggu sekeliling.

Tegurlah dengan mendatanginya, pegang pundaknya, lalu ucapkan dengan tenang, bisakah kamu kecilkan suaranya karena ibu terganggu.
Jika anak tidak mau dengar, duduklah di depannya dan tatap matanya dengan sinar mata menuntut perhatian: Apakah kamu dengar permintaan Ibu?
Jika anak tetap tidak mau mengecilkan, Bunda bisa ambil remote lalu mengecilkannya  sambil katakan, jika kamu tidak mau mengikuti kata ibu, tidak usah menonton. Jika anak marah dan tetap menyalakan TV, Bunda bisa bersikap tegas, mencabut kabel TV setelah sebelumnya mematikan TV. Minta nanda duduk di kursi di tempat lain, dan bicara dengan tegas sambil menatap matanya: Ibu tidak suka sikap membantahmu. Jika kamu membantah sama dengan durhaka pada ibu. Sekarang duduk di sini sampai kamu menyadari perilaku kamu salah. Jika sudah mengerti, datangi ibu dan minta maaflah.

Cara yang saya berikan akan efektif jika sejak kecil anak memang sudah dikenalkan dengan aturan dan bentuk kepatuhan. Tetapi tidak ada kata terlambat untuk memulai...

Anak akan ngeyel karena tahu dengan ngeyel dia bisa dapatkan yang dia mau.. ia belajar dari pengalaman, kejadian yang berulang, nah ini yang harus di cut.
Semoga berhasil ya Bund. Jangan lupa kompakan sama ayahnya ya.

0⃣4⃣ Riska
Assalamu'alaikum bund,

Saya punya keponakan usia 5 th, gaya bicara seperti orang dewasa. Bisa membuat cerita yang dikarang sendiri. Cerita itu tidak biasa.  Selain itu suka bicara kotor seperti mengatakan tantenya, adik ipar saya "setan, orang gila dan seterusnya..."
Nah bund bagaimana mengatasinya. Soalnya kalau kita tegur anaknya, orangtuanya kurang suka.

🌷Jawab:
Anak usia 5 th jika sudah pandai bicara kotor kemungkinan besarnya belajar dari lingkungan. Bisa dari tontonan (apakah nanda suka nonton film yang tidak sesuai umurnya?
Atau mungkin ada anggota keluarga yang suka nonton film atau sinetron yang isinya kata-kata tidak pantas, atau apakah di lingkungan tempat tinggalnya ada orang yang suka bicara kotor dan kasar?)

Jika ya...
Tidak heran karena anak adalah peniru ulung. Kemampuannya menyerap informasi seperti photogragic memory, sekali klik langsung tercetak datanya dan tidak bisa hilang. Jika itu terjadi selama 5 th, maka dipastikan golden age nya terisi oleh hal-hal negatif.

Pertanyaan berikut, bagaimana cara ayah dan ibunya mendidik. Jika saat anak mengulang kata kotor tidak segera diberi peringatan dan dicegah untuk mengulang, kemungkinanya anak akan memiliki rem. Tapi jika tidak, secara tidak sadar, orangtuanya secara tidak sadar telah mengisi masa golden age anak dengan perilaku negatif.

Langkah yang bisa dilakukan, jika anak melakukan hal serupa, tegur saja dan cegahlah. Itu tanda kita menyayanginya.
Biarkan saja orangtuanya tidak suka. Harus ada yang menolong anak ini. Jika orangtunya protes lalu marah sama. Mbak, nah giliran mereka yang Mbak nasehati.

Setidaknya ada orang yang berani menyampaikan siapa tahu Allah membuka hatinya saat Mbak ingatkan.
Selamat berjuang.

🌿 Afwan bund..... Keponakan saya tidak bergaul dengan lingkungan. Sudah TK. Sedangkan anak saya sudah SMA. Dak tidak bergaul dengan keponakan tersebut karena bahasanya itu. Tante tante dan omnya halus semua. Dirumah tontonannya film anak-anak.

🌷Coba dicari tahu, apakah kedua orangtuanya saat bertengkar menggunakan bahasa serupa yang digunakan nanda?
Karena anak usia ini tidak mungkin bisa memproduksi ucapan ucapan 'ajaib' jika sebelumnya belum pernah mendengarnya.
Atau bisa jadi kejadiannya tidak di rumah, nanda pernah singgah di suatu tempat (misal: ikut ayah dan ibunya berkunjung) lalu tidak sadar di lingkungan tersebut berbahasa kasar. Nanda mengingatnya dengan kuat, lalu ketika dia coba ucapkan di depan ayah dan ibunya, reaksi ayah dan ibu hanya menghardik atau melotot saja tapi tidak ada tindakan pencegahan yang benar. Jika kejadiannya berulang, nanda merasa bahwa itu boleh dan tidak masalah diucapkan ke siapa saja, toh tidak ada yang mengingatkannya untuk benar-benar berhenti.

🌿 Afwan ya bund setahu dari keluarga ibunya..... Ibunya juga

🌷Iya...
ini yang berat, karena anak belajar langsung dari lingkungan terdekat, kalau mau sembuh anak ini dari bicara kotor. Sumbernya harus disembuhkan dulu.

0⃣5⃣ Yeni
Assalamualaikum bunda..

Anak pertama saya usia 7th... Kami sebagai orangtua sudah berusaha semaksimal dan sebaik mngkin mendidik anak agar menjadi anak yang solehah..
Selama dirumah semuanya baik" saja, anak tetap baik mau sholat ngaji, sopan dan sebagainya.

Tapi setelah mengenal dunia luar maksudnya mulai berteman, bergaul, bermain dengan teman sebaya terjadi sedkit perubahan.
Kadang" anak jadi berkata kotor juga sholatnya jadi malas.

Bagaimana cara menanggapi hal ini bund?
Saya jadi khawatir kalau dengan bergaul malah jadi berubah kurang baik. Pernah saya melarang anak untuk tidak bermain, tapi saya merasa bersalah.
Mohon penjelasannya bund!!
Terima kasih.

🌷Jawab:
Mbak bisa baca juga penjelasan saya pada jawaban no. 3 ya.

Langkah yang bisa dilakukan adalah:
1. Buatlah peraturan yang mengikat semua anggota keluarga termasuk reward jika patuh dan sanksinya jika ada pelanggaran.
Ajak bicara nanda bahwa usianya sudah 7 th, beberapa tahun lagi akan baligh yang ibadahnya kelak harus dipertanggungjawabkan sendiri. Sekarang ini, tanggungjawab ibadah nanda ada pada ayah dan ibu. Jika nanda meninggalkan shalat, maka dosanya bunda dan ayah yang tanggung, apakah kamu tidak kasihan pada ayah dan bunda?

2. Sentuhlah hatinya untuk berempati pada ayah dan ibunya sehingga ketaatan yang terbangun berdasarkan kesadaran dan kasih sayang. Kala tertentu ini efektif. Namun ada kalanya dengan cara bersikap tegas, yakni sesuai aturan, jika melanggar ada sanksinya.

Pada usia 7 th saat anak sedang mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan teman yang harus diberikan adalah aturannya. Jangan tarik anak dari lingkungan karena nanti akan berdampak pada anak, ia menjadi a sosial atau ia jadi soliter.
Tapi berikan batasan, misal: boleh main tapi tidak boleh lupa waktu shalat. Misal: Saat nanda mau main sore, boleh main jika sudah shalat ashar. Jika tidak mau, tidak boleh main. Jika dia melambatkan shalat, maka lambatkan pula jadwal mainnya. Katakan, nanda sendiri yang memutuskan apakah bisa main atau tidak. Jika taat, nanda dapat haknya jika tidak taat, haknya diambil ibu.

Pasti ada masanya ia benar-benar melanggar. Nah saat inilah Bunda bersikap tegas. Kenakan hukuman yang sudah disepakati. Misal: karena keasyikan main, ia lupa pulang jam 17.30 untuk persiapan shalat magrib sehingga shalat magrib dilakukan di rumah setengah jam sesudahnya.
Bunda tidak perlu marah. Cukup panggil nanda lalu katakan: Karena hari ini kamu langgar aturan yang sudah disepakati, maka kamu besok tidak boleh main selepas ashar. Sepanjang kamu tidak main, kamu harus bantu Bunda (misal: merapikan kamar atau sesuatu yang bisa dia lakukan sesuai kemampuan).

Jika ia berontak dan tidak mau, katakan saja, keputusan bunda tidak akan berubah walau nanda menangis.
Jika melakukan sesuatu yang destruktif, katakan lagi, hukumanmu akan bertambah, jadi lebih baik bekerja sama.

Keteguhan orangtua dalam menegakkan aturan amat penting. Jika ayah dan bunda bisa istiqomah dalam hal ini, insyaallah sikap tidak patuhnya akan berkurang.

Jangan lupa membangun kedekatan hati dengan membacakan cerita Islami atau kisah para Nabi atau teladan para sahabat yang berkaitan dengan akhlaq.

Lalu lewat cerita dan dialog, Bunda bisa sampaikan bertemanlah dengan teman yang baik. Berikan prinsip berkawan yang menyelamatkan. Apa yang boleh dan tidak boleh, semua harus jelas.

0⃣6⃣ Alfin
As'salamualaikum warohmatulloh bunda Mida.

Bagaimana cara menarik minat anak agar anak mau menghafal Al - Qur'an dan meneladani sifat" Nabi" ?

🌷Jawab:
Waalaikumsalam wr.wb.

Menarik minat anak untuk menghafal Al Qur'an harus dimulai dari orangtua. Tumbuhkan kebiasaan berinteraksi dengan Al Qur'an secara rutin. Lalu jadwalkan untuk bercerita tentag isi Al Qur'an misal: Kisah para nabi. Sambil cerita  Al Qur'an nya dibuka dan dibaca: Dalam surat Al Fil ini lho Nak Allah cerita tentang Pasukan Gajah. bunda bisa bacakan satu ayat demi ayat sambil diselingi ceritanya.. Jadikan ini cerita yang menarik setiap hari.

Lalu, gunakan metoda Thabaththoba'i yang menghafal ayat dengan gerakan tangan. Anak usia dini hingga 10 th akan menyukai metode ini. Karena tidak monoton dan menggunakan gerakan anggota badan untuk membantu mengingat.

Lalu berikan penghargaan..
Misal jika nanda berhasil hafal surat ini akan dapat hadiah ini (hadiah disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan tidakk merusak dompet ayah dan bunda ya).

Ceritakan pula hadits tentang jubah dan mahkota dari cahaya untuk penghafal Qur'an dan  mahkota dari cahaya yang Allah berikan untuk orangtua penghafal Quran. Sentuhlah hatinya, maukah kamu memberikan hadiah itu untuk ayah dan bunda..

🌿 Thabaththoba'i itu apa ya bund??  Bisa di jelaskan secara rinci bund!

🌷Metoda menghafal Al Qur'an dengan menggunakan gerakan tangan yang sejalan dengan artinya.
Cara menghafal seperti ini pertama digunakan oleh orangtua Hassan Thobaththoba'i sehingga mampu menghapal Al Qur'an dalam waktu relatif muda kalau tak salah 5 th. Silakan googling nama tersebut ia sangat terkenal dulu.
Nah metoda itu lalu diadopsi oleh banyak pihak khususnya untuk anak-anak.

0⃣7⃣ iiN
Bunda bagaimana saran menurut bunda buat para calon ibu, (para jomblo) mempersipakan agar anaknya kelak mengenal tauhid, hal² yang sederhananya mungkin bund!!!
Sukron.

🌷Jawab:
Yang jelas harus pilih pasangan yang benar dulu. Caranya sesuai dengan pola laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. Pantaskan diri untuk bisa menjadi ibu pelahir generasi bertauhid. Betulkan dulu tauhid kita, apakah setiap amalan sudah benar niatnya, apakah hati sudah terisi dengan dzikrullah dan istighfar, apakah kita dapat menerima takdir sesuai dengan cara yang Allah tuntun, apakah kita sudah bertaqwa...berhati- hati dalam melangkah dan bertutur.
Nah..masih banyak lagi terkait dengan pemahaman tauhid dan aplikasinya yang harus kita pelajari dan praktikkan.. Lalu jangan lupa menjaga ibadah yang istiqomah, birrul walidyan agar kelak anak bisa mencontoh langsung dari kita dalam memperlakukan orangtua...
Saya kira tidak bisa sederhana ya.... Karena harapannya anak yang bertauhid. Anak yang bertauhid akan lahir dari ayah dan ibu yang bertauhid. Insyaallah jika kita sudah memantaskan diri, Allah akan antarkan jodoh yang tepat.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Mari kita mulai mengubah cara berpikir kita tentang Golden Age. Jika masa golden age ditanamkan nilai tauhid dan akhlaqul karimah, maka periode sensitifnya akan terpenuhi dan anak dapat tumbuh kembang sesuai fitrah. Anak belajar dari lingkungan. Jika lingkungan memberi batasan, ia tahu cara mengendalikan diri. Jika lingkungan membiarkan, ia sedang belajar cara memiliki perilaku yang tidak disukai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar