Minggu, 26 November 2017

Kamu anak Mama atau Anak Papa?




OLeh  : Bunda Nurhamida

Assalamualaikum wr.wb. wamaghfirah.. Alhamdulillah washalaatu wassalaamu 'alaa Rasulillah wa ahlul bait.

Di Ciputat saat ini agak mendung dengan sedikit rintik hujan.. Alhamdulillah semoga menjadi hujan yang memberi manfaat.

Ukhtifillah...kali ini kita akan berdiskusi tentang Kamu Anak Mama atau Anak Papa?

Kamu Anak Mama atau Anak Papa?
Disampaikan dalam kajian parenting online Bidadari Perindu Surga
Ahad, 04 Muharram 1439H


Kisah Dian
Dian, seorang gadis berusia 19 tahun, kuliah di salah satu Universitas Islam di kota gudeg pernah bercerita kepada saya, bahwa ia ingin sekali bisa bicara dengan mamanya seperti ia berbicara dengan saya atau dengan dosen perempuan yang ada di kampus. Ketika ditanya mengapa? Apakah mamanya tidak pernah mengajaknya ngobrol atau bicara? Ternyata yang ia maksud bukan berbicara tetapi berkomunikasi, berdialog, atau curhat, yang menunjukkan adanya kesinambungan, kesalingmengertian antara ia dan mama. Dian bercerita, bahwa ia kerap mendengar omelan mama yang ujungnya selalu dengan kalimat “Anak ayah sih. Apa apa lamaaa, Susah koneknya”. Dian merasa marah kalau mamanya mengaitkan dirinya dengan ayah. Dia mengakui kalau ia sering menunda permintaan mama. Karena kadangkala Dian sedang mengerjakan sesuatu lalu mamanya memanggil untuk mengerjakan hal lain. Dian hanya menyahut, Iya Ma... tapi tidak segera ia kerjakan. Alhasil sepuluh menit kemudian waktu mamanya memanggil, Dian memang belum apa-apa. Maka, jadilah ia sasaran omelan mama. Lain waktu, Dian sengaja tidak bersegera karena merasa dikerjakan sekarang atau tidak, sama saja. Karena mama maunya serba cepat dan memang hobi ngomel. Dian sering protes bahwa ia ngga sama mama. Tapi protesnya tidak pernah digubris. Dari kecil, seingat Dian, ia memang tidak segesit mama. Ia cenderung lambat dalam mengerjakan apapun. Namun ia sangat ingat, ketika ia bekerja terburu-buru ada saja yang lupa atau barang yang tersenggol. Ayah selalu bilang, jangan buru-buru kayak mama, nanti suka lupa. Memang iya, kalau soal lupa, mama memang jagonya deh. Waktu menginap dirumah nenek, mama paling sering meninggalkan dua atau tiga barang pribadi yang baru disadarinya setelah setengah perjalanan pulang. Untung saja jarak rumah nenek ke rumah mama hanya butuh satu jam, tetapi kan mengganggu sekali kalau setiap pulang sselalu ada yang lupa. Kalau sudah begitu, ayah walau kelihatan kesal, selalu dengan sabar memutar balik kendaraan. Sampai saat ini, walau Dian tidak suka dengan sebutan mama, “Dasar Anak Ayah; Dian sendiri kesulitan untuk menyampaikan ini pada mama.

๐ŸŒธ๐ŸŒท๐ŸŒธ
Kisah Anto
Anto anak kedua dari tiga bersaudara. Jarak usianya dengan sang adik 10 tahun. Anto pernah merasakan bahagianya menjadi anak bungsu. Mama selalu memenuhi keinginannya dan membelanya saat dimarahi papa. Anto merasa heran, mengapa saat mama mengizinkan permintaannya, papa selalu memarahinya. Selalu saja Anto merasa bahwa ayah tidak suka padanya. Pernah suatu kali saat kelas 3 SMP, karena ia pulang terlambat dari sekolah kearena berkeliaran dulu dengan teman gengnya, ia buru-buru pulang dan meninggalkjan sholat magrib. Ia merasakan pukulan keras dipahanya. Belum pernah Anto melihat ayah semarah itu. Ia jadi lebih hati-hati jangan sampai meninggalkan sholat. Kadangkala Anto memprotes ayahnya, “Kenapa kata mama boleh, kata ayah tidak boleh?”. Jika begitu ayah lalu mengomeli Anto dan menyalahkan mama. “Ini akibatnya kamu dimanjakan sama mama”. Omongan ayah tidak kamu dengar,”. Pertanyaan itu tak pernah terjawab hingga kini. Anto merasakan bahwa di rumah ia tidak disukai ayah, tetapi ia anak emas mama. Sebandel apapun dia, mama ngga pernal mengomel atau memarahi. Mama Cuma bilang bahwa mama ingin Anto menjadi anak sholeh, anak yang tidak bikin sedih atau cemas mama. Keinginan Anto saat ini ialah ia bisa kuliah diluar Jakarta agar bisa bebas dari sikap keras dan omelan ayahnya.

Haruskah ada Pemilahan, aku anak mama dan kamu anak papa?
Pada saat pasangan suami istri menjadi ayah dan ibu, maka pada saat itu dimulai babak pengasuhan dan pendidikan anak. Pola asuh dan pendidikan yang diberikan biasanya akan sangat natural mengikuti karakter kedua orang tua dan cara mereka dibesarkan. Ayah dan ibu pada umumnya akan mengadopsi pola asuh yang pernah diterima. Dalam praktiknya kemudian akan muncul variasi karena adanya benturan dan friksi yang terjadi disebabkan adanya perbedaan model dan pola asuh antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu tidak segera menyadari adanya perbedaan dan tidak dilanjutkan dengan adanya dialog serta bermufakat tentang pola asuh dan pendidikan yang akan berlaku dalam keluarga yang akan mereka bentuk, maka kemungkinan kasus pada Dian dan Anto akan terulang kembali.

Karenanya sebagai orang tua, harus selalu meng-up date informasi terkait parenting utamanya yang bersumber dari ajaran islam agar anak-anak tidak mendapatkan sebutan-sebutan yang mereka tidak sukai. Bayangkan mereka harus berdiri disamping ayah dan ibu seakan ayah dan ibu itu berlawanan. Anak sangat menginginkan perlakuan yang hangat dan adil dari kedua orang tuanya. Mereka memerlukan pengyakinan bahwa ayah dan ibu sama-sama menyayanginya tanpa syarat.

Yuk kita lihat apa sih yang menyebabkan terjadinya pemilahan tersebut lebih dekat.

Pada dasrnya setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Mereka akan melakukan apa saja agar putra-putrinya terayomi, terlindungi, terasuh, dan bisa tumbuh kembang dengan sehat dan baik. Namun, tidak adanya pengalaman sebelumnya dalam mengasuh dan mendidik anak (tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua ya), kurangnya pengetahuan tentang pendidikan anak ,minim bacaan terkait dengan perkembangan anak dan pola asuh sesuai dengan contoh Rasulullah SAW, maka hanya dengan berbekal cinta dan kasih sayang yang secara fitrah Allah berikan plus pengalamannya sendiri saat dibesarkan oleh orang tua dan lingkungannyalah yang menjadi bekalnya mengasuh anak.

๐ŸŒธ๐ŸŒท๐ŸŒธ
Pada saat bayi pertama berusia satu tahun, pengenalan terhadap karakter pasangan baru berkembang. Ayah dan ibu mulai mengenali kebiasaan-kebiasaan positif dan negatif masing-masing. Masing-masing kebiasaan ini jika ternyata tidak saling cocok, maka akan menimbulkan konflik. Mulailah fase saling menilai..oh ternyata suami saya orangnya berantakan, malas merapikan apa saja meski peralatan kerjanya sendiri, suka mendengkur, hobinya main game kalau sedang libur, dst. Lalu, suami saya juga menemukan bahwa istrinya tidak seindah yang dibayangkan. Memang masih cantik tetapi ternyata ia cerewet, rapi banget kalau sudah beberes rumah tapi kalau aku lupa menyimpan kaos kaki atau sepatu diraknya, bisa kemana mana ngomelnya, semua disebut, terlalu perhatian sama anak dan aku dapat sisanya saja, suka ngintik isi chat di hp kalau aku dikamar mandi atau sering pergi seenaknya kalau lagi kepengen tanpa minta izin dulu. Nah kebiasaan dan sifat yang tidak saling cocok ini jika tidak dicarikan jalan keluarnya, akan menjadi sumber pertengkaran atau api dalam sekam.

Sifat dan karakter biasanya berkaitan dengan genetik. Sementara perilaku berkaitan deng kebiasaan. Maka seoirang anak pasti akan mewarisi 50% sifat dan karakter dari ayah dan 50% dari ibu. Kelak, mana yang lebih dominan akan bergantung pada lingkungan dan pembiasaan yang membentuknya dari bayi hingga dewasa.

Pada saat anak tumbuh besar, ayah dan ibu akan melihat sifat dan karakter mana yang lebih dominan pada anak. Seperti ayahkah atau ibu kah? Jika sifat dan karakternya dominan pada pasnagannya, maka dengan kondisi awal pernikahan diatas, dapat dipastikan tanpa sadar, ayah dan ibu akan menyertakan persoalan psikologis masing-masing pada anak-anaknya. Jika anak ternyata senangnya berantakan, suka main game, susah diatur, maka dengan mudah ibu akan berteriak... papa... lihat itu anakmu... berantakan terus seperti kamu. Atau ayah saat jengkel melihat anaknya suka ambil handphone tanpa izin dan membuka-buka isinya untuk main game, akan menghardik... Kamu seperti mama, ingin tahu aja urusan orang.

๐ŸŒธ๐ŸŒท๐ŸŒธ
Stigma seperti ini lambat laun akan membentuk cara berpikir yang buruk pada anak. Anak akan membuat jarak dirinya dengan ayah atau ibu yang saat marah selalu melekatkan tuduhan kamu anak mama atau kamu anak papa. Anak akan berpikir, memangnya kenapa menjadi anak mama? Menjadi anak ayah? Bukankah aku anak mereka berdua?

Secara langsung, sebenarnya kita sudah ajarkan anak kita untuk memusuhi salah satu dari kedua orang tuanya. Anak akan membela orang yang selalu disudutkan didepannya. Jangan heran jika kemudian saat anak dewasa dan orang tua memerlukan bantuannya, anak menunjukkan sikap durhaka. Salah siapa? Salah kita. Salah kedua orang tua karena tidak mau belajar bagaimana cara mengasuh dan mendidik yang baik dan benar.

Lalu apa yang menjadi penyebab perbedaan antara ayah dan ibu dalam mengasuh dan mendidik anak?
1. Sifat dasar yang berbeda antara ayah dan ibu.
2. Latar belakang keluarga yang berbeda dalam membesarkan ayah atau ibu yang kelak berdampak pada pola asuh dan pendidikan yang akan diberikan pada anak.
3. Cara berpikir yang berbeda antara laki-laki danperempuan.
4. Faktor ego masing-masing, biasanya ayah atau ibu yang dibesarkan dalam keluarga dengan watak dominan, maka ia akan cenderung melakukan pola asuh dan pendidikan yang dominan.
5. Lingkungan tempat tinggal (apakah lingkungan dekat masjid, dekat pasar, dekat pusat pemkerintahan, dilingkungan urban, kota, desa, dsb).
6. Harapan yang diletakkan pada anak (Harapan masa kecil ayah dan ibu yang tidak tercapai).

Bagaimana agar hal tersebut tidak terjadi atau bisa dikurangi kadarnya? Kembali ke tuntutan Islam
Mulailah dengan :
1. Pendidikan aqidah yang lurus
2. Pendidikan sesuai dengan jenis kelamin yang mencakup pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan psikologis, pendidikan sosial, dan pendidikan seksual (Lihat Tarbiyatul Aulad Dr. Nashih Ulwan.
3. Melakukan perubahan pada diri sendiri secara positif sekecil apapun.
4. Menjadi teladan dalam melaksanakan akhlaqul karimah.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
        ๐Ÿ’ŽTaNYa JaWaB๐Ÿ’Ž

0⃣1⃣ Ayu
Bagaimana cara kita sebagai orang tua menghadapi anak yang tantrum, arogan (suka mukul temennya) dan mencuri.. Mencuri disini bukan lagi mencuri mainan atau pensil temennya, tapi sudah ke mencuri uang dan handphone.
Bagaimana kalau seperti itu bunda?

๐ŸŒทJawab:
Usia berapa ya ini? Kalau di atas usia 6 tahun bukan lagi tantrum sudah masuk pada penyimpangan perilaku.

๐Ÿ’Ž 6 tahun bunda.

๐ŸŒทJika anak memiliki perilaku seperti yang disebutkan, kedua orang tua harus segera introspeksi dengan pola asuh dan pendidikan yang diberikan selama ini. Boleh jadi pada saat anak balita, perilaku mengambil barang milik orang lain yang lebih sederhana seperti mainan milik kakak atau adik atau teman, dibiarkan saja. Mengambil jatah kue mama atau tante, dibiarkan saja dan seterusnya. Anak merasa bahwa perilaku mengambil milik orang itu boleh. Kenapa? Karena tidak ada tindakan yang membatasinya saat kejadian.

Misal kalimat larangan; Tidak boleh Nak, itu bukan milikmu. Lalu diikuti tindakan: Sekarang kembalikan pada temanmu (kalau tidak mau, ibu yang mengambil tangan anak dan membantunya menyerahkan pada temannya).
Jika sudah terlanjur besar, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Ayah dan ibu bersepakat untuk menghentikan kebiasaan buruk ananda yakni dengan sama-sama konsinten tidak membiarkan perilaku tersebut terjadi apapun keadaannya.
2. Ayah dan ibu membuat peraturan yang berlaku untuk semua anggota keluarga. Yang terpenting memberitahukan aturan tentang hak milik (karena ini targetnya saat ini). Nanda tidak boleh mengambil jatah kue atau mainan atau alat apapun yang bukan miliknya. Nanda diberitahu mana yang miliknya dan mana milik papa dan mama.
Lalu beritahukan, jika nanda melanggar, akan ada sanksi atau hukuman yaitu sesuatu yang tidak disukai ananda. Misal: kalau ketahuan ambil hp mama tanpa izin dan memainkannya, nanda tidak boleh main game kesukaannya pada hari tertentu. Usahakan hukuman tidak bersifat fisik tetapi berkaitan dengan upaya meluruskan perilakunya. Kalau ia tantrum, isolasi dalam satu ruangan yang aman dan tidak terdapat barang yang mudah digapai anak. Tunggui sampai ia selesai marahnya. Tidak perlu dibujuk. Yang dibutuhkan nanda saat tantrum adalah sikap konsisten ayah dan ibu dengan aturan yang sudah disepakati. Jika anak melakukan tindakan berbahaya, peluk segera dan cegah ia melukai dirinya sendiri.

Tantrum anak usia 6 tahun paling lama 1 jam. Jadi bersabarlah selama 1 jam itu mendengar tangis dan teriakannya. Semua anggota keluarga harus mendukung jika sayang pada nanda.

Karena perilaku ini akan menetap sampai dia dewasa kalau tidak segera distop saat ini.
Setelah selesai tantrum, peluk nanda dan beritahukan bahwa walau ia berperilaku seperti itu tidak akan mengubah keputusan ayah dan ibu tentang aturan main.. Jadi lebih baik bekerja sama.
Masa kerja keras ini mungkin bisa sampai satu bulan. Tapi jika konsisten insyaallah hasilnya akan luar biasa.

0⃣2⃣ Erna
Assalamu'alaikum bunda.

Kebetulan anak saya Deket semua dengan mama nya, nah terkadang dia itu suka merengek atau bahasa nya apa" harus mama nya, suatu ketika dia butuh sosok ayah nih buat dampingi dan si Ayah mulai pegang kendali sini cium ayah dulu tar baru ayah ajak main dulu baru ayah beliin itu. Pertanyaan nya iming-iming seperti itu tadi bagus tidak ya bunda Halimah?

๐ŸŒท Jawab:
Upaya ayah mendekati anak dengan iming-iming akan efektif dalam jangka pendek. Tapi menjadi tidak baik nanti kalau tidak diimbangi pendekatan yang lain.

Jangan menggunakan materi untuk mendekati anak karena secara tidak sadar akhirnya kita mengajari anak mau bekerja asal ada upah atau ada hadiah. Lain waktu ayah bisa ajak anak bermain bola, atau membersihkan halaman. Ayah menyapu dan anak dilibatkan mengumpulkan sampah yang bisa ia raih. Berikan pujian pada anak atau berlomba menghabiskan makanan. Banyak cara dan trik ya. Sebaiknya ayah juga diberi wawasan bagaimana mendekati anak tanpa biaya.

๐Ÿ’ŽBerarti salah dong ana bunda, jazakillah khoir bunda!

๐ŸŒทTidak salah Mbak.. Cuma harus didampingi dengan pendekatan lain yang non materi. Repot nanti sudah besarnya. Mamanya akan ditinggal karena jarang kasih iming-iming hadiah.

0⃣3⃣ Oktriani
Bagaimana melihat karakter Seorang anak dia mewarisi sifat Ayah atau ibunya (usia balita) dan penurunan sifat itu karena gen atau karena seberapa dekat anak dengan salah satu kedua orang tuanya??

Syukron bund.

๐ŸŒท Jawab:
Anak mewarisi secara genetik kedua orang tuanya. Ini terkait dengan sifat dan karakter bawaan seperti jika ibunya suka tersenyum dan ayahnya suka tersenyum maka anak akan mudah tersenyum. Jika ibunya pemurah dan ayahnya pemurah maka anaknya akan pemurah. Jika ayah dan ibu memiliki sifat pengasih dan lembut hati, anak akan mewarisi.
Namun seberapa besar sifat tersebut mendominasi anak? Tergantung dari perilaku yang tampak pd anak tersebut.
Jika ayah pemurah dan ibu pelit, akan tergantung pada gen mana yang lebih kuat pemurahnya atau pelitnya. Nah kalau ternyata perilakunya menunjukkan ia pemurah maka gen ayah yang dominan.

Lingkungan juga mempe ngaruhi ya. Jika anak yang ibunya pelit dan  ayahnya pemurah berada pada lingkungan yang semua anggota keluarga pelit, anak ini akan cenderung pelit. Karena dia mewarisi secara genetik pelitnya dan ia belajar dari lingkungan sifat pelit itu secara langsung.
Teori nurture dan nature selalu seakan berbenturan. Tetapi pada dasarnya keduanya saling mendukung.

Teori nurture menyatakan lingkunganlah yang dominan membentuk perilaku seseorang sementara teori nature menyatakan genetiklah yang menentukan. Padahal, kedua teori tersebut sejatinya bisa bekerja sesuai keperluan.

0⃣4⃣ Hamidah
Assalamualaikum bunda boleh ada prolog nya dulu
ya .....

Saya memiliki suami yang yatim piatu dari kecil ....sehingga kurang kasih sayang dan kaku. Sedangkan saya lahir dari keluarga yang hangat.
Suami dalam mendidik anak" juga kaku dan tidak flexible ...yang menurut saya bisa membuat anak tidak bahagia. Untuk menutupinya saya ambil peran dalam porsi yang lebih ....tapi menurut saya tetap kurang bs mengganti figur ayah.

Pertanyaan saya : bagaimana cara saya menyikapi jurang antara sikap saya dan suami terhadap anak?

๐ŸŒท Jawab:
Waalaikumsalam wr.wb.
Membaca prolognya... Bunda Hamidah punya tugas tambahan ya...

Selain mendidik anak juga membantu suami untuk bisa bersikap halus dan luwes pada anak semoga menjadi sedekah yang baik di akhirat nanti.

Apa yang sudah Bunda lakukan sudah pada tempatnya. Menjembatani kesulitan yang dialami ayah saat harus berkomunikasi dan berdialog dengan anak. Lakukan dengan relaks ya Bunda. Jangan pakai target karena ini hanya akan melelahkan  Bunda saja apalagi misalnya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan upaya yang sudah dilakukan.
Agar pada anak anak juga tidak tumbuh pandangan negatif pada ayah, maka Bunda perlu sedikit bercerita, mengapa ayah kalau bicara pada anak-anak kaku, karena ayah tidak pernah diajari langsung oleh orang tuanya. Kenapa? Karena ayah sudah yatim sejak kecil. Jadi kalian belajar memahami. Bantulah ayah dengan sapaan kalian.

Misal...Ayah capek? Aku pijitin ya.  Atau Bunda minta nanda mengambilkan air minum lalu serahkan ke ayahnya. Bisikkan ke ayah...bilang terima kasih dong Yah, dia kan pintar sudah bisa bantu ayah. Jadi perlu trik-trik cerdik untuk menjembatani kondisi ini ya Bunda. Semoga berhasil.

Satu lagi... Luangkan waktu berjalan berdua saja dengan ayah ya Bund. Lalu gunakan untuk bercerita tentang anak anak dan harapan Bunda pada ayah utamanya dlm bersikap pada anak-anak.

๐Ÿ’ŽYa bund kadang capek juga kalo lagi berdua sama suami sering saya kasih masukan bahwa anak itu bukan benda yang harus ditarget, harus begini begitu, disiplin ini itu yang bikin anak stres, anak itu jiwa yang harus kita sirami dengan contoh 2 dan kasih sayang ....In sya Allah nanti mereka ikut yang kita mau tanpa tekanan.
Bukankah begitu bunda?

๐ŸŒทBenar Bund. Sesekali ajak ikut parenting ayahnya Bund.

0⃣5⃣ Tatik
Mohon izin bertanya ya bunda...
1. Anak yang sering nangis di tengah tidur malam itu kenapa ya bund? Usianya 6th, perempuan.
2. Hukuman apa yang mendidik untuk anak usia SMP yang sering mencuri?

๐ŸŒทJawab:
1. Pertama, jika ia sedang tidur lalu menangis, bangunkan dan tanyakan adakah tubuhnya yang sakit. Jika nanda katakan tidak ada yang sakit, maka tanya apakah ia takut sesuatu atau ingat sesuatu?
Ada anak yang menangis karena rindu dengan ibunya, atau ada keinginannya tidak terpenuhi tapi tidak berani bilang, atau dimarahi sampai membuatnya takut, atau dijahati orang tapi tidak berani cerita. Banyak faktor ya Mbak. Tapi kalau semua hal tersebut negatif, maka bisa dilihat lagi hal berikut: Apakah ada perilaku anak saat tidak tidur yang aneh? Sering mengantuk walau tidur cukup, menggerakkan gigi saat tidur, gelisah, mengigau?  Atau ia bermimpi buruk? Jika iya..kemungkinan diganggu jin.

Cara melindunginya: sebelum tidur ajak berdoa membaca ayat Kursi, 3 Qul lalu tiupkan di kedua telapak tangan lalu usapkan ke seluruh tubuh anak. Perdengarkan surat al Baqarah saat anak menjelang tidur.

2. Jika sudah SMP, ini memang harus ekstra ya usahanya karena sudah terbentuk menjadi kebiasaan.

Pertama, Tanyakan pada anak mengapa ia mencuri?
Apa yang ia rasakan dari perbuatan itu, tahukah ia akibatnya jika ia mencuri?
Apa perasaannya jika ibunya tahu ia mencuri, katakan apakah anak masih sayang pada ibu?
Jika ya...berhentilah mencuri. (mengapa ibu, karena biasa ya hati seorang anak akan tersentuh pada sosok ibu).

Kedua, Lakukan tindakan pencegahan, yakni jika sudah tahu alasan anak mencuri, maka persempitlah ruang bagi anak sehingga tidak memilki kesempatan untuk mencuri. Agak sulit jika anak sudah kena narkoba. Pengelolaannya harus bekerja sama dengan lembaga lain, tidak bisa sendiri. Juga jika ia punya geng (teman kelompok- peer group). Bisa jadi anak sebenarnya tidak memiliki kebiasaan mencuri, tapi karena peer groupnya, maka agar ia diakui sebagai anggota maka mau tidak mau ia harus mencuri.
Maka untuk penanganannya harus bekerjasama dengan pihak sekolah.

Ketiga, Bantulah nanda agar bisa menjauhkan diri dari perbuatan tersebut dengan memberi alternatif kegiatan yang menyibukkannya dari pagi hingga menjelang tidur sehingga ia tidak lagi berkesempatan berpikir untuk mencuri.

Dekatkan pada Al Qur'an, jaga shalatnya, dan mohon pertolongan Allah agar nanda bisa berhenti dari perilaku buruk ini. Bila perlu diruqyah, diruqyah saja, mengeluarkan jin dan setan yang mendorongnya mencuri.

Menghadapi anak ini harus dengan bijak dan hati-hati ya karena ia pada masa pubertas. Yang jika salah pendekatan akan menyulitkan langkah selanjutnya. Ayah dan ibu harus bermufakat dan introspeksi juga mengapa hal ini sampai terjadi.

0⃣6⃣ Masita T.
Bagaimana mengatur atau mensiasati biar kelak anak memiliki gen yang kuat ke arah positif dari sikap orang tuanya atau salah satunya. Diluar dari teori nature bund?

๐ŸŒทJawab:
Berikan lingkungan yang baik Mbak. Dimulai dari teladan ayah dan ibu. Ayah dan ibu harus sudah punya konsep dulu untuk mendidik anak, membagi peran, lalu saling mengingatkan jika masing masing sudah keluar dari jalur kesepakatan. Misal..biasa ibu suka ngomel-ngomel karena memang sudah diberi Allah 20.000 kosakata perhari sedang ayah hanya 7000 kosakata saja. Maka ibu harus mampu mengendalikan diri saat jengkel atau marah dengan tidak nyerocos hal-hal tak bermanfaat.

Sepakati bersama ingin menjadikan anak yang seperti apa.. Jika ingin penghapal Qur'an maka ayah dan ibu harus menyiapkan dari awal. lingkungannya seperti ayah dan ibu gemar tilawah, saat hamil dibacakan terus tilawah bergantian, selalu berzikir, menghindari mengunjungi tempat tempat yang tidak bermanfaat, menghindari perbuatan yang sia-sia. Ini adalah upaya membangun lingkungan. Sehingga saat anak lahir, ayah dan ibu sudah terbiasa dengan pola ini sehingga akan berjalan secara alamiah. Insyaallah karakter positif pada anak akan tumbuh dengan lingkungan yang baik seperti ini.

0⃣7⃣ Widya
Bunda, anak saya umur 3thn, sekarang lagi masa kalau dibilangin atau dilarang malah seperti disuruh, ngeyelan begiitu Bund.. Bagaimana mensiasati nya..
Selama ini sudah dibilangin pelan-pelan akibat kalau dia melakukan hal yang dilarang itu, tapi kadang masih suka ngeyel..

Jazakillah bunda.

๐ŸŒทJawab:
Bunda..
Anak usia 3 th memang sedang berada pada tahapan masa egocentris. Cara pandangnya  semua benar menurut aku (anak), semua milik aku, semua harus nurut sama mauku. Jadi memang termasuk fase fitrah ya.

Fase ini penting sebagai masa untuk membangun kemampuannya mempertahankan diri, mempertahankan pendapat dan harga diri kelak saat besar.
Nah karenanya sebagai orang tua harus pandai mensiasati.

Anak model begini yang paling ia butuhkan adalah batasan. Dia boleh ngeyel tetapi tetap dibatasi.
Misal...jika waktunya harus mandi sore, ia ngeyel tidak mau dengan berbagai alasan, langkah yang tepat adalah mengangkatnya dan membawa ke kamar mandi sambil mengatakan: untuk aturan mandi ini tidak ada tawar menawar ya. Harus mandi karena badan adek sudah kotor. Meski meronta, mandikan aja tentu hindari dengan emosi yang meluap dan bahaya pada anak saat memandikan.
Demikian juga untuk hal hal yang sifatnya aturan, tidak ada tawar menawar. Yang boleh diberi kelonggaran misal... Jika bunda menawarkan adek mau makan roti atau kentang? Dia jawab bubur ayam, itu penuhi saja. Tetapi jika soal beli mainan baru, main hp atau gadget, waktunya tidur malam, atau waktunya bangunn pagi (dan sebagainya) yang bersifat aturan orang tua harus tegas dan sama dalam mengambil sikap.

Konsitensi orang tua dalam menegakkan aturan serta kekompakan orang tua untuk saling mendukung akan  sangat bermakna terhadap keberhasilan pembentukan karakter nanda ke arah positif.

0⃣8⃣ Nisa
Izin bertanya ustadzah
(Sebelumnya mohon maaf jika pertanyaan nisa diluar tema)

Seringkali seorang anak memilih seseorang yang bisa menguntungkannya dan membuatnya nyaman dengan keinginannya. Contoh ; jika keinginannya tidak bisa terpenuhi oleh ibu maka ia akan minta ke ayah. Jika sang ayahpun tidak bisa memenuhi keinginannya maka ia akan berlari ke nenek atau kakek yang biasanya lebih mudah memenuhi keinginannya dan akhirnya akan selalu begitu terus menerus. Nenek atau kakek cenderung selalu memenuhi keinginan cucunya, padahal bertentangan dengan orangtua sang anak.

Bagaimana solusi menghadapi situasi tersebut ustadzah, agar anak mau mengerti dan tidak menjadi kebiasaannya hingga dewasa, serta bagaimana menghadapi nenek atau kakek yang cenderung sayang sekali ke cucu tanpa menyakiti perasaannya.

Jazaakillah khairan

๐ŸŒทJawab:
Sebenarnya kalau kondisi seperti ini bukan salah anak melainkan lingkungan. Ayah ibu beserta kakek dan nenek tidak sama dalam memperlakukan anak ini. Jika ayah dan ibu mengerti bahwa sikap yang berbeda yang ditunjukkan pada anak dapat mendorong anak bersikap seperti tadi mengambil keuntungan dari setiap orang dewasa, tentu mereka akan berpikir dua kali.

Jadi yang harus diingatkan adalah ayah dan ibunya dahulu. Mereka berdua harus kompak dan paham bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak sesuai sunnah. Mengenai eyangnya... Hampir semua nenek dan kakek akan memanjakan cucu walau tidak ada maksudnya begitu. Nenek dan kakek bisa diajak kerja sama sebenarnya asal ayah dan ibu paham dahulu konsep mendidik anak seperti apa yang ingin mereka gunakan. Jika sudah sepakat tinggal perlahan menyampaikan pada orang tua masing- masing dan meminta bantuan, jika cucunya  minta ini dan itu haruss izin sama ayah dan ibunya dulu.

Sikap ayah saat sang ibu tidak dapat memenuhi permintaan anak, seharusnya sama denga ibu. Ayah harus paham mengapa ibu tidak memenuhi keinginan anak. Jika maksudnya mendidik, ayah harus mendukung ibu bukan mementahkan denga cara memenuhi keinginan anak.

Nah...
Karenanya pastikan dulu ayah dan ibu mengerti konsep mendidik anak yang benar.
Cara nya? Atau bisa denga baca buku, ikut seminar parenting berdua, atau berdiskusi dengan orang tua lain yang sudah memiliki cara yang baik dalam mendidik anak.

0⃣9⃣ Nene
Bagaimana mengatasi sibling rivalry, kami sudah berusaha bersikap selalu adil tapi kakak selalu merasa dinomorduakan?

Jazakillah khoyr...

๐ŸŒทJawab:
Sibling rivalry itu.... seperti ini ilustrasinya;  Bagi kakak, kehadiran adik itu perasaannya sama dengan jika bunda kehadiran madu _(istri kedua) dalam keluarga bunda._

Paham ya kenapa kok sampai begitu sengit sang kakak kalau sudah marah sama adik?

Tapi bukan berarti tidak bisa dikelola. Yang terpenting sikap ayah dan ibu harus sama dan adil. Boleh jadi perasaan si kakak itu memang benar, karena sebelum kehadiran adik, selama ini ia yang selalu nomor satu. Tapi setelah kehadiran adik, ia harus sabar menunggu dulu,  ayah dan ibu serta keluarga karena senang denga kehadiran adik baru, maka semua perhatian jadi tertumpah pada adik.

Karenanya ia selalu merasa dinomorduakan. Apalagi pada masa kita ada kebiasaan, kalau menengok adik baru, hadiahnya hanya untuk adik saja. Jarang yang membawakan kakak hadiah juga. Orang dewasa kan berpikirnya hadiah untuk bayi baru saja, toh si kakak juga dulu saat bayi, sudah dapat. Masalahnya si kakak tidak pernah bisa mengingat bahwa ia juga pernah menerima hadiah serupa adik.

Karena itu cara kita memperlakukan kakak ini juga perlu diubah.  Misal: Memberikan kesempatan pertama pada kakak dalam tawaran apapun, melibatkan kakak dengan kegiatan adik. Lalu beri waktu khusus ibu dengan kakak, ayah dengan kakak sambil terus mengatakan bahwa ayah dan ibu sayang kakak.

Lahirnya adik tidak mengubah rasa sayang yang ayah dan ibu miliki pada kakak. Hanya saja karena adik masih kecil, ia lebih banyak memerlukan pertolongan. Sedangkan kakak sudah mandiri. Ayah dan ibu akan sangat menghargai jika kakak bisa mandiri, itu tandanya kakak hebat.

Jika kedua adik kakak ini usianya sudah besar, gunakan bahasa yang sesuai dengan konteks yang sesuai. Mereka perlu peyakinan utama, Kakak bahwa ayah dan ibu tidak mengutamakan satu dari yang lain karena keduanya sama utamanya. Tentunya dialog seperti ini harus terus menerus dilakukan sambil menjaga agar sikap orang tua tetap adil  pada keduanya.

Terus tanamkan bahwa mereka, kakak beradik harus saling membantu dan mendukung karena demikian perintah Qur'an. Kaitkan dengan kisah kisah sahabat nabi tentang adik kakak yang saling mendukung saat perang. Tubuh keduanya luka luka, mereka saling menyeret badan mereka untuk sampai ke tempat perang karena mereka ingin syahid. Kisah-kisah seperti ini juga penting sebagai inspirasi bagi mereka dalam  menumbuhkan kasih sayang di antara mereka.

Jangan lupa mendoakan mereka ya...
Bund...perdengarkan...
Agar hati keduanya tersentuh.


๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
 ๐Ÿ’ŽCLoSiNG STaTeMeNT๐Ÿ’Ž

Pola pengasuhan dan pendidikan ayah dan ibu seyogyanya sudah mulai dipersiapkan saat memasuki pernikahan. Agar saat Alloh ๏ทป berkenan mengamanati dengan buah hati, tidak bingung harus bagaimana dan melakukan apa.

Kesadaran pasangan bahwa menimba ilmu itu penting dan berlangsung sepanjang hayat akan sangat membantu pasangan ini dalam membentuk keluarga yang sakinah. Dengan ilmu, segala perbedaan dapat diatasi.

Selama pasangan (mama, papa) ini saling memberi ruang untuk pengembangan karakter masing-masing dan memahami bahwa anak bukan tempatnya untuk melakukan 'Persaingan', insyaallah situasi "Kamu Anak Mama atau Anak Papa?" tidak akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar