Minggu, 26 November 2017

Dimanakah Malumu?



OLeh  : Bunda Tribuwhana

Sifat Malu Kaum Wanita

📚 Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya.

Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

📚 Apa sih sifat malu itu?

Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”

📚 Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah.
Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman.
Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa.
Misalnya, perasaan yang menganggap malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.

Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Bahkan, Rasulullah SAW. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah SWT. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia Surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

🌷🌿🌷
Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat.
Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah SWT.

Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah SWT. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah SAW. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.

Ingat!!! MALU.
Bukan Pemalu.
Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.

Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah SAW. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).'” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)

Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana taqwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.

🌷🌿🌷
Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”

Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah SWT. memerintahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.

Memang realitas kekinian tidak bisa kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.

Untuk yang satu ini, mari kita kutip pendapat Dr. Yusuf Qaradhawi, “Saya ingin mengatakan di sini bahwa kata ikhtilath dalam hal hubungan antara lelaki dan wanita adalah kata diadopsi ke dalam kamus Islam yang tidak dikenal oleh warisan budaya kita pada sejarah abad-abad sebelumnya, dan tidak diketahui selain pada masa ini. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing, hal itu memiliki isyarat yang tidak menenteramkan hati setiap muslim. Yang lebih cocok mungkin bisa menggunakan kata liqa’ atau muqabalah –keduanya berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan wanita, dan sebagainya. Yang jelas, Islam tidak mengeluarkan aturan atau hukum umum terkait dengan masalah ini. Namun, hanya melihat tujuan adanya aktivitas tersebut atau maslahat yang mungkin terjadi dan bahaya yang dikhawatirkan, gambaran yang utuh dengannya, dan syarat-syarat yang harus diperhatikan di dalamnya.”

📚 Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita. Adab-adab itu adalah:

1. Ada pembatasan tempat pertemuan.

2. Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan.

3. Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrimnya.

4. Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita.

5. Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis).

6. Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah.

7. Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa.

8. Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya.

9. Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit!!!

Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah SWT. melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Nanda
Assalamu'alaikum bunda Tri ☺

Saya mau tanya masalah malu bagian 2 (malu terhadap Allah).

Bagaimana ya Bund, terkadang dalam hati sudah niat pengen Sholat tepat waktu pengen bangun buat tahajud. Saya harapkan surga tapi saya ibadah masih suka malas"an malu rasanya Bund.
Meski begitu tapi tetap saja saya terus mengulangi kadang udah bangun malah eh ujung"nya melek matiin alarm lanjut tidur lagi dan tidak jadi tahajud😭

Itu bagaimana ya bunda agar saya bener" tumbuhkan rasa malu ini dan saya tidak malas"an lagi?

🌺Jawab :
Sebelum tidur berdoa dulu, pasang alarm, minta bantuan orang lain jika susah bangun.
Yang terakhir allahumma paksakeun.

0⃣2⃣ Sari
Assalamu'alaikum bunda 😍

Berkaitan dengan berkhalwat nih bun yah.. Ana kan bekerja bun, Terkadang harus diskusi dengan atasan untuk membahas sesuatu   pekerjaan.
Itu lebih banyak berdua saja di ruangan bos.
Tapi tempatnya cukup terbuka dan dapat dilihat banyak orang karena ruangan  berada di dalam  ruangan kami disekat dengan lemari".
Tapi posisinya saat itu hanya berdua saja bun..
Itu bagaimana bund?

🌺 Jawab :
Jika tempatnya terbuka dan tidak ada niat yang tidak baik ya tidak apa-apa.

0⃣3⃣ Atin
1. Bagaimana menyikapi kondisi di kantor yang rasa malunya sudah menipis. Bercanda bebas, bersentuhan lawan jenis tidak masalah?
2. Benarkah perempuan yang sudah menopause terbebas dari hukum auratnya?

🌺 Jawab :
1. Jangan terbawa arus, tetaplah menjadi yang berbeda.

2. Iya.

0⃣4⃣ Chie
Bund, menghindari adanya ikhtilat dan hal yang kurang baik. Kan terkadang di dalam sebuah team agar solid kita sering adakan kegiatan bersama dan bercanda biar hangat. Nah batasan boleh atau tidaknya bagaimana bund?

🌺 Jawab :
Bercanda yang syar'i, tidak mengandung unsur" yang dapat mengganggu keimanan.

0⃣5⃣ Han
“RASA MALU” itu mulai hilang atau mungkin lebih tepatnya mulai bergeser sekarang ini. Seseorang yang tidak mengikuti mode yang paling trend saat ini namun memegang prinsip islam, mungkin akan dianggap lebih memalukan daripada seseorang yang sangat update mode, tapi ternyata tidak sesuai dengan nilai-nilai islam yang begitu indah dan suci.
Atau seseorang yang tidak punya pacar akan menjadi sangat malu dan menganggap dirinya sangat buruk. Sedangkan orang yang ganti-ganti pacar atau punya pacar lebih dari satu akan merasa sangat bangga menjadi sesuatu yang diperebutkan… Astaghfirullah….😔

Inikah potret manusia yang katanya modern?
Yang katanya semakin cerdas dan berilmu pengetahuan?
Lalu bagaimanakah sebenarnya Islam memandang rasa malu?

🌺 Jawab :
Sumber sifat malu adalah muroqobatullah, jika seseorang sudah tidak bisa merasakan keberadaan Allah dalam dirinya, maka dia bisa berbuat sesukanya
Muraqabatullah erat hubungannya dengan tingkat dan kondisi keimanannya.

🌟Jadi, Iman adalah kunci utama ya bund dalam menjaga rasa malu ini walaupun mengaku Islam.

🌺 Betul banget.


0⃣6⃣ Han
Tanya lagi bunda☺

Mengenai berkhalwat jelas dilarang dalam Islam apalagi dengan bukan muhrimnya,,

Bagaimana batasan berkhalwat dengan ikhwan di dumay walau hanya by chat dan by phone?

🌺 Jawab :
Sama seperti di dunia nyata, tidak chat apabila tidak penting, memilih kata-kata yang sopan dan tidak menyakiti.

0⃣7⃣ Yeni
Saya seorang karyawati.
Di kantor setiap hari bersama dengan teman-teman sekantor..
Tapi mereka maaf tidak bermaksud gibah (mereka tidak ada yang sholat) jadi setiap jam istirahat saya lebih memilih sendiri (setelah makan siang saya pilih kembali lagi ke kantor untuk tilawah) dari pada tetap dikantin bersama mereka yang obrolannya terkadang banyak ngerumpinya juga..
Saya ingin jadi yang berbeda, mereka jadi berbeda sikap ke saya karena saya jarang kumpul..
Bagaimana sikap saya seharusnya menanggapi mereka?

🌺Jawab :
Bersikap biasa saja, jika waktu sholat ya sholat, jika waktunya ngobrol ya ngobrol.
Diam saja tidak usah ditanggapi jika mereka mengganggu, tetap bersikap sabar dan santun meski mereka tidak sholat, sesekali ajak mereka sholat, jika tidak mau ya sudah.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Ukhtifillah...

Ketika Malu beriringan dengan Iman, maka yang muncul adalah keTaqwaan, karena merasakan pengawasan Allah dimana-mana.

Wallahu a'lam

Mohon maaf atas segala khilaf, karena kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Billahi taufiq wal hidayah

والسلام عليكم ور حمة الله وبركا ته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar