Minggu, 26 November 2017

Hanya... DIA



OLeh   : Irnawati Syamsuir Koto


Segala puji bagi Allah yang telah memberi rahmat Nya hingga kita bisa berkumpul lagi malam ini di grup yang semoga diberkahi, karena kita berkumpul dalam rangka Thalabul 'ilmi, salah satu perkumpulan yang diridhoi Allah Azza Wajalla... 

Sholawat dan salam kita hadiahkan kepada Junjungan alam, penghulu para Nabi, Kekasih saya, kekasih kita semua, yakni Rasulullah SAW. Semoga kita mendapatkan Syafa'at dari beliau nanti dengan berkumpulnya kita disini.  Aamiin.

Syukran jazakillah khair Dede adinda si keche yang telah buka pertemuan kita, syukran jazakillah khair Nduk Henny si kerend yang telah memberi kesempatan bagi saya untuk berbagi disini, walau sebenarnya belum ada yang bisa saya bagi karena saya sendiri masih miskin ilmu.

Namun karena rasa tanggung jawab kepada Allah dan Islam, maka saya coba untuk menyampaikan sedikit dari yang saya dapatkan selama ini.

Malam ini insyaa Allah kita akan bahas tentang Surah Al Ikhlas ... mungkin akan ada beberapa episode.

🌸🌷🌸
Hanya DIA…. Dan Tak Tergantikan

"ada tidak yaa disini yang tidak hafal surah Al Ikhlas????"

Al Ikhlas…. Surat ini diturunkan di Makkah, karena itulah  Al Ikhlas  termasuk surah Makkiyah, suratnya pendek dan penulis yakin, tak ada yang tak hafal surat ini, selain Al Fatihah surah ini yang sering dibaca dalam sholat mungkin karena pendek dan tergolong  mudah menghafalnya. 

Kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlas? Sementara didalamnya tak ada satu kalimatpun tertera kata kata AL Ikhlas?  Menurut ulama ada dua alasan kenapa disebut Al Ikhlas . Yang pertama dinamakan Al Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan bahwa Surat Al Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya (memurnikannya). Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah.
Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah azza Wajalla.

Ikhlash yang dimaksud disini adalah murni, surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah SWT mengkhususkan membicarakan diri-Nya didalam surat ini, tidak berbicara tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, 97), jadi Al Ikhlas ini adalah pemurnian Aqidah ummat yang menyatakan bahwa Allah itu Esa, terbebas dari tuduhan Allah itu beranak dan diperanakkan.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan tentang Al Ikhlas, kita bahas dulu asbabun nuzul Surah yang dahsyat ini.

🌸🌷🌸
Disebuah riwayat dikemukakan bahwa kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah SWT kepada Rasulullah SAW dengan berkata: "Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu."
Maka turunannya surat Al Ikhlas adalah sebagai tuntutan untuk menjawab pertanyaan kaum musyrikin tersebut. (Diriwayatkan oleh at Tirmizi, al Hakim dan Ibnu Khuzaimah dari Abi Aliyah dari Ubay bin Kaab) (Diriwayatkan pula oleh at Thabarani dan Ibnu Jarir dari Jabir bin Abdillah dan dijadikan dalil bahawa surah ini adalah surah Makiyah)
Dan dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi datang menghadap Rasulullah SAW, di antaranya ada Ka'bubnul Asyraf dan Hay bin Akhtab. Mereka berkata: "Hai Muhammad, ceritakan kepada kami sifat-sifat Tuhan yang mengutusmu."

Inilah penyebab turunnya Surah al Ikhlash: 112: 1-4 adalah disebabkan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas) (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Qatadah dan Ibnu Munzir dari Said bin Jubair. (Dengan riwayat ini Said bin Jubair menegaskan bahwa surah ini adalah Madaniyyah)
Dalam riwayat lain pula ada dikemukakan bahawa kaum Ahzab [Penyatuan di antara kaum Quraisy, Yahudi Madinah, Kaum Ghatfan dari Taif dan munafiqin Madinah dan beberapa suku di sekeliling Mekah. (Zubrah Sirah Nabawiyah Juz II hal. 87-88. 1355h 1936m] berkata: "Ceritakan sifat Tuhanmu kepada kami." Maka datanglah Jibril menyampaikan surah ini (Surah al Ikhlash: 112: 1-4) yang menceritakan tentang sifat-sifat Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abi Aliyah dari Qatadah)

🌸🌷🌸
Para Calon Bidadari Surga  yang semoga dirahmati Allah, 

Diatas telah dijelaskan Asbabun Nuzul ayat Al Ikhlas, yang perlu kita ketahui adalah agama selain Islam mempunyai kecendrungan mendzalimi Allah dengan mengakui bahwa Ada Tuhan Tuhan lain, Tuhan mempunyai anak “ Orang orang yahudi meyakini Uzair anak Allah” Nashara meyakini Al masih Isa bin Maryam sebagai anak Allah”, dan orang orang  majusi (penyembah api) menyembah  matahari dan bulan”, dan orang-orang musyrikin menyembah berhala.” 
Dengan kalimat   Qul huwallahu ahad  (Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa Allah yang Maha Esa." Maka Allah pastikan bahwa Allah itu Ahad, Esa

Maknanya Dialah Allah yang satu yang tidak ada sebanding denganNya, tidak ada pembantu bagi Allah, tidak ada yang setara dengan Allah, tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sama dengan Allah.  Pada lafadz diatas tidak ditetapkan pada selain Allah. Namun ditetapkan hanya pada Allah saja. Dikarenakan Allah sempurna pada seluruh sifat dan perbuatannya. (lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 8 hal.414)

Dengan membaca ayat dari Al Ikhlas kita bisa melihat dan memahami bahwa ayat ini mempunyai hubungan yang kuat dengan Kalimat Tauhid Laa Ilaha Illallah ( Tiada Tuhan Selain Allah ) Ibnu Rajab dalam Kalimatul Ikhlas mengatakan,”Kalimat Tauhid ( Laa Ilaha Illallah ) memiliki keutamaan yang sangat agung yang tidak mungkin bisa dihitung.” Lalu beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keutamaan kalimat yang mulia ini. Di antara yang beliau sebutkan :

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ merupakan sarana untuk memperbaharui iman

Membaca Laa Ilaaha Illallah berfungsi memperbarui iman seseorang. Rasulullah bersabda, “Perbaruilah iman kalian.” Sahabat bertanya, “Bagaimana cara kami memperbarui iman, wahai Rasulullah?” “Perbanyaklah membaca Laa Ilaaha Illallah.” (HR. ahmad)

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ merupakan harga surga

Suatu saat Nabi SAW  mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu alla ilaha illallah’. Lalu beliau mengatakan pada muadzin tadi,

« خَرَجْتَ مِنَ النَّارِ »

”Engkau terbebas dari neraka.” (HR. Muslim no. 873)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ

”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)

Menilik dari hadist diatas, maka disaat seseorang tengah sakaratul maut  maka Rasulullah bersabda:
“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’” H.R.Muslim:916

Semoga kita semua ummat Muslim mampu mengucapkan kalimat agung ini diakhir hayat kita . Aamiin.

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah kebaikan yang paling utama

Abu Dzar berkata,

قُلْتُ ياَ رَسُوْلَ اللهِ كَلِّمْنِي بِعَمَلٍ يُقَرِّبُنِي مِنَ الجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ، قَالَ إِذاَ عَمَلْتَ سَيِّئَةً فَاعْمَلْ حَسَنَةً فَإِنَّهَا عَشْرَ أَمْثَالِهَا، قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ ، قَالَ هِيَ أَحْسَنُ الحَسَنَاتِ وَهِيَ تَمْحُوْ الذُّنُوْبَ وَالْخَطَايَا

”Katakanlah padaku wahai Rasulullah, ajarilah aku amalan yang dapat mendekatkanku pada surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Apabila engkau melakukan kejelekan (dosa), maka lakukanlah kebaikan karena dengan melakukan kebaikan itu engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisal.” Lalu Abu Dzar berkata lagi,”Wahai Rasulullah, apakah ’laa ilaha illallah’ merupakan kebaikan?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Kalimat itu (laa ilaha illallah) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 55)

Ibnu Abid-Dunya beserta Imam Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairoh ra: “Malaikat maut menghampiri seorang laki-laki yang telah mati,lalu ia meneliti seluruh anggota tubuhnya, namun ia tidak menemukan tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya, kemudian ia membelah hatinya ia juga tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya, lalu dibuka mulutnya ditemukan lidah yang melekat pada bagian atas mulut sedang membaca laa ilaaha illallah, maka diampuni segala dosanya karena adanya kalimat yang ikhlas itu”. (HR Thabrani, Baihaqi, Al-Khatib)

Dari riwayat-riwayat diatas dapat kita pahami bahwa kalimat laa ilaaha illallah bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah diperbuat oleh HambaNya. Semoga kita mendapatkan kebaikkan dari kalimat suci ini. Aamiin .

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah dzikir yang paling utama

Dalam sebuah hadits  yang disandarkan kepada Nabi SAW  (hadits marfu’),

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

”Dzikir yang paling utama adalah bacaan ’laa ilaha illallah’.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 62)

Semoga Allah selalu member keistiqomahan kepada kita  untuk senantiasa mengingat nama-Nya.

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah amal yang paling utama, paling banyak ganjarannya, menyamai pahala memerdekakan budak dan merupakan pelindung dari gangguan setan

Sebagaimana terdapat dalam shohihain (Bukhari-Muslim) dari Abu Hurairoh radhiyallahu ’anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda,

« مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِىَ ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ ، إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ » .

”Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakan), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293 dan HR. Muslim no. 7018)

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah benteng

 Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman, “Laa Ilaaha Illallah adalah benteng-Ku, barangsiapa masuk di dalamnya, ia selamat dari siksa-Ku.” (HR. Abu Nua`im)

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah Kunci 8 Pintu Surga, orang yang mengucapkannya bisa masuk lewat pintu mana saja yang dia sukai

Dari ’Ubadah bin Shomit radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ

”Barangsiapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)

(Kalimatul Ikhlas, 52-66. )

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ menjadi cahaya dihari kiamat

Rasulullah bersabda, “Tiada seorang hamba membaca Laa Ilaaha Illallah sebanyak 100 kali kecuali Allah bangkitkan dia di hari kiamat, dalam keadaan bersinar wajahnya seperti rembulan di malam bulan purnama.” (HR. Ad-Dailami)

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ Lebih utama dari alam ini

Membaca Laa Ilaaha Illallah lebih utama dari seisi langit dan bumi. Imam Nasa’i meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudhryi ra. : Nabi saw bersabda, “Nabi Musa as. berdoa, “Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku tentang sesuatu untuk berdzikir kepada-Mu.”
Maka Allah berfirman, “Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah.” Lalu Nabi Musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku, setiap hamba-Mu membaca ini, saya ingin sesuatu yang istimewa untukku.” Maka Allah berfirman lagi, “Wahai Musa, andaikata tujuh petala langit dan penghuninya serta tujuh lapis bumi diletakkan di sebelah timbangan kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, niscaya akan lebih berat kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, melebihi dari semua itu.”

Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ membuat iblis putus asa

Membaca Laa Ilaaha Illallah membuat iblis berputus asa dalam mencelakakan diri orang yang membacanya. Nabi telah bersabda, “Biasakanlah membaca kalimat “Laa Ilaaha Illallah” dan istighfar, perbanyaklah membaca keduanya. Sesungguhnya iblis telah berkata, “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa namun mereka membinasakan aku dengan ucapan “Laa Ilaaha Illallah dan istighfar”, ketika dalam keadaan yang seperti itu maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira bahwa dirinya telah mendapat hidayah.” (HR. Abu Ya`la)

Inilah sedikit diantara sekian banyak manfaat ucapan dari kalimat Laa Ilaaha Illallah , begitu dahsyatnya disaat kita meyakini bahwa Allah Azza Wa Jalla itu Ahad, tiada Tuhan selain Nya. Setelah kita memahami kandungan ayat pertama, maka sudah selayaknya kita  beramal dengan Ikhlas memurnikan keyakinan kita dengan seyakin yakinnya bahwa sepantasnya Allah yang berhak di ibadah  secara keseluruhan, kita tidak menjadikan tandingan-tandingan lain bagi Allah pada  ibadah kita. 
Dan seharusnya kita murnikan ibadah dengan mengikuti cara ibadahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam . Itulah ibadah yang paling benar, paling mudah dan paling menenangkan, sehingga dengan demikian terwujudlah syahadat kita yakni artinya: tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Azza Wa Jalla Dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

🌸🌷🌸
Para Perindu Surga  yang dicintai Allah.

Disaat manusia menyadari bahwa Allaah Azza Wa Jalla itu Maha maka seharusnya manusia itu hanya menggantungkan harapan kepadaNya. Bergantung kepada Allah Azza Wa Jalla dalam apapun perkara, mulai berdoa, meminta pertolongan, memohon petunjuk, menaruh harapan, menyerahkan urusan, bertaubat, sampai dalam perkara-perkara yang remeh sekalipun, itulah yang dilakukan para salaf kita.

Mungkin pernah kita mendengar kata kata motivasi “Kesuksesanmu Bergantung Pada Dirimu” Kata katanya memang bagus untuk membakar semangat kita, namun sebagai muslim kita harus menyadari bahwa “laa hawla wa laa quwwata illa billah” Tak ada daya dan upaya bagi kita kecuali atas pertolongan Allah Azza Wajalla. Sebagai muslim kita tak boleh menomor duakan Allah bahkan meniadakan Allah dengan berkeyakinan bahwa kita mampu berbuat dan mapu berhasil karena diri kita sendiri. Ibn Katsir menukil pendapat Ibn Abbas, “Yakni Rabb yag bergantung kepada-Nya semua makhluk dalam memenuhi segala kebutuhan dan permintaan mereka.”

Karena itu  tidak patut seorang Muslim berharap selain kepada Allah Azza Wa Jalla. Karena jika itu terjadi, maka sungguh ia telah melupakan ayat Allah dan lebih jauh dari itu, ia telah membawa hidupnya sendiri pada kehinaan dan kesengsaraan.

Allah Ta’ala menyebut diri-Nya sebagai tempat bergantung segala sesuatu didalam firmanNya diayat kedua Al Ikhlas :

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (QS. Al-Ikhlas : 2).

Didalam Ad-Durr al-Mantsur : 15/782, As-Suyuthi,  Ahli tafsir berkata : “Ash-Shomad artinya Allah menjadi tempat bergantungnya para hamba dalam memenuhi kebutuhannya.”

Rasulullah SAW pun mengajarkan kita untuk senantiasa hanya bergantung kepada Allah, berserah diri kepada Allah Azza Wajalla.

"اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ"

"Ya Allah, rahmat-Mu yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun hanya sekejap mata. Dan perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Engkau." Do'a dari hadis shahih riwayat Abu Dawud.

Dengan adanya Ketergantungan yang menjadikan seseorang tahu bahwa dirinya hanya bersandar dan berharap kepada-Nya. Maka manusia secara  otomatis akan sangat memelihara diri dari penyimpangan yang bisa menjadikan dirinya terlepas dari ketergantungan pada Allah Azza Wajalla. Dan Allah swt pasti menjaga hamba-hamba-Nya yang sangat bergantung kepada-Nya. 

Keberuntungan yang sangat besarlah bagi orang yang dalam hidupnya hanya bergantung kepada Allah Azza Wa Jalla.  Dan tak memiliki sandaran selain bersandar kepada Allah Azza Wa Jalla. Karena dengan  meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya, mutlak tak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah dan tak ada satu nokhtah sekecil apapun yang lepas dari genggaman Allah Azza Wa Jalla. Total sempurna, segala-gala Allah Azza Wa Jalla yang membuat, Allah yang mengurus dan Allah yang menguasai maka dia mempunyai hati yang penuh tawakal kepada Allah, dan bagi orang orang yang tawakal ada surga sebagai hadiahnya.

Jika diri mulai menggantungkan harapan kepada orang lain maka hati akan menjadi gusar, takut, cemas bahkan stress akan dialami. Orang-orang yang panik dalam menjalani kehidupan nya, karena dia bersandar kepada harta bendanya, kedudukannya, bersandar kepada penghasilannya atau sandaran-sandaran lainnya yang dia anggap mampu menolong dan membantunya maka. Maka kita banyak melihat orang-orang terpuruk dan hina karena jabatan, akibat ia bersandar atau bergantung pada kedudukan dan jabatan yang akan takut kehilangannya. Kita lihat orang orang jadi hina karena harta bendanya, semakin banyak harta benda semakin haus dia, dan melakukan segala macam cara untuk mendapatkannya. 

Semakin kita bergantung pada sesuatu semakin diperbudak dan makin banyak bergantung siap-siap saja makin banyak kecewa.. Dan ini merupakan salah satu tanda lemahnya tauhid.

Muslim yang baik dan ta’at akan selalu menggantungkan harapan dan cita-citanya hanya kepada Allah Azza Wa Jalla. Baginya Allah Azza Wa Jalla lah  satu-satunya Dzat yang pantas untuk dimintai pertolongan. Dia yakin tak akan ada yang jika yang menolongnya adalah Allah Azza Wa Jalla. Tidak akan pernah ada kekhawatiran sedikit pun pada diri seorang muslim karena ia selalu bersama dengan Allah Azza Wa Jalla.  Dan dengan segala takdir Allah, seorang muslim akan menerima dengan keikhlasan jiak hal buruk terjadi karena tidak bersu’udzan jika yang terjadi itu atas kehendak Allah Azza Wa Jalla.

🌸🌷🌸
Alhamdulillah ... untuk malam ini, kita pahami dulu dua ayat dari Al Ikhlas ini.

Kita baca lagi, kita tadabburi lagi

Insyaa Allah pertemuan berikutnya kita gali lebih dalam dengan ayat - ayat berikutnya.

Karena Al ikhlas adalah landasan dari Iman Islam

Saya rasa ini sangat penting untuk kita pahami. 


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Han
Bu,, sekarang di masyarakat banyak sekali kejadian dan peristiwa yang main hakim sendiri dan bahkan menjadi provokator dari peristiwa yang tidak di lakukan,, bahkan para Tetua ataupun bahkan perangkat desa atau negara yang jadi panutan itu membenarkan peristiwa tersebut. 
Bagaimana menyikapi para pemimpin-pemimpin yang seperti itu? 
Yang harusnya jadi panutan atau contoh malahan membenarkan apa yang menurutnya benar.

🌷Jawab: 
Inilah yang kita hadapi dizaman sekarang, sedih dikala kita dapati bahwa keadaan yang tidak seharusnya terjadi, malah menjadi kebiasaan dan kelaziman, pemimpin yang harus berada pada posisi yang mendamaikan dan netral malah kadang menjadi provokasi didalam sebuah peristiwa. 

Lantas bagaimana kita sebagai masyarakat awam menyikapi ini? Kita tidak bisa berbuat banyak, karena kita telah salah dalam memilih, karenanya seharusnya kita bisa memilih pemimpin yang benar itu dari awal, jangan sampai kita salah memilih yang akhirnya tidak mampu menjadi panutan bagi kita orang orang yang dipimpin. 

Jika kita tahu apa yang dilakukan itu tidak benar, maka jangan diikuti. berdoalah semoga para pemimpin kita diberi hidayah.  

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Mulifa
Bunda... 
Banyak sekali saya mendengar, perbanyak banyakan istighfar agar seperti ini, perbanyak baca itu agar seperti itu, sebetulnya inti dari semua itu istiqomah kan ya Bund? 
Dzikir bagaimanapun yang penting kita istiqomah, benar seperti itu tidak Bund?

🌷Jawab:
Iya mba... 
Inti dari sebuah amalan itu adalah istiqomah, dan percaya serta menyerahkan diri kepada Allah Azza wajalla , tanpa itu semua maka tidak ada artinya semua amalan yang kita lakukan, berapapun banyaknya, berapapun lamanya. Disinilah pentingnya aqidah.

Wallahu a'lam


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSiNG STaTeMeNT💘


Sahabat - sahabat ku... 

Mengenal Allah Rabb kita, wajib hukumnya agar kita tak salah dalam melangkah, tidak salah dalam bertindak, Islam adalah agama kita, agama yang Haq, kebenaran didalamnya adalah Pasti yang tidak ada keraguan lagi.

Karenanya jika kita tidak mau mengenali Allah, maka kita akan salah dalam melangkah, salah dalam beramal, dan akhirnya akan sia-sia apa yang kita lakukan.

Semoga pertemuan malam ini, bisa mengingatkan kita kembali pada dasar dasar aqidah kita yaitu ke ESA an Allah Azza Wajalla. 

Wallahu a'lam

Demikian saja dari saya mohon maaf jika ada salah salah kata dalam penyampaian.

Ambil yang benar , buang yang salah.

Wassalamu'alaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar