Sabtu, 23 Juni 2018

MENELADANI AISYIAH RA "Part 2"



OLeh   : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💘M a T e R i💘

Sahabat-sahabatku, pada pertemuan terdahulu kita telah mengenal sedikit tentang Ibunya kaum Mukmin Aysyah RA. dan malam ini kita lanjut pada kisah tentang fitnah yang dilancarkan kepada beliau.

Tatkala bendera Islam telah berkibar tinggi dan kejayaan Islam sudah tampak, serta kekuatan kekufuran hancur, muncullah fenomena di tengah-tengah barisan umat Islam musuh-musuh bebuyutan yang licik, yang menampakkan Islam di luarnya hanya demi menjaga darah dan harta, namun mereka menyembunyikan kekufuran dan gejolak kedengkian, serta tipu daya terhadap Islam dan kaum Muslimin. Mereka adalah orang-orang munafik yang dipimpin oleh ‘Abdullah bin Ubay bin Salul. Ia beranggapan bahwasanya Rasulullah SAW telah merebut kekuasaan dan kedudukannya, tidak lain karena kaumnya sebenarnya sudah siap untuk memberikan kekuasaan dan kerajaan di Madinah padanya (Ubay), sebelum sampainya ajaran Islam dan masuknya kaum Muslimin di kota tersebut.

Kaum munafik pun membulatkan tekad untuk merongrong kaum Muslimin, dengan menjalankan aksinya, baik sendiri-sendiri maupun bergabung bersama kelompok lainnya. Bahkan, kebusukan dan kejahatan mereka sampai pada titik ikut serta keluar dan berperang bersama (membantu) Rasulullah SAW terutama pada peperangan yang diperkirakan akan mendatangkan kemenangan dan mendapatkan harta rampasan perang, sehingga mereka bisa pulang dengan membawa harta kesenangan dunia yang fana.

Kaum ini juga meyakinkan kaum Muslimin bahwasanya mereka berada di satu barisan bersama umat Islam, padahal pada saat yang sama, mereka mencari-cari kesempatan untuk menyebarkan racun keraguan dalam hati dan menanam bibit perpecahan di antara kaum Muslimin. Meskipun semua itu harus ditempuh dengan jalan menghina dan melecehkan Rasulullah SAW pasti mereka akan tetap melakukannya tanpa ragu-ragu.

Akhirnya, kaum munafik mendapatkan kesempatan itu tatkala mereka keluar bersama Rasulullah SAW untuk memerangi Bani Mushthaliq. Kaum ini pun memperoleh peluang emas untuk mengabulkan keinginan nafsu keji mereka.

Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “tuduhan dusta” (haaditsul ifki), sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab tafsir, hadits, sejarah peperangan, dan sirah. Peristiwa ini sangat masyhur disebabkan turunnya beberapa ayat terkait dengan masalah tersebut.

Secara ringkas, kronologis kejadian di atas adalah sebagaimana berikut. Suatu ketika, rombongan Rasulullah SAW meninggalkan Ummul Mukminin ‘Aisyah RA (tanpa sengaja) karena beliau sedang sibuk mencari kalungnya yang hilang saat sedang buang hajat. Setelah itu, ‘Aisyah RA kembali dan menunggu di tempat sebelumnya rombongannya berada, hingga datanglah Shafwan bin Mu’athil sebab dia memang berada di barisan belakang rombongan. Ia pun melihat dan mengenali wajah ‘Aisyah RA karena pernah melihat beliau sebelum turunnya ayat hijab. Shafwan lalu menundukkan unta untuk ‘Aisyah RA dan menuntun keduanya dengan cepat agar dapat menyusul rombongan. Di sisi lain, rombongan Rasulullah SAW panik karena kehilangan ‘Aisyah RA hingga pagi berikutnya.
Tatkala kaum Muslimin sudah agak tenang, tiba-tiba muncullah Shafwan menuntun unta yang ditunggangi Ummul Mukminin ‘Aisyah. Menyaksikan hal tersebut, orang-orang munafik pun menyebarkan desas-desus sehingga orang-orang yang hatinya berpenyakit turut menyebarkannya. Fitnah ini semakin memanas hingga sanggup menjerat (menyesatkan) sebagian umat Islam.

Keadaan semakin parah karena wahyu tidak kunjung turun, padahal denganya akan binasa orang yang binasa melalui bukti jelas dan akan hidup (juga) orang yang hidup dengan bukti yang nyata. Benar , orang-orang munafik berhasil menjalankan aksinya saat itu, senjata mereka benar-benar beracun, dan mereka yakin bahwa tuduhan itu akan berujung pada kebinasaan ‘Aisyah.

Akan tetapi, Allah berkehendak lain dan menyelamatkan umat Islam, terbukti dengan diturunkannya wahyu dari-Nya, Yang Maha mengetahui semua rahasia. Alhasil, terbebaslah ‘Aisyah RA ash-Shiddiqah binti Abu Bakar ash-Siddiq melalui ayat yang diturunkan dari atas langit ketujuh, yang akan terus dibaca oleh umat Islam di masjid-masjid mereka, sampai Allah mewarisi bumi dengan segala isinya.

Aisyah adalah seorang isteri yang memilik sikap quwwah (keteguhan jiwa) dalam kebenaran. Aisyah tetap dalam keyakinannya bahwa ia ada dalam kebenaran, ketika masyarakat mempertanyakan tentang kesuciannya setelah kepulangannya dari Perang Bani Musthaliq. Bahkan, berita bohong itu pun sempat menggoyahkan kepercayaan Rasulullah saw. kepadanya. Aisyah hanya bersaksi, “Demi Allah, aku tidak bertaubat kepada Allah selamanya dari apa yang Rasul katakan. Demi Allah, sesungguhnya aku tahu jika aku mengakui sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang, sedang Allah tahu bahwa aku bersih dari (perbuatan itu), maka sungguh aku telah mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Dan, jika aku mengingkari apa yang mereka katakan, mereka pasti tidak akan mempercayai dan tidak akan membenarkanku. Tetapi, aku akan mengatakan apa yang pernah dikatakan oleh Ya’kub a.s., ‘Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku), dan Allah sajalah yang dimohon pertolongannya terhadap apa yang kalian ceritakan." ’(Q.S. Yusuf, 12: 18). Dengan kesabaran yang tinggi pada diri Aisyah, Allah Swt. membenarkan kesucian Aisyah sebagai wanita mulia.

Tersucikannya ‘Aisyah RA dari tuduhan tersebut akan dipahami oleh setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Itulah yang dipahami oleh sahabat yang mulia, Abu Ayyub al-Anshari, tatkala isterinya, Ummu Ayyub, bertanya kepadanya: “Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau mendengar apa yang sedang diperbincangkan orang-orang tentang ‘Aisyah?” Beliau menjawab: “Ya. Hal itu hanya dusta belaka. Apakah kamu juga melakukannya, hai Ummu Ayyub?” Ia menjawab: “Tidak, demi Allah. Aku tidak melakukannya.” Abu Ayyub berkata: ‘Demi Allah, ‘Aisyah lebih baik daripada kamu.’

🌷🔷🌷
Jama’ah RAK  yang diRahmati Allah Ta’ala

Menguliti kisah Ummul mukminin adalah mengurai lapisan-lapisan penuh keberkahan yang penuh hikmah, betapa tidak? Setiap saat selalu ada pendidikan, selalu ada contoh, selalu ada kasih sayang, serasa tidak cukup waktu untuk mengungkap lembaran demi lembarannya.  Hidup dalam rumah tangga Nabi ternyata bukan hidup yang bergelimang harta benda, namun hidup yang semata mata meraih Ridho sang Pencipta. Hidup penuh kezuhudan, Aisyah yang berkembang dikediaman sang Ayah didik dalam kezuhudan, beliau menjadi sosok yang yang menyerahkan seleuruh harta benda untuk Allah, dan hatinya sessat juapun tidak pernah bergantung pada kesenangan dunia fana, dan kezuhudan itupun bertambah setelah pemimpin orang-orang zuhud menikahi Aisyah, beliau melihat langsung sifat zuhud dikehidupan Rasulullah SAW, matanya melihat sendiri bagaimana Rasulullah meninggalkan kemewahan dunia dan lebih memilih apa yang ada disisi Allah Ta’ala. Meski kunci segala kemewahan pernah ditawarkan kepada Rasulullah. Aisyah RA pernah berucap : “Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang makan roti gandum selama dua hari berturut – turut hingga beliau wafat." Juga pernah 3 bulan dirumah Rasulullah tidak pernah memasak hanya makan kurma dan air, bahkan sampai Rasulullah menggadaikan baju besinya untuk membeli gandum. Subhanallah…. Sepenggal kisah dari dari Urwah RA : Aku melihat Aisyah membagi bagikan 70.000 dirham, sementara ia sendiri menambal baju panjangnya. Selain ahli sedekah Aisyah RA adalah ahli puasa, sangat banyak hadits yang menceritakan hal itu. Dan Aisyah juga tak ketinggalan turun kemedan Jihad, Anas bin malik bertutur “Aku melihat Aisyah RA dan ummu Sulaim keduanya menyingsingkan lengan baju, aku melihat gelang kaki dikaki mereka saat memikul geriba air lalu mereka menuangkan kemulut para mujahid. Setelah itu keduanya kembali mengisi air. Setelah itu datang kembali member minum kaum."

🌷🔷🌷
◼Berikut kita masuk ke kisah Perang Jamal :

Perang Jamal bermula ketika Aisyah, Thalhah dan al-Zubair radhiallahu 'anhum serta orang-orang yang bersama mereka pergi ke Basrah setelah pengangkatan Ali bin Abi Thalib RA menjadi khalifah. Semua ini terjadi setelah pembunuhan Amirul Mukminin Usman bin Affan RA. Melihatkan kepergian  Aisyah dan pasukannya, Amirul Mukminin Ali RA turut pergi ke Basrah bersama pasukannya. di Basrah, kedua-dua pasukan ini bertemu dan terjadilah satu peperangan yang dinamakan Perang Jamal. Dinamakan perang jamal karena Aisyah RA berada di atas unta (Jamal) ketika peperangan tersebut.

Dalam peristiwa ini, timbul dua persoalan. Yang pertama, kenapakah Aisyah dan pasukannya bergerak ke Basrah? Al-Qadhi Ibn al-Arabi rahimahullah (543H) menerangkan bahwa ada beberapa pendapat. Ada yang berkata mereka keluar karena ingin menurunkan Ali khalifah. Ada yang berkata mereka benci kepada Ali. Ada yang berkata mereka ingin mencari para pembunuh Usman. Ada yang berkata mereka pergi untuk menyatukan umat Islam. Di antara semua pendapat ini, yang benar adalah yang terakhir. Al-Qadhi Ibn al-Arabi menegaskan:

“Mungkin mereka keluar demi keseluruhan umat Islam, mengumpulkan dan menyatu mereka kepada undang-undang yang satu (Islam) agar tidak berlaku kebingungan yang akan mengakibatkan peperangan. Dan inilah pendapat yang benar, tidak yang lainnya.” [al-‘Awashim min al-Qawashim fi Tahqiq Mawaqif al-Shahabah ba’da Wafati al-Nabi (diteliti oleh Muhib al-Din al-Khatib; Dar al-Jil, Beirut, 1994), ms. 155]

Sebelum itu hal yang sama ditegaskan oleh al-Imam Ibn Hazm rahimahullah (456H):
“Dan adapun (kepergian) Ummul Mukminin (Aisyah), al-Zubair dan Thalhahradhiallahu 'anhum berserta orang-orang yang bersama mereka (ke Basrah), tidaklah mereka sedikit jua bertujuan membatalkan kekhalifahan Ali, mereka tidak mengingkari jabatan tersebut, mereka tidak menyebut  kecacatan yang merendahkan beliau daripada jabatan tersebut, mereka tidak bertujuan mengangkat khalifah baru yang lain dan mereka tidak memperbaharui bai‘ah kepada siapapun. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari oleh siapapun juga dengan cara apapun juga."
Berdasarkan keterangan di atas, jelas lah  kita bahwa kepergiannya ke Basrah, tidak memiliki tujuan berperang atau memberontak terhadap Ali RA .

◼Keutamaan Aisyah RA  :

Kelebihan yang ada pada Aisyah RA  : Aisyah berkata : aku memiliki tujuh sifat yang tak dimiliki seorang wanitapun, selain apa yang diberikan Allah kepada kepada Maryam binti imran.

1. Malaikat Jibril datang membawa gambarku kepada Rasulullah SAW.
2. Beliau menikahi ku dalam keadaan perawan, beliau tidak memiliki istri perawan selain aku.
3. Suatu ketika wahyu turun kepada Rasulullah saat aku bersama beliau dalam satu selimut.
4. Aku adalah salah satu orang yang  paling beliau cintai, dan putri dari orang yang paling beliau cintai.
5. Sejumlah ayat Al Qur'an turun berkenaan denganku dimana ummat hampir saja binasa karenanya.
6. Aku pernah  melihat jibril dan tidak seorang pun diantara istri-istri beliau yang melihatnya selain aku.
7. Beliau meninggal dunia dirumahku, tidak ada seorangpun yang berada didekat beliau selain aku dan malaikat maut.

Aisyah RA seorang wanita mulia dan istimewa dimana sebagian dari ilmu agama kita ini diambil darinya. Begitu banyak keutamaan dan kemuliaan yang dimilikinya, semoga Allah meridhainya dan mengumpulkannya dengan kekasihnya yang paling dicintainya yaitu Nabi kita Muhammad SAW.

1. Kecintaan Rasulullah kepadanya melebihi kecintaannya kepada istri-istri beliau yang lainnya

2. Malaikat menyampaikan salam untuknya bukan hanya sekali.

3. Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pembebasan dirinya dari tuduhan dusta sebanyak sepuluh ayat dalam surat An-Nuur.

4. Pada saat Rasulullah sakit, beliau minta untuk tinggal dikamarnya (aisyah), sehingga dia dapat mengurusnya sampai Allah memanggil ke hadirat-Nya (wafat).

5. Berdasarkan sabda Rasulullah, “Keutamaan Aisyah atas wanita yang lainnya bagaikan keutamaan tsarid(roti yang dibubuhkan dan dimasukkan kedalam kuah) atas makanan-makan yang lainnya.”

6. Syari’at tayammum disyari’atkan karena sebab beliau, yaitu tatkala manusia mencarikan kalungnya yang hilang di suatu tempat hingga datang waktu Shalat namun mereka tidak menjumpai air hingga disyari’atkanlah tayammum.

Dan sangat banyak lagi kelebihan-kelebihan lain yang ada pada diri Ummul Mukminin yang mulia ini.

Sahabat-sahabatku yang dicintai Allah, kita tutup pertemuan kita malam ini dengan kisah meninggalnya Ummulmukminin kesayangan Rasulullah ini.

Setelah melalui perjalanan panjang untuk beribadah, menebar ilmu, member, berkorban untuk agama Allah, Ash-Shiddiqah Ath Thahirah  akhirnya beristirahat menuju kenikmatan hidup dialam keabadian, setelah memenuhi dunia dengan ilmu, fikih, zuhud, wara’.

‘Aisyah .ra meninggal pada malam selasa, tanggal 17 Ramadhan setelah shalat witir, pada tahun 58 Hijriyah. Yang demikian itu menurut pendapat mayoritas ulama. Ada juga yang berpendapat bahwa beliau wafat pada tahun 57 H, dalam usia 63 tahun dan sekian bulan. Beliau naik menuju Rabb dalam keadaan Ridho dan di Ridhoi.

Para sahabat Anshar berdatangan pada saat itu, bahkan tidak pernah ditemukan satu hari pun yang lebih banyak orang-orang berkumpul padanya daripada hari itu, sampai-sampai penduduk sekitar Madinah turut berdatangan.

‘Aisyah .ra dikuburkan di Pekuburan Baqi’. Shalat jenazahnya diimami oleh Abu Hurairahdan Marwan bin Hakam yang saat itu adalah Gubernur Madinah.

Sosok Aisyah ra merupakan teladan yang tepat bagi muslimah tanpa perlu menggembar-gemborkan masalah emansipasi yang terjadi saat ini. Keberadaan Aisyah sudah membuktikan bahwa perempuan juga diberikan posisi yang layak di zamanRasulullah saw dan para shahabat.

Demikian Ringkas kisah tentang Sangi pemilik Pipi yang kemerah merahan  Aisyah RA.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Erna
Bunda sebagai generasi jaman now sepertinya kalau kita menilik sadari kisah  Aisyah RA sangat jauh ya bunda apalagi wanita jaman now suka shopping suka glamour suka di puji dan masih banyak lagi, kira-kira ada tidak bunda tips untuk paling tidak bisa sedikit merubah perilaku kita sebagai muslimah?

🌴Jawab:
Memang  rayuan duniawi itu sangat kuat mba Erna, bukan hanya sekarang tapi dari dahulu juga sudah seperti itu, karena itulah kita harus kembali kepada ajaran Islam, dimana kita dibimbing untuk hidup Qana'ah, sederhana. Qana'ah bukan berarti Islam menuntut kita miskin, tapi Qana'ah membawa kita kepada kesederhanaan , jauh dari foya-foya, harta yang ada digunakan untuk kendaraan ke akhirat. Orang Islam tidak boleh miskin, buktinya Allah menyuruh kita bertebaran diatas bumi setelah sholat subuh. Orang Islam harus kaya, tapi kekayaannya tidak membuat dia berfoya-foya hingga hidup dalam mubazir, beli ini beli itu dan akhirnya hanya pengisi lemari dan itu sebuah kesia-siaan yang Allah tidak suka.

Karena itu kembalilah pada ajaran Islam yang menyelamatkan kita dari sebuah kesia-siaan.

Belajarlah untuk menghargai perasaan orang lain, jika kita berfoya-foya, ingat kita hidup bermasyarakat, mungkin disamping rumah kita ada tetangga yang sedang kesusahan.

Tumbuhkanlah rasa empati didalam diri agar kita mampu menahan diri dari berfoya-foya.

Ingat juga bahwa apapun yang kita beli tersebut tidak akan kita bawa kekubur kita nantinya, yang kita bawa hanyalah amalan dan kain kafan.

Sering-seringlah ajak muhasabah orang-orang yang telah mencintai duniawi, mudah-mudahan nanti kita sama-sama mampu untuk Qana'ah dan hidup dalam kesempurnaan dan menjauhkan kita dari sifat tamak dan loba.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Pipit
Assalamualaikum,
Bunda bagaimana kita tanamkan sifat ikhlas, terkadang kita sudah ikhlas tapi masih terbeban dihati, minta tips nya ya bunda!

🌴Jawab:
Ikhlas itu dilatih, diraih, diusahakan diperjuangkan dan dipahami, karena tanpa itu semua Ikhlas tidak akan bisa kita raih, kita harus melatih hati menerima takdir Allah, dan mengusahakan sekuat tenaga agar kita bisa menjadi insan yang mukhlis,  dan yang paling penting adalah kita memahami perjalanan hidup kita ini adalah ketentuan dari Allah, jika takdir telah ditetapkan maka kita tidak akan mampu lagi mengubahnya, kita hanya bisa mengubah takdir dengan doa-doa sebelum hal tersebut ditetapkan menjadi takdir yang harus kita alami.

Jika sudah terjadi maka itu sudah ketentuan yang harus kita jalani, bagaimanapun kita berontak kepada Allah, tidak akan mampu untuk merubahnya lagi, yang ada hanyalah penyesalan terhadap keputusan Allah dan itu adalah perbuatan yang sia-sia dan penyebab dosa.

Karenanya pahamilah hakikat siapa kita, dan belajarlah untuk menerima keadaan yang telah terjadi dan teruslah berjuang untuk menjadi pribadi yang mukhlis.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Phity
1. Apakah ada kisah tentang kedekatan aisyah dengan anak kecil?

2. Bagaimana sikap aisyah ketika sampai akhir hayatnya tidak mempunyai anak? Apakah ada momen beliau galau?

🌴Jawab:
Sejauh ini saya belum menemukan kisah beliau secara khusus dengan anak-anak, dan juga kisah galaunya beliau, karena tidak dikaruniai anak, namun perlu kita tahu sosok aisyah adalah sosok yang penuh kasih kepada siapa saja, tentunya termasuk kepada anak-anak, selain karena memang beliau seorang yang penyayang, beliau juga dididik oleh Rasulullah SAW bagaimana memperlakukan anak-anak dengan contoh-contoh yang dilakukan langsung oleh Rasulullah SAW, jadi sudah bisa kita ketahui bagaimana beliau dengan anak-anak.

Persoalan galau atau tidaknya beliau kita juga telah baca diatas bagaimana belaiu memperhatikan ummat ini, bagaimana kesibukkan beliau dalam mengabdikan diri kepada Islam, pikiran beliau sudah tercurah kepada ibadah dan amal sholeh serta kepada ummat ini. Beliau dengan keikhlasan menjalani kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wajalla. Pribadi yang ikhlas, pribadi yang kuat, pribadi yang ta'at, pribadi yang menerima sepenuhnya takdir Allah Azza Wajallah.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ NiLi
Assalamualaikum ustazah,

Masih mengenai ikhlas.
Dalam pekerjaan maupun hal lainnya, seringkali ada beberapa orang ingin memperlihatkan kegiatannya agar tampak dan bisa dinilai oleh orang lain, namun karena kita merasa ikhlas kita tidak menampakkannya. Namun mereka menilai kita tidak berbuat apa-apa, nah bagaimana menyikapinya. Apa kita harus diam saja atau sama halnya menampakkannya jika diposisi seperti itu?

🌴Jawab:
'Alaikumussalam mba,

Setiap pekerjaan itu tentunya akan ada hasilnya meski tidak diperlihatkan, jika tidak ada kemajuan berarti tidak ada kerja, namun jika semua selesai sesuai target tentunya tidak perlu digembar gemborkan, karena itu bekerjalah sebaik baik kerja, berusaha semaksimalnya, biarlah orang menilai hasilnya. Jika sudah lihat hasil apalagi yang akan menjadi alasan orang-orang untuk menuduh kita tidak bekerja?


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku jama'ah RAK yang ku cintai karena Allah ....

Kita haus akan sosok wanita sebagai teladan, tapi  seperti apa sosok yang harus kita teladani?
Setelah mempelajari sedikit tentang sosok Aisyah RA, maka selalu terbersit kehidupan Aisyah RA yang (subhanallah) dengan segala pahit getir kehidupan yang dilaluinya tidak pernah akan bisa kita ragukan keistimewaan-keistimewaannya sebagai seorang wanita, didalam dirinya ada kemulyaan yang tidak ada bandingnya. keteguhan Imannya membuat kita tersadar bagaimana iman kita kepada Allah, kesempurnaan hidupnya membuat kita malu dengan keglamoran yang kita inginkan saat ini. 

Semoga kita semua bisa menjadi seorang wanita yang senantiasa bercermin melihat diri kita sendiri dan berusaha memperindah dan menyempurnakan dengan meneladani kehidupan Aisyah RA. dan Rasulullah SAW.

Demikian majlis kita malam ini, semoga bermanfaat untuk saya selaku penyampai dan untuk kita semua yang telah bermajlis malam ini.

Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah.

Wassalamu'alaikum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar