Minggu, 26 November 2017

Meraih Husnul Khatimah




OLeh  : Ustadzah Ade Yeni. S

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُ بِالهُدَى إِلىَ يَوْمِ الدِّينِ

"Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya

Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarganya serta kepada para sahabatnya dan kepada para pengikutnya yang membawa dinul islam hingga akhir zaman."

أما بعد
قال الله تعالى في القرآن الكريم
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Sahabat Bidadari Perindu Surga bagaimana kabarnya malam ini?
Semoga kita selalu diberikan kesehatan jasmani dan ruhani kita... aamiin yaa Rabbal 'aalamiin

Sebelumnya, teteh ucapkan terima kasih banyak ya sudah di add di sini.. InsyaaAllah pada kesempatan ini kita akan sharing tentang "Meraih Husnul Khatimah",  semoga kita diberikan kemudahan dalam menjemput ajal yang husnul khatimah.. aamiin

Sahabat Bidadari Perindu Surga yang Allah cintai.. 
Tak terasa tahun demi tahun, bulan demi bulan, hari demi hari tak terasa berjalan begitu cepat.. ni'mat yang Allah berikan terus kita rasakan.. Semakin ni'mat Allah setiap waktu kita rasakan, maka setiap itu juga jatah umur kita berkurang..
Sudah siapkah kita dipanggil Allah?

Jawabannya banyak TIDAK.. bahkan takuuut.. seorang muttaqiin insyaaAllah akan SIAP.
Karena hati sudah terpaut dengan Allah. Harapan kita bisa diwafatkan dalam Islam dan husnul khatimah.

▪Kematian yang Husnul Khatimah

Kita meyakini dengan baik bahwa umur kita terbatas dan telah ditentukan oleh Allah SWT. Sesungguhnya seiring dengan bergulir dan berjalannya waktu, jatah hidup kita semakin berkurang. Jelas, karena semakin mendekati ke garis final kehidupan kita (ajal). Jika diilustrasikan dengan sebuah perniagaan, umur adalah aset dan modal usaha kita. Tentang keterkaitan antara waktu dan kerugian, ahli tafsir terkenal Fakhruddin Al-Razy menjelaskan demikian; ketika rugi dipahami sebagai hilangnya modal, sementara modal kita adalah umur kita sendiri, tentunya setiap detik kita mengalami kerugian. Ini logis, karena umur yang menjadi modal terus berkurang. Tidak diragukan lagi jika umur digunakan oleh manusia untuk bermaksiat kepada Allah, ia benar-benar mengalami kerugian, bukan saja karena ia tidak mendapatkan kompensasi dari modalnya yang hilang, bahkan lebih dari itu ia telah mencelakakan dirinya sendiri. Demikian halnya, jika ia menghabiskan umurnya untuk mengerjakan perkara-perkara yang mubah sekalipun, ia tetap dinyatakan merugi. Sebab, ia menghabiskan modalnya untuk hal-hal yang tidak berimplikasi apa-apa kepada dirinya sendiri. Dengan penjelasan ini, kita dapat memahami dengan baik mengapa iman dan amal shalih manjadi pengecuali bagi pelakunya.
Hal tersebut di atas seperti yang termaktub dalam surat al-Ashr.

Dengan paradigma dan cara pandang ini, setidaknya, kita dapat membangkitkan energi dan kesadaran spiritual untuk menata kehidupan yang ber-ittijah Rabbany, Allah oriented (berorientasi kepada Allah SWT semata). Manusia itu Ada dari tiada menjadi ada dan akan tiada untuk ada kembali. Manusia lahir dalam keadaan lemah kemudian tumbuh besar, menjadi kuat lalu lemah kembali dan mati. إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ“Sesungguhnya kita semua kepunyaan Allah dan akan kembali kepada-Nya” (Al-Baqarah :156).

🌸🌷🌸
Sahabat Bidadari Perindu Surga yang Allah muliakan..
Kematian adalah misteri,  tidak satupun di antara kita yang mengatahui kapan ia sampai pada garis final kehidupan di dunia ini. Yang pasti, batasannya tak akan bergeser walau setitik. Waktunya tak kan meleset walau sedetik. Demikian Allah menjelaskan dalam KalamNya :

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”  (Al-A’raf :34)

Ketidaktahuan kita tentang waktu kematian adalah sesuatu yang absolut. Kitapun tidak pernah mengetahui bagaimana epilog daur kehidupan ini; husnul khatimah (pengakhiran yang baik) ataukah Su’ul khatimah (pengakhiran yang buruk). Kita diwajibkan berharap dan berdo’a yang terbaik sebagaimana kita mohon perlindungan kepada Allah SWT dari akhir kehidupan yang buruk.

Dalam suatu peperangan bersama Rasulullah SAW, kata Sahl ibn Sa’d al-Sa’idy, seseorang dari kaum muslimin membunuh banyak tentara musuh, orang-orang musyrik. Para sahabatpun terkagum-kagum dengan prestasi itu. Uniknya, Nabi SAW mengabaikan kekaguman para sahabat tersebut dan berkata, ”Adapun orang itu, maka ia termasuk penghuni neraka !”. Mereka semua tersentak. Sebagian berkomentar, ”Lalu siapa diantara kita yang pantas manjadi ahli surga, jika orang tadi masuk neraka?!. Tidak lama kemudian seorang di antara para sahabat memberi kesaksian bahwa sosok yang dikagumi mereka ternyata bunuh diri. Sejatinya ia belum mati, ia hanya terluka. Namun karena ia hendak segera mati (sebagai syahid) lalu ia tancapkan pedangnya ke tanah dan ujungnya yang tajam di dadanya. “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah”, sumpahnya di hadapan Nabi SAW. “Ada apa?” tanya Nabi SAW. “Tentang orang yang baru saja engkau tegaskan sebagai penghuni neraka waha Rasulullah”, jawabnya. Semua sahabatpun melotot, terheran. Lalu Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.وَفى بعضِ الرواياتِ زِياَدة “وَإِنَّماَ الأَعْماَلُ باِلخَوَاتِيْمِ (رواه البخارى ومسلم)

Kisah tersebut menegaskan satu aksioma : kematian adalah misteri. Kematian merupakan rahasia Allah SWT. Sekaligus menjadi hak prerogatifNya yang takkan pernah dapat diintervensi oleh siapapun.

Akhir kematian hanya satu di antara dua yaitu, husnul khatimah (akhir yang baik) atau  su’ul khatimah (akhir yang buruk). Para salafus shalih senantiasa berharap mengakhiri kehidupannya dengan husnul khatimah.

Diriwayatkan bahwa Amir bin Tsabit bin Az-Zubair memohon kepada Allah kematian yang baik. Ketika ia ditanya tentang hal itu, ia mengatakan:”Semoga Allah mematikan aku dalam keadaan bersujud. Ia shalat maghrib pada suatu hari, lalu Allah mematikannya dalam keadaan bersujud pada rakaat terakhir.

Maka tidak mengherankan jika mereka berlomba-lomba meraih amal-amal unggulan yang menjadi sebab dan mengantarkan kepada husnul khatimah.

🌸🌷🌸
Sahabat Bidadari Perindu Surga..
▪Landasan Syar’i

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Allah berfirman : ”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.   (QS.Ali Imran:102)

Rasulullah bersabda :
”Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia. Adakalanya seorang dari kamu beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak antaranya dengan surga hanya sehasta saja, tapi taqdir lebih cepat sehingga ia pun beramal dengan amalan ahli neraka.Dan ada kalanya seorang dari kamu beramal dengan amalan ahli neraka hingga jarak antaranya dan neraka hanya sehasta saja, tapi ia didahului oleh taqdirnya sehingga ia pun beramal dengan amalan ahli surga, maka masuklah ia ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

💎Cara menggapai Husnul Khatimah

🔹 1. Menguatkan keikhlasan terhadap Allah Ta’ala
Senantiasa mnguatkan keikhlasan dalam setiap amal. Ialah mengabdi kepada Allah Ta’ala. Menjadikan Dia sebagai satu-satu-Nya sesembahan dan tidak menjadikan sesuatu pun selain-Nya sebagai sekutu.

Sungguh, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Ta’ala, Rabb semesta alam.

🔹 2. Terus memperbaharui Niat
Niat yang terletak di dalam hati senantiasa berubah. Ia dipengaruhi oleh banyak faktor hingga tidak tetap. Perbaruilah niat. Terus menerus. Sesering mungkin.

Jangan pernah lelah. Jangan pernah bosan.

Di antara kiat memperbarui niat ialah dengan menuliskan dan mengingat-ingat keburukan yang pernah dilakukan. Kemudian mereka menghisabnya pada malam hari, tatkala menuju tempat tidur.

“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab,” demikian ini petuah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari sahabat mulia ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.

🔹 3. Terus Beramal dan Rendah Diri
Manusia memiliki kecenderungan berbuat salah. Bahkan teramat sering hingga sukar dihitung.

Tatkala merasa salah, bersikaplah rendah diri di hadapan Allah Ta’ala. Hinakan diri sehina-hinanya di hadapan Allah Ta’ala Yang Mahamulia. Hanya dengan merasa hina di hadapan-Nyalah seorang hamba akan dilimpahi kemuliaan.

Kemudian buktikanlah taubat dengan amal shalih. Teruslah beramal. Beramallah dengan sebaik-baik amalan. Jangan biarkan berlalu sedetik pun, kecuali ada amal shalih yang dikerjakan.

Senantiasalah berada dalam kondisi demikian hingga Allah Ta’ala menaqdirkan kematian bagi kita.

Bergegas dalam Kebaikan
Terburu-buru dan menunda asalnya dari setan. Sedangkan bergegas dalam melakukan kebaikan atau meninggalkan keburukan adalah salah satu keutamaan bagi orang-orang yang beriman.

Abbas berkata sebagaimana disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi, “Suatu kebaikan tidak akan terwujud, kecuali dengan tiga hal; segera melakukan, menganggapnya kecil, dan menutupinya.”

Setelah bergegas, hendaknya kita tidak berpuas diri dengan amalan tersebut dan menganggapnya sebagai amalan yang kecil hingga diri senantiasa melakukannya. Selain itu, dianjurkan untuk menutupi amal. Sebab yang tersembunyi lebih dekat kepada keikhlasan.

🔹 4. Meneladani Nabi SAW
Inilah sebaik-baik teladan. Beliaulah sosok yang tidak disangsikan lagi keshalihannya. Beliau merupakan pribadi penuh pesona, hidup dan matinya dalam kemuliaan. Beliaulah sosok yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. Maka kita harus meneladaninya dalam berbagai aspek kehidupan agar kelak mendapatkan apa yang beliau gapai. Insya Allah.

🔹 5. Takut kepada Allah.
Rasulullah bersabda:
“Siapa yang takut,  maka ia berusaha membekali diri, dan siapa yang berbekal maka ia sampai ke tempat tujuannya. Ketahuilah sesungguhnya dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah bahwa dagangan Allah adalah surga.” (HR.At-Tirmidzi, Al-Hakim dan Ahmad)

🔹 6. Selalu bertaubat dari segala dosa dan maksiat
Allah SWT brfirman:
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nur:31)

Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang bertaubat dari dosa bagaikan orang yang  tak berdosa.” (HR.Ibnu Majah dan Ath-Thabrani).

🔹  7. Berdo’a mengharapkan husnul khatimah
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw selalu memanjatkan do’a:
“Wahai Dzat yang membalik-balikkan hati tetapkan hatiku pada agamaMu” (HR. At-Tirmizi)

“Ya Allah, baguskanlah kesudahan kami dalam semua urusan, dan selamatkan kami dari kehinaan dunia dan siksaan akhirat”.  (HR.Ahmad)

🔹 8. Berangan-angan pendek
Angan-angan pendek memacu pemiliknya untuk memanfaatkan wakunya dan beramal shalih. Dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:

“Jadilah kamu di dunia seakan-akan kamu adalah orang asing atau seorang musafir”. Ibnu Umar berkata: ”Jika engkau berada pada sore hari, maka jangan menunggu pagi harinya,dan jika engkau berada pada pagi hari, maka jangan menunggu sore harinya.Pergunakan kesehatanmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR.Bukhari)

🔹 9. Sabar dalam Menghadapi Musibah
Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh menakjubkan orang mukmin itu, bahwa semua urusannya baik, dan hal itu tidak dimiliki  oleh seorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur maka itu lebih baik baginya, dan jika ditimpa ujian ia bersabar maka itu lebih baik baginya.”  (HR. Muslim).

🔹 10. Berprasangka baik (husnu dhzan) kepada Allah
Rasulullah SAW bersabda:
”Allah SWT berfirman,”Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga bersabda:
“Janganlah  seorang di antara kalian mati kecuali dalam keadaan  bersangka baik kepada Allah.” (HR. Muslim)

🔹 11. Benci terhadap Maksiat serta menjauhinya
Perbuatan maksiat menjadikan hati semakin berkarat dan kotor. Hati semcam ini takkan pernah memancarkan hidayah Allah SWT.

Melakukan maksiat secara terus  menerus mengantarkan pelakunya kepada su’ul khatimah. Sabda Nabi SAW :

مَنْ مَاتَ عَلىَ شَيْئٍ بَعَثَـــه اللهُ عَلَيْهِ (أحمد)

“Barang siapa meninggal dalam suatu keadaan (tertentu) niscaya Allah SWT akan membangkitkannya (di hari kiamat) dalam keadaan seperti itu.” (HR. Ahmad)

🔹 12. Menyadari bahwa kehidupan dunia amatlah pendek sementara akhirat dengan segala keni'matannya yang kekal.

Perhatikan Kalam Allah SWT berikut ini :

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.”  (Yunus:45)

"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (Al-A’la : 16-17)

🔹 13. Selalu mengingat Akhirat
Hadirkan akhirat dalam benak. Dekatkan gambaran akhirat di dalam pikiran. Senantiasalah berupaya agar pemandangan akhirat bersemayam di dalam hati. Dengan mengingat akhirat dan mengupayakan kehidupan abadi di dalamnya, dunia akan sirna dan tidak bermakna sedikit pun.

🔹 14. Memperbaiki terus Kekurangan Diri
Inilah pekerjaan yang tidak akan pernah berakhir. Inilah pekerjaan utama orang beriman. Kesibukan yang tidak pernah berhenti. Memperbaiki diri yang memang banyak kekeliruan. Diri yang butuh diingatkan terus menerus. Tanpa henti.

🔹 15. Memegang Teguh Aqidah Islam
Senantiasalah berpedoman pada Islam dan tetap berada dalam naungannya hingga kematian menjelang. Berdoa dan berupayalah untuk mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi berkata, “Lakukan ini setiap waktu, bahkan setiap detik. Allah Ta’ala mengisahkan wasiat Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam dan Nabi Ibrahim kepada anak-anaknya,  "Dan Ibrahim telah mewasiatkan kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. Ibrahim berkata: Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Qs. al-Baqarah: 132)

🔹 16. Berteman dengan orang-orang yang sholih

Allah Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.”  (QS. Al-Kahfi: 28)

Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Imam Al-Ghazali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 94)

Teman yang shalih punya pengaruh untuk menguatkan iman dan terus istiqamah karena kita akan terpengaruh dengan kelakuan baiknya hingga semangat untuk beramal.

Kita sangat ingin wafat dalam keadaan Husnul Khatimah, namun ingat jangan ingin sendiri aja.. ajaklah suami, anak-anak,  orang tua,  adik kakak,  keluarga,  kerabat,  sahabat dan orang yang kita sayangi semua.. MAKA dari itu kuatkan tali silaturrahim dan doa doa ghaib agar kita dan orang-orang yang kita sayangi "Meraih Husnul Khatimah"

Jangan lupakan ⬇

"watawaa shaubil haq, wataa shubisshobr"
Mengajak dengan CINTA DAN PENUH KASIH SAYANG,  MENGAJAK DARI HATI TANPA ADA KEBENCIAN..
Jamaah Bidadari Perindu Surga yang Allah muliakan, Mari kita sama-sama mengenal tanda-tanda kematian Husnul Khatimah

💎10 Tanda Kematian yang Husnul Khatimah 💎

Husnul khatimah atau akhir hidup yang baik adalah suatu kondisi dimana seorang mukmin diberi taufiq oleh Allah sebelum datangnya kematian untuk meninggalkan segala perbuatan yang mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla, bersemangat melakukan ketaatan dan mengerjakan berbagai kebaikan kemudian dia menutup usianya dengan kebaikan.

Sebuah hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam Ahmad yang menunjukkan tentang Husnul khotimah pada seorang hamba, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda;

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal.” Para sahabat bertanya; “Bagaimana membuatnya beramal?” beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Mati dalam keadaan Husnul khotimah memiliki tanda-tanda. Diantara tanda-tanda itu ada yang hanya diketahui oleh orang yang akan meninggal, namun ada pula tanda-tanda itu bisa diketahui oleh semua orang.

Adapun tanda yang hanya diketahui oleh seseorang yang hendak meninggal adalah adanya ‘bisyarah’ atau kabar gembira dari Allah bahwa dia telah mendapat keridhaan Allah dan berhak mendapat kemuliaan dari-Nya sebagai bentuk keutamaan yang diberikan Allah kepadanya. Allah Subhanahu Wata’alaberfirman;

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy dalam tafsirnya mengatakan; Ini adalah tanda pada seorang mukmin saat menghadapi sakarotul maut.

Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik Radhiyallohu ‘anhu, bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda;

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ قَالَ لَيْسَ ذَاكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَوْ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنْ الشَّرِّ أَوْ مَا يَلْقَاهُ مِنْ الشَّرِّ فَكَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah tidak senang bertemu dengannya.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, kami semua tidak menyukai kematian?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukan itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka seorang pemberi kabar gembira utusan Allah datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya. Adapun orang yang banyak berbuat dosa, atau orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang seseorang dengan menunjukkan tempat kembalinya yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR. Ahmad)

🍓 Ada beberapa Husnul khatimah yang dirinci oleh para ulama berdasar dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Diantaranya;

1). Seseorang yang mengucap kalimat ‘Laa ilaaha illallah‘, berdasarkan sabda NabiShallallahu ‘alaihi wasallam

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallooh’ maka dia akan masuk Surga.”  (HR. Abu Dawud)

2). Meninggal dengan keringat di dahi, berdasar hadits Ibnu Buraidah bin Hashib sebagai berikut ;

عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّه

كَانَ بِخُرَاسَانَ فَعَادَ أَخًا لَهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَوَجَدَهُ بِالْمَوْتِ وَإِذَا هُوَ يَعْرَقُ جَبِينُهُ فَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ

“Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya bahwa ia berada di Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan dahinya berkeringat, ia berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mu`min meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat didahinya.” (HR. Ahmad)

3). Mati pada malam Jum’at atau di siang hari Jum’at, berdasarkan sabda NabiShallallahu ‘alaihi wasallam

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

4). Orang yang meninggal karena tho’un (penyakit wabah atau sampar). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;

الطَّاعُوْن ُشهَاَدَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

“Mati karena penyakit sampar adalah syahid bagi setiap muslim.”  (HR. Bukhari)

5). Orang yang meninggal karena sakit perut, atau penyakit yang berhubungan dengan perut seperti; maag, kanker, usus buntu, kolera, disentri, batu ginjal dan lain sebagainya.

وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ

“Barangsiapa yang mati karena sakit perut maka dia adalah syahid.” (HR. Muslim)

6). Orang yang meninggal karena tenggelam, karena kejatuhan bangunan atau tebing. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena penyakit tha’un, sakit perut, tenggelam, orang yang kejatuhan (bangunan  atau tebing) dan meninggal di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

7). Orang yang meninggal dalam suatu urusan di jalan Allah (Sabilillah) . Seperti seseorang yang meninggal dalam perjalanan dakwah atau meninggal sewaktu mengajar ilmu agama atau ketika melakukan amal kebajikan kepada sesama yang diniatkan ikhlas karena Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari diatas. Fisabilillahadalah berjuang di jalan Allah juga dalam pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama.

8). Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya. RasulullahShalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;

قَتْلُ الْمُسْلِمِ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ وَالْغَرَقُ وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءَ

“Terbunuhnya seorang muslim terhitung syahid, kematian karena wabah thaun terhitung syahid, kematian karena sakit perut terhitung syahid, kematian karena tenggelam terhitung syahid dan seorang wanita yang mati karena melahirkan anaknya terhitung syahid.” (HR. Ahmad)

9). Seseorang yang terbunuh karena mempertahankan hartanya atau kehormatannya. Abu Hurairah RA meriwayatkan;

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ  ” أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي قَالَ : فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ  قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي  قَالَ : قَاتِلْهُ  قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي قَالَ : فَأَنْتَ شَهِيدٌ  قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ  قَالَ : هُوَ فِي النَّارِ “

Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam dan bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ada seseorang yang hendak mengambil hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan engkau berikan hartamu!” Bagaimana kalau ia melawanku?” Beliau bersabda; “Lawanlah dia!”, “Bagaimana kalau dia membunuhku?” Beliau bersabda; “Engkau syahid”, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?” Beliau bersabda; “Dia di neraka!.” (HR. Muslim)

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ  وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan agamanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan nyawanya maka dia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan keluarganya maka dia syahid.” (HR. Tirmidzi)

10). Orang yang meninggal dalam keadaan mengerjakan kebaikan atau amal sholeh. Seperti seseorang yang meninggal dalam keadaan sholat, melaksanakan ibadah haji, bersilaturahmi dan sebagainya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallambersabda;

مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ “

“Barangsiapa yang meninggal ketika mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena maka dia masuk Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari kemudian meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.” (HR. Ahmad)

11). Meninggal karena kebakaran
Dari Jabir bin ‘Atik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ وَالَّذِى يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ

“Orang-orang yang mati syahid yang selain terbunuh di jalan Allah ‘azza wa jalla itu ada tujuh orang, yaitu korban wabah adalah syahid; mati tenggelam (ketika melakukan safar dalam rangka ketaatan) adalah syahid; yang punya luka pada lambung lalu mati, matinya adalah syahid; mati karena penyakit perut adalah syahid; korban kebakaran adalah syahid; yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid; dan seorang wanita yang meninggal karena melahirkan (dalam keadaan nifas atau dalam keadaan bayi masih dalam perutnya, pen.) adalah syahid.” (HR. Abu Daud, no. 3111. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat keterangan ‘Aun Al-Ma’bud, 8: 275)

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma innaa nas'aluka husnal khaatimah, wa na'uudzubika min suu-il khaatimah.. aamiin yaa Rabb

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Rafika
Bunda saya mau bertanya, jika seorang ibu meninggal waktu melahirkan apakah masih bisa husnul khotimah jika dia mempunyai dosa-dosa yang sangat banyak?
Apakah otomatis dosa-dosa itu akan terhapus?

🌷Jawab:
InsyaaAllah Husnul Khatimah dengan syarat ikhlas dan sabar pada saat kehamilan dan saat akan melahirkan,  memasrahkan semua kepada Allah. Karena sabar dalam masa kehamilannya akan merontokkan dosa dosanya, pun saat melahirkan. Maka di saat dia melahirkan, dia tergolong SYAHID.. Syahid itu salah satu tanda Husnul Khatimah.
Allahu a'lam bisshowaab

0⃣2⃣ iRna
Assalamu'alaikum
Teh Bolehkah meminta kematian?
Apa hukumnya suntik mati?
Mungkinkah orang yang suntik mati mendapatkan husnul khatimah?
Syukran jazakillah Khair

🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh

MaasyaaAllah pertanyaan yang bagus 👍
Saya jawab tentang suntik mati dulu ya,

▪Suntik mati itu terlarang dalam Islam. Karena diibaratkan bagi pelukanya itu sama dengan bunuh diri. Dan bagi yang diperintahkan sama dengan membunuh.

Kenapa disuntik mati?
Karena sudah hilang kesabarannya, jika kesabarannya hilang maka akan mudah hilang imannya.

▪Seseorang yang suntik mati tidak dikatakan Husnul Khatimah karena sudah menyimpang  dari aturan Allah.
▪Orang yang beriman akan beriman dengan semua yang Allah turunkan,  berikut taqdir Allah..

Ketika seseorang meminta kematian maka dia sedang terjebak dengan kamuflase amal-amalnya.

Ketika seseorang meminta kematian,  sesungguhnya tidak ada KESABARAN dalam menghadapi kehidupan dunia.

Ketika seseorang meminta kematian karena merasa sudah bnyak amalnya,  maka sesungguhnya dia sudah tidak memiliki amal lagi..

Apakah manusia terkasih Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah meminta kematian??
TIDAK...

Jadi,  tidak boleh seorang mukmin meminta kematian.. dia harus yakin bahwa kita d dunia sesuai qadarnya Allah.

▪Teruslah beramal dengan ikhlas,  bersabar atas ujian dan terus mmperbaiki hubungan dengan Allah dan makhlukNya..

0⃣3⃣ Novida
Bund jika seorang istri selama berumah tangga selalu taat sabar dan ikhlas dengan suaminya, namun ternyata suaminya menikah lagi tanpa izin dan baru tau setelah beberapa lama kemudian.
Awalnya istri menerima namun karena sesuatu hal yang tidak bisa di terima karena ulah istri baru tersebut, akhirnya istri pertama meminta pisah tapi suami tidak mengijinkan mengingat anak-anak. Namun istri tetap keluar dari rumah dan mengalami musibah, meninggal dunia bund.
Apakah si istri berdosa dan tidak akan masuk surga?

🌷Jawab:
Jika suaminya memaafkan insyaaAllah Allah pun memaafkan..

Akhawaatii.. makanya kita harus ketahui betul,  apakah kita ini sabar karena watak yang Allah anugerahkan?
Atau karena iman kita?

Yang paling bagus dan kuat adalah sabar karena sebab iman, maka kuatkan kesabaran kita dengan doa dan husnudzan kepada Allah..

0⃣4⃣ Shofia
Ma'af saya ingin tanya soal suntik mati.

Menyuntik mati itukan dalam dunia medis disebut dengan eutanasia. Setahu saya eutanasia itu ada 2 (aktif dan pasif)

Eutanasia aktif itu contohnya dilakukan suntik mati itu. Kalau pasif contohnya melepas peralatan pengobatan pada pasien yang sudah di diagnosa usia kehidupannya sudah tidak lama lagi.
mohon koreksinya kalau salah.

Yang mau saya tanyakan..

1. Apakah eutanasia aktif dan pasif itu tidak boleh (haram)???

2. Lalu kalau tidak boleh, bagaiman hukumnya bagi tenaga medis yang membantu proses tersebut??

3. Apakah juga berdosa? Karena sama saja membunuh!

4. Terus kalau memang berdosa, bagaimana tenaga medis tersebut menghindarinya???

Salanjutnya saya ingin tanya ini...

5. Seorang mukmin yang  beriman bahwa dunia itu fana, lalu ia merindukan kenikmatan di akhirat apakah masih tidak boleh kalau berdoa agar kematiannya disegerakan ??? (meskipun ia tahu kalau akhirnya nanti tidak ada yang mengetahui, mendapat kenikmatan atau  bahkan sebaliknya)

6. Dan apakah pada hakikatnya orang tersebut telah terjebak oleh kamuflase amalnya???
Terimakasih.

🌷Jawab:
1. Syarian Islam mengharamkan euthanasia aktif, dan membolehkan euthanasia pasif.

A. EUTHANASIA AKTIF
Ia diharamkan karena termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau keluarganya.

Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiri. Misalnya firman Allah SWT :
( yang artinya)

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar."  (QS Al-An’am : 151)

“Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)…” (QS An-Nisaa` : 92)

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29).

Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif. Sebab tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad) yang merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar.

Tidak dapat diterima, alasan euthanasia aktif yang sering dikemukakan yaitu kasihan melihat penderitaan pasien sehingga kemudian dokter memudahkan kematiannya. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak diketahui dan tidak dijangkau manusia. Dengan mempercepat kematian pasien dengan euthanasia aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat (hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya, yaitu pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda, ”Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu.”  (HR Bukhari dan Muslim).

B. EUTHANASIA PASIF
Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada pasien. Karena itu, dokter menghentikan pengobatan kepada pasien, misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan buatan dari tubuh pasien.

Bagaimanakah hukumnya menurut Syariah Islam?
Jawaban untuk pertanyaan itu, bergantung kepada pengetahuan kita tentang hukum berobat (at-tadaawi) itu sendiri. Yakni, apakah berobat itu wajib, mandub,mubah, atau makruh? Dalam masalah ini ada perbedaan pendapat. Menurut jumhur ulama, mengobati atau berobat itu hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib. Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti kalangan ulama Syafiiyah dan Hanabilah, seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Menurut Abdul Qadim Zallum hukum berobat adalah mandub, Tidak wajib. Hal ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah (indikasi) bahwa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yang tidak tegas (sunnah).
Di antara hadits-hadits tersebut, adalah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian!” (HR Ahmad, dari Anas RA)

Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat. Menurut ilmu Ushul Fiqih, perintah (al-amr) itu hanya memberi makna adanya tuntutan (li ath-thalab), bukan menunjukkan kewajiban (li al-wujub). Ini sesuai kaidah ushul Al-Ashlu fi al-amri li ath-thalab “Perintah itu pada asalnya adalah sekedar menunjukkan adanya tuntutan.”

Jadi, hadits riwayat Imam Ahmad di atas hanya menuntut kita berobat. Dalam hadits itu tidak terdapat suatu indikasi pun bahwa tuntutan itu bersifat wajib. Bahkan, qarinah yang ada dalam hadits-hadits lain justru menunjukkan bahwa perintah di atas  bersifat wajib. Hadits-hadits lain itu membolehkan tidak berobat.

Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, bahwa seorang perempuan hitam pernah datang kepada Nabi SAW lalu berkata, ”Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan (epilepsi) dan sering tersingkap auratku [saat kambuh]. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku!” Nabi SAW berkata,”Jika kamu mau, kamu bersabar dan akan mendapat surga. Jika tidak mau, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Perempuan itu berkata, ”Baiklah aku akan bersabar,” lalu dia berkata lagi, ”Sesungguhnya auratku sering tersingkap [saat ayanku kambuh], maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Nabi SAW lalu berdoa untuknya. (HR Bukhari).

Hadits di atas menunjukkan bolehnya tidak berobat. Jika hadits ini digabungkan dengan hadits pertama di atas yang memerintahkan berobat, maka hadits terakhir ini menjadi indikasi (qarinah), bahwa perintah berobat adalah perintah sunnah, bukan perintah wajib. Kesimpulannya, hukum berobat adalah sunnah (mandub), bukan wajib.

Dengan demikian, jelaslah pengobatan atau berobat hukumnya sunnah, termasuk dalam hal ini memasang alat-alat bantu bagi pasien. Jika memasang alat-alat ini hukumnya sunnah, apakah dokter berhak mencabutnya dari pasien yang telah kritis keadaannya?

Abdul Qadim Zallum mengatakan bahwa jika para dokter telah menetapkan bahwa si pasien telah mati organ otaknya, maka para dokter berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan sebagainya. Sebab pada dasarnya penggunaan alat-alat bantu tersebut adalah termasuk aktivitas pengobatan yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Kematian otak tersebut berarti secara pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan bagi pasien. Meskipun sebagian organ vital lainnya masih bisa berfungsi, tetap tidak akan dapat mengembalikan kehidupan kepada pasien, karena organ-organ ini pun akan segera tidak berfungsi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena termasuk aktivitas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pasien –setelah matinya atau rusaknya organ otak—hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter. Jadi setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu.

Namun untuk bebasnya tanggung jawab dokter, disyaratkan adanya izin dari pasien, walinya, atau washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan izin dari pihak penguasa.

2.  Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah (yang artinya):

“Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah : 178)

Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan atau menyedekahkan.
Firman Allah SWT yang (artinya):

“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS Al-Baqarah : 178)

✅ Hanya untuk sekarang ini tidak ada khilafah Islam,  jadi bertaubat nashuhalah kepada Allah yang mungkin dilakukan dan perbanyak sedekah jika tindakan euthanasia aktif ini permintaan dari keluarga.

Namun jika euthanasia aktif ini permintaan seorang dokter,  maka ketika dokter ini menyadari kesalahannya, lakukanlah taubat nashuha dan bersedekahlah kepada mereka.

3. Tenaga medis yang melakukan euthanasia aktif itu berdosa,  maka wajib hukumnya dia melakukan taubat nashuha.

4. Jika dokter yang melakukan euthanasia aktif itu atas paksaan dan desakan keluarga pasien maka hal yang mungkin dilakukan adalah menasihati keluarga pasien bahwa hal euthanasia aktif itu dilarang dalam Islam jika mereka muslim, jika mereka non muslim, maka bernegosiasi atas nama hak asasi manusia perlu dicoba, karena melakukan euthanasia aktif sama saja dengan membunuh.

5. Tetap saja, kita tidak boleh meminta kematian disegerakan,  karena syariat Islam melarang seorang hamba untuk berdoa atau mengharapkan kematian.
Sebab kematian hanyalah milik Allah 'Azza wa Jalla dan Allah sudah menetapkannya, Allah berfirman dalam surat Al A'raf ayat 34, tentang kematian yang tidak bisa dimajukan atau diundurkan sesaatpun

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya."

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  “Janganlah salah seorang dari kamu berangan angan untuk mati. Jika ia seorang yang baik mudah mudahan kebaikannya bertambah, jika ia orang berbuat kesalahan mudah mudahan ia bertaubat." (HR. Bukhari)

“Janganlah salah seorang di antara kamu berangan angan untuk mati. Jangan berdoa untuk mati sebelum kematian itu sendiri datang. Jika salah seorang dari kamu mati maka terputuslah segala amal perbuatannya. Seorang mukmin mestilah mengisi usiannya dengan kebaikan." (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda:
“Janganlah salah seorang kamu menginginkan kematian disebabkan dia tertimpa bencana. Andaipun ia tetap berkeinginan maka hendaklah ia mengucapkan : Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan itu baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku." (HR. Muslim).

6. Iyya betul,  orang yang berharap kematian disegerakan karena merasa rindu kehidupan akhirat dan merasa amalnya sudah banyak, maka sesungguhnya dia terjebak dengan kamuflase amalnya.

Mengapa?
Karena seorang muslim masuk syurga itu karena Rahmat Allah bukan semata-mata karena amalnya,  sebab jikalau ditimbang amal baiknya tidak akan menandingi banyaknya ni'mat yang sudah Allah berikan kepada kita..

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada seorang pun yang masuk syurga kerana amalannya.” Para sahabat bertanya; “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Ya, kecuali bila Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya padaku, oleh kerana itu berlaku luruslah dan bertaqarublah dan janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian, jika dia orang baik semoga saja boleh menambah amal kebaikannya, dan jika dia orang yang buruk (akhlaknya) semoga boleh menjadikannya dia bertaubat.” (HR. Bukhari no. 5241)

Maka ketahuilah bahwa kita semua jika ditakdirkan masuk ke Syurga bukan dengan amalan yang kita lakukan, namun karena Rahmat dan Kasih Sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita yang taat kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya.

Wallahu a'lam bisshowaab

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Waktu berjalan begitu cepat.. baru kemarin Jumat,  tadi sudah Jumat lagi..
Tidak terasa sampai dipenghujung jalan.. seperti akhir hidup kita??
Beramal terus.. beribadah terus lillahi ta'ala..
Karena ini syarat diterimanya amal seorang hamba.
Dan amal itu dilihat pada akhirnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.”  (HR. Bukhari, no. 6493)

Dalam riwayat lain disebutkan,

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.”  (HR. Bukhari, no. 6607)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar