Minggu, 26 November 2017

Temukan Kebahagiaanmu



OLeh   : Bunda Endria Soediono

Sepucuk Nasihat Hati :

Benih Keihlasan Yang Menuai Cinta

"Jika dalam urusan dunia kita tak mendapat bagian banyak, maka segera tengok urusan Agama kita. Jika disana kita dapati cahaya harapan, maka sesungguhnya cahaya itu adalah PenjagaanNya. Dan harapan itu adalah SurgaNya. Maka tetaplah kita bersyukur kepadaNya.

Sungguh....
Tak layak seorang yang beriman berputus asa. Andai saja hatinya yakin atas kebenaran janjiNya, maka ketidakberuntungan urusan dunia bukanlah masalah yang besar baginya.

Ketika seseorang mengaku ikhlas menerima takdirNya, berarti ia siap bersabar serta ridho atas segala keadaan yang ditetapkan Allah atas dirinya.

Betapa beruntungnya seorang yang beriman yang memiliki hati yang ikhlas dalam menerima bagian yang telah ditetapkanNya.

Karena keikhlasan inilah yang menyebabkan dirinya menjadi hamba yang layak untuk mendapat balasan cintaiNya."

🌸🌷🌸
Karena waktu yang sudah malam monggo bunda Endria saya persilahkan  ke atas mimbar...

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
           💎M a T e R i💎

                           ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Alhamdulillah Wa syukurillah
Semoga semua jama'ah yang ada di grup ini selalu mendapatkan rahmat dan ridho Allah ‎ﷻ

Senang sekali kita kembali bisa berbincang-bincang disini. Bersama-sama saling mengingatkan tentang kebaikan sehingga dari waktu ke waktu hidup kita semakin baik.
Kita merasa lebih bahagia ...
Dan juga lebih fokus dalam menjalani kehidupan duniawi ini, sehingga nantinya kita akan mendapati kehidupan yang lebih baik lagi di kehidupan akhirat nanti.

Malam ini insyaAllah kita akan berbincang tentang kebahagiaan.

Setiap orang yang hidup di bumi ini bisa jadi mempunyai presepsi yang berbeda-beda jika ditanya tentang devinisi atau makna kebahagiaan. Masing-masing jawaban sangat dipengaruhi oleh oleh latar keimanannya kepada hari akhir.
Ini suatu kaidah prinsip. Sekalipun ia seorang muslim maka belum tentu jawaban atau standar kebahagiaan menurut dia sama dengan muslim yang lain. Karena muslim pun juga sangat berbeda-beda tingkat keimanannya.

Mengapa iman terhadap kebenaran hari akhirat merupakan salah satu tolok ukur kebenaran standar makna kebahagiaan ?
Karena ketika seseorang memiliki keimanan terhadap kebenaran hari akhirat dari peristiwa huru haranya, penantian hisab dan seterusnya, ia akan memiliki pola pikir yang selalu berorientasi pada keselamatan dan kebahagiaan dirinya ketika kelak tiba waktunya ia dibangkitkan untuk menjalani segala proses yang telah menjadi ketetapan Allah ‎ﷻ.

Sedangkan bagi mereka yang pikirannya jauh dari keimanan terhadap kehidupan hari akhirat, maka makna kebahagiaan baginya juga hanya pendek jangkauannya. Tidak lebih dari seputar dunia.

Mengapa ?

Karena ia tidak bisa berfikir lebih panjang lagi tentang kehidupan setelah akhir hayatnya. Atau kalaupun ia tahu bahwa setelah kematiannya nanti akan ada kehidupan akhirat, ia hanya memikirkannya secara sambil lalu, artinya tidak fokus dan tidak mau bersusah payah berfikir ke arah sana. Di dalam hatinya ada iman, akan tetapi sangat tipis. Tidak kuat. Dengan demikian orang seperti ini juga akan memiliki presepsi yang cethek atau pendek, tentang kebahagiaan.

Pendek kata ...

Ketika iman tipis atau mungkin tidak ada, maka dalam memandang kebahagiaan akan sebatas apa yang bisa mereka bayangkan dari segala yang ada di dunia ini dengan skala ukuran materi semata.

Artinya bisa jadi kebahagiaan baginya apa yang mereka bisa rasakan saat ini (ketika di dunia ini), dan tidak jauh dari urusan kepemilikan harta benda, atau hal lain yang membuat ia puas keyika bisa dilihat oleh orang lain. Presepsi seperti ini sebaiknya segera kita rubah yang lebih tepat.

Saya tidak mengatakan bahwa kepemilikan harta benda tidak bisa membuat bahagia, atau memiliki anak yang pandai dalam suatu bidang keahlian juga tak membuat bahagia, atau apalagi misalnya ...
Seseorang memiliki jabatan yang prestige tidak bahagia ...
Mempunyai pasangan hidup ..
Dan lain sebagainya.
Semua itu memang bisa membuat bahagia,

Akan tetapi...
Jika semua nikmat tersebut hanya hanya kita nikmati tanpa diiringi oleh pola pikir yang benar dan tepat. Yakni seharusnya semua nikmat itu cukup dijadikan sebagai suatu sarana untuk memperkokoh kedudukan kita kelak ketika kita berada di dalam kehidupan alam barzakh dan akhirat.

Maka apa yang dirasakan itu bukanlah suatu kebahagiaan. Melainkan hanya suatu bentuk naluri kepuasan. Tidak hakiki dan akan terputus ketika ia sudah mati, atau bahkan sebelum kematianpun akan menjelma menjadi suatu bentuk kondisi kebingungan yang tiada berujung.

🌸🌷🌸
Penjelasan diatas insyaAllah akan lebih mudah kita fahami maksudnya ketika kita membayangkan bagaimana kehidupan orang-orang barat yang kafir ...

Seperti apa yang kita lihat ..

Mereka mendapatkan apa yang telah menjadi sunatullah. Yakni karena mereka bekerja keras, berfikir keras tentang kemajuan kebudayaan dan kehidupan mereka hingga mereka oleh Allah ‎ﷻ benar-benar diberikan berbagai kesuksesan duniawi. Kehidupan yang serba canggih, kemewahan yang luar biasa, dan lain sebagainya.

Lantas apakah manusia seperti itu bisa dikatakan telah menemukan kebahagiaan ?

Tentu tidak ..
Mereka hanya mendapatkan kepuasan saja. Karena kebahagiaan tempatnya di hati, dimana kebahagiaan hanya akan turun kepada manusia atas kehendak Allah ‎ﷻ .

Bagaimana manusia yang tidak mau menyakini Allah bisa mendapatkan kebahagiaan ?
Tentu ini mustahil bukan ?
Manusia yang beriman pun
Terkait dirinya memaknai kebahagiaan akan sangat berbeda. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas yakni tergantung sejauh mana keimanannya terhadap hari akhirat.

Lantas apa hubungannya beriman kepada hari akhirat menjadikan seseorang peka terhadap kebahagiaan jiwanya ?
Karena dengan menyakini kehidupan akhirat, seseorang akan mampu membedakan mana hal-hal yang layak untuk mereka perjuangkan dan mana yang nilainya sedikit.

🌸🌷🌸
Sehingga ketika ia dihadapkan pada suatu kelapangan maka ia sadar bahwa nikmat tersebut adalah suatu karunia Allah pada dirinya, hingga tak pantas jika ia tidak banyak bersyukur kepada Allah ‎ﷻ , ia tahu bahwa Allah ‎ﷻ telah mengabarkan di dalam Kitab-Nya AL QUR'AN bahwa jika segala nikmat yang ia terima menambah kesyukurannya, maka Allah ‎ﷻ pasti akan menambah nikmat tersebut dari sisi-Nya. Sedangkan jika ia tidak bersyukur maka Allah ‎ﷻ memgancamkan azab-Nya.

Artinya apa ?

Yakni segala perbuatan syukur didalam rasa bahagia itu adalah dikembalikan kepada Allah ‎ﷻ sebagai suatu ketaatan kepada Allah.

Sedangkan rasa takutnya adalah juga karena ia tidak mau mengalami nasib yang hina dengan azab yang telah di ancamkan oleh Allah ‎ﷻ . Inilah yang dikatakan sebagai kebahagiaan yang hakiki. Yakni saat kita merasa dalam keadaan lapang maka hati kita puas, damai dan merasa aman.

Sedangkan ketika kita dalam keadaan sempit pun bagi manusia yang telah beriman kepada Allah (Mukmin) maka merka juga akan merasakan kebahagiaan.

Mengapa demikian ?
Karena sejatinya mereka sadar bahwa setiap kondisi sempit yang ia rasakan adalah suatu bagian dari ketetapan Allah ‎ﷻ sebagaimana Dia menetapkan kelapangan kepada kita.

Karena itu jiwa yang ikhlas atas setiap kehendak Allah ‎ﷻ pasti akan selalu ridho atas perbuatan-Nya...

Ketika Allah ‎ﷻ membagikan keadaan yang tidak lapang (ujian atau musibah) maka ia bersabar, terus berihtiar, banyak berdoa dan bertawakal kepada Allah ‎ﷻ .
Jiwanya tenang karena ihlas dan tetap berprasangka baik kepada Allah ‎ﷻ .

Jika kondisi sempit kita jalani dengan sikap dan perbuatan seperti disebut diatas maka tidak perlu heran jika dalam kondisi terjepit musibah pun seorang mukmin akan tetap merasakan kebahagiaannya. Sekali lagi hal itu lantaran jiwanya telah matang dalam memahami tentang makna kebahagiaan.

Keselamatan dirinya di kehidupan akhirat kelak merupakan perkara yang menjadi prioritas utama sehingga apapun yang menjadikan Robb nya ridho kepada dirinya akan selalu diperjuangkannya.

Dengan jiwa keimanan seprti inilah seorang mukmin bisa dikatakan telah mampu menemukan dimana letak kebahagiaannya.

Demikian sharing singkat ini.
Semoga bisa dimengerti.

Mohon maaf jika ada hal-hal yang khilaf. Semoga apa yang kita perbincangkan ini menjadi suatu aktivitas yang diridhoi oleh Allah ‎ﷻ dan menambah keimanan kita kepada-Nya serta menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan dunia kita dan yang utama menjadi amal pemberat kantong pahala kita di akhirat nanti.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Shoffia
Dari penjelasan di atas itu berarti kebahagiaan sebagai tolak ukur keimanan, begitu?
Berarti makin tebal iman seseorang maka makin sering atau mudah orang tersebut bahagia.
Lalu bahagianya yang seperti apa??
Bukannya makin tinggi tingkat keimanan maka semakin banyak ujian, yang mungkin ujian itu bisa membuat nya susah, sedih, atau yang lainnya..

🌷Jawab :
Bismillah ...

MasyaAllah ini pertanyaan yang sangat bagus dan penting sekali untuk ditanyakan dalam tema tentang kebahagiaan.

Benar sekali ukhti ..
Bagi orang Mukmin, yakni orang yang telah mengenal Allah ‎ﷻ dan menyakini bahwa segala yang ada di dunia ini adalah Milik-Nya. Dan semua manusia akan kembali kepada-Nya. Tentu pasti akan mendapati bahwa letak kebahagiaan yang sejati itu ada pada keimanannya.

Semakin tipis imannya maka akan semakin minim ia merasakan kebahagiaan, yang ada adalah kekurangan, kekecewaan, ketidak puasan dan berbagai tuntutan hawa nafsu yang diturutinya. Padahal semua itu adalah karena bisikan syetan pada dirinya. Tidak akan dia temukan kepuasan hati serta kebahagiaan sejati karena ia merasa bahwa apa yang didapatinya selalu tidak sempurna. Karena ia imannya tipis kepada Allah ‎ﷻ , jiwanya mudah goyah tidak teguh dalam segala situasi. Dalam keadaan lapang dia lupa siapa yang memberikan kelapangan sehingga merasa tidak perlu capek-capek bersyukur kepada Allah, ketika diberi susah apalagi. Yang ada hanya kecewa dan berprasangka buruk terhadap Allah atau setidaknya dia merasa berputus asa dan tidak memiliki rasa optimisme. Ini dikarenakan tipisnya iman atau keyakinannya bahwa  اَللّهُ سبحانه وتعالى .

Adapun bagi orang yang imannya kuat, maka berbagai kondisi yang menimpanya, ia selalu merasa ridho. Ia meyakini bahwa keadaan lapang maupun sempit merupakan bagian takdir Allah yang dikehendaki-Nya atas diri kita. Dia sungguh sangat yakin kepada Allah, jiwa nya terikat pada rasa cinta kepada Allah, sehingga baik buruk keadaan yang ia terima dirinya yakin bahwa semua pasti ada hikmah yang terbaik dari Allah karena itu ia selalu ridho terhadap segala perbuatan-Nya.

Sikap pikir dalam keimanan seperti diatas adalah sikap pikir yang dimiliki oleh orang yang beriman. Dan semakin tebal iman maka semakin kuat kesabarannya.

Adapun ujian yang menimpanya justru menambah keyakinan (keimanannya) kepada  اَللّهُ سبحانه وتعالى karena setiap orang beriman saat diberi kelapangan ia bersyukur. Sedangkan ketika diberi ujian ia juga bersyukur dan bersabar.

Mengapa dalam ujian tetapi bersyukur ? Karena orang beriman selalu yakin bahwa setiap ujian akan membawa pada Ampunan  اَللّهُ سبحانه وتعالى.

Dan di dalam setiap ujian bagi orang beriman difahaminya sebagai ladang pahala serta merupakan penyelamatan Allah ‎ﷻ dari musibah yang lebih besar dari yang sedang ia alami, akan tetapi  اَللّهُ سبحانه وتعالى  sungguh elah menjaga dirinya.

Lantas bagaimana dikatakan seorang mukmin tidak bahagia dalam setiap keadaannya ?

Jika menjadi seorang mukmin namun tidak merasakan kebahgiaan, tentu ia perlu belajar lagi mengenal  اَللّهُ سبحانه وتعالى agar semakin kuat imannya serta rasa percaya dirinya dalam menghadapi segala keadaan yang terjadi di dalam kehidupannya baik lapang maupun sempit. Karena ia akan menemukan keterlibatan  اَللّهُ سبحانه وتعالى didalam kehidupannya. Inilah sumber kebahagiaan yang hakiki yang menjadi kekuatan orang mukmin mengapa mereka selalu tenang dalam menghadapi segala situasi.

 ‎والله أعلم بالصواب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

"Sesungguhnya kebahagiaan  seorang mukmin terletak di hatinya. Ketika mendapat kemudahan, ia sadar bahwa hal itu merupakan nikmat sekaligus ujian dari Allah. Ketika kesulitan dihadirkan padanya, ia tetap berprasangka baik terhadap Allah. Orang yang hatinya selalu ridho atas semua kehendak Allah, berarti telah menemukan kebahagiaan sejati. Tak ada harta yang lebih berharga selain hati yang selalu ridho pada setiap kehendak Allah atas dirinya."  ‎
والله أعلم بالصواب

🌸 Endria 🌷

Tidak ada komentar:

Posting Komentar