Minggu, 26 November 2017

Romantisme Mahsyar


OLeh   : Ustadzah Halimah

💝 Romantisme Mahsyar 💝
Kalau diliat dari judulnya diartikan kisah Cinta di Padang mahsyar (kiamat)

Apakah kita akan merasakan kisah seperti itu sampai ke kiamat?
Allahu'alam...
Semoga saja perjalanan Cinta kita sampai ke hari akhirat...

“Ihhh, film-nya romantis bangeeettt eaaa,”

Padahal, pemeran dalam film tak jelas status hubungan antar mereka. Istri bukan, suami bukan. Entah di mana letak romantisnya. Heran.
Mungkin karena wajah pemeran wanita jelita. Atau sang pria dengan tampang rupawan. Itu saja, tidak lebih. Maka berhari-harilah film itu ditonton. Tapi itu bukanlah hal yang romantis. Bukan. Semua pasti setuju itu.

Pas ditanya, “demen banget nontonnya ya?” Dengan wajah berbinar dijawab, “iyaa, aku pencinta sejati. Suka yang romantis dan ingin menjadi orang yang romantis. Pokoknya, amat menyukainya.”

Padahal kisahnya banyak fiktif belaka. Bisakah terlahir seorang pencinta sejati dari hal yang seperti itu? Owh, yang benar sajalah. Tentu, romantismenya pun perlu dipertanyakan.
Jika hendak belajar romantisme, bacalah sejarah para pencinta sejati.  Kisah romantis mereka apik dicatat dalam kehidupan nyata. Kitanya saja yang malas baca. Maunya yang praktis. Hanya hasil imajinatif yang kualitasnya pun fluktuatif. Yakinlah, tak kan bisa menghadirkan romantisme yang sesungguhnya dari karya fiktif.

🌸🌷🌸
Mari kita simak kisah romantisme Ali bin Abi Thalib RA dan Fatimah Az-Zahra RA. Ini cerita nyata. Bukan hasil rekayasa. Tak perlu sutradara. Karena Allah sendiri yang punya rencana. Jauh-jauh hari telah tertulis di Lauh Mahfudz manuskripnya.

Ali dan Fathimah. Sudah ada rasa suka di antara keduanya saat mulai mengerti tentang cinta. Gejolak-gejolak rasa pun membuncah bak air telaga. Tapi mereka saling menjaga. Hati-hati menjaga sikap. Tidak pernah diumbar. Mencintai dalam diam.

Ali tak pernah nyatakan cinta. Bukan karena dia pria cemen. Bukan karena dia tak punya nyali. Tapi, karena dia tahu batasan syar’i.
Juga tak pernah kasih kode-kode maut melalui kerlingan mata. Perhatian ‘pedekate’ pun tak pernah. Apalagi sms gombal. Pokoknya sangat dijaga hingga syaithan pun tak tahu. Meski cinta di dada semakin menggebu.

Begitu juga dengan Fatimah. Tak pernah tebar pesona di depan Ali. Pura-pura ‘kecentilan’ cari perhatian pun tidak. Tak pernah kalimat manja yang dia lontarkan. Apalagi ngajak jalan bareng, memanfaatkan kendaraan si doi hanya untuk ngojek.

“Beib, motor kamu bagusss deh…anterin aku donk…donk…donk,” ahh rayuan maut. Asli modus. Minyak gratis. Fasilitas gratis. Tapi sayangnya diragukan dihitung sebagai pahala. Dosa mungkin iya. Na’udzubillah.

Ali dan Fatimah, keduanya saling mencinta. Hebatnya, tetap saling menjaga hati. Bahkan seandainya Muhammad saw yang merupakan ayah Fatimah bukan Rasul Allah, mungkin tak kan tahu cinta suci ini seumur hidupnya. Hingga Allah mengabari sang Rasul dengan cara yang sangat halus. Ya, sangat halus.

Allah menepati janjinya pada waktu yang tepat. “..Laki-laki baik, untuk perempuan baik. Perempuan baik untuk laki-laki baik,” (An-nur 26).
Akhirnya, mereka berdua dinikahkan. Bertemulah cinta dengan cinta. Cinta yang tumbuh bersama ketaatan. Tak terkotori dengan kemaksiatan.

“Suamiku, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang teramat aku cintai sebelum menikahimu,” ungkap Fathimah setelah ijab qabul terlaksana. Sambil menunduk ia ucapkan pengakuan itu.

Owh, broo… Bayangkan bagaimana perasaan laki-laki saat itu jika menjadi Ali. Perempuan yang telah lama kita cintai, bahkan Allah takdirkan juga menikahinya, kini membuat pengakuan yang bisa membuat hati ini sangat cemburu. Panas amarah bahkan bisa saja memuncak saat itu.

“Sampaikan kepadaku, siapakah lelaki itu?” tanya Ali dengan perasaan bergemuruh. Namun sikapnya tetap tenang. Ia pandangi dengan dekat perempuan yang telah jadi istrinya ini.

Fatimah pun mengangkat wajahnya, “Laki-laki yang pernah aku cintai itu, kini berdiri tepat di hadapanku,”

Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allah tepati janji-Nya. Laki-laki baik, untuk perempuan baik. Perempuan baik, untuk laki-laki baik. Itulah romantisme dari pencinta sejati. Romantisme yang sesungguhnya.  Mereka tahu kapan saatnya menyatakan cinta. Barakah pada waktunya.


Bidadari PeRiNDu SuRGa maukah seperti percintaannya Fatimah dan Ali?

🌸🌷🌸
Bidadari PeRiNDu SuRGa, ini ada kisah lain yang bisa kita jadikan ibroh...

Atau kisah tentang Utsman bin Affan RA waktu itu usianya menginjak 80 tahun. Sudah renta untuk ukuran usia. Tapi jangan ditanya kualitasnya sebagai pencinta sejati. Seorang gadis berusia 18 tahun, Naila, bersedia menikah dengannya.

Ini bukanlah perjodohan yang mudah. Tapi itulah cinta, ia hadir bersama kerahasiaan yang begitu menjelaga. Persis serahasia jodoh itu sendiri. “Kamu terkejut melihat ubanku? Percayalah, hanya kebaikan yang engkau temui di sini,” itulah kalimat pertama Utsman bin Afffan saat menyambut istri terakhirnya itu. Itu kata yang ia ucapkan setelah pernikahan berlangsung. Bukan gombal. Apalagi penipuan. Karena setelah itu yang ada hanya bukti dari kata-kata yang telah terpateri.

Utsman, lelaki tua itu membuktikan cintanya. Cinta yang bersumber dari ketaatannya pada Allah. Bahkan, setelah Utsman meninggal karena terbunuh. Naila memutuskan untuk tidak menikah lagi. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Bayangkan, berarti banyak sudah pelamar yang datang. Terbukti, tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu. Masya Allah.

Dan tentu kita harus tahu, seperti apa sebenarnya Naila ini. Kenapa begitu layak ia menikah dengan Utsman.
Karena dulu, ketika ia pernah ditanya tentang alasannya mau menikah dengan Utsman, dia menjawab, “Aku suka ketuaanmu, karena mudamu telah kau habiskan bersama Rasulullah,”. Cinta bertemu Cinta. Cinta yang bermuara pada ketaatan, bukan kemaksiatan. “..Laki-laki baik, untuk perempuan yang baik. Perempuan yang baik, untuk laki-laki yang baik.” Allah selalu tepati janji-Nya.

Disebuah taklim ada seorang ibu bertanya kepada ustadznya
"Ustadz bagaimana membangun romantisme dalam keluarga?"

Ustadz menjawab: "Romantisme itu...."

Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang.. bangun.. saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.


Romantis itu…

Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang..” Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi pemenang; dan itu lebih baik dari dunia dan seisinya.


Romantis itu…

Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang... kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal."


Romantis itu…

Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”


Romantis itu…

Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di rumah makan, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”


Romantis itu…

Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.


Romantis itu…

Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Istri mencium tangan suami, dan suami mengecup kening istri lalu saling mengecup pipi kanan dan kiri bergantian.


Romantis itu…

Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang melayang.


Romantis itu…

Ketika syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menunya sederhana, nikmat begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.


Romantis itu…

Ketika suami istri kompak mengajar anaknya mengaji. Meski telah ada TPQ, sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggung jawab untuk mencetak generasi Rabbani. Kelak, merekalah yang akan mendoakan sang orang tua, saat perpisahan selamanya telah tiba masanya.


Romantis itu…

Ketika sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau aktifitas da'wah. Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya, juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,

Nanti di Padang mahsyar belum tentu kita saling membantu, mungkin bisa saja saling menjatuhkan antar sahabat, antar anak dan orangtua, antar suami istri...
Disana semua lebih mementingkan dirinya sendiri.

Bidadari PeRiNDu SuRGa...
Kiamat merupakan sebuah peristiwa hancurnya alam semesta beserta seluruh isinya. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui kapan kejadian tersebut akan terjadi. Setelah kiamat inilah manusia dan bangsa jin akan dihidupkan kembali.

Allah SWT akan mengumpulkan semua makhluk ciptaan-Nya di padang Mahsyar. Setelah berkumpul kita akan melalui proses penghisaban yakni hari penghitungan semua amal yang sudah dilakukan selama hidup di dunia.

🌸🌷🌸
Pada saat inilah Allah menampakkan seluruh perjalanan hidup orang tersebut. Tenyata hari penghisaban ini menimbulkan suatu kekhawatiran dalam diri manusia. Lantas apakah penyebab kekhawatiran tersebut?

Hal yang paling dikhawatirkan oleh manusia ketika hari penghisaban adalah saat Allah SWT membagikan seluruh catatan amal manusia. Catatan amal tersebut diberikan kepada masing-masing makhluk dengan posisi yang berbeda, sesuai dengan amalan yang pernah ia lakukan. Ada yang menerima catatan amal tersebut dengan wajah penuh kegembiraan, namun ada pula yang menerimanya dengan wajah yang penuh dengan ketakutan.

Peristiwa ini berlangsung dengan sangat dramatis. Hal tersebut disebabkan ketika catatan itu hendak diberikan, orang yang melakukan amal ibadah dengan baik maka otomatis akan menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang tersebut akan masuk surga Allah.

Lain halnya dengan mereka yang menerima catatan amal tersebut dengan tangan kiri. Maka hal demikian mengindikasikan bahwa orang itu akan masuk neraka. Oleh karena itu, celakalah bagi mereka yang kerap melakukan perbuatan dosa dan menerima buku catatan amal dengan tangan kirinya saat hari penghisaban kelak. Allah Ta’ala berfirman:

"Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, maka dia akan berteriak "Celakalah aku!" Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sungguh dia dahulu (di dunia bergembira di kalangan keluarganya yang sama-sama kafir)." (QS. Al-Insyiqaaq: 7-13).

Suasana tersebut jelas sangat mencekam dan menakutkan. Sebab tidak ada lagi kesempatan untuk berdusta ataupun membela diri. Hal ini dikarenakan semua anggota tubuh yang kita miliki akan menjadi saksi atas perbuatan yang sudah dilakukan selama berada di dunia. Tidak akan berguna rasa menyesal ketika peristiwa itu berlangsung dan kita pun tidak bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki semua perbuatan.

Keterangan di atas harus membuat kita sadar bahwa Allah SWT telah menugaskan para malaikatnya untuk mencatat segala amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia selama hidup di dunia. Maka lakukan amal ibadah sesuai dengan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya.

Hanya orang-orang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang akan merasakan romantisme mahsyar…

🌸🌷🌸
Seperti kisah ini:
Ketika Allah hendak menghisap suami, sang istri dijadikan saksi atas sidang suaminya...
Ketika Allah menanyakan 4 perkara suami itu berpikir keras karena dia tahu istrinya selalu bangun lebih awal, mengajak sholat tahajjud bersama, menyiapkan sarapan dan keperluan keluarga apa saya harus bohong??

Ternyata sebelum sang suami menjawab istri telah menjawab: "ya Allah dia suami yang baik, yang telah mencurahkan kasihnya kepada istri dan anak-anaknya, mencari nafkah yang halal untuk makan anak dan istrinya... apakah itu salah Allah...

Dan suaminya pun berkata dengan apa yang dipikirannya. Sehingga Allah bingung...
Ternyata kalian pasangan romantisme yang saling mendukung dan mendo'akan satu sama lain....
Kalian berdua boleh masuk surga...
Barakallah....
Apakah kita dengan pasangan kita nanti disana seperti itu?
Wallahu'alam....

Kita hanya bisa berdo'a, berusaha dan ikhtiar...

Hanya pasangan yang seperti ali dan Fatimah, utsman dan Naila yang bisa merasakan romantisme mahsyar yang indah.
Bidadari perindu surga...
Apa lagi yang masih gadis...carilah jodohmu karena iman bukan karena ganteng, Harta dan kedudukan...

Dengan iman dan taqwa kepada Allah membawa kita pada kehidupan romantisme yang Indah di surga...

Semoga kita semua merasakannya nanti diakhirat...aamiin

Demikian mba chess sholcan materi kajian kita malam ini....

Saya kembalikan lagi kembali chess selaku momod...🎤

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
       💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Nurika
Saya baru 2 minggu merasakan kehidupan rumah tangga bunda, alhamdulillah suami saya adalah laki" yang sangat baik perilakunya terhadap saya,
Pertanyaannya bagaimana mempertahankan kan sikap dan sifat yang sekarang ada bund?
Dan bagaimana cara saya agar selalu bisa positif thinking apalagi kalau suami sedang sibuk bekerja hingga larut malam!

🌷Jawab:
Yang terpenting kita harus selalu memotivasi suami dalam bekerja dan menerima semua uneg-uneg suami masalah kerjanya tanpa mengeluh dan mendo'akan suami agar selalu baik, diberikan kemudahan dan kelancaran dalam urusannya. Selalu sabarjika menghadapi suami marah karena beban kerja... Insya allah Allah akan memberikan yang terbaik untuk mba...

0⃣2⃣ iNdika
1. Bagaimana cara kita mengetahui Allah telah menunjukkan jodoh kita?
2. Bagaimana menjaga hati kita supaya tidak tergoda cinta palsu (karena nafsu)?

🌷Jawab:
“Saat kita ditanya, kapan nikah?” maka jawablah, Saya sedang mempersiapkan bekal ketaqwaan untuk bertemu jodoh saya nanti?

Karena untuk melangkah menuju pernikahan itu harus disiapkan secara matang. Harus siap secara moral, spiritual, konsepsional, fisik, sosial dan material. Mental dan spiritualnya mantap jika niat dan langkahnya menuju pernikahan itu memang telah benar. Mampu mengatasi segala risiko dan keraguan saat akan menikah juga menghadapi saat-saat nanti setelah menikah
jika ingin jodoh kita baik dan sholeh kita harus baik dan sholeha. Kita tidak bisa menebak atau mengetahui Alloh dalam menentukan jodoh buat diri kita kalau Allah Kasih tahu kita bisa santai, bisa tidak berusaha atau berikhtiar....

Menjaga hati agar tidak tergoda yaitu dengan banyak istighfar, membaca al qur'an, berdo'a kepada Allah dan selalu bermunajad kepada Allah.

0⃣3⃣ Chie
Bunda, bagaimana menjaga hati agar tidak terjerat nafsu syawat sesaat.
Jazakillah khoir

🌷Jawab:
Berdzikir. Dzikir yang terbaik adalah dengan membaca Al-Quran.

Istighfar. Hal ini berguna untuk meleburkan dosa-dosa kita dan menyadarkan diri atas kesalahan kita.

Doa. Dengan berdoa, manusia menempatkan Allah sebagai Dzat yang paling tinggi, memposisikan Allah sebagai tempat kita meminta, kita kecil dihadapannya, dan hanya Allah Yang Maha Berkuasa.

Shalawat. Hal ini menjadikan Rasul sebagai qudwah bagi kita.

Shalat malam. Begitu banyak keutamaan shalat malam sebagaimana Rasulullah SAW telah ajarkan.

Lakukanlah secara rutin kelima hal tersebut untuk menjaga hati kita agar tidak sakit. Membaca Al-Quran atau berdzikir, beristighfar, berdoa, bershalawat, dan mendirikan solat malam. Semoga akan senantiasa menjaga kita dari keburukan-keburukan yang terjadi dan menjaga hati kita agar tidak sakit.

0⃣4⃣ iNdika
Apa yang harus kita lakukan atau berbicara tanpa menyakiti disaat keluarga atau lingkungan sekitar kita "memaksa" kita untuk pacaran padahal kita menunggu "cinta" dari Allah?

🌷Jawab:
Biasanya tanpa kita bicara biasanya lingkungan tahu klau orang yang rajin ngaji, suka ke liqoan, suka taklim pasti tidak suka pacaran. Karena masyarakat menganggap orang yang tidak pacaran susah jodohnya.. Kita bersosialisasi dengan siapa saja dilingkungan kita baik itu perempuan atau laki-laki selama dalam tingkat yang wajar. Berbicara tidak berduaan dengan lawan jenis dan tidak diubah-ubah nada suara kita... Kalau lingkungan tidak paham kita bisa jelaskan bahwa saya tidak pacaran, insya allah jodoh saya akan datang ke orangtua saya.

0⃣5⃣ Adhani
1. Bagaimana caranya mendapatkan suami yang sholeh seperti Ali, usman bin affan atau rosulullah?
2. Bagaimana cara menanamkan pada anak usia remaja untuk tidak pacaran sebelum menikah, Padahal contoh di lingkungannya yang tidak pacaran tidak segera menikah (menikah muda)?

🌷Jawab:
Kalau mba ingin mendapat jodoh seperti Ali, Utsman atau Rasulullah kita koreksi diri kita apakah diri ini pantas mempunyai jodoh seperti Ali, Utsman atau Rasulullah? Kalau belum kita berusaha memperbaiki aqidah, akhlak dan keimanan kita karena jelas Firman Allah laki-laki baik untuk perempuan baik asal diniatkan karena Allah dan jika telah datang jangan mempersulit dengan melihat status ekonominya laki-laki.

Jika menanamkan anak agar tidak pacaran adalah dengan mengajak anak ikut kajian keislaman tentang pacaran.
Memberikan sanksi jika pacaran mama  atau bunda akan nikahkan
Memberikan buku tentang pacaran Indah setelah nikah.
Kita bisa diskusi dengan anak masalah pacaran atau pergaulan anak sekarang
Insya allah anak akan paham sendiri kenapa orangtuanya melarang dia pacaran.

0⃣6⃣ Wafiqoh
Bund, bagaimana cara agar diri tetap istiqomah menjaga diri dari pacaran..
Terkadang ada rasa lelah dan ingin menyerah bun untuk menjaga hati 😔

🌷Jawab:
1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran.

Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.”

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-‘Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syar’i.

Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28).
Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9).
Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir.

Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah SAW., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah SAW. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.”

Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan.” (Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih.

Suatu ketika Rasulullah SAW. bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.” (Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah SWT., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah SAW. menerangkan bahwa Allah berfirman, “Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah.

Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu’ dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.” (Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah.

Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati.

Rasulullah SAW. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangis mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)

Rasulullah SAW. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian.” (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami’ no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat.

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah SAW.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah SAW., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam.

Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah SAW. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah SAW. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah SAW. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”

11. Berdzikirlah yang banyak.

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)

Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.”

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya.

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah SAW., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah SWT.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk.

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.

Allah SWT. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207)

“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)

14. Memikirkan kehinaan dunia.

Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)

Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah SAW., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia.” (Thabrani)

Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah.

“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)

“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah SAW., “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseorang hingga ia bisa membinasakan dirinya.”

16. Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’.

Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.

Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu.

Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)

Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf –sahabat yang kaya—tidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati.

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah SWT.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman.

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah SAW. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu."

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Masalah jodoh, mati, rezeki dan takdir sudah Allah tentukan tinggal kita makhluknya yang berusaha untuk menggapai kepada yang baik...
Jika ingin jodoh yang sholeh kita sebagai akhwat harus sholeha, beriman dan bertaqwa, untuk takdir kita harus berusaha lebih baik lagi agar takdir yang Allah tetapkan untuk diri ini jadi lebih baik lagi. Karena kita ingin menjadi penghuni surga.
Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah dari diri saya tolong dibukakan pintu maaf....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar