Minggu, 26 November 2017

Ayah... Bunda, Jangan Marahi Aku




OLeh  : Bunda Suci Susanti

Bismilahirrahmannirrahim...

Assalammualaykum warrahmatullahi wabarakatu,
Akhwatfillah yang insyaAllah selalu dalam rahmat Allah, malam ini insyaAllah saya akan membahas “Ayah... Bunda, Jangan Marahi Aku”


Beberapa tahun yang lalu, sebuah cerita menjadi viral di dunia maya. Entah cerita ini nyata ataukah karangan. Yang jelas, puluhan ribu orang mengomentari cerita itu. Bahkan kemudian dibuat video rekaannya dan menjadi viral juga di youtube. Cerita apakah itu ? judulnya, “Papa kembalikan tangan Ita.”

Adakah yang pernah membaca cerita itu ? Atau ada yang masing ingat ?

Saya ceritakan sedikit.

Intinya, ada seorang anak perempuan yang baru bisa menggambar. Saking senangnya, ia pun menggambar di mobil ayahnya. Bagian luar mobil ayahnya dijadikan kanvas, penuh dengan coretan. Maksud Ita (anak yang diceritakan) adalah ingin memberitahu orangtuanya tentang keahlian barunya. Namun ternyata kedua orangtuanya marah. Tangan Ita pun dipukul oleh orangtuanya dan dihukum tidur bersama pembantunya. Singkat cerita, tangan Ita lama kelamaan sakit dan ternyata infeksi yang akhirnya harus diamputasi. Setelah tangannya diamputasi Ita pun menangsi dan berjanji pada orangtuanya tidak akan “nakal” lagi. Dan kedua orangtuanya pun menyesal.

Saya menyempatkan diri membaca komentar para orangtua. Sebagian besar sangat sedih dan banyak ada juga yang menangis.

Ini adalah kenyataan perilaku sebagian orangtua. Yang dengan mudahnya meledakkan emosi tanpa melihat usia anak, latar belakang perbuatannya dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Dulu saat menjadi guru PAUD, saya pernah melihat sendiri orangtua murid yang menendang anaknya di hadapan guru dan orangtua murid lainnya. Hanya karena salah mengikat tali sepatu. Astagfirullah.... sungguh sangat menyakitkan bagi sang anak. Baik sakit fisik, maupun sakit hatinya.

Mengapa anak balita seringkali membuat marah orangtua ? Ternyata, penyebabnya adalah bukan pada balita. Tapi lebih pada orangtua. Karena banyak sekali orangtua yang menetapkan standart tinggi pada anaknya. Hingga ketika anaknya melakukan kesalahan, meledaklah amarah orangtuanya.

Contoh: Seorang anak balita ingin belajar makan sendiri. Maka oleh orangtuanya disiapkan piring lengkap dengan makanan dan sendok serta garpu. Detik demi detik berlalu. Menit demi menit berlalu. Hingga hitungan jam, sang balita bukannya makan.

Namun malah asik mengaduk-aduk makanan di piringnya hingga berserakan di meja makan dan di bawah meja makan. Orangtua yang menetapkan starndart tinggi, akan marah pada sang anak. Karena menurut orangtua, ketika makan haruslah rapi dan bersih. Orangtua lupa bahwa sang anak baru menginjak usia balita. Karena yang makan rapih dan bersih itu hanyalah orang dewasa. Jangan samakan anak balita dengan orang dewasa.

🌸🌷🌸
Dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ))

“Orang yang kuat bukanlah dengan bergulat, namun orang yang kuat itu adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”

Jika merujuk pada hadits di atas, maka tidak sepantasnyalah orangtua memarahi anaknya. Apalagi marah yang disebabkan kekuasaan. Ya, kekuasaan. Karena sebagian orangtua merasa menguasai dan berhak penuh atas diri anak. Maka ketika anak melakukan kesalahan, orangtua dapat seenaknya memarahi sang anak.

Lalu, sebagai orangtua apakah kita tidak boleh marah kepada anak? Tentu saja boleh. Tapi hanya pada hal-hal yang syar’i, yaitu hal-hal yang melanggar perintah Allah swt. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda,

ثلاثةٌ لا يَدخلُونَ الجنةَ: العاقُّ لِوالِدَيْهِ ، و الدَّيُّوثُ ، ورَجِلَةُ النِّساءِ

“Tidak masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, dayyuts (suami yang membiarkan keluarganya bermaksiat), dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 3063)

Maka, ketika anak melakukan kemaksiatan, seorang ayah wajib marah agar tidak termasuk dalam golongan dayyuts .

Contoh: Ketika seorang anak perempuan yang sudah baligh tidak mengenakan hijab saat keluar rumah. Sebagai orangtua yang baik maka wajib menegur, apalagi jika terjadi berulang-ulang.

Atau, jika seorang anak baik lelaki atau perempuan yang pacaran. Karena ini sudah melanggar perintah Allah SWT, maka orangtua wajib marah agar terhindar dari api neraka.

Akhwatfillah Bidadari PeRiNDu SuRGa... menjadi orangtua adalah menjadi pribadi pembelajar. Belajar bersabar, belajar bersykur, belajar mengelola emosi kapan harus marah dll. Bersabarlah pada anak-anak usia balita agar anak tumbuh dengan emosi yang stabil dan agar kelak anakpun pandai mengelola emosinya.

Wallahualambishawab. Mohon maaf lahir dan batin.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎


0⃣1⃣ Erna
1. Bagaimana mengendalikan amarah ke si anak? Karena tau kalau kita sering memarahi anak, lama kelamaan anak akan menjadi kebal dan tidak takut jika di marahi lagi!

2. Cara mengajarkan dan menanamkan sikap sabar dan penurut ke si anak itu bagaimana?

🌷Jawab :
Bismillah...

1. Untuk anak balita baiknya jangan dimarahi . Karena anak usia balita belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Ketika anak melakukan kesalahan, maka Yang harus dilakukan orangtua adalah ;

(1). Mengarahkan anak ketika melakukan kesalahan.

(2). Menasehati anak. Kita dikaruniakan mulut untuk bicara yang baik (sesuai hadits Rasulullah saw). Juga dikaruniakan dua kuping untuk banyak mendengar.

2. Tips mengendalikan marah pada anak balita :

(1). Mengucapkan taawudz ketika melihat hal yang menyebalkan.

(2). Menahan diri dengan menarik nafas panjang, minum air atau duduk.

(3). Membayangkan penyesalan yang akan terjadi jika kita memarahi anak. 

Cara menanamkan sabar sepertinya lebih cocok untuk orang tua yah. Bukan untuk anak.

Caranya sama dengan mengendalikan amarah di atas.

Wallahualambishawab.

0⃣2⃣ Lusia
Apa yang harus kita lakukan saat "kesal" sama tingkah anak khususnya yang masih balita . Karena kadang anak melakukan sesuatu yang tidak kita suka pada saat kita tidak nyaman, baik lagi dalam kondisi lelah ataupun pra menstruasi sindrom sehingga amarah amat gampang tersulut.
Adakah doa khusus atau amalan yang bisa membantu meredam amarah ?

🌷Jawab :
Bismillah...

Ini jawabannya ada yang sama dengan sebelumnya ya.

Saya tambahkan hadits tentang menahan marah.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ

"Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang." (HR. Bukhari dan Muslim)

Doa yang sangat ringkas:

أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ

A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim

Wallahualambishawab

0⃣3⃣ Key
Bagaimana caranya mengelola esmosi kita.. Karena kalau sudah marah pasti nyesel nya minta ampun, daripada marah saya cenderung diam, kalau ibunya sudah diam si kakak malah minta maaf. Disitu retak hati ini...

🌷Jawab :
Bismillah...

Naaahhh ini bagus banget. Lebih baik diam daripada mengeluarkan kata-kata yang kelak kita sesali.

Akhwatfillah yang sudah jadi bunda... Mohon diingat bahwa ucapan seorang ibu bisa jadi doa untuk si anak.

Ketika kita berkata,

"anak saya nakal"

"Anak saya tidak bisa diatur"

"Anak saya tidak bisa diam"

"Anak saya keras kepala"

Dan lain lain...

Na'udzubillahminzalik... jangan sampai kalimat-kalimat di atas diaminkan oleh malaikat.

Maka ketika kita merasa lelaaaahhh sekali... Kesabaran mulai menipis... Rasanya pingin nangis...

Cepat-cepat ambil air wudhu atau minu atau duduk Sambil membaca taawudz. Menjauh sebentar dari anak. Entah ke kamar atau dapur atau lebih bagus langsung shalat sunnah.

InsyaAllah...
Ketika menjauh dari anak .... baru 10 menit biasanya ada perasaan menyesal, merasa bersalah dan ingin cepat-cepat memeluk anak.

Wallahualambishawab

💎Si kakak malah mengikuti terus... Jadi gemas sendiri...

🌷Hehehe... Alhamdulillah... nanti ada saatnya kita yang mengikuti anak.
InsyaAllah... masa kanak-kanak tidak lama. Hanya 10 tahun. Manfaatkan sebaik-baiknya. Kelak ketika anak besar, gantian kita yang rindu masa kecil mereka. Kita yang rindu dibutuhkan mereka.

Sabar yah...


0⃣4⃣ Dian
1.Bagaimana cara marah yang benar, ketika anak tidak mau sholat? Karena saya menggunakan sistem Rosulullah belum berhasil juga.
Umur nya sekarang mau masuk 8 tahun.

2. Cara yang tepat memberi tahu jika di dalam kamar mandi tidak boleh bernyanyi atau membaca doa, bagaimana ya bunda? Apakah anak usia dia sudah boleh di ajarkan hal tersebut?

🌷Jawab :
Bismillah...

1. Anak umur 7 tahun Dibiasakan shalat. Belum wajib yah. Tapi sebaiknya sebelum usia 7 tahun sudah dibiasakan agar lebih mudah. Ketika umur 10 tahun barulah "agak keras" dengan cara memukul ketika anak lalai shalat. Tapi mukulnya yang lembut. Sudah pernah dibahas kemarin yah.

Segala cara harus dicoba agar anak terbiasa shalat. Boleh dengan memberikan hadiah. Karena memberikan hadiah termasuk sunnah juga.

Yang terpenting adalah membiasakan shalat Dengan teladan orang tua . Jadi ketika orang tua shalat, ajaklah anak. Walau rakaat pertama langsung kabur, tidak masalah. Terus ajak berjamaah. Insyaa Allah lama-lama akan terbiasa.

2. Usia 8 tahun dinasehati dengan memberikan pengertian. Sangat bagus jika sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan perilaku yang syari seperti larangan bernyanyi di kamar mandi.

Ini bisa juga dengan memberikan hadiah. Hadiah ini jangan yang mahal atau berat. Misalnya, hadiah tambahan waktu bermain, hadiah makanan yang disukai dan lain-lain.

Wallahualambishawab

0⃣5⃣ Ridha
1. Apa yang harus dilakukan seorang ibu jika anak tidak menyukai saudaranya sendiri. Cemburu misalnya.

2. Bagaimana mengajarkan anak agar bisa kontrol ucap dan kontrol gerak.. sehingga dimanapun dia berada selalu bisa menyesuaikan diri. Tanpa mengganggu orang lain!

🌷Jawab :
Bismillah...

1. Penyebab cemburu harus dicari tau. Orang tua ajak bicara masing-masing anak. Ajak anak untuk mengungkapkan penyebab kecemburuannya.

Setelah itu, ajak diskusi bersama. Tapi orang tua harus sabar saat diskusi.

Anaknya usia berapa ?

Kalau masih balita lebih mudah. Misal kakak 5 thn cemburu sama adik bayi. Maka ibu harus cari waktu bermain dengan si kakak. Karena ketika adik belum lahir, kakak selalu bersama ibu. Setelah itu ajak main berdua dengan adik bayi. Ajak adik bayi berbicara tentunya dengan pengawasan.

2. Menjaga ucapan bisa dengan mengingatkan anak ketika berkata yang tidak baik. Segera ingatkan anak dengan lembut. Beri pengertian bahwa kata-katanya tidak patut.

💎Maksudnya kontrol gerakan bagamana ?

Anak sulung 8 tahun tengah 6,5 tahun bunda... si sulung kalau kemana-mana tidak bisa diam bunda, semua di acak-acak dipegang. Jadi orang lain merasa terganggu. Diingat kan sering. Diawal sebelum berangkat juga sudah wanti-wanti. namun tetap saja. Bukan termasuk yang over aktif, tapi kontrolnya belum.

🌷Untuk usia 8 tahun biasanya sudah lebih terkendali. Mba coba bawa ke psikolog.

💎Subhanallah..
Tapi ini tidak marah bunda, lebih ke iseng. Di bank pembatas antrian dimainin. Sampai satpam marah luar biasa. Pernah konsultasi sama psikolog katanya ada perkembangannya yang telat muncul. Saya cukup kewalahan mnghadapi situasi ketika itu terjadi. "Nak ingat perjanjian kita tadi" dia cuek. "Nak umi ingatkan lagi kesepakatan kita tadi." Nak, Umi tidak mau marah, Cukup fahami kita berada dimana?
Waduh.... Itu udah melotot bunda.

🌷Bismillah...
Untuk usia 8 th biasanya sudah bisa mengikuti beberapa aturan. Karena sudah usia sekolah & di sekolah biasanya ada aturan-aturan yang harus diikuti.

Maka ketika belum bisa mengikuti aturan, artinya ada sesuatu. Dan menurut psikolog memang seperti itu ya.

Jadi harus ada treatment khusus.

Saran saya... lanjutkan konsultasi dengan psikolog agar ketika beranjak besar tidak dijauhi oleh orang sekitarnya karena perilakunya yang tidak biasa.

Wallahualam.

0⃣6⃣ Shoffia
Dan saya mau menyambung ini jawaban bunda yang mengatakan lebih baik diam dari pada mengatakan sesuatu yang membuat kita menyesal nantinya.

Apakah hal itu pantas bila dilakukan oleh seorang anak pada orang tuanya?? Terkadang kita sebagai anak juga merasa kesal dan emosi pada orang tua, sehingga ketika orang tua tanya kita diam saja karena takut nanti yang terucap malah kata-kata yang tidak baik atau membentak orang tua...

Dan untuk yang sudah jadi bunda, lebih sakit mana bila anak di tanya diam atau di tanya jawab dengan nada tinggi ??? Terimakasih

🌷Jawab :
Bismillah

Diam disini bukan berarti diam seharian atau diam ngambek yah.

Diam adalah ketika menahan marah saja. Dan ini tidak lama.

Orang tuanya sudah sepuh kah ?

Seorang anak wajib berbakti kepada orang tua. Bagaimanapun orang tuanya. Bahkan orang tua yang kafirpun tetap harus dihormati dan dihargai.

Jika anak merasa kesal pada orang tua, maka jangan sampai membuat hal-hal yang akan memasukkan kita ke dalam golongan "anak durhaka"

Na'udzubillahminzalik...

Sebagai anak, wajib berbakti kepada orang tua. Asalkan orang tua tidak melakukan hal-hal yang melanggar syariat.

Salah paham orang tua dan anak itu biasa. Kembalikan semua pada Allah SWT. Minta Allah menggerakkan hati orang tua agar orang tua dapat memahami kita.

Pertanyaan kedua... itu bukan pertanyaan, karena tidak bisa di-generalisir .

Afwan... anti sudah punya anak ?

💎Iya maksud saya saat kita lagi badmood kemudian ditanya orang tua kita diam aja karena lagi males itu aja.

🌷Baiknya tetap dijawab apa adanya. Orang tua juga bisa salah. Tapi orang tua adalah pintu surga. Kita tidak pernah tahu, kelak kita masuk surga melalui pintu yang mana. Maka... ketika masih ada orang tua (apalagi masih lengkap) Wajib bagi kita untuk berbakti.

Jawablah pertanyaan orang tua walau kita sedang badmood. Banyak-banyak istighfar. Jangan sampai menyesal.

💎Lah itu biasanya kalau tetap menjawab dengan nada tinggi!

Dan seperti itu kira-kira orang tua lebih sakit mana saat kita diam aja atau menjawab dengan nada tinggi maksud saya gitu.

🌷Tidak dua-duanya.
Hati-hati ketika bersikap dan berkata pada orang tua.

0⃣7⃣ Arni
Assalamu'alaikum bunda,

Ana mau tanya,  tapi sedikit dengan cerita ya ,
Bunda, ana kan sering mengasuh keponakan, bahkan rasanya kayak sudah jadi Ibu kedua untuknya, sampai-sampai kalau tidak mau jauh. Nah ponakan ana ini lagi aktif-aktifnya (usia 2,5  thn). Pernah karena mau ditinggal ayahnya kerja, dia ini tidak mau ditinggal sampai nangisnya kayak tidak ketulungan gitu, kerena tidak mau diam-diam sama ibunya itu sampai dijewer, cubit, pernah juga sampai disiram air dingin katanya biar diam.

Ponakan ana lari ke ana,
Salah tidak sih bunda kalau ana yang cuma bibi nya  dirasa lebih nyaman olehnya dan mengkhawatirkan psikisnya yang sering dikasarin begitu, apa lagi ayah anak itu tidak pernah tahu perlakuan itu.

Bagaimana ya bunda!

🌷Jawab :
Waalaykumsalam...

Bismillah,

Tidak ada yang salah ketika keponakan dekat dengan saudara-saudara dari ibu atau ayahnya.

Hanya memang kedekatan dengan orang tua harus lebih dibanding dengan orang lain walau itu saudara sendiri.

Afwan, yang saudara kandung anti ayah atau ibu si anak ?

Sebaiknya nasehati orang tua si anak. Ceritakan bahwa anak kecil lebih baik bila dinasehati dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan. Mungkin orang tuanya akan tersinggung. Tapi tidak apa-apa. Tetap nasehati dalam kesabaran.

Dan untuk si anak. Baiknya ketika berduaan dengan anti, selalu diingatkan bahwa kedua orang tuanya juga menyayanginya.

Wallahualam.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Orang tua tidak ada yang sempurna. Karena orang tua adalah manusia biasa. Maka menjadi orang tua adalah menjadi pribadi yang harus selalu belajar dari waktu ke waktu.

"Didiklah anakmu sesuai jamannya." Umar bin Khaththab.

Jangan pernah lelah belajar. Jangan pernah berhenti bersabar.

Anak tidak pernah minta dilahirkan. Orang tualah yang meminta kehadiran anak.
Maka...
Jaga amanah.
Jaga anak.
Didik anak sesuai Al Qur'an dan Sunnah.

Wallhualambishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar