Minggu, 26 November 2017

Jangan Munafik




OLeh   :  Irnawati Syamsuir koto

Sahabat PS dan RAK .. kita simak sebuah dialog singkat berikut ini sebagai pembuka sua kita malam ini :

Di sebuah warteg tampak dua sosok asyik ngobrol. Sesekali cemilan didepan keduanya pasrah saat tangan kanan mereka memunguti dan memindahkan cemilan ke mulut mereka.

Nurdin, (N) bersama Erwin ( E) tampak bercakap seru.
N : lagi ada kerjaan apa ente sekarang Bang?
E : Bikin topeng. ( jawabnya kalem sambil menyeruput teh )
N : wih, proyek baru nih.
E : engga. Dah sering. Banyak order. Entah kenapa banjir permintaan topeng tahun ini.
N : hmm..kok Bang Erwin malah sedih gitu. Kelihatanya. Ga ada tenaga yang bantuin bang?
E : ini bukan sembarang topeng Din.Aku juga ga tahu kenapa jadi merasa kejebak.
Nurdin bengong. Ia tidak tahu maksud Bang Erwin.
N : Kok kejebak bang? Topeng apaan sih? Bikin kepo aja.
E : ( tersenyum masam) gini Din. Topeng ini mereka pake buat nutupin wajah aslinya. Padahal itu buat bohongin diri mereka sendiri.
N : Hmmm...mereka itu siapa bang?
( wajahnya tampak berkerut tanda berpikir keras).
E : mereka bicara  sesuatu bukan untuk  diyakini, tapi hanya demi mendapatkan keamanan harta dan nyawanya.
N : Hmm...aku mulai faham bang.
Abang bicara tentang orang munafik?
E : Iyess, saking lihainya banyak di zaman Rasul, sahabat tidak tahu bahwa ada orang munafik di sekitar Rasulullah.
Tampak bangkit dari duduknya.
N : mo kemana bang?
E : Maap ye...Aku sibuk. Aku sibuk meneliti ke dalam hatiku. Sebab munafik, masuk ke dalam hati. Halus banget. Seperti penyakit hati lainnya.
N : ( bengong)
E : Assalamualaikum.. Teh dan cemilan aku yg bayarin...

Sahabat Sahabat PS dan RAK yang dicintai Allaah ….

Mungkin dalam kehidupan sehari hari itu kita sering bertemu dengan orang-orang yang berbeda ucapan dengan apa yang dia lakukan, beda kata dengan perilaku, kita juga sering mendapatkan orang-orang yang suka berkhianat jika , dan suka ingkar dengan janji-janji yang telah terucapkan. dan kita biasanya tidak suka dengan orang-orang yang seperti itu.

Mungkin kita sering  mendengar perkataan munafik di dalam kehidupan  sehari-hari. Menurut kita mungkin itu perkara biasa saja .Namun sebenarnya munafik itu adalah suatu sifat yang amat buruk dan Allaah tidak pernah suka dengan orang-orang seperti itu. Jika kita ditanya apakah kita adalah orang munafik, saya yakin tak satupun dari kita ingin dikatakan dan mau dikatakan seorang yang munafik, sebelum kita menolak tuduhan tersebut, Sekarang kita coba lihat apa tanda tanda orang-orang munafik menurut Rasulullah SAW,  jangan-jangan kita malah termasuk salah satu diantara yang mempunyai sikap demikian.
Nabi SAW bersabda maksudnya : “Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dihadist lain Rasulullah bersabda : 
"Rasulullah Muhammad shalallahu'alaihi wassalam bersabda, Empat hal yang jika ada dalam diri seseorang maka sungguh ia benar-benar munafiq, dan barang siapa yang memiliki sebagian dari keempat sifat itu maka ia memiliki sebagian dari sifat-sifat nifak, sehingga ia meninggalkannya, yaitu bila dipercaya ia berkhianat, bila berkata
ia berdusta, bila berjanji ia tidak menepati dan bila berdebat ia keterlaluan." (HR.Bukhari dan Muslim)

Inilah ciri-ciri  sebagai orang munafik sejati yaitu pembohong, pengkhianat dan ingkar janji.

💧Bohong adalah salah satu sifat yang sangat dibenci oleh Allaah dan Rasulullah SAW.

“Lidah itu tak bertulang" Satu titik penting yang perlu kita garis bawahi adalah berbicara. Semua manusia ketika dia bangun dari tidur kemudian beraktivitas dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya maka dia tak akan pernah terlepas dari berbicara agar terjalin hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lainnya.

Namun, apakah yang sering keluar dari mulut yang berlumur dosa ini? Kebaikankah ataukah keburukan? Jikalau kebaikan, semoga kita tetap bisa mempertahankannya hingga nafas ini sudah tak kuasa dihembuskan. Jikalau keburukan, salah satunya dusta, semoga kita lekas bertaubat dari kebiasaan membicarakan hal-hal yang buruk apalagi hingga berdusta.

Orang yang suka berbohong atau menutupi kebenaran maka dia akan semakin dekat dengan sifat kemunafikan. Bohong sendiri artinya adalah segala sesuatu baik itu perkataan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.Menurut Rasulullah SAW seorang mukmin itu bisa saja bersifat Bakhil dan menjadi seorang yang penakut, namun Rasulullah menegaskan bahwa seorang mukmin itu bukan seorang yang pembohong

Ditanyakan kepada Rasulullah SAW: Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut? Beliau menjawab: Ya. Lalu ditanya beliau ditanya lagi: Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil? Beliau menjawab: Ya. Lalu ditanyakan lagi: Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong? Beliau menjawab: Tidak! (Hadits diriwayatkan oleh Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam kitab Al-Muwatha )

Disini dapat kita lihat bahwa seorang yang pembohong bukanlah seorang Muslim, jadi jika kita yang bersyahadat telah menjadikan bohong bagian dari perilaku, masih bisakah kita diakui sebagai muslim?

🔷🌷🔷
Berbohong atau berdusta merupakan suatu perilaku buruk yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah terbiasa dan dilakukan berulang-ulang. Orang-orang seperti ini mengaggap kebohongan sebagai suatu kebenaran, karena dilakukan demi melancarkan kepentingan dirinya sendiri. Kebiasaaan berbohong kalau terus dipelihara, maka akan berakibat buruk pada diri sendiri.

Begitu mudah setiap manusia mengucapkan kata dusta. Padahal, tak kita sadari bahwa orang yang berdusta dalam setiap kata-kata merupakan Akhlak tercela.
Orang-orang yang suka berbohong menurut Allah SWT. mereka adalah orang-orang yang tidak percaya atau tidak beriman kepada ayat-ayat Allah sebagaimana firmannya di dalam Al-Quran:

إِنَّمَا يَفۡتَرِي ٱلۡكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِ‍َٔايَٰتِ ٱللَّهِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰذِبُونَ

Terjemahannya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (Q.S. An Nahl : 105)

Kebohongan akan menghantarkan manusia kepada keburukan, baik itu di dunia maupun di akhirat. Walaupun di dunia kebohongan yang manusia lakukan tidak mendapat balasan, namun kelak diakhirat siksa Allah sangat jelas pedihnya.
"Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga, seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatatn sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya berbohong itu akan menunjukkan kepada kedzaliman, dan kedzaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong". (H.R. Bukhori dan Muslim).

💧Orang  Munafik berikutnya adalah orang-orang yang berkhianat.

Khianat sangat berhubungan erat dengan amanah. Semua orang ingin mendapatkan amanah yang tinggi. Namun, tak semua orang yang menyadari bahwa semakin tinggi amanah yang ia emban maka semakin tinggi pula resiko ia untuk berkhianat terhadap amanah yang dipikulnya. Khianat akibatnya akan jelek dalam segala hal. Bahkan dalam suatu kondisi akan lebih jelek dari yang lainnya. Orang yang berkhianat dalam suatu hutan , tidak sama dengan orang yang berkhianat terhadap sanak saudara, harta dan melakukan pebuatan-perbuatan dosa besar. Rasulullah SAW bersabda, ” Beginilah ahli neraka, beliau menyebutkan seeorang yang tidak diragukan sifat tamaknya dan jika ia diamanati maka pasti akan khianat.”

Para pemegang amanah jika  tidak menjalankan amanat sebaik-baiknya  akan menjadi tragis , mereka terus berusaha mempertahankan amanat yang diberikan kepadanya dengan berbagai cara, Walhasil ketika perbuatan khianat itu terbuka hijabnya yang selama ini tertutupi, maka tidak saja dirinya yang hancur karena malu, hilang martabat dan hartanya, hancur pula perasaan keluarga dan orang-orang disekelilingnya.

Zaman sekarang, orang berlomba-lomba untuk memperoleh amanah yang membuat mereka bahagia. Tapi, terkadang mereka tak mendasari semua pada tuntunan agama sehingga ambisi mereka untuk memperoleh amanah tersebut hanya untuk dunia tak pernah tersentuh sedikit pun untuk kepentingan akhirat. Maka dari itu, wajar jika banyak orang yang terlalaikan oleh amanah (berkhianat) sehingga dia melupakan nilai-nilai agama yang telah diajarkan.

Berdiam dirilah jika kita berbicara hanya membawa dusta. Tak perlu kita berinteraksi dengan janji jika pada akhirnya tak ditepati. Tidak usah mengejar amanah kalau hanya khianat yang akan menjadi buah.

Berbicara berarti kebenaran yang dibawa. Berjanji untuk ditepati. Amanah yang diberi tuk dijalankan tanpa khianat di hati apalagi hingga diperbuat diri.

💧Dan ciri berikutnya adalah bila berjanji dia ingkar.

Dalam pergaulan kita sehari-hari, ada satu jenis bumbu pergaulan yang disebut dengan ‘‘janji”. Janji sering digunakan oleh orang yang mengadakan transaksi perdagangan, oleh politikus yang tengah berkampanye, oleh orang yang memiliki hutang tetapi sampai waktunya dia belum bisa memenuhinya, bahkan janji dilakukan pula oleh ibu-ibu kepada anak-anaknya di saat mau pergi ke pasar tanpa mengajak mereka dengan maksud agar si anak rela untuk tidak ikut ke pasar. Mereka begitu menganggap enteng untuk mengucapkan janji.

Ujung-ujungnya, ada di antara mereka yang konsisten dengan janjinya, sehingga dia berupaya untuk memenuhi janjinya itu. Namun ada dan banyak pula di antara mereka yang ingkar janji, sehingga membuat kecewa berat bagi orang yang mendapat janji.
Rasulullah SAW dengan tegas mengatakan bahwa janji itu adalah hutang dan Allah SWT sendiri telah mengingatkan melalui Al Quran surat Al Isra’ 34 bahwa janji itu harus ditepati, karena janji itu akan dimintai pertanggungjawabannya.

Selain kata dusta, kata janji pun terkadang mudah untuk diucapkan. Namun, sangat sulit bagi sebagian orang untuk menepatinya. Padahal, jikalau seseorang berjanji maka dia harus menepati janji yang telah dia ucapkan.

Tertulis dengan jelas janji-janji-Nya di dalam Qur’an. Adakah satu janji yang Dia ingkari? Tak ada satu pun janji yang Dia ingkari. Dia selalu menepati janji-janji-Nya. Mengapa manusia jadi meremehkan janji sehingga berani untuk mengingkari?

🔷🌷🔷
Jika sang Penguasa Bumi dan Langit saja selalu menepati janji yang Dia lontarkan lewat Kalam-Nya di dalam kitab suci umat Islam. Mengapa umat Islam malah sering mengingari janji kepada sesama umat Islam?

Tak sadarkah kita, jika penyakit ini mengidap di dalam tubuh manusia maka manusia itu termasuk dalam golongan orang-orang yang munafik?
Tak malukah diri ini hanya berani berjanji tapi tak mau menepati? Janji yang akan menjerumuskan ‘sang pengucap’ ke dalam api neraka akibat janji yang diingkari.

Jika berujung diingkari, mengapa harus berjanji? Tak usahlah berjanji, jika tak mampu menepati. Jika kita mampu tuk menepati maka silahkan berjanji.

Selama ini kita tak menyadari bahwa terlalu banyak janji yang telah diucapkan kepada orang-orang disekitar kita tapi belum semua janji mampu tuk ditepati. Terkadang, kita berani melanggar janji. Kita pun rela menyakiti orang-orang yang telah dikasih janji. Bukankan itu salah satu hal buruk kepada sesama manusia yakni menzhalimi?

Nifaq (kemunafikan) lebih berbahaya daripada kekafiran dikarenakan nifaq adalah menampakkan keislaman namun menyembunyikan kekufuran, sebagaimana dikatakan Ibnu Manzhur bahwa nifaq adalah salah satu nama syar’i yang ditetapkan oleh syara’ yang makna istilah (terminologinya) belumlah dikenal sebelum islam, maknanya adalah menyembunyikan kekufurannya dan menampakkan keislamannya.
Oleh karena itu Allah swt mengancam para pelakunya akan dilemparkan ke dasar neraka, sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An Nisaa : 145)

Selain itu hendaklah setiap muslim senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari sifat nifaq ini, sebagaimana diriwayatkan dari Ummi Ma’bad berkata, ”Aku mendengar Nabi saw berdoa dengan doa ini:"
:
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ ، وَعَمَلِي مِنَ الرِّيَاءِ ، وَلِسَانِي مِنَ الْكَذِبِ ، وَعَيْنِي مِنَ الْخِيَانَةِ ، فَإِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ ” .

“Wahai Allah bersihkanlah hatiku dari nifaq, (bersihkanlah) amalku dari riya, (bersihkanlah) lisanku dari dusta, (bersihkanlah) mataku dari pengkhianatan. Sesungguhnya Engkau mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan didalam dada.” (HR. Hakim (2/227), al Khotib (5/267), ad Dailamiy (1/478 No. 1953). Hadits ini juga dikeluarkan oleh ar Rafi’I (2/301). Al Munawiy (2/143) mengatakan bahwa al Iraqiy mengatakan bahwa sanadnya lemah)

Wallahu A’lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Siti Mulifatu
Yang termasuk kategori janji disni apakah harus ada pendahulu kata" seperti  "Saya Berjanji....."

Atau jika kita hanya berkata " iya nanti dibelikan ya ( jawaban seorang ibu pada anaknya ketika anak meminta sesuatu ) sudah masuk kategori berjanji?

🌷Jawab:
Bunda Siti, setiap kata yang diucapkan dan mengandung makna "berjanji" itu adalah janji, seperti hal diatas, "iya nanti dibelikan" ini sudah termasuk katergori janji, apalagi ini ke anak anak, kita harus hati hati dalam berucap, karena anak adalah peniru ulung, jika kita tidak memenuhi kata "nanti" banyak hal yang bisa dipelajari anak dalam hal keburukan. jadi hati-hati.

Wallahu a'lam

💎Jawaban yang tepatnya bagaimna Bun?
Ketika anak meminta sesuatu pada kita?

🌷Disaat anak meminta sesuatu maka jelaskan kepada anak bahwa apapun permintaannya yang membutuhkan uang untuk mendapatkan, maka kita orang tua juga membutuhkan waktu untuk mencari uang tersebut, dan jelaskan bahwa mencari uang tidaklah mudah, jadi ucapkanlah , Insyaa Alaah nanti jika Allaah memberi kita rezki untuk membeli, kita akan beli. Doakan ayah ibu segera mendapatkan uang untuk membeli. Belikan jika memang sudah bisa membelikan. agar anak tidak mencap kita adalah orang tua yang pembohong .

Dan jika memungkinkan, minta anak untuk mengerjakan sesuatu juga jika dia inginkan sesuatu sambil mengajarkan sama anak bahwa apa yang kita inginkan itu perlu usaha untuk mendapatkannya.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Vivin
Kalau seseorang itu sudah berjanji dan kita menagih janji nya dia pun tak bisa mentepati janji .
Sikap kita harus bagaimana bunda ..?

🌷Jawab:
Jika seseorang tidak bisa menepatinya, jika itu tidak berhubungan dengan hutang secara langsung, maksudnya bukan karena ada harta kita yang dipinjam, sebaiknya di maafkan dan di ikhlaskan mba, jangan memberatkan saudara kita , jika memang tidak ada kemampuan didalam dirinya. Tidak perlu menuntut jika memang itu bukan hak kita , mesti itu telah dijanjikan, namun jika itu hutang secara langsung, maka kewajiban kita untuk mengingatkan jika dia punya hutang yang harus di bayarkan.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Ayu
Insyaa allah itu lebih tepatnya di pakai di dlam kondisi yang seperti apa ya? Karena setau saya artinya adalah bila allah menizinkan.

Tapi dulu saya bernah di tegur  saat saya bilang insyaa allah

🌷Jawab:
Insyaa Allaah digunakan setelah kita berjanji untuk melakukan sesuatu dan kata Insyaa Allaah bukanlah kata yang dipakai untuk melepaskan diri dari tanggungjawab, seperti kebiasaan orang-orang kita , jika dia tidau tak akan bisa datang maka dia ucapkan Insyaa Allaah , inilah sebuah kekeliruan penempatan kata. Pastikan selalu kalimat insyaa Allaah diucapkan setiapkali berjanji. Selepas itu berusahalah sedaya upaya untuk menepati janji itu sambil meminta bantuan daripada Allah SWT. Jika semua ini kita lakukan, maka bantuan dari Allah akan sentiasa mengalir untuk kita.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Nene
Bagaimana cara mendeteksi nifaq masuk ke dalam hati kita bunda? Karena seperti bunda sampaikan tadi halus banget !!!

Jazakillah khoyr

🌷Jawab:
Ciri cirinya banyak mba nene,

Mba nene mau berapa buah?

Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai 35 ciri-ciri orang munafik:
1. Dusta
Ciri pertama dari orang munafik adalah dusta atau berbohong. Berdusta atau berbohong adalah suatu tindakan tercela yang tak hanya dibenci oleh manusia yang dibohongi tapi juga oleh agama. Agama melarang keras bagi umatnya untuk berdusta karena tindakan ini jelas akan memberi kerugian dan lebih banyak mudorotnya.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa Allâh Azza wa Jalla telah membagi manusia ke dalam dua bagian, yakni orang yang jujur dan orang yang munafik. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Qur’an Surat al-Ahzab ayat 24 yang berbunyi:

لِّيَجۡزِيَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٢٤

Artinya:
Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Ahzâb/33:24] 

2. Khianat
Khianat adalah ciri berikutnya dari sifat munafik. Yakni saat seseorang yang tidak komitmen dengan apa yang dijalaninya dan tidak pernah menepati perkataannya tanpa ada kejelasan apapun. Islam secara tegas melarang tindakan khianat ini karena seseorang akan merasa sangat tersakiti jika dikhianati kepercayaannya.
Tindakan khianat ini dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-Mu’minun Ayat 8 dan al-Anfaal ayat 27
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨

Artinya:
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Q.S al-Mu’minun : 8)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٧

Artinya:
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. 

3. Fujur
Fujur adalah sebuah sifat tercela dimana seseorang yang emosinya berlebihan bahkan melampaui batas saat terjadi pertikaian dengan orang lain. Orang dengan ciri ini akan terus ingin menang dan tidak terima dengan kesalahannya sehingga menunjukkan sikap yang melampaui batas untuk menekan lawan tengkarnya. 

4. Ingkar Janji
Ingkar janji adalah salah satu ciri munafik lainnya karena seseorang yang ingkar janji tidak bisa memegang perkataannya sendiri dan tidak pernah menepati janji yang sudah ia tebarkan ke banyak orang. Menepati janji hukumnya adalah wajib, artinya ketika seseorang membuat janji maka harus menepati janji yang telah ia ucapkan tersebut.
Dalam Alquranpun telah dijelaskan mengenai janji yang harus ditepati dan tidak boleh diingkari.
Seperti yang tertuang dalam Surat an-Nahl ayat 91 yang berbunyi:

وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١

Artinya:
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Q.S an-Nahl:91)
Kemudian dalam surat al-Isra’ ayat 34 yang berbunyi:

وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡ‍ُٔولٗا ٣٤

Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Baca juga: Cara Bersyukur Menurut Islam).

5. Malas Beribadah
Malas beribadah juga masuk dalam kategori ciri-ciri sifat munafik, hal ini dikatakan secara jelas dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 142 yang berbunyi:

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Ayat ini menceritakan tentang bagaimana seseorang munafik yang pergi ke masjid atau surau, dengan berat hati ia seret kedua kakinya seakan-akan berat dan sangat sulit untuk berjalan karena terbelenggu rantai. Kemudian ketika ia sampai di dalam masjid atau surau dia malah memilih untuk duduk di shaf yang paling akhir tanpa mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyimak dan menghayatinya.

6. Riya
Riya adalah termasuk sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci oleh Allah. Contoh sederhaa dari sifat Riya’ ini adalah ketika seseorang yang sengaja menampakkan sholat dengan rajin dan khusyuk tetapi ketika seorang diri dia mempercepat sholatnya atau bahkan tidak sholat sama sekali. Apabila di depan banyak orang dia berbuat baik dan rendah hati tapi ketika sendirian dia berbuat jahat dan tinggi hati. Apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia menampakkan sikap zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Perkara tentang Riya telah difirmankan oleh Allah dalam Qur’an Surat al-Maa’un ayat 4-7 yang berbunyi:

فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥  ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦  وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧

Artinya:
(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (6) orang-orang yang berbuat riya (7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7) Sedikit Berzikir

7. Mempercepat Sholat
Orang-orang yang tidak khusyuk sholatnya, malah mempercepat gerak dan bacaan sholatnya adalah ciri lain dari munafik. Yakni orang-orang yang fikiran dan hatinya tidak menyatu bahkan tidak menghadirkan keagungan dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya.
Perkara ini juga telah diriwayatkan dalam sebuah hadis Nabi SAW yang pernah bersabda bahwa:
“Itulah sholat orang munafik, … lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)”

8. Mencela Orang-Orang Yang Taat Dan Soleh
Orang-orang dengan sifat munafik biasanya tidak bercermin pada diri sendiri dan malah memperolok orang-orang yang taat dengan ungkapan sindiran atau bahkan kasar yang tidak enak didengar seperti cemohan ataupun celaan.
Sepanjang hidupnya ia sibuk mencemooh orang-orang sholeh yang dianggapnya selalu jelek dan berlebihan.

9. Mengolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW
Orang-orang munafik seringnya tidak sadar dengan ucapan dan tindakannya yang melewati batas. Selain mengolok-olok orang soleh ia juga bahkan tidak segan untuk mengolok-olok Qur’an maupun hadis yang merupakan dasar pedoman bagi agama Islam beserta dengan amalan-amalan lainnya.
Walaupun mereka menganggapnya hanya sebagai candaan saja namun hal tersebut sudah termasuk kafir. Seperti firman Allah dalam Qur’an Surat at-Taubah ayat 65-66 yang berbunyi:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ ٦٥ لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ إِن نَّعۡفُ عَن طَآئِفَةٖ مِّنكُمۡ نُعَذِّبۡ طَآئِفَةَۢ بِأَنَّهُمۡ كَانُواْ مُجۡرِمِينَ ٦٦

Artinya:
(65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? (66) Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (Q.S. At-Taubah: 65-66)

10. Bersumpah Palsu
Ciri berikutnya dari sifat munafik adalah dengan bersumpah palsu. Yakni orang-orang yang jika ia sedang bersaksi maka ia memberikan sumpah palsu dengan tanpa memperdulikan dosa maupun akibat negative dari sumpah palsunya tersebut.
Ia bahkan berani mengucap sumpah dengan menyertakan Demi Allah yang dilakukan semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dan jika ia ditegur atau dinasehati ia malah mengumpat, mengelak atau bahkan memfitnah orang lain supaya ia terbebas dari sangkaan atau dugaan terhadapnya.
Perkara tentang sumpah palsu ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Munafiqun ayat 2 dan Al-Mujadilah ayat 16 yang berbunyi:

ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢

Artinya:
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-Munafiqun:2)

ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ١٦

Artinya:
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (Al-Mujadilah:16

11. Enggan Berinfak
Selain bersikap merugikan orang lain, orang-orang munafik juga sangat pelit dan tidak mau  melakukan hal-hal yang bersifat berkorban untuk membantu orang lain apalagi yang sekiranya merugikan diri. ia hanya ingin untung sendiri dan tidak peduli dengan kerugian orang lain. Dan ia juga sangat hitung-hitungan bahkan menghindari terhadap hal-hal yang akan mengurangi kekayaan hartanya yang sebenarnya juga merupakan hak dari orang lain yang lebih membutuhkan. Jikapun mereka berinfak, maka hanya untuk kepentingan tertentu yang menjurus kepada riya’ maupun sum’ah.
Padahal infak sangat di anjurkan dan diperintahkan dengan jelas dalam alqur’an maupun dalam hadis. Seperti firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 254 ini yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ يَوۡمٞ لَّا بَيۡعٞ فِيهِ وَلَا خُلَّةٞ وَلَا شَفَٰعَةٞۗ وَٱلۡكَٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢٥٤

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa´at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
Kemudian dalam surat al-Hajj ayat 22 yang berbunyi:

كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا مِنۡ غَمٍّ أُعِيدُواْ فِيهَا وَذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ ٢٢

Artinya:
Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”

12. Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin
Orang-orang munafik tidak memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain walaupun terhadap sesama kaum muslim lainnya dan hanya peduli terhadap kemakmuran dirinya sendiri saja.
Hal inilah yang membuat barisan kekuatan para muslim menjadi lemah karena menjadi terpecah-belah akibat ketidak pedulian kepada sesame muslimnya.

13. Sering menyebarkan dan melebih-lebihkan
Ciri lain dari sifat munafik adalah dengan melebih-lebihkan kejadian apalagi kesalahan orang lain. Ketika ia melihat sedikit kesalahan dari orang lain maka ia akan langsung menyebarkannya secara berlebihan dan terus mengulanginya hingga ia merasa bosan sendiri sehingga semua orang mengetahui bahkan menjadi salah paham terhadap orang yang terus dijadikan bahan omongan.

14. Mengingkari Takdir
Orang munafik selalu berpikiran pendek tentang apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi padanya, tidak menyadari bahwa semua apa yang terjadi dalam hidup ini adalah atas ijin dari Allah SWT. Ketika ia tertimpa musibah ia akan menyalahkan orang lain atau langkah yang diambilnya, bukan menerima apalagi mengakui hikmah dari musibah yang ia alami.

15. Mencaci Maki Kehormatan Orang-Orang Soleh
Menjelek-jelekkan orang lain di belakang adalah salah satu kebiasaan seorang munafik. Ia akan  dengan santainya mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat dan menjatuhkan kehormatan mereka tanpa berkaca pada dirinya sendiri.

أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَٰلَهُمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا ١٩

Artinya:
Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. al-Ahzab:9)

16. Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah
Seseorang yang munafik akan cenderung malas dan bahkan meninggalkan sholat berjamaah walaupun keadaannya sehat wal’afiat. Ia enggan mendatangi masjid walaupun panggilan adzan telah berkumandang dan memiliki waktu luang tanpa hambatan apapun. Ia akan hanya diam seperti tidak mendengar panggilan adzan karena hatinya tertutup oleh kemunafikan.

17. Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Orang munafik selalu memutar otaknya untuk mendapatkan banyak keuntungan walaupun keuntungan itu harus dengan cara merugikan orang lain. Dan ia sangat pandai untuk memutar balikkan fakta dan menipu orang-orang seakan-akan sedang mengusahakan perbaikan pada dunia padahal ia hanya mengarah keuntungan walaupun dengan mengorbankan dan membuat kerusakan di bumi.
Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 11-12 yang berbunyi:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ ١٢

(11) Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan” (12) Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al-Baqarah: 11-12)

18.  Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin
Orang-orang munafik sebenarnya secara zahir telah menyadari dan mengakui tentang adanya Nabi Muhammad sebagai Rasul utusan Allah, namun secara Bathinnya ia masih mendustakan kesaksian tersebut dan memiliki perasaan terselubung yang busuk dan menghancurkan. Penampilan luarnya terlihat beriman namun dalam hatinya hanya main-main.

19. Takut Terhadap Kejadian Apa Saja
Orang-orang munafik selalu memiliki siasat jahat sehingga ia selalu merasa takut jika orang lain juga memiliki siasat jahat terhadapnya. Jiwanya tidak tenang dengan pikiran-pikiran negative yang selalu menggerogoti hatinya dan terlalu sibuk dengan persoalan duniawi. Sehingga ia berharap bahwa hidupnya tetap seperti ini dan tidak diganggu oleh siapapun padahal kehidupan manusia adalah layaknya seperti roda yang terus berputar, kadang di atas dan kadang di bawah.

20. Beruzur Dengan Dalih Dusta
Orang munafik selalu punya alasan untuk menghindari tanggung jawab apalagi yang bersifat mengorbankan diri seperti berperang atau membantu sesama umat muslim.

وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ ٱئۡذَن لِّي وَلَا تَفۡتِنِّيٓۚ أَلَا فِي ٱلۡفِتۡنَةِ سَقَطُواْۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ٤٩

Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah”. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 49)

21. Menyuruh Kemungkaran Dan Mencegah Kemakrufan
Orang-orang munafik secara diam-diam akan terus merusak bumi dan seisinya terlebih dengan akhlak masyarakatnya dengan berbagai cara seperti menggembar-gemborkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konser, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkoba.
Ia terus mengajak orang-orang untuk menikmati hidup yang singkat dan Cuma sekali. Ia mengajak supaya orang-orang tidak terlalu larut dengan ibadah dan keagamaan yang menurutnya semu.

22. Pelit
Orang-orang munafik biasanya sangat gila harta dan sangat pelit walau hanya untuk membagi sedikit kekayaannya untuk keluarganya sendiri sekalipun apalagi untuk orang lain yang bukan keluarganya seperti bersedekah atau infak.

23. Lupa Kepada Allah SWT
Allah sang pencipta seluruh alam dan isinya adalah dzat yang sudah sepatutnya kita ingat dan kita sembah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi para munafik. Mereka hanya mengingat kekayaan dan kesenangan duniawi tanpa mengingat Allah SWT.

24. Mendustakan Janji Allah SWT Dan Rasul-Nya
Allah adalah maha benar dan Rasul adalah utusan Allah yang membawa kebenaran dan keselamatan bagi umat manusia. Namun mereka (orang munafik) tidak mengakuinya dan malah menyebarkan bahwa hal itu adalah dusta semata.
Hal ini dijelaskan dalam Qur’an surat al-Ahzab ayat 12 yang berbunyi:

وَإِذۡ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ مَّا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ إِلَّا غُرُورٗا ١٢

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya” (Al-Ahzab: 12)

25. Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Bathin
Orang munafik selalu sibuk memperbaiki penampilan mereka namun tidak pernah memperhatikan penampilan batin mereka di hadapan Allah SWT. Mereka hanya sibuk berbelanja duniawi tanpa menerapkan sholat, dzikir, dan lainnya.

26. Sombong Dalam Berbicara
Orang munafik tidak memiliki ilmu apapun namun ia selalu bersikap dan berbicara seolah-olah ia adalah orang berilmu dan berpendidikan. Bicaranya selalu wah dan angkuh supaya terlihat terhormat dan berwibawa.

27. Tidak Memahami Ad Din
Orang munafik hanya tertarik pada urusan duniawi dan mendalami segala hal untuk memperkaya harta serta derajat di mata manusia lain seperti mengendarai mobil dan mendalami ilmu-ilmu untuk terlihat keren namun ia enggan untuk mempelajari agama sehingga pengetahuan tentang keagamaannya sangat nihil.

28. Bersembunyi Dari Manusia Dan Menentang Allah Dengan Perbuatan Dosa
Orang munafik berbaur dan bersama-sama melakukan kebaikan dengan orang taat, namun sesungguhnya ia selalu menganggap ringan perkara-perkara yang melawan hukum Allah SWT bahkan menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi.

يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمۡ إِذۡ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرۡضَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطًا ١٠٨

Artinya:
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. (An-Nisa’: 108)

29. Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Bila Melihat Orang lain Senang
Orang munafik merasa senang melihat orang lain susah, namun sebaliknya ia merasa susah bila melihat orang lain senang. Ia senantiasa mengikuti perkembangan berita dan menyebarluaskan berita-berita duka dengan memasang caption ikut prihatin padahal hatinya senang dan terhibur karena berita duka tersebut.

30. Melalaikan Sholat Fardu
Orang munafik tidak hanya menipu dan merugikan orang lain tapi juga dengan sengaja melalaikan sholat fardhu tanpa merasa bersalah sedikitpun.

31. Dengki
Orang munafik selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain dan selalu menghasut orang-orang untuk juga merasakan iri seperti yang ia rasakan.

32. Ghasab
Orang munafik memiliki sifat pelit namun selalu menganggap apa yang milik orang lain itu bisa ia pinjam atau pinta tanpa harus ia meminta ijin terhadap si pemilik, dan jika ia tidak dibolehkan untuk meminjam maka ia marah dan menyebarluaskan ke orang-orang lain bahwa orang tersebut pelit.

33. Memakan Harta Anak Yatim
Orang munafik tidak pernah puas dengan kekayaan harta yang dimilikinya sehingga ia tidak segan-segan untuk memakan harta anak yatim

34. Tidak Membayar Hutang
Orang munafik selalu gila harta dan enggan membagi hartanya walaupun dalam bentuk pinjaman kepada sesama umat muslim yang membutuhkan. Namun ketika ia membutuhkan bantuan berupa pinjaman uang maka ia akan sulit dan tidak rela untuk membayar hutangnya tersebut.

35. Memutus Silaturahmi
Orang munafik tidak memperdulikan hal lain selain kesenangan dirinya dalam hal duniawi walaupun harus memutus silaturahmi.

#coppas dari dunia Islam

0⃣5⃣ Han
Lebih berbahaya mana bu orang MUNAFIK dan orang KAFIR???

MENGAPA???

🌷Jawab:
Lebih berbahaya orang orang munafik, karna mereka punya 2 muka, mereka tidak segan melakukan sesuatu hanya untuk berolok olok dan mereka lebih mendukung orang kafir .

“Yang menghancurkan Islam adalah orang alim yang menyimpang, orang munafik yang pandai mendebat A-Qur’an dan menggunakan Al-Qur’an untuk kepentingan pribadi, serta para pemimpin sesat.” (Umar bin Khattab Radiyallaahu ‘anhu)

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (QS. Al-Baqarah : 14)

“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (QS. Al-Baqarah : 15)

Itu sebabnya orang munafik cukup sulit dideteksi di kalangan orang beriman, karena mereka ‘menyamar’ sebagai orang beriman, bahkan mereka pun mengerjakan shalat dan merasa diri mereka seorang muslim. Padahal mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi dan membuat perpecahan di kalangan umat muslim itu sendiri.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Shoffia R.
Assalamualaikum Bund Irna dan ukh Henny
Maaf mau tanya...

Saat kita ditanya orang tapi tidak berani berkata jujur, lalu kita jawabanya dengan kata" yang bermakna ganda supaya persepsi si penanya berbeda dengan maksud kita...jadi, seakan" kita berkata jujur kepada mereka (jika mereka tidak terlalu peka dengan jawaban kita).
Itu bagaimana ya apakah boleh atau itu juga termasuk pembohongan??
Terimakasih

🌷Jawab:
iyaa..
Kalau dari penjelasan mba Shoffia  diatas itu adalah sesuatu yang disengaja untuk mengaburkan jawaban. Dan ini berbahaya karena bisa salah persepsi, nanti bisa bisa salah pengertian mba. Jujur akan lebih baik daripada membuat suasana yang penuh kebingungan, dan bisa berdampak negatif nantinya.

Wallahu a'lam

💎 Owh salah ya menghindari berkata bohong dengan jawab seperti itu?
Tapi takut kalau jawabannya langsung to the point.

🌷Mba Shoffia beri penjelasan dengan ahsan yaa , jangan juga atau langsung the point.

0⃣7⃣ Shoffia R.
Saya mau bertanya lagi Bunda.

Tadi di materi menyebutkan kalau sholat, wudhu, mandi wajib itu adalah amanah. Maksudnya amanah seperti apa??
Maaf Sayaa belum faham kok bisa di sebut amanah!!!

🌷Jawab:
Amanah adalah Segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Alloh ﷻ, jadi amanah itu banyak artinya.
Amanah berasal dari kata amuna yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan.
Bisa juga sesuatu yang dipikulkan (diwajibkan)  kepada kita seperti sholat, wudhu dan mandi wajib.

Wallahu a'lam

💎 Owh....
Berarti semua hal yang menjadi kewajiban kita itu adalah amanah.
Terimakasih  Bu Irna jawabannya.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSiNG STaTeMeNT💘

Di tengah goncangan permasalahan, orang rela melakukan apa saja. Tidak perlu banyak pertimbangan. Berbagai cara dilakukan. Keberpura-puraan dalam bertindak acapkali dihalalkan. Asal tujuan tercapai, cara apa pun ditempuh. Namun jarang dimengerti, bahwa keberpura-puraan merupakan gaya hidup yang dibenci Allah. Sifat ini menjadi salah satu tanda seseorang bisa diklaim sebagai munafik. Karena di dalam bersikap dia memiliki dua wajah. Hati hati dengan sifat sifat dan kebiasaan kita yang mengandung kemunafikan yang terkadang hal itu kita anggap biasa.
Demikian dari saya, semoga bermanfaat. Mohon maaf atas salah salah kata, kebenaran datang dari Allaah dan kesalahan datang dari saya pribadi karena kefakiran saya.

Wallahu a’lam
Wassalamu ‘alaikum


Tidak ada komentar:

Posting Komentar