Minggu, 26 November 2017

Kerikil Tajam Penghalang Para Pencari iLmu




OLeh  : Ustadz Abu Rasheed Al-Aslamy

Saya Abu Rasheed Al-Aslamy asal Surabaya

Kota-kita yang pernah dikunjungi banyak sih, diantaranya tangerang, solo, jogja, dan lain-lain.

Semoga apa yang saya sampaikan ke temen-temen bisa memberikan manfaat.

Baiklah, sudah pada siap ya menerima materinya ?

๐ŸŒธ๐ŸŒท๐ŸŒธ
Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu dan orang yang mencarinya. Di antara penghalang tersebut adalah:

1. Niat Yang Rusak

Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu salah dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan rusaknya niat.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅِู†َّู€ู…َุง ุงْู„ุฃَุนْู…َุงู„ُ ุจِุงู„ู†ِّูŠَّุงุชِ ูˆَุฅِู†َّู…َุง ู„ِูƒُู„ِّ ุงู…ْุฑِุฆٍ ู…َุง ู†َูˆَู‰ ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูَู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูˆَู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ู„ِุฏُู†ْูŠَุง ูŠُุตِูŠْุจُู‡َุง ุฃَูˆِ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ูŠَู†ْูƒِุญُู‡َุง ูَู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ู…َุง ู‡َุงุฌَุฑَ ุฅِู„َูŠْู‡ِ.

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

Sesungguhnya kewajiban yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu adalah mengobati niat, memperhatikan kebaikannya, dan menjaganya dari kerusakan.

Imam Sufyan ats-Tsauri (wafat th. 161 H) rahimahullaah mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat untuk aku obati daripada niatku.”

Al-Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H) rahimahullaah menuturkan, “Siapa yang mencari ilmu karena mengharap negeri akhirat, ia akan mendapatkannya. Dan siapa yang mencari ilmu karena mengharap kehidupan dunia, maka kehidupan dunia itulah bagian dari ilmunya.” Imam az-Zuhri (wafat th. 124 H) rahimahullaah berkata, “Maka ilmu itulah bagian dari dunianya.”

Imam Malik bin Dinar (wafat th. 130 H) rahimahullaah mengatakan, ”Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah Ta’ala, maka ilmu itu akan menolaknya hingga ia dicari hanya karena Allah.”

Baiknya niat merupakan penolong yang paling besar bagi seorang penuntut ilmu dalam memperoleh ilmu, sebagaimana dikatakan Abu ‘Abdillah ar-Rudzabari (wafat th. 369 H) rahimahullaah, “Ilmu tergantung amal, amal tergantung keikhlasan, dan keikhlasan mewariskan pemahaman tentang Allah ‘Azza wa Jalla.”

Imam Ibrahim an-Nakha’i (wafat th. 96 H) rahimahullaah mengatakan, “Barangsiapa mencari sesuatu berupa ilmu yang ia niatkan karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya.”

Hendaklah kita memperbaiki niat kita dalam menuntut ilmu dan menjauhi niat buruk yang hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi. Karena, terkadang seorang penuntut ilmu terbetik niat dalam hatinya untuk tampil (ingin terkenal). Apabila ia benar-benar ingin mempelajari ilmu, membaca berbagai nash dan buku sejarah serta memperhatikan isinya, lalu ia termasuk orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah Ta’ala, hal itu akan menjadikannya sadar kembali, perhatiannya terhadap kitab-kitab itu membuatnya bersemangat kembali untuk berbuat kebenaran dan kebaikan. Adapun jika ia termasuk orang-orang yang dikalahkan hawa nafsu dan syahwatnya, hendaklah ia tidak mencela, kecuali kepada dirinya sendiri.

2. Ingin Terkenal dan Ingin Tampil

Ingin terkenal dan ingin tampil adalah penyakit kronis. Tidak seorang pun dapat selamat darinya, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Ta’ala.

Apabila niat seorang penuntut ilmu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati, ingin dipuji, disanjung, dan yang diinginkannya adalah itu semua, maka ia telah menempatkan dirinya pada posisi yang berbahaya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ูŠَุง ู†َุนَุงูŠَุง ุงู„ْุนَุฑَุจِ، ูŠَุง ู†َุนَุงูŠَุง ุงู„ْุนَุฑَุจِ (ุซَู„ุงَุซًุง)، ุฃَุฎْูˆَูُ ู…َุง ุฃَุฎَุงูُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ: ุงَู„ุฑِّูŠَุงุกُ، ูˆَุงู„ุดَّู‡ْูˆَุฉُ ุงู„ْู€ุฎَูِูŠَّุฉُ.

“Wahai bangsa Arab, wahai bangsa Arab (tiga kali), sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi.”

Imam Ibnul Atsir (wafat th. 606 H) rahimahullaah mengatakan, “Maksud syahwat yang tersembunyi dalam hadits ini adalah keinginan agar manusia melihat amalnya.”

Mahmud bin ar-Rabi’ (wafat th. 66 H) radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ketika kematian hendak menjemput Syaddad bin Aus (wafat th. 58 H), ia berkata, ‘Yang paling aku takutkan menimpa ummat ini adalah riya’ dan syahwat tersembunyi.’” Dikatakan bahwa syahwat tersembunyi adalah seseorang ingin (senang) apabila kebaikannya dipuji.

Seorang hamba yang bergembira dan senang dihormati orang lantaran ilmu yang dimiliki dan amal yang dikerjakannya, maka ini menunjukkan bahwa adanya sifat riya’ (ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain) dalam dirinya. Barangsiapa memperlihatkan amalnya karena riya’, maka Allah Ta’ala akan memperlihatkannya kepada manusia, dan barangsiapa memperdengarkan amalnya, maka Allah Ta’ala akan memperdengarkan amal (kejelekan)nya kepada manusia.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ู…َู†ْ ุณَู…َّุนَ ุณَู…َّุนَ ุงู„ู„ู‡ُ ุจِู‡ِ، ูˆَู…َู†ْ ูŠُุฑَุงุฆِูŠ ูŠُุฑَุงุฆِูŠ ุงู„ู„ู‡ُ ุจِู‡ِ.

“Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya. Dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan manusia pada hari Kiamat).”

Syahwat merupakan musibah, kecuali bagi orang yang hatinya ingat kepada Allah Ta’ala. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H) rahimahullaah mendengar bahwa namanya disebut-sebut, beliau mengatakan, “Semoga ini bukan ujian bagiku.”

3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu

Para ulama Salaf mengatakan bahwa ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Tetapi, sekarang ilmu itu mendatangi kita dan tidak didatangi, kecuali beberapa saja.

Jika kita tidak memanfaatkan majelis ilmu yang dibentuk dan pelajaran yang disampaikan, niscaya kita akan gigit jari sepenuh penyesalan. Seandainya kebaikan yang ada dalam majelis-majelis ilmu hanya berupa ketenangan bagi yang menghadirinya dan rahmat Allah yang meliputi mereka, cukuplah dua hal ini sebagai pendorong untuk menghadirinya. Lalu, bagaimana jika ia mengetahui bahwa orang yang menghadirinya -insya Allah- memperoleh dua keberuntungan, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ganjaran pahala di akhirat?!

Seorang Muslim hendaklah sadar bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kemudahan kepada hamba-Nya dalam menuntut ilmu. Allah Ta’ala telah memberikan kemudahan dengan adanya beberapa fasilitas dalam menuntut ilmu, berbeda dengan zamannya para Salafush Shalih. Bukankah sekarang ini dengan mudahnya kita bisa dapatkan bekal untuk menuntut ilmu seperti uang, makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan?? Berbeda dengan para ulama Salaf, mereka sangat sulit mendapatkan hal di atas. Bukankah sekarang ini telah banyak didirikan masjid, pondok pesantren, majelis ta’lim, dan lainnya disertai sarana ruangan yang serba mudah, baik dengan adanya lampu, kipas angin, AC, dan lainnya??!! Bukankah sekarang ini berbagai kitab ilmu telah dicetak dengan begitu rapi, bagus, dan mudah dibaca??!!

Lalu dimanakah orang-orang yang mau memanfaatkan nikmat Allah yang sangat besar ini untuk mengkaji dan mempelajari ilmu syar’i??? Bukankah sekarang sudah banyak ustadz-ustadz yang bermanhaj Salaf mengajar dan berdakwah di tempat (daerah) Anda, lantas mengapa Anda tidak menghadirinya?? Mengapa Anda tidak mau mendatangi majelis ilmu??

๐Ÿ”ทKarena males ustadz

๐ŸŒทHarus punya sahabat yang selalu mengajak ke taman-taman surga

๐Ÿ”ทKarena sudah ada online ustadz

๐ŸŒทJangan hanya bersandar via online

4. Beralasan dengan Banyaknya Kesibukan

Alasan ini dijadikan syaitan sebagai penghalang dalam menuntut ilmu. Berapa banyak saudara kita yang telah dinasehati dan dimotivasi untuk menuntut ilmu syar’i, tetapi syaitan menggoda dan membujuknya.

Orang yang menyia-nyiakan kesempatan mencari ilmu, maka kesibukannya membuat ia tidak dapat menghadiri majelis ilmu. Ia menjadikannya sebagai bahan alasan yang sengaja dibuat-buat sehingga ketidakhadirannya di majelis ilmu memiliki alasan yang jelas.

Berbagai kesibukan yang ada adalah penyebab utama yang menghalangi seorang penuntut ilmu menghadiri majelis ilmu dan memperoleh ilmu yang banyak. Tetapi, orang yang Allah Ta’ala bukakan mata hatinya, ia akan mengatur waktunya dan menggunakannya sebaik mungkin sehingga memperoleh manfaat yang banyak. Kalau seseorang mau berfikir secara wajar, mempunyai niat dan kemauan untuk menuntut ilmu, maka ia akan dapat mengatur waktunya dan Allah akan memudahkannya.

Oleh karena itu, pandai-pandailah mengatur waktu yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Berikanlah bagian untuk menuntut ilmu syar’i. Sisihkanlah satu atau dua hari dalam seminggu untuk menghadiri majelis ilmu jika tidak mampu melakukannya sesering mungkin. Jangan biarkan hari-hari kita penuh dengan kesibukan, namun kosong dari menuntut ilmu dan berdzikir kepada Allah Ta’ala. Ingat, bahwa orang yang tidak meghadiri majelis ilmu dan tidak mau menuntut ilmu syar’i, maka ia akan merugi di dunia dan di akhirat.

5. Menyia-nyiakan Kesempatan Belajar di Waktu Kecil

Seseorang akan iri apabila melihat orang-orang yang lebih muda darinya lebih bersemangat dan lebih awal mendatangi majelis ilmu. Ia akan merasa iri pada saat melihat anak-anak kecil dan para pemuda telah hafal Al-Qur'an. Ia menyesali masa mudanya yang tidak dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menghafal dan menuntut ilmu. Akibatnya, ketika ia berkeinginan menghafal dan menuntut ilmu di masa tuanya, banyak kesibukan dan banyak tamu yang mengunjunginya siang dan malam. Karena itulah al-Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H) rahimahullaah mengatakan, “Belajar hadits di waktu kecil bagai mengukir di atas batu.” [14]

Oleh karena itu, sebelum kita disibukkan oleh orang lain, direpotkan berbagai urusan, dan menyesal seperti orang yang mengalaminya, maka manfaatkanlah masa muda untuk menuntut ilmu syar’i. Ini bukan berarti orang yang sudah tua boleh berputus asa dalam menuntut ilmu, namun seluruh umur yang kita miliki adalah kesempatan untuk menuntut ilmu karena ia adalah ibadah. Allah Ta’ala berfirman,

ูˆَุงุนْุจُุฏْ ุฑَุจَّูƒَ ุญَุชَّู‰ٰ ูŠَุฃْุชِูŠَูƒَ ุงู„ْูŠَู‚ِูŠู†ُ

“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu hingga datangnya keyakinan (kematian).”  [Al-Hijr: 99]

Oleh karena itu, para remaja maupun orang tua, laki-laki maupun wanita, segeralah bertaubat kepada Allah Ta’ala atas segala apa yang telah luput dan berlalu. Sekarang mulailah menuntut ilmu, menghadiri majelis ta’lim, belajar dengan benar dan sungguh-sungguh, dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya sebelum ajal tiba.

Ketika ditanyakan kepada Imam Ahmad, “Sampai kapankah seseorang menuntut ilmu?” Beliau pun menjawab, “Sampai meninggal dunia (mati).”

6. Bosan dalam Menuntut Ilmu

Di antara penghalang menuntut ilmu adalah merasa bosan dan beralasan dengan berkonsentrasi mengikuti informasi terkini guna mengetahui peristiwa yang sedang terjadi.

Ilmu yang kita cari mendorong kita untuk mengetahui keadaan kita. Kita tidak akan bisa mengatasi berbagai masalah dan musibah yang menimpa, kecuali dengan meletakkannya pada timbangan syari’at. Seorang penyair mengatakan,

ุงَู„ุดَّุฑْุนُ ู…ِูŠْุฒَุงู†ُ ุงْู„ุฃُู…ُูˆุฑِ ูƒُู„ِّู‡َุง ูˆَุดَุงู‡ِุฏٌ ู„ِูَุฑْุนِู‡َุง ูˆَุฃَุตْู„ِู‡َุง

Syari’at adalah timbangan semua permasalahan, dan saksi atas cabang masalah dan pokoknya. [16]

Orang yang enggan menuntut dan menghafalkan ilmu, namun menyibukkan diri dengan mengikuti berita koran dan majalah, radio, televisi, internet, dan mencurahkan waktu dan tenaganya untuk hal yang demikian, kemudian berupaya mengatasi permasalahan dengan pandangannya yang kerdil tanpa merujuk kepada para ulama, maka ia merugi dan ia akan mengetahui kerugiannya nanti di kemudian hari.

Sangat disayangkan, banyak aktifis muda yang marah apabila larangan Allah Ta’ala dilanggar dan menangis karena larangan Allah Ta’ala dilecehkan, namun mereka meremehkan berbagai kemaksiyatan yang lainnya seperti ghibah, namimah, dan lainnya. Mereka tidak melaksanakan shalat seperti contoh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau bersabda,

ุตَู„ُّูˆุง ูƒَู…َุง ุฑَุฃَูŠْุชُู…ُูˆู†ِูŠْ ุฃُุตَู„ِّูŠْ.

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat!”  [17]

Mereka pun tidak berwudhu’ seperti wudhu’nya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau bersabda,

ู…َู†ْ ุชَูˆَุถَّุฃَ ูƒَู…َุง ุฃُู…ِุฑَ ูˆَุตَู„َّู‰ ูƒَู…َุง ุฃُู…ِุฑَ ุบُูِุฑَ ู„َู‡ُ ู…َุง ุชَู‚َุฏَّู…َ ู…ِู†ْ ุฐَู†ْุจِู‡ِ.

“Barangsiapa berwudhu’ seperti yang diperintahkan dan shalat seperti yang diperintahkan, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” [18]

Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan ada obatnya. Tidaklah musibah terjadi, melainkan ada jalan keluar dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ini adalah perkara yang tidak diragukan lagi.

Oleh karena itu, jangan sekali-kali Anda berpaling atau bosan dalam menuntut ilmu. Belajarlah sampai Anda mendapatkan nikmatnya menuntut ilmu. Informasi yang paling baik, benar dan akurat adalah infor-masi dari Al-Qur-an dan Sunnah yang shahih.

7. Menilai Baik Diri Sendiri

Maksudnya adalah merasa bangga apabila dipuji dan merasa senang apabila mendengar orang lain memujinya.

Memang pujian manusia kepada Anda merupakan kabar gembira yang disegerakan Allah Ta’ala bagi Anda. Diriwayatkan dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah (wafat th. 32 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Ditanyakan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Bagaimana pendapat Anda tentang seseorang yang melakukan kebaikan, kemudian manusia memujinya karena perbuatan tersebut?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

ุชِู„ْูƒَ ุนَุงุฌِู„ُ ุจُุดْุฑَู‰ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِ.

‘Itu adalah kabar gembira yang Allah segerakan bagi seorang mukmin.’” [19]

Tetapi, berhati-hatilah jika Anda merasa gembira ketika dipuji dengan apa yang tidak Anda miliki. Sekali lagi berhati-hatilah agar hal ini tidak menimpa Anda. Ingatlah firman Allah Ta’ala mengenai celaan-Nya terhadap suatu kaum,

ูˆَูŠُุญِุจُّูˆู†َ ุฃَู†ْ ูŠُุญْู…َุฏُูˆุง ุจِู…َุง ู„َู…ْ ูŠَูْุนَู„ُูˆุง

“…Dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan…” [Ali ‘Imran: 188]

Kemudian ingatlah bahwa merasa diri baik itu pada umumnya adalah perbuatan tercela, kecuali pada beberapa perkara yang sesuai dengan aturan-aturan syari’at. Allah Ta’ala berfirman,

ูَู„َุง ุชُุฒَูƒُّูˆุง ุฃَู†ْูُุณَูƒُู…ْ ۖ ู‡ُูˆَ ุฃَุนْู„َู…ُ ุจِู…َู†ِ ุงุชَّู‚َู‰ٰ

“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [An-Najm: 32]

Begitu juga ingatlah celaan Allah Ta’ala kepada Ahli Kitab,

ุฃَู„َู…ْ ุชَุฑَ ุฅِู„َู‰ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠُุฒَูƒُّูˆู†َ ุฃَู†ْูُุณَู‡ُู…ْ ۚ ุจَู„ِ ุงู„ู„َّู‡ُ ูŠُุฒَูƒِّูŠ ู…َู†ْ ูŠَุดَุงุกُ ูˆَู„َุง ูŠُุธْู„َู…ُูˆู†َ ูَุชِูŠู„ًุง

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang menganggap dirinya suci? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.” [An-Nisaa’: 49]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู„ุงَ ุชُุฒَูƒُّูˆุง ุฃَู†ْูُุณَูƒُู…ْ ุงَู„ู„ู‡ُ ุฃَุนْู„َู…ُ ุจِุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْุจِุฑِّ ู…ِู†ْูƒُู…ْ.

“Janganlah menganggap diri kalian suci, Allah lebih mengetahui orang yang berbuat baik di antara kalian.” [20]

Boleh saja seseorang merasa dirinya baik dalam beberapa hal, sebagaimana telah kami sebutkan tadi. Misalnya perkataan Nabi Yusuf ‘alaihis salaam,

ู‚َุงู„َ ุงุฌْุนَู„ْู†ِูŠ ุนَู„َู‰ٰ ุฎَุฒَุงุฆِู†ِ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ۖ ุฅِู†ِّูŠ ุญَูِูŠุธٌ ุนَู„ِูŠู…ٌ

“Dia (Yusuf) berkata, ‘Jadikanlah aku bendaharawan (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.’”  [Yusuf: 55]

Tetapi pada umumnya merasa diri baik dan suka dipuji adalah di antara pintu masuk syaitan kepada hamba-hamba Allah Ta’ala. Karena itu, berhati-hatilah agar Anda tidak menjadi orang yang suka dan bangga apabila dipuji dan jangan berusaha untuk mendengarkan pujian-pujian itu.

Apabila Anda ingin mengetahui bahaya senang dipuji, perhatikanlah ketaatan Anda yang mulai menurun, lalu perhatikanlah orang yang memuji Anda. Sungguh, seandainya ia mengetahui apa yang tidak terlihat olehnya tentang diri dan amal Anda yang tidak diridhai Allah Ta’ala, apakah ia akan tetap memuji Anda??!!

Pelajaran yang dapat dipetik di sini adalah hendak-lah kita berhati-hati terhadap sikap menganggap baik diri sendiri. Hendaklah kita berhati-hati dari perbuatan mencantumkan gelar pada nama dengan gelar yang tidak kita miliki. Sebab, barangsiapa tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka ia tidak akan mendapatkannya.

Dan itu penutup materi kita pada pagi hari ini

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
        ๐Ÿ’ŽTaNYa JaWaB๐Ÿ’Ž

0⃣1⃣ Adinda
Dalam menuntut ilmu tak jarang kita menemukan kesulitan - kesulitan , contohnya dalam pemahaman, terutama belajar tahsin dan tahfidz.
Dan itu membuat rasa malas menghingapi.

Bagaimana cara mengatasinya ustadz ??

๐ŸŒทJawab:
Bismillahirrohmanirrohim

Yang pertama kali perlu diperhatikan adalah masalah niat, niat jadi niat ini adalah inti dari semua ketaatan kita kepada Allah SWT, dan pasti kita mengetahui ketika kita ingin menuju kebaikan atau kita ingin mencapai sebuah keberhasilan dan keberhasilan yang hakiki adalah di surga Allah SWT, pasti kita akan melewati kesulitan kesulitan, maka itu adalah motivasi  terbesar kita,

Maka ketika kita merasa kesulitan kesulitan dalam belajar tahsin, tahfidz dan yang lainnya maka kita yakin bahwa surga itu mahal dan surga hanya dihuni oleh orang orang yang berjuang karena Allah SWT

0⃣2⃣ Dian
Bagaimana caranya agar kita terhindar dari syahwat tersembunyi dan riya' ketika dipuji?
Untuk yang terakhir saya belum mampu membedakannya ustadz. Mohon bimbingannya.

๐ŸŒทJawab:
Untuk masalah syahwat maka yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita menyibukkan  dengan ketaatan kepada Allah SWT, syahwat itu akan  muncul ketika kita mempunyai waktu yang kosong, kemudian hati kita  lisan kita  tidak kita hiasi  tidak kita basahi dengan dzikir kepada Allah dan membaca Al Qur'an maka syetan akan menyerang kita dari segala sisi bagaimana  hadist Nabi SAW bahwa syetan akan menyerang kita dari kanan, kiri, depan dan belakang.

Bagaimana kita terhindar dari syahwat yang tersembunyi kita harus sibukkan  diri kita untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, berbuat manfaat kepada sekitar, dan banyak hal positif yang harus kita lakukan agar kita terhindar dari syahwat.

Adapun riya ketika dipuji maka ini adalah masalah niat. maka dari itu kita berdoa kepada Allah SWT dan insyaAllah ada ya cari saja di  yufid.com untuk doa agar kita terhindar dari riya'. Dan kita tidak menafikkan.

Semua manusia pasti memiliki, punyai rasa ingin dipuji, maka yang paling penting ketika kita melakukan kebaikan itu jagan sampai kita suka dipuji oleh orang lain atau mungkin terbuai dengan pujian dari orang lain, namun banyak banyaklah berdoa adapun doa yang diajarkan Rosulullah yang saya pakai selama ini adalah:

Allahummala tu akhidni bimayakulun
Waghfirli maa la ya'lamun
Waja'alni khoiru mimmaya dunnun

Rosulullah mengatakan:
"ya Allah janganlah siksa kami dengan perkataan atau pujian pujian manusia yang dihadapkan kepada kami, Dan ampunilah semua hal hal yang tidak diketahui oleh orang orang tersebut, Dan jadikan kami.. berikan kami kebaikan seperti apa yang mereka prasangkakan kepada kami"

Ini doa yang sangat luar biasa maka teruslah berdoa dengan doa ini agar kita terhindar dari sifat sifat riya dan benar benar kita ikhlas karena Allah SWT

0⃣3⃣ Phity
Bagaimana menyadarkan murid atau santri di tengah godaan game yang luar biasa ini agar tetap semangat dalam menuntut ilmu.

๐ŸŒทJawab*:
Ini salah satu fenomena yang luar biasa... bahkan ada salah satu game online yang menyediakan hadiah pulsa...masyaAllah..

Ini adalah tugas para guru dan orang tua bagaimana menyadarkan anak anak kita bahwasanya hal yang harus selalu kita pegang atau kita temani adalah Al Qur'an maka motivasilah mereka untuk bagaimana membaca Al Qur'an, kemudian kita pertontonkan video video tentang orang orang yang banyak kekurangan tetapi mereka mampu menghafal Al Qur'an 30 juz.

Ya ini adalah hal yang perlu kita perhatikan maka seorang guru atau  orang tua harus benar benar bijak bagaimana mendidik anaknya dan ajak anak anak kita untuk ikut di dalam majelis ta'lim mungkin pertama, kedua, ketiga bosan namun ketika mereka terbiasa itu akan menjadi sesuatu yang indah sebagaimana pepatah mengatakan :

man ta'waada syaiin shoro ahla

Barang siapa yang terbiasa dengan sesuatu maka ia akan jadi ahlinya, maka biasakan anak anak kita untuk menuntut ilmu, mengkaji Al Qur'an, membaca hadist hadist Nabi SAW. Dan ketika mereka telah terbiasa maka mereka akan menjadi ahli Al Qur'an dan ahli hadist.

waullahualam bishowab

0⃣4⃣ Ridha
Menuntut ilmu adalah wajib.  Orang tua juga wajib mengajari anak,
1. Jika seorang anak menuntut ilmu di sekolah atau ustadz, apakah kewajiban orang tua sudah tertunaikan?             

2. Salaf dan salafi. Apakah perbedaannya?
       
3. Semangat menuntut ilmu ingin jadi ustadzah, jadi ketika ada yang nanya kita punya jawabannya gimana ustadz?

๐ŸŒทJawab:
1. Belum, jadi sekolah itu hanya sebagai wasilah,
Jangan ketika banyak sekali fenomena orang tua ketika anaknya sudah disekolahkan mereka tidak memperhatikan kondisi anaknya, tidak perhatian dengan apa yang dilakukan sama anaknya, maka ini adalah perbuatan yang buruk, karena apa! Sekolah hanya sebagai wasilah dan hanya beberapa jam saja, sedangkan sisanya adalah dengan kita.

Maka kita sebagai orang tua juga harus  memperhatikan anak - anak kita, kita didik dengan akhlak yang baik, dengan generasi Qur'an dan perhatikan bagaimana keseharian mereka, maka ini bukan jadi dalil ya untuk ketika sudah disekolahkan maka kewajiban orang tua sudah tertunaikan... belum... tetap orang tua harus stay dengan anak anaknya apalagi seorang ibu, ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya maka ibu sangat berperan untuk keilmuan dari anak-anaknya.

2. Salaf adalah generasi terdahulu yakni para sahabat,para tabi'in , para tabi'ut tabi'in. adapun salafi adalah orang orang yang mengikuti generasi  terdahulu, orang orang yang mengikuti pemahaman para salafushsholih , orang orang terdahulu yaitu sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in.

Kenapa kita harus kembali kepada sahabat?  Karena generasi yang paling mulia ada di jaman para sahabat dan ketika kita mengambil ilmu agama itu semua rujukannya harus kepada sahabat  karena tidak mungkin kita hanya manusia biasa yang banyak kekurangan maka kita harus merujuk pemahaman ilmu agama ini kepada para sahabat rodhiallahu anhu agar pemahaman kita benar.

Maka ketika kaum muslimin bersatu yang memahami agama ini dengan pemahaman para sahabat, maka tidak akan ada perpecahan justru yang membuat perpecahan itu adalah ketika masing masing orang memiliki statement tersendiri  dan tidak mau mengikuti pemahaman para sahabat.

3. ilmu itu tidak bisa langsung kita dapatkan, membutuhkan waktu yang banyak.

Yang perlu diketahui adalah tidak setiap apa yang ditanya orang itu kita harus menjawabnya bahkan para ulama seperti imam Malik dan yang lainnya mengatakan "la adri" atau saya tidak tahu itu adalah sebagian dari ilmu kita tidak bisa sembarangan, ini ilmu agama, bukannya ilmu dunia maka jangan sampai apa yang kita jawab atau kita sampaikan itu kita tidak ada dasar ilmunya, maka sebelum menjadi ustadzah kita harus proses lama 4 -5 tahun lebih untuk belajar agar menjadi seorang ustadzah yang baik.

Jadi tidak semua yang ditanyakan harus di jawab, karena ini ilmu agama, jangan sampa kita menyampaikan sesuatu tanpa dasar ilmu.

Barrokallahfik

0⃣5⃣ Mey
Membaca materi di atas, menimbulkan sedikit tanya di hati ustadz, begini:

Saya termasuk salah satu anggota odoj, yang setiap hari harus melaporkan hasil tilawah, pertanyaannya apakah itu tidak termasuk kedalam kategori riya' ? Tidakkah pahala tilawahnya hilang?
Mohon maaf sebelumnya...

๐ŸŒทJawab:
Begini ya mbak Mey, sebenarnya ini komunitas yang baik, komunitas yang bagus. Namun, saya mendapatkan masukan dari beberapa asatida bahwasanya ini akan menjadikan kita lebih sulit lagi.. karena menata niat lagi.
Bisa jadi kita mengaji Al Qur'an 1 hari 1 juz itu bukan karena Allah ta'ala tapi karena ODOJ.

Nah ini yang harus jadi pengoreksi, bukan saya tidak menerima komunitas ODOJ... tidak, namun ini harus benar benar ditata niatnya dan  benar benar apa ya. Menurut saya, kalau kita sudah memiliki rasa untuk bisa membaca Al Qur'an yaitu satu hari satu juz, maka ketika kita sudah istiqomah, maka lebih baik, ya kita hindari saja, karena kita tidak ingin setiap amalan yang kita lakukan itu ada unsur-unsur yang mungkin  bisa merusak amalan amalan kita, maka kalau saran saya ketika kita sudah mampu untuk bisa istiqomah maka saya rasa mengaji itu bukan... begini  mohon maaf..

Al Qur'an itu tidak butuh dengan kita, namun kitalah yang butuh Al Qur'an.

Ketika hati ini,  sudah terpaut pada Al Qur'an tanpa dengan embel embel yang lain misalkan komunitas ODOJ itu insyaAllah kita bisa istiqomah maka itu yang penting berdoa kepada Allah

" ya muqolibal qulub tsabit qolbi 'ala dinik "

Agar Allah menetapkan hati kita dalam ketaatan diantaranya adalah membaca Al Qur'an.

Wallahu a'lam bishshowab

0⃣6⃣ Yulianti
Suami saya sangat senang sekali nonton kajian via YouTube,  tapi kalau diajak kajian offline sepertinya agak malas.

Mohon tipsnya pak ustadz, biar suami semangat untuk ikut kajian offline.

๐ŸŒทJawab*:
Yang perlu kita ketahui adalah hidayah itu dibagi menjadi 2: hidayatut dalalah atau hidayatut irsyad dengan hidayatut taufiq

hidayatut dalalah itu adalah seperti kita mengajak orang dalam kebaikan, seperti seorang da'i menyampaikan kebaikan seperti itu ... dan ketika ada juga sebagian orang ketika sampai dalam tahap ini sudah mendapat hidayah.

Namun perlu diketahui juga ada tahap kedua.. yakni hidayatut taufiq yang hanya Allah SWT yang bisa memberikan hidayah kepadanya,

Sementara kalau kita lihat para ulama yang lebih afdhol adalah langsung duduk dalam majelis ilmu karena kita mendapatkan banyak sekali keutamaan keutamaan dan fadhillah fadhillah.

Maka, saran saya yang pertama untuk bu Yulianti adalah agar jangan pernah tinggalkan do'a, do'akan agar suami ibu bisa istiqomah dan Allah bukakan hatinya untuk bisa hadir di majelis ilmu.

Yang kedua, adalah ya tidak ada masalah ketika terbatas waktu dan apa, namun motivasilah  ya minimal satu minggu sekali. Kita mulai dengan satu minggu sekali aja  untuk kita mengajak suami kita untuk bisa bersama sama menghadiri majelis ilmu karena untuk keutamaan yang sangat luar biasa.

Wallahu a'lam bishshowab.

0⃣7⃣ Fia
"Amal itu tergantung niatnya" sedangkan meluruskan niat itu gampang-gampang susah.
Nah ketika niat kita belum bisa ikhlas atau benar atau lurus melakukan amal ibadah kita harus bagaimana??
Menunggu sampai niat itu lurus atau kita tetap melakukan amal itu meski niatnya belum benar?
Terimakasih .

๐ŸŒทJawab:
Jadi ini juga subhat ya... ini bisikan bisikan dari syaithon  agar kita tidak melakukan kebaikan dan ketaatan kepada Allah dengan embel embel "lha kamu kan tidak ikhlas... lha kamu kan belum lurus niatnya..."

Ya tetap... ya jadi mending kita tetap melaksanakan ketaatan sambil berdoa. Setiap hari kan kita ada waktu sholat lima waktu ya di setiap sholat... di setiap  sujud kita apalagi kita bisa tambahkan dengan tahajud, dengan dhuha, dan dengan witir  itu kita berdoa kepada Allah agar Allah menerima amalan kita, agar mejaga niat kita sambil kita terus mencari ilmu.. ilmu syar'i dan mencari kiat kiat bagaimana agar amal ini bisa lurus niatnya.

Dan diantara kelanggengan amal tersebut itu ikhlas atau tidak adalah ketika kita bisa istiqomah. Atau ketika kita melakukan suatu kebaikan itu kita tidak bisa istiqomah berarti kita pertanyakan apakah kita sudah ikhlas. itu yang akan jadi motivasi terbesar kita, maka tetap lakukan kebaikan SAMBIL bukan BELUM... bukan BELUM BENAR tapi SAMBIL terus memperbaiki niat kita dalam koridor yang benar.

Wallahu a'lam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar