Minggu, 26 November 2017

MAHABBAH



OLeh   : Ustadzah Rizqi Maulida A.

๐Ÿ”ทPengertian Mahabbah

Kitab Al-Mu’tashar syarah kitab tauhid, menyebutkan definisi Mahabbah, Ialah gambaran hati yang mengarah kepada suka cita dan perasaan lainnya menghasilkan ketaatan dan kesenangan.

Karakter Mahabbah oleh Mujib (2006, hal. 340) diartikan sebagai kelekatan jiwa individu pada individu lain yang ditopang oleh perasaan saling memperhatikan, mempercayai, dan mendekat, sehingga keduanya ingin tetap bersatu. Oleh Ulwan (2007), Mahabbah didefinisikan sebagai perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri, dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan keceriaan.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (2011, hal, 26-27) dalam kitabnya  Raudhatul Muhibbin, menjabarkan definisi  mahabbah  sebagai berikut;  Mahabbah adalah bentukkan dari kata (Ahabba- yuhibbu- muhibb), kata kerja verba dari mahabbah, yaitu habba dan ahabba. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Mahabbah ialah kecenderungan yang berlangsung secara terus menerus dengan hati yang dimabuk cinta. Kecenderungan kepada segala hal yang berkaitan dengan orang yang dicintai, pengutamaan terhadap yang dicintai melebihi jiwa nyawa dan harta, selalu merelakan orang yang dicintai baik sedang di sisi ataupun tidak, kesadaran akan kekurangan orang yang mencintai dalam mencintai yang dicinta. Sebagaimana berasal dari kata (al-habab) yang artinya “air yang meluap saat hujan”, maka  Mahabbah diartikan sebagai meluapnya hasrat dalam hati ketika ia merindukan perjumpaan dengan yang dicintai.           
Menurut Lamanna & Riedmann (2009, hal. 102) ”Love is deep and vital emotion that satisfies certain needs, combine with a caring for and acceptance of the beloved and resulting in an intimate relationship”, Cinta adalah kedalaman emosi yang memuaskan keinginan-keinginan dipadukan dengan kepeduliaan dan saling menerima antar pasangan sehingga hubungan yang mesra.

Berdasarkan uraian di atas mengenai Mahabbah, dapat disimpulkan bahwa Mahabbah ialah perasaan jiwa dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya (suami dan istri) baik senang maupun susah, dengan pengutamaan terhadap yang dicintai, saling menerima dan peduli hingga menumbuhkan kemesraan dalam hubungan pernikahan untuk melahirkan generasi dan keturunan sesuai syariat Islam.

๐Ÿ”ทIndikator Mahabbah

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (2011, hal. 289) menyebutkan tanda-tanda adanya cinta yaitu;

1.  Kelekatan dan kasih sayang.

Tanda ini dengan adanya ketagihan dan selalu ingin bersama yang dicinta kapanpun dan dimana pun. Termasuk dengan banyak mengingat, menyebut dan membicarakan orang tercinta (hal inilah merupakan tanda cinta sejati yaitu menyebut yang dicintai baik saat senang maupun susah). Ciri yang juga terdapat di dalamnya ialah penuh perhatian kepada yang dicinta. Hal ini sejalan dengan aspek  intimacy  dari teori cinta oleh Sternberg (1986), yaitu keinginan untuk selalu dekat, kebergantungan, saling mencintai, berbagi, mendukung dan empati. Begitupun dengan Rubin (1970) tentang komponen intimacy dalam pembentukan cinta yaitu kekhususan untuk saling bersama dan berbagi keinginan dan perasaan.

Cinta diartikan sebagai bentuk kasih sayang. QS Al-Maidah 54 dan Ali Imran ayat 31:

ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ู…َู†ْ ูŠَุฑْุชَุฏَّ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ุนَู†ْ ุฏِูŠู†ِู‡ِ ูَุณَูˆْูَ ูŠَุฃْุชِูŠ ุงู„ู„َّู‡ُ ุจِู‚َูˆْู…ٍ ูŠُุญِุจُّู‡ُู…ْ ูˆَูŠُุญِุจُّูˆู†َู‡ُ ุฃَุฐِู„َّุฉٍ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠู†َ ุฃَุนِุฒَّุฉٍ ุนَู„َู‰ ุงู„ْูƒَุงูِุฑِูŠู†َ ูŠُุฌَุงู‡ِุฏُูˆู†َ ูِูŠ ุณَุจِูŠู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَู„ุงَ ูŠَุฎَุงูُูˆู†َ ู„َูˆْู…َุฉَ ู„َุงุฆِู…ٍ ุฐَู„ِูƒَ ูَุถْู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ูŠُุคْุชِูŠู‡ِ ู…َู†ْ ูŠَุดَุงุกُ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ูˆَุงุณِุนٌ ุนَู„ِูŠู…ٌ (54)

“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”

ู‚ُู„ْ ุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ุชُุญِุจُّูˆู†َ ุงู„ู„َّู‡َ ูَุงุชَّุจِุนُูˆู†ِูŠ ูŠُุญْุจِุจْูƒُู…ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ูˆَูŠَุบْูِุฑْ ู„َูƒُู…ْ ุฐُู†ُูˆุจَูƒُู…ْ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ุบَูُูˆุฑٌ ุฑَุญِูŠู…ٌ (31)

“Katakanlah! Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian”. [QS. Ali Imran:31]

2.  Mengutamakan keinginan yang dicinta.

Bahwa dengan adanya cinta maka hadir pula ketundukan pada perintah orang yang dicintai dan lebih mengutamakannya dari pada diri sendiri (yaitu kehendak kekasih adalah kehendaknya juga). Selanjutnya ialah selalu siap mendengarkan dan mencurahkan untuk kekasih dalam bentuk perhatian. Di dalamnya meliputi rela berkorban dengan sekuat tenaga untuk yang dicintai dan sanggup berkorban hal yang tidak mungkin. Karakter pecinta dalam hal ini ialah selalu mendahulukan kepentingan kekasihnya, mencintai segala hal yang dicintai kekasih. Ciri lainnya ialah adanya selalu keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada yang dicinta.

Di dalam Al-Quran Al-Karim, cinta sebagaimana di dalam QS. Al-Hasyr ayat 9 dan QS. Ibrahim ayat 3, yaitu sebagai pengorbanan dan sikap mengalah (mendahulukan kepentingan orang lain);

ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ุชَุจَูˆَّุกُูˆุง ุงู„ุฏَّุงุฑَ ูˆَุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†َ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِู‡ِู…ْ ูŠُุญِุจُّูˆู†َ ู…َู†ْ ู‡َุงุฌَุฑَ ุฅِู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู„ุงَ ูŠَุฌِุฏُูˆู†َ ูِูŠ ุตُุฏُูˆุฑِู‡ِู…ْ ุญَุงุฌَุฉً ู…ِู…َّุง ุฃُูˆุชُูˆุง ูˆَูŠُุคْุซِุฑُูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْูُุณِู‡ِู…ْ ูˆَู„َูˆْ ูƒَุงู†َ ุจِู‡ِู…ْ ุฎَุตَุงุตَุฉٌ ูˆَู…َู†ْ ูŠُูˆู‚َ ุดُุญَّ ู†َูْุณِู‡ِ ูَุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ْู…ُูْู„ِุญُูˆู†َ (9)

“……mereka mencintai para muhajirin dan tidak mendapatkan keberakatan apapun pada hatinya dan mereka juga mengalah walaupun mereka sendiri membutuhkan…..”  [QS. Al-Hasyr:9]

ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَุณْุชَุญِุจُّูˆู†َ ุงู„ْุญَูŠَุงุฉَ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุนَู„َู‰ ุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ ูˆَูŠَุตُุฏُّูˆู†َ ุนَู†ْ ุณَุจِูŠู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَูŠَุจْุบُูˆู†َู‡َุง ุนِูˆَุฌًุง ุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ูِูŠ ุถَู„َุงู„ٍ ุจَุนِูŠุฏٍ (3)

“(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh”

Cinta diartikan sebagai sedikit, yaitu di dalam Al-Insan ayat 8 dan Al-Baqarah ayat 177 :

ูˆَูŠُุทْุนِู…ُูˆู†َ ุงู„ุทَّุนَุงู…َ ุนَู„َู‰ ุญُุจِّู‡ِ ู…ِุณْูƒِูŠู†ًุง ูˆَูŠَุชِูŠู…ًุง ูˆَุฃَุณِูŠุฑًุง (8)

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”

ู„َูŠْุณَ ุงู„ْุจِุฑَّ ุฃَู†ْ ุชُูˆَู„ُّูˆุง ูˆُุฌُูˆู‡َูƒُู…ْ ู‚ِุจَู„َ ุงู„ْู…َุดْุฑِู‚ِ ูˆَุงู„ْู…َุบْุฑِุจِ ูˆَู„َูƒِู†َّ ุงู„ْุจِุฑَّ ู…َู†ْ ุขู…َู†َ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุขุฎِุฑِ ูˆَุงู„ْู…َู„ุงَุฆِูƒَุฉِ ูˆَุงู„ْูƒِุชَุงุจِ ูˆَุงู„ู†َّุจِูŠِّูŠู†َ ูˆَุขุชَู‰ ุงู„ْู…َุงู„َ ุนَู„َู‰ ุญُุจِّู‡ِ ุฐَูˆِูŠ ุงู„ْู‚ُุฑْุจَู‰ ูˆَุงู„ْูŠَุชَุงู…َู‰ ูˆَุงู„ْู…َุณَุงูƒِูŠู†َ ูˆَุงุจْู†َ ุงู„ุณَّุจِูŠู„ِ ูˆَุงู„ุณَّุงุฆِู„ِูŠู†َ ูˆَูِูŠ ุงู„ุฑِّู‚َุงุจِ ูˆَุฃَู‚َุงู…َ ุงู„ุตَّู„َุงุฉَ ูˆَุขุชَู‰ ุงู„ุฒَّูƒَุงุฉَ ูˆَุงู„ْู…ُูˆูُูˆู†َ ุจِุนَู‡ْุฏِู‡ِู…ْ ุฅِุฐَุง ุนَุงู‡َุฏُูˆุง ูˆَุงู„ุตَّุงุจِุฑِูŠู†َ ูِูŠ ุงู„ْุจَุฃْุณَุงุกِ ูˆَุงู„ุถَّุฑَّุงุกِ ูˆَุญِูŠู†َ ุงู„ْุจَุฃْุณِ ุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุตَุฏَู‚ُูˆุง ูˆَุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ู‡ُู…ُ ุงู„ْู…ُุชَّู‚ُูˆู†َ (177(

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa“ [QS.Al-Baqarah:177].

3.  Menghindari hal yang dapat renggangkan hubungan.

Adanya cinta meliputi pula dengan cara menghindari hal hal yang merenggangkan hubungan dengan kekasih atau yang membuatnya marah, diantaranya ialah jauhi dari hal  yang tak disukai, yang membuatnya marah, maupun cemburu yang berlebihan yang menyebabkan bencana dan perselingkuhan. Misal kecemburuan yang menimbulkan buruk sangka, menyakiti orang lain dan sebagainya. Ciri lainnya ialah kemampuan dan kesediaan untuk memaklumi kekurangan orang yang dicinta bagaimanapun keadaanya serta memaafkan kesalahan orang yang dicintai secara menyeluruh.

4.  Adanya kecocokan antara orang yang mencintai dan sosok yang dicintainya.

Cinta hadir karena adanya kecocokan dan kesamaan. Saling bersepakat, berbagi dan mendukung. Dalam Nashori (2008, hal. 76) disebutkan bahwa cinta hadir karena kedekatan yang melahirkan  keakraban dan daya tarik satu dengan yang lainnya. Adapun dengan adanya kesamaan maka pasangan saling mengikat karena adanya perasaan cocok dan saling melengkapi yang diperlukan bagi keharmonisan hubungan. Keseluruhannya dilengkapi dengan adanya saling sepakat satu dengan yang lainnya.  Dalam Hasan (2008, hal.180) ikatan emosi terhadap pasangan hidup sebagaimana  QS. Ar-rum  ayat 21, yaitu ikatan emosional merupakan pertalian kasih di mana individu mencari atau mempertahankan kedekatan satu sama lain. Tujuannya untuk mempertahankan kedekatan emosional dan fisik serta rasa aman.

Cinta juga di dalamnya terjalin sikap tolong-menolong antar sesama sebagaimana QS. Al-Maidah ayat 2:

ูˆَุชَุนَุงูˆَู†ُูˆุง ุนَู„َู‰ ุงู„ْุจِุฑِّ ูˆَุงู„ุชَّู‚ْูˆَู‰ ูˆَู„ุง ุชَุนَุงูˆَู†ُูˆุง ุนَู„َู‰ ุงู„ุฅุซْู…ِ ูˆَุงู„ْุนُุฏْูˆَุงู†ِ ูˆَุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ุดَุฏِูŠุฏُ ุงู„ْุนِู‚َุงุจِ.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Wallahu'alam....
Dari berbagai sumber...

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
        ๐Ÿ’ŽTaNYa JaWaB๐Ÿ’Ž

0⃣1⃣ Ranie
Ustadzah, bagaimana menyikapi kelakuan temen kita yang "terasa berlebihan" terhadap kita, jadi parno kalau dikepoin segala aktivitas kita. Jadi merasa kalau ada yang aneh dengan kepribadian dia.

๐ŸŒทJawab:
Alhamdulillah kalau bisa menjadi role model teman. Anti ngasih pahala kebaikan....

Namun mungkin ada hal hal yang menjadi privasi maka bisa langsung di bicarakan, tanpa menyakitinya dan menaruh curiga.

๐Ÿ’ŽJazakillah khoir Ustadzah.
Sudah pernah di utarakan kalau serem dengan perlakuannya dia, merasa dia "beda" tapi ditanggapi dengan marah, sampai di blokir segala, maaf jadi curhat.

๐ŸŒทHal tersebut bisa menjadi ibrah.

0⃣2⃣ Ridha
Dalam cinta pasti ada cemburu...
Bagaimana sikap seorang istri jika cemburu sama mertua atau keluarga suami (tentang uang dan perhatian)!
Jazakillah khairan katsiran

๐ŸŒทJawab:
Sebisa mungkin di manage untuk tidak. Tetapi menjadikan keluarga suami adalah ladang untuk kita berbagi. Juga ibu adalah masih tanggungan anak laki-lakinya.

0⃣3⃣ Apriyani
Ustadzah, bagaimana hati, jiwa dan sikap kita dalam bertingkah apabila semua yang ustadzah sebutkan tadi Tanda-tanda cinta sudah kita upayakan semaksimal mungkin tapi kita tidak menerima tanggapan yang baik dari insan yang kita beri cinta itu, malah terkadang jadi niat kita di bilang tidak ikhlas?

๐ŸŒทJawab:
Doakan, semoga Allah lunakkan hatinya.

0⃣4⃣ Fani
Ustadzah, ana pernah mendengar kalimat seperti ini "Letakkanlah cintamu padanya atas dasar kecintaanmu Kepada-Nya (Allah)". Nah saya masih sedikit kebingungan ustadzah mengartikan kalimat tersebut.

Pertanyaan ana, Cinta yang seperti apakah yang bisa dikatakan cinta karena Allah? Lalu bagaimana kita bisa menilai bahwa itu benar kecintaan karena Allah? SyukroN Ustadzah

๐ŸŒทJawab:
Yang saling mengingat dalam ketaatan pada Allah, berdakwah di jalan Nya.

๐Ÿ’ŽKalau belum halal, apa boleh saling mengingatkan tentang ibadah satu sama lain meski belum makhrom? Dekat dengan seorang ikhwan tapi tidak pacaran, hanya saja saling mengingatkan dan saling memberikan perhatian. Apa itu boleh?

๐ŸŒทJangan, yang ikhwan dengan ikhwan, yang akhwat dengan akhwat.

0⃣5⃣ Luluk
Bagaimana hukum seseorang melakukan suatu amalan mahabbah agar dicintai atau disenangi orang?

๐ŸŒทJawab:
Muaranya adalah dalam rangka menggapai ridho Allah.

0⃣6⃣ Elva
Bagaimana caranya supaya tidak berlebihan dalam mencintai mahluk, agar tidak melebihi cinta kita kepada Allah? Bagaimana supaya kita tidak berharap kepada makhluk?

๐ŸŒทJawab:
Tanamkan didiri bahwa Allah lah yang Maha kasih dan sayang maka muaranya hanya kepada Allah.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ
 ๐Ÿ’ŽCLoSiNG STaTeMeNT๐Ÿ’Ž

Ruh-ruh itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan, yang saling mengenal diantara mereka pasti akan saling melembut dan menyatu. Yang tidak saling mengenal diantara mereka pasti akan saling berbeda dan berpisah. (HR. Al Bukhari (3336) secara mu'allaq dari 'Aisyah, dan Muslim (2638), dari Abu Hurairah)

Ruh itu seperti tentara. Ada sandi di antara mereka. Jika sandi telah dikenali, tak perlu banyak lagi yang diketahui. Cukup itu saja. Mereka akan bersepakat. Mereka adalah sekawan dan sepihak. Mereka akan bergerak untuk satu tujuan yang diyakini.  Jadi apakah yang menjadi sandi di antara para ruh?  Iman. Tentu saja. Kadar-kadarnya akan menerbitkan gelombang dalam frekuensi yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar