Minggu, 24 Juni 2018

MENGAPA SULIT ISTIQOMAH SETELAH RAMADHAN BERLALU



OLeh  : Bunda Endria Sari Hastuti

           💎M a T e R i💘

Bismillaah
Alhamdulillah

Mari kita semua bersyukur kepada Allah ‎ ‎سبحانه وتعالى
Karena pada sore hari ini masih diberi karunia untuk bisa bertemu walaupun hanya dalam online saja. Akan tetapi semoga tidak mengurangi pahala yang telah disiapkanNya bagi kita yang berniat untuk saling bersilaturahim dan mungkin ada sedikit sharing ilmu yang bisa diambil manfaat darinya...
Sholawat dan salam mari kita panjatkan kepada Allah agar dilimpahkanNya bagi Nabi kita tercinta ... Nabi Muhammad  صلى الله عليه وآله وسلم - junjungan dan teladan yang mulia yang patut kita taati hingga akhir zaman.

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Ukhtifillah yang semoga senantiasa dirahmati Allah...

Seorang Muslim yang imannya benar itu, setelah dirinya mencintai Allah maka ia juga pasti akan berusaha mengikuti apa yang disampaiakan NabiNya, yakni Nabi yang mulia Muhamad  صلى الله عليه وآله وسلم ;

Selanjutnya meneladani para Sahabat Beliau  صلى الله عليه وآله وسلم dan juga orang-orang yang sholih (Salafus Shalih) setelahnya.

Ini adalah rangkaian kronologi jalur keimanan dan ketaatan kita dalam berIslam.

Dalam mengaji Ramadhan tentunya dari sejak persiapan memasuki Ramadhan, Saat berada dalam peribadatan Ramadhan dan keadaan yang seharusnya dipasca Ramadhan, selayaknya kita belajar dan berkaca serta meneladani mereka, yakni  Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم yang mulia, para Sahabat Beliau dan Salaf sholih.

Saat kita berkaca pada Para Salaf Sholih maka dalam menerima Ramadhan mereka selalu memiliki kesan yang mendalam.

Ramadhan bagi mereka merupakan bulan pengharapan yang selalu dinanti.

Dan ketika berada didalamnya dicurahkanlah segala daya dan upaya baik raga maupun jiwa untuk beribadah kepada Allah secara maksimal.

Adapun saat setelah kepergiannya, Ramadhan tetap menjadi ladang inspirasi kesholihan dan menuai hasil didikan Allah.

Dengan demikian pantaslah jika bagi para Salaf Sholih, ketaatan Ramadhan tetap memiliki bekas yang dalam pada bulan-bulan setelahnya, sampai pada pertemuannya dengan Ramadhan berikutnya.

MasyaAllah


Hhhmm ...
bagaiama dengan kita say?

Kita yang hidup di zaman now begini tidak mudah mengikuti kesempurnaan amal sebagaimana yang dicontohkan oleh para salaf sholih.

Apa sebabnya?

Mengapa begitu sulit mengambil keteladanan dalam perkara yang satu ini, yakni menjadikan pribadi Ramadhan selalu melekat di bulan-bulan setelahnya.

Tidak jarang diantara kita yang tidak merasa sedih saat Ramadhan berlalu. Bahkan merasa lega karena telah lepas dari Ramadhan.

Ini tentu menjadi suatu kondisi hati yang perlu kita koreksi.

Seharusnya atsar Ramadhan yang masih hangat ini tidak benar-benar berlalu begitu saja.

Dan saat ini ‎ان شاء الٌله kita masih berada di bulan Syawal. Dimana bulan ini merupakan bulan yang dibilang sebagai bulan awal kala kita harus bermujahadah (bersungguh-sungguh) menghidupkan semangat Ramadhan baik dalam keimanan maupun dalam amal ibadah kita.

InsyaAllah dengan niat yang jujur dan tekad yang kuat, kita masih bisa memperbaiki apa yang seharusnya kita perbaiki.

Lakukan tindakan Kontrol dari sekarang. Baik kontrol hati maupun kontrol amal.

Jangan mundur selangkah pun. Agar syetan tidak kegirangan dan leluasa mengusai jiwa kita seperti bulan-bulan yang telah lalu.

Ramadahn tahun ini harus menjadi moment perubahan yang besar bagi diri kita. Hijrah yang total tidak setengah hati lagi.

Meniti kehidupan dijalan islam dengan dasar ilmu dan iman yang lurus.

Kalaupun beberapa hari ini kita sempat larut dalam eforia lebaran maka segeralah ambil posisi untuk siap berjuang meraih kemenangan yang hakiki, yakni benar-benar mendapatkan ampunan dari Allah ‎ ‎سبحانه وتعالى dan amal-amal kita selama Ramadhan diterimaNya.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

🌸🌷🌸
MENGAPA SULIT ISTIQOMAH SETELAH RAMADHAN BERLALU?

Diantara jawaban dari pertanyaan diatas jika kita telusuri bisa kita ungkapkan dalam beberapa point diantaranya sebagai berikut:

🔹 Pertama :
Kurangnya kita memahami tentang konsep Ramadhan secara benar.

Seharusnya Ramadhan itu menjadi puncak penantian kita dari 11 bulan sebelumnya. Atau setidaknya ketika 3 bulan sebelum datang Ramadhan kita sudah berbunga-bunga menyambut Ramadhan, maka setelah Ramadhan berlalu apa yang telah kita lalui selama berada di dalam Ramadhan benar-benar akan menghasilkan pribadi yang baru yang fresh atas gemblengan Allah saat di Ramadhan.

Artinya setelah Ramadhan berlalu maka tidaklah berlalu pula kesholihan kita, keteguhan iman kita serta kedekatan kita kepada Allah dalam doa dan munajad-munajad kita. Dan juga amal ibadah kita pun masih terbawa aroma dan semangat Ramadhan.

Para salafus shalih menjadikan semua bulan dalam satu tahun itu sama seperti ketika mereka berada di dalam Ramadhan sehingga sifat mereka dan kesungguhan mereka dalam beribadah tidak berbeda antara di luar Ramadhan ataupun selama Ramadhan.

Jadi intinya kurang pemahaman dalam penerimaan Ramadhan yang tentunya diperoleh dari perbekalan ilmu harus menjadi perhatian kita dalam menyambut Ramadhan yang akan datang.

Hal ini juga penting agar pasca Ramadhan kita tidak terlena dengan kesibukan dunia tetapi tetap istiqomah dalam memohon kepada Allah atas 2 hal utama, yakni :
1). Agar diterimanya amal ibadah kita selama bulan Ramadhan.
2). Agar disampaikannya usia kita pada Ramadhan yang akan datang dalam keadaan yang lebih baik.

🔹 Kedua :
Begitu mudahnya kita melupakan apa yang telah kita ikrarkan saat kita berada di bulan Ramadhan.

Yakni bahwa kita telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Kita berjanji untuk lebih taat dan tidak mengulangi maksiat-maksiat yang telah kita lakukan di masa lalu. Pokoknya segala ungkapan pertaubatan untuk memohon ampun kepada Allah kita ucapkan disaat Ramadhan terlebih saat malam Lailatul Qodar yang selalu menjadi moment perburuan kita.

Mana sekarang ? Sudah lupakah kita akan semua ekspresi kesungguhan yang mengiba kepada Allah di Ramadhan kemaren?

Ukhtifillah ‎رَحِمَكُمُ اللّٰة  جَمِيْعًا

Hendaknya kita yakin bahwa saat Ramadhan kemaren doa-doa kita didengar Allah!!! Taubat kita diterima Allah dan semua amal ibadah kita yang benar-benar kita ikhlaskan untukNya pasti diterimaNya. Maka dari itu saat ini jangan kita beranjak dari suasana penghambaan yang agung itu, dampingi dan ikuti terus Kesholihan kita di Ramadhan di waktu Syawal ini dan bulan-bulan yang akan datang, agar doa-doa kita benar-benar terkabul. Amal ibadah kita benar-benar diterima. Dan dosa-dosa kita diampuni.

Bayangkan dengan ilustrasi, ketika baru beranjak dari kursi dimana kita harus menghadap seorang yang sangat kita muliakan untuk menjalani suatu proses selekasi. Kemudian kita harus duduk kembali di ruang penantian sambil menunggu giliran orang lain yang menghadapnya. Sementara kita masih dalam pengawasan sang penyeleksi tadi.

Apakah kira-kira dalam kondisi duduk kita di belakang akan besikap seenaknya ?

Sementara sorotan CCTV tidak pernah berhenti sedetikpun mengawasi gerak gerik kita. Sebagai bahan pertimbangan layakkah kita akhirnya diterima sebagai pemenang ?

Demikianlah ilustrasi sederhana yang insyaAllah bisa menjadi nasihat hati kita agar tetap bertahan dalam kesholihan setelah Ramadhan berlalu. Artinya kita ini masih dalam pengawasan Allah.

Bukannya Ramadhan berlalu kemudian Allah berhenti mengawasi kita. Karena itu jaga ketaatan, jaga iman dan jaga ahlaq kita dimana saja berada, karena Allah tidak akan pernah lengah mengawasi segala tindak tanduk dan prilaku kita bahkan MalaikatNya yang taat selalu mencatat apa saja yang kita lakukan (Rokib & Atid).

Kedua Malaikat yang mulia ini benar-benar sangat amanah dan teliti dalam mencatat. Mereka mencatat semua ucapan dan perbuatan manusia, secara detail dan terperinci, baik yang zhohir maupun batin.

‎وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ مُسْتَطَرٌ (53)

“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan Malaikat). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS. Qomar: 52-53)

‎وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلاَّ أَحْصَاهَا وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)

Bahkan amal sebesar biji sawi pun kelak akan tercatat dan diberi balasan olehNya.

Perhatikan firman Allah ‎ ‎سبحانه وتعالى di dalam surat Al Zalzalah berikut :

‎فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."

‎وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

Apakah peringatan-peringatan Allah diatas belum cukup bagi kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap langkah dan setiap bisikan hati?

🔹 Ketiga :
Kita tidak sungguh-sungguh belajar dari suasana Ramadhan dalam mengambil jalan pertemanan.

Ketika Ramadhan kita berada maka serasa hampir semua orang sholih bertebaran disekitar kita. Dan kitapun terbawa sholih karenanya.

Kita rajin ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih, melihat banyak saudara muslim yang membaca Al Qur’an dan berlomba-lomba menghatamkannya dalam beberapa kali selama Ramadhan, kita pun ikut larus dalam semangat ibadah-ibadah yang mulia itu.

Namun sayang ketika teman-teman dan sahabat-sahabat masjid kita berlalu dari Ramadhan dan kita kembali menemui teman-teman pergaulan yang kurang mendukung kesholihan kita maka kita tidak segera beranjak darinya.

Seharusnya apa yang telah kita dapatkan dari Ramadhan kita terapkan di luar Ramadhan. Bertekadlah untuk menjadi pribadi yang selektif dalam bergaul. Tetapkan kita berada diantara pergaulan orang-orang yang sholih. Karena merekalah yang insyaAllah mampu mendukung upaya kita untuk tetap menjadi sholih.

Tinggalkan teman-teman baik yang ofline ataupun yang online (Whatsapp dan lain-lain) yang didalamnya hanya ada suasana tawa canda dan hura-hura. Pilih dan seleksi mana grup yang baik dan islami yang banyak kita dapatkan ilmu agama darinya dan manfaat-manfaat yang baik dan tidak bertentangan dengan agama kita.

Karena grup-grup pergaulan kita baik di whatsapp ataupun grup yang lain sangat berpotensi menjerumuskan kita pada kondisi yang tidak khusyu’ dalam beragama jika memang banyak mudhorot didalamnya. Maka tinggalkan dan cari yang memberi manfaat agar kita selamat.

Kita semua sedang mengukir amal dan selanjutnya menunggu putusan dan vonis Allah Rabbul ‘Alamin Penguasa alam semesta dan jagat raya ini, di akhirat kelak. Karena itu perhatikan benar dengan siapa kita berinteraksi. Bersama siapa saja kita bergaul. Dan dimana serta apa saja aktivitas kita yang dominan dari seluruh waktu yang Allah amanahkan kepada kita.

Hal ini harus kita perhatikan baik-baik agar Ramadhan tidak berlalu tanpa kesan. Tetapi justru Ramadhan akan menjadi kenangan-kenangan yang tak pernah terlupakan bahkan menjadi arena tarbiyah (pendidikan) kita dari tahun ke tahun untuk menjadi lebih baik.

Allah berfirman dalam surat Thahaa : 135

‎قُلْ كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ وَمَنِ اهْتَدَىٰ

"Katakanlah: "Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah oleh kamu sekalian! Maka kamu kelak akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk."

Mari kita berhati-hati dalam mengisi hari-hari kita sejak Bulan Syawal ini. Jangan pernah merasa merdeka. Tetaplah berada di atas jalan Petunjuk (hidayah) sebagaimana Allah telah menggembleng kita di Ramadhan kemaren.

Semua dari kita selalu dalam pengawasanNya dan kelak kita harus bertanggung jawab dan menerima konsekwensinya (balasan Allah yang Maha Adil).

Masih ada waktu bagi kita untuk berazzam dan meneguhkan niat untuk melanjutkan semua kebiasaan baik saat kita berada di Ramadhan dengan amal ibadah dan ketaatan serta berbagai upaya kita untuk menahan nafsu dan menjauhi maksiat, lalu kita teruskan amal-amal shalih itu di bulan-bulan selanjutnya. Ingatlah bahwa ibadah puasa tidak hanya di bulan Ramadhan, demikian pula ibadah sholat malam, amal sedekah dan tolawatil Qur’an. Jadikan semua bulan bagai Ramadhan dalam membangun semangat iman dan ketaatan. Agar hidayah Allah terus diberikan kepada kita hingga akhir usia kita termasuk orang-orang yang istiqomah dan mati dalam keadaan khusnul khotimah.

‎وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya.

Sebagai penutup kajian ini,
marilah kita berdoa’a kepada Alloh Subhaanahu ‎ ‎سبحانه وتعالى  :

“Ya Rabb kami terimalah dari kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Rabb kami, jadikanlah kami orang-orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 127 – 128)

“Ya Rabb kami, jadikanlah kami dan anak cucu kami orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Rabb kami, perkenankanlah doa kami.  Ya Rabb kami, beri ampunilah kami dan kedua ibu bapak kami dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 40- 41)

“Ya Rabb kami hanya kepada Engkau lah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkau lah kami bertaubat dan hanya kepada Engkau lah kami kembali. Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Rabb kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Mumtahanah: 4 – 5)

“Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami hikmah dan masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang shalih," (QS. Asy Syu’ara’: 83)

“Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan semua yang di alam ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Rabb kami, Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Rabb kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Rabbmu”, Maka kamipun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak beribadah dan berbakti kepada-Mu. Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul Rasul Mu. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.” (QS. Ali Imran: 191 – 194)

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia).
Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyalahi janji.” (QS. Ali Imran: 8 – 9)

"Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti pula Rasul-Mu, Karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi.” (QS. Ali Imran: 53)

“Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum kafirin.” (QS. Ali Imran: 147)

“Ya Rabb kami, keluarkanlah dan selamatkan kami dari negeri yang zhalim penduduknya ini, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu !.” (QS. An Nisa’: 75)

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al A’raaf: 23)

“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al A’raaf: 126)

“Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS. Al Kahfi: 10)

“Ya Rabb kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (QS.  Al Furqon: 65)

“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Furqon: 74)

“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr: 10)

“Ya Rabb kami, berilah kami petunjuk untuk mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau berikan kepada kami dan kepada ibu bapak kami dan supaya kami dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau Ridhai; berilah kebaikan kepada kami dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucu kami. Sesungguhnya kami bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al Ahqaf: 15)

‎آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Alhamdulillah
Wa Allahu ‘alam

 ‎اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ


Jakarta, 10 Syawal 1439 H
Oleh : Hamba Allah


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
        💎TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Serra
Assalamualaikum...

Jika sholat wajib Kita sudah baik tapi Sunnah Kita berantakan, dibenahinya bagaimana?
Apakah yang mudah-mudah seperti dhuha, sholat qobliyah dan lain-lain atau bagaimana?

🌷Jawab:

 ‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bisa dimulai dari mana saja say. Tetapi yang afdhol silahkan dimulai dari memperbaiki sholat sunnah rawatibnya saja dulu.

Berikut urutannya:

Bismillaah...

12 Rakaat Sholat Sunnah Rawatib, Itu kapan saja?

🔹 Pertama :
2 rakaat SEBELUM Subuh

🔹 Kedua :
4 rakaat SEBELUM Dzuhur
(Cara ngerjainnya 2 rakaat sebanyak 2x yah...)

🔹 Ketiga :
2 Rakaat SETELAH Dzuhur

🔹 Keempat :
2 Rakaat SETELAH Maghrib

🔹 Kelima :
2 Rakaat SETELAH Isya’

◼Keutamaan Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib Secara Rutin :


1). Shalat adalah sebaik-baik amalan
Nabi  صلى الله عليه وآله وسلم bersabda yg artinya :

“Ketahuilah, sebaik-baik amalan bagi kalian adalah shalat.” (HR. Ibnu Majah, Ad Darimi dan Ahmad)

2). Meninggikan derajat di surga karena banyaknya shalat tathowwu’ (shalat sunnah) yang dilakukan Tsauban – bekas budak Rasulullah  صلى الله عليه وآله وسلم pernah ditanyakan mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai oleh Allah.

Kemudian Tsauban mengatakan bahwa beliau pernah menanyakan hal tersebut pada Rasulullah  صلى الله عليه وآله وسلم lantas beliau menjawab,

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah karena  tidaklah engkau bersujud pada Allah dengan sekali sujud melainkan Allah akan meninggikan satu derajatmu dan menghapuskan satu kesalahanmu.” (HR. Muslim)

Ini keutamaan baru dari sekali sujud. Bagaimana jika melakukannya dalam banyak sujud atau banyak shalat?

3). Menutup kekurangan dalam shalat wajib
Seseorang dalam shalat lima waktunya seringkali mendapatkan kekurangan di sana-sini sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi  صلى الله عليه وآله وسلم yg artinya :

“Sesungguhnya seseorang ketika selesai dari shalatnya hanya tercatat baginya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, separuh dari shalatnya.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

Untuk menutup kekurangan ini, disyari’atkanlah shalat sunnah. Nabi  صلى الله عليه وآله وسلم bersabda,

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.” (HR. Abu Daud)

4). Rutin mengerjakan shalat rawatib 12 raka’at dalam sehari akan dibangunkan rumah di surga.

Dari Ummu Habibah –istri Nabi  صلى الله عليه وآله وسلم Rasulullah  صلى الله عليه وآله وسلم bersabda,

“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”

Yang dimaksudkan dengan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari dijelaskan dalam riwayat At Tirmidzi, dari ‘Aisyah. Nabi  صلى الله عليه وآله وسلم bersabda,

“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum  zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.” (HR. Thirmidzi)


Masih mau ninggalin Sholat Sunnah Rawatib ???


‎ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ 


 ‎بَارَكَ اللّهُ فِيْكُمْ

والله أعلم بالصواب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💘


Bersegeralah meraih segala kebaikkan untuk dirimu, karena waktu lebih cepat merampas kebaikan itu tanpa harus seijinmu.


Wassalamu'alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar