Sabtu, 23 Juni 2018

JARING (JaM SHaRiNG)๐ŸŒ



OLeh   : Ustadz Farid Nu'man

Moderator : Erna & Han
Notulensi  : Bund Atin & Han

LANJUTAN

        ๐Ÿ’ŽTaNYa JaWaB๐Ÿ’˜

0⃣1⃣ Dian
Assallamualaikum ustadz,

Apakah boleh di saat berpuasa ke dokter Gigi untuk menambal Gigi

๐Ÿ“Jawab:
 Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Boleh, sama sekali tidak masalah, selama bisa menjaga jangan sampai ada yang tertelan.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Annisa
Ustadz, 2016 saya tidak puasa full karena hamil dan kondisi kurang baik, 2017 pun begitu  karena hamil dan harus minum obat virus begitu pula tahun sekarang hamil lagi dan tetap haris minum obat virus 3x sehari.

Apa boleh ustadz seperti itu? Berdosakah saya walau di bayar fidyah dan puasa?

๐Ÿ“Jawab:
Kalau wanita hamil-menyusui melulu, boleh baginya tidak berpuasa dan mengambil fidyah. Adapun bagi yang hamilnya berjarak, maka baginya qadha diwaktu kosong.

✔Jawaban di grup lain...
Wanita Hamil dan Menyusui: Qadha atau Fidyah?

(pertanyaan dari beberapa muslimah)
➖➖➖
Masalah ini termasuk yang banyak intensitas pertanyaannya.  Sebelumnya kita lihat dulu karena apa Qadha dan Fidyah itu.

Untuk Qadha dalilnya adalah firman Allah Taala:

ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ู…َุฑِูŠุถًุง ุฃَูˆْ ุนَู„َู‰ ุณَูَุฑٍ ูَุนِุฏَّุฉٌ ู…ِู†ْ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ุฃُุฎَุฑَ

Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
(QS. Al Baqarah (2): 184)

Untuk  Fidyah dalilnya adalah kalimat selanjutnya: 

ูˆَุนَู„َู‰ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠُุทِูŠู‚ُูˆู†َู‡ُ ูِุฏْูŠَุฉٌ ุทَุนَุงู…ُ ู…ِุณْูƒِูŠู†ٍ 

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. (QS. Al Baqarah (2): 184)

Ibu hamil disetarakan dengan orang-orang yang berat melaksanakan puasa,  sebagaimana diketahui Al Quran pun juga menyebut mereka dengan wahnan 'ala wahnin (lemah yang bertambah-tambah).

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma berkata kepada wanita yang sedang hamil dan menyusui:

ุงู†ุช ุจู…ู†ุฒู„ุฉ ุงู„ุฐู‰ ู„ุง ูŠุทูŠู‚ู‡

Kamu kedudukannya sama dengan orang yang tidak mampu puasa. (Tafsir Ath Thabariy, 2/899)

Ini juga dikatakan oleh Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhuma. (Ad Daruquthni dalam Sunannya, 2/206)

Perbedaan pandangan ulama dalam hal ini sangat wajar, sebab memang ayat tersebut tidak merinci siapa sajakah yang termasuk orang-orang yang berat menjalankannya. Dalam hadits pun tidak ada perinciannya.

Adapun tentang Qadha secara khusus, ayat di atas menyebut musafir dan orang yang sakit, dan tidak merinci bagaimanakah sakitnya. Sedangkan ayat tentang Fidyah, juga tidak dirinci.

Nah, Khusus ibu hamil dan menyusui, jika kita melihat keseluruhan pandangan ulama yang ada, bisa kita ringkas seperti yang dikatakan Imam Ibnu Katsir. (Tafsir Al Quran al Azhim,  1/215. Darul Kutub al Mishriyah) bahwa ada empat pandangan atau pendapat ulama:

◼Pertama, kelompok ulama yang mewajibkan wajib qadha dan fidyah sekaligus.

Ini adalah pandangan Imam Ahmad dan Imam Asy Syafi’i, jika Si Ibu mengkhawatiri keselamatan janin atau bayinya.

◼Kedua, kelompok ulama yang mewajjibkan fidyah saja, tanpa qadha.

Inilah pandangan beberapa sahabat Nabi ๏ทบ, seperti Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhuma. Dari kalangan tabi'in (murid-murid para sahabat) adalah Said bin Jubeir,   Mujahid, dan lainnya. Kalangan tabi'ut tabi'in (murid para tabiin) seperti Al Qasim bin Muhammad dan Ibrahim an Nakha'i. 
Imam Daruquthni meriwayatkan dengan sanad yang shahih, bahwa Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma pernah berkata kepada hamba sahayanya yang sedang hamil: Kau sama dengan orang yang sulit berpuasa, maka bayarlah fidyah dan tidak usah qadha.

Nafi' bercerita bahwa Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma ditanya tentang wanita hamil yang khawatir keselamatan anaknya kalau ia berpuasa, maka dia menjawab: Hendaknya dia berbuka, dan sebagai gantinya, hendaklah dia memberi makanan kepada seorang miskin sebanyak satu mud gandum. (Riwayat Malik )

◼Ketiga, kelompok ulama yang mewajibkan qadha saja, tanpa fidyah.

Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Seperti madzhab Hanafi, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal ikut pendapat ini, jika sebabnya karena mengkhawatiri keselamatan Si Ibu, atau keselamatan Ibu dan janin (bayi) sekaligus.

◼Keempat, kelompok ulama yang mengatakan tidak qadha, tidak pula fidyah.

Demikianlah berbagai perbedaan tersebut. Nah, pendapat manakah yang sebaiknya kita ikuti ?

Seorang ahli fiqih abad ini, Al Allamah Syaikh Yusuf Al Qaradhawy hafizhahullah, dalam kitab Taisiru Fiqh (Fiqhus Siyam) memberikan jalan keluar yang bagus. Beliau berkata:

ูˆู‡ูƒุฐุง ูƒุงู† ูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุงู„ู†ุณุงุก ูู‰ ุงู„ุฃุฒู…ู†ุฉ ุงู„ู…ุงุถูŠุฉ ูู…ู† ุงู„ุฑุญู…ุฉ ุจู…ุซู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุฃู„ุง ุชูƒู„ู ุงู„ู‚ุถุงุก ูˆ ุชูƒุชูู‰ ุจุงู„ูุฏูŠุฉ، ูˆ ูู‰ ู‡ุฐุง ุฎูŠุฑ ู„ู„ู…ุณุงูƒูŠู† ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุญุงุฌุฉ. ุฃู…ุง ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุงู„ุชู‰ ุชุชุจุงุนุฏ ูุชุฑุงุช ุญู…ู„ู‡ุง ูƒู…ุง ู‡ูˆ ุงู„ุดุฃู† ูู‰ ู…ุนุธู… ู†ุณุงุก ุฒู…ู†ู†ุง ูู‰ ู…ุนุธู… ุงู„ู…ุฌุชู…ุนุงุช ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ูˆ ุฎุตูˆุตุง ูู‰ ุงู„ู…ุฏู† ูˆุงู„ุชู‰ ู‚ุฏ ู„ุง ุชุนุงู†ู‰ ุงู„ุญู…ู„ ูˆุงู„ุงุฑุถุงุน ูู‰ ุญูŠุงุชู‡ุง ุงู„ุง ู…ุฑุชูŠู† ุงูˆ ุซู„ุงุซุง، ูุงู„ุฃุฑุฌุญ ุฃู† ุชู‚ุถู‰ ูƒู…ุง ู‡ูˆ ุฑุฃู‰ ุงู„ุฌู…ู‡ูˆุฑ

"Banyak ibu-ibu hamil bertepatan bulan Ramadhan, merupakan rahmat dari Allah bagi mereka jika tidak dibebani kewajiban qadha, namun cukup dengan fidyah saja, di samping hal ini merupakan kebaikan untuk faqir dan miskin dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan materi.
Namun bagi ibu-ibu yang masa melahirkannya jarang, sebagaimana umumnya ibu-ibu di masa kita saat ini dan di sebagian besar negara Islam, tertutama di kota-kota, kadang-kadang hanya mengalami dua kali hamil dan dua kali menyusui selama hidupnya. Maka, bagi mereka lebih tepat pendapat jumhur, yakni qadha (bukan fidyah).”

(Fiqhush Shiyam, Hal. 73-74)

Jadi, jika wanita tersebut sulit puasa karena sering  hamil dan selalu melalui bulan Ramadhan saat hamil, maka bagi dia fidyah saja. Ada pun, jika hamilnya jarang, karena masih ada waktu atau kesempatan di waktu tidak hamil, maka wajib baginya qadha saja. Inilah pendapat yang nampaknya adil, seimbang, sesuai ruh syariat Islam.

Demikian. Wallahu Alam

0⃣3⃣ Phity
Assalamu'alaikum ustadz.
Lebih utama sholat witir di masjid setelah tarawih, atau di rumah setelah tahajud!

๐Ÿ“Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Selesaikan dimasjid bersama imam lebih utama, Nabi ๏ทบ bersabda:

ุฅِู†َّ ุงู„ุฑَّุฌُู„َ ุฅِุฐَุงู‚َุงู…َ ู…َุนَ ุงู„ْุฅِู…َุงู…ِ ุญَุชَّู‰ ูŠَู†ْุตَุฑِูَ ุญُุณِุจَ ู„َู‡ُ ุจَู‚ِูŠَّุฉُ ู„َูŠْู„َุชِู‡ِ

"Sesungguhnya jika seseorang shalat malam bersama imam sampai selesai, maka dia dihitung seperti shalat sepanjang malam."

(HR. Ahmad no. 21447, Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan: SHAHIH sesuai syarat Imam Muslim. Ta'liq Musnad Ahmad no. 21447)

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Yenny
Ustadz, seandainya hutang puasa tahun lalu belum sempat diganti atau lupa berapa hari tidak puasa tahun lalu, bagaimana hukumnya?
Bagaimana kewajiban menggantinya?

๐Ÿ“Jawab:
Menunda Qadha Puasa

Pertanyaan...

Assalamu'alaikum.
Ustadz, Apa hukumnya seorang wanita yang meng qada puasa di bulan sya'ban?
Saya dengar katanya tidak diperolehkan!

➖➖➖
Wa’Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah ..

Mengqadha puasa sampai berjumpa bulan sya’ban selanjutnya tidak apa-apa, sebagaimana riwayat berikut:

‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:

ู…ุง ูƒู†ุช ุฃู‚ุถูŠ ู…ุง ูŠูƒูˆู† ุนู„ูŠ ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ุฅู„ุง ููŠ ุดุนุจุงู† ุญุชู‰ ุชูˆููŠ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู…

Aku tidak pernah mengqadha apa-apa yang menjadi kewajiban atasku dari Ramadhan, kecuali di bulan sya’ban, sampai wafatnya Rasulullah ๏ทบ. (HR. At Tirmidzi No. 783, katanya: hasan shahih)

Hadits ini jelas bahwa ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, mengqadha shaum Ramadhan di bulan Sya’ban selanjutnya. Itu tidak mengapa.

Bahkan sebagian ulama membolehkan kapan saja waktunya tanpa batasan, berdasarkan ayat berikut:

ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ู…َุฑِูŠุถًุง ุฃَูˆْ ุนَู„َู‰ ุณَูَุฑٍ ูَุนِุฏَّุฉٌ ู…ِู†ْ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ุฃُุฎَุฑَ

Maka barang siapa di antara kamu yang sakit atau dalam keadaan perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. Al Baqarah: 184)

Dalam ayat ini, tidak dibatasi kapankah “hari-hari lain itu,” sehingga bagi mereka boleh sampai kapan pun.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

ู‚ุถุงุก ุฑู…ุถุงู† ู„ุง ูŠุฌุจ ุนู„ู‰ ุงู„ููˆุฑ، ุจู„ ูŠุฌุจ ูˆุฌูˆุจุง ู…ูˆุณุนุง ููŠ ุฃูŠ ูˆู‚ุช، ูˆูƒุฐู„ูƒ ุงู„ูƒูุงุฑุฉ. ูู‚ุฏ ุตุญ ุนู† ุนุงุฆุดุฉ: ุฃู†ู‡ุง ูƒุงู†ุช ุชู‚ุถูŠ ู…ุง ุนู„ูŠู‡ุง ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ููŠ ุดุนุจุงู† (1) ูˆู„ู… ุชูƒู† ุชู‚ุถูŠู‡ ููˆุฑุง ุนู†ุฏ ู‚ุฏุฑุชู‡ุง ุนู„ู‰ ุงู„ู‚ุถุงุก.

Mengqadha shaum Ramadhan tidak wajib bersegera, tapi ini kewajiban yang waktunya lapang kapan saja waktunya, begitu juga kafarat. Telah shahih dari ‘Aisyah bahwa Beliau mengqadha kekewajiban Raamadhan di bulan Sya’ban, dia tidak menyegerakannya pada dia mampu melakukannya. ( Fiqhus Sunnah, 1/470)

Hanya saja menurut mayoritas ulama, jika seseorang menunda qadha tanpa adanya ‘udzur, bukan karena sakit, hamil, menyusui, tapi karena sengaja menunda-nunda maka bukan hanya qadha tapi juga fidyah.

 Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah menjelaskan:

ูˆุฃู…ุง ุฅุฐุง ุฃุฎุฑ ุงู„ู‚ุถุงุก ุญุชู‰ ุฏุฎู„ ุฑู…ุถุงู† ุขุฎุฑ، ูู‚ุงู„ ุงู„ุฌู…ู‡ูˆุฑ: ูŠุฌุจ ุนู„ูŠู‡ ุจุนุฏ ุตูŠุงู… ุฑู…ุถุงู† ุงู„ุฏุงุฎู„ ุงู„ู‚ุถุงุก ูˆุงู„ูƒูุงุฑุฉ (ุงู„ูุฏูŠุฉ). ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุญู†ููŠุฉ: ู„ุง ูุฏูŠุฉ ุนู„ูŠู‡ ุณูˆุงุก ุฃูƒุงู† ุงู„ุชุฃุฎูŠุฑ ุจุนุฐุฑ ุฃู… ุจุบูŠุฑ ุนุฐุฑ.

Jika menunda qadha sampai masuk Ramadhan selanjutnya, maka mayoritas ulama mengatakan: wajib baginya setelah puasa Ramadhan dia melakukan qadha dan kafarat sekaligus (yaitu fidyah). Ada pun Hanafiyah mengatakan: “Tidak ada fidyah baginya, sama saja apakah dia menundanya karena ada ‘udzur atau tidak ada ‘udzur.” ( Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu , 3/108)

Kita lihat, apa yang dilakukan oleh ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia tanpa fidyah hanya qadha. Sedangkan mewajibkan fidyah membutuhkan dalil, jika tidak ada maka, cukup qadha saja tanpa fidyah, inilah yang dikuatkan oleh Imam Abu Hanifah, juga Hasan Al Bashri, Ibrahim An Nakha’i, dan lainnya.

Wallahu A’lam. Wa Shallallahu 'Ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi wa sallam

0⃣5⃣ Yenny
Ada yang mengatakan apabila belum mengganti puasa ramadhan yang wajib, maka puasa sunnahnya tidak diterima. Benarkah ustadz?

๐Ÿ“Jawab:
Tidak benar,itu sama juga menuduh shaum Sunnah  Aisyah Radhiyallahu Anha tidak diterima, sebab Aisyah Radhiyallahu Anha qadha di bulan Sya'ban selanjutnya.

Wallahu a'lam.

0⃣6⃣ Wida
Afwan ustadz, keputusan pemerintahkan awal puasa itu tanggal 17 mei kan,  jikalau ada yang mengawali puasa mulai besok itu bagaimana?
Syukran.

๐Ÿ“Jawab:
Ikuti pemerintah saja, yang menyelisihinya, jika memang ada hujjah silahkan saja sesuai keyakinan mereka.

๐Ÿ”ทJadi sah-sah saja ya ustadz!

๐Ÿ“Sah tapi tidak baik. Karena Nabi ๏ทบ memerintahkan berpuasa bersama umat Islam, jangan menyendiri.

๐Ÿ”ทTerus cara mengingatkan orang tersebut seperti apa ustadz, orangnya ngeyel.

๐Ÿ“Tugas kita hanya memperingatkan, bukan memaksa, biar itu jadi tanggung jawabnya sendiri di akhirat.

0⃣7⃣ Ranie
Ustadz, kalau untuk wanita yang hamil & menyusui kemudian membayar fidiyah, apakah mereka harus mengqada puasa mereka?

๐Ÿ“Jawab:
Baca sampai tuntas ya ..

Jawaban saya di grup lain,

Wanita Hamil dan Menyusui: Qadha atau Fidyah?

(pertanyaan dari beberapa muslimah)

➖➖➖
Masalah ini termasuk   yang banyak intensitas pertanyaannya.  Sebelumnya kita lihat dulu karena apa Qadha dan Fidyah itu.

Untuk Qadha dalilnya adalah firman Allah Taala:

ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ู…َุฑِูŠุถًุง ุฃَูˆْ ุนَู„َู‰ ุณَูَุฑٍ ูَุนِุฏَّุฉٌ ู…ِู†ْ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ุฃُุฎَุฑَ

Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
(QS. Al Baqarah: 184)

Untuk  Fidyah dalilnya adalah kalimat selanjutnya: 

ูˆَุนَู„َู‰ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠُุทِูŠู‚ُูˆู†َู‡ُ ูِุฏْูŠَุฉٌ ุทَุนَุงู…ُ ู…ِุณْูƒِูŠู†ٍ 

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. (QS. Al Baqarah (2): 184)

Ibu hamil disetarakan dengan orang-orang yang berat melaksanakan puasa,  sebagaimana diketahui Al Qur'an pun juga menyebut mereka dengan wahnan 'ala wahnin (lemah yang bertambah-tambah).

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma berkata kepada wanita yang sedang hamil dan menyusui:

ุงู†ุช ุจู…ู†ุฒู„ุฉ ุงู„ุฐู‰ ู„ุง ูŠุทูŠู‚ู‡

Kamu kedudukannya sama dengan orang yang tidak mampu puasa. (Tafsir Ath Thabariy, 2/899)

Ini juga dikatakan oleh Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhuma. (Ad Daruquthni dalam Sunannya, 2/206)

Perbedaan pandangan ulama dalam hal ini sangat wajar, sebab memang ayat tersebut tidak merinci siapa sajakah yang termasuk orang-orang yang berat menjalankannya. Dalam hadits pun tidak ada perinciannya.

Adapun tentang Qadha secara khusus, ayat di atas menyebut musafir dan orang yang sakit, dan tidak merinci bagaimanakah sakitnya. Sedangkan ayat tentang Fidyah, juga tidak dirinci.

Nah, Khusus ibu hamil dan menyusui, jika kita melihat keseluruhan pandangan ulama yang ada, bisa kita ringkas seperti yang dikatakan Imam Ibnu Katsir. (Tafsir Al Quran al Azhim,  1/215. Darul Kutub al Mishriyah) bahwa ada empat pandangan atau pendapat ulama:

◼Pertama, kelompok ulama yang mewajibkan wajib qadha dan fidyah sekaligus.

Ini adalah pandangan Imam Ahmad dan Imam Asy Syafi’i, jika Si Ibu mengkhawatiri keselamatan janin atau bayinya.

◼Kedua, kelompok ulama yang mewajjibkan fidyah saja, tanpa qadha.

Inilah pandangan beberapa sahabat Nabi ๏ทบ, seperti Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhuma. Dari kalangan tabi'in (murid-murid para sahabat) adalah Said bin Jubeir, Mujahid, dan lainnya. Kalangan tabi'ut tabi'in (murid para tabiin) seperti Al Qasim bin Muhammad dan Ibrahim an Nakha'i. 
Imam Daruquthni meriwayatkan dengan sanad yang shahih, bahwa Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma pernah berkata kepada hamba sahayanya yang sedang hamil: Kau sama dengan orang yang sulit berpuasa, maka bayarlah fidyah dan tidak usah qadha.

Nafi' bercerita bahwa Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma ditanya tentang wanita hamil yang khawatir keselamatan anaknya kalau ia berpuasa, maka dia menjawab: Hendaknya dia berbuka, dan sebagai gantinya, hendaklah dia memberi makanan kepada seorang miskin sebanyak satu mud gandum. (Riwayat Malik )

◼Ketiga, kelompok ulama yang mewajibkan qadha saja, tanpa fidyah.

Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Seperti madzhab Hanafi, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal ikut pendapat ini, jika sebabnya karena mengkhawatiri keselamatan Si Ibu, atau keselamatan Ibu dan janin (bayi) sekaligus.

◼Keempat, kelompok ulama yang mengatakan tidak qadha, tidak pula fidyah.

Demikianlah berbagai perbedaan tersebut. Nah, pendapat manakah yang sebaiknya kita ikuti ?

Seorang ahli fiqih abad ini, Al Allamah Syaikh Yusuf Al Qaradhawy hafizhahullah, dalam kitab Taisiru Fiqh (Fiqhus Siyam) memberikan jalan keluar yang bagus. Beliau berkata:

ูˆู‡ูƒุฐุง ูƒุงู† ูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุงู„ู†ุณุงุก ูู‰ ุงู„ุฃุฒู…ู†ุฉ ุงู„ู…ุงุถูŠุฉ ูู…ู† ุงู„ุฑุญู…ุฉ ุจู…ุซู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุฃู„ุง ุชูƒู„ู ุงู„ู‚ุถุงุก ูˆ ุชูƒุชูู‰ ุจุงู„ูุฏูŠุฉ، ูˆ ูู‰ ู‡ุฐุง ุฎูŠุฑ ู„ู„ู…ุณุงูƒูŠู† ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุญุงุฌุฉ. ุฃู…ุง ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุงู„ุชู‰ ุชุชุจุงุนุฏ ูุชุฑุงุช ุญู…ู„ู‡ุง ูƒู…ุง ู‡ูˆ ุงู„ุดุฃู† ูู‰ ู…ุนุธู… ู†ุณุงุก ุฒู…ู†ู†ุง ูู‰ ู…ุนุธู… ุงู„ู…ุฌุชู…ุนุงุช ุงู„ุฅุณู„ุงู…ูŠุฉ ูˆ ุฎุตูˆุตุง ูู‰ ุงู„ู…ุฏู† ูˆุงู„ุชู‰ ู‚ุฏ ู„ุง ุชุนุงู†ู‰ ุงู„ุญู…ู„ ูˆุงู„ุงุฑุถุงุน ูู‰ ุญูŠุงุชู‡ุง ุงู„ุง ู…ุฑุชูŠู† ุงูˆ ุซู„ุงุซุง، ูุงู„ุฃุฑุฌุญ ุฃู† ุชู‚ุถู‰ ูƒู…ุง ู‡ูˆ ุฑุฃู‰ ุงู„ุฌู…ู‡ูˆุฑ

"Banyak ibu-ibu hamil bertepatan bulan Ramadhan, merupakan rahmat dari Allah bagi mereka jika tidak dibebani kewajiban qadha, namun cukup dengan fidyah saja, di samping hal ini merupakan kebaikan untuk faqir dan miskin dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan materi.
Namun bagi ibu-ibu yang masa melahirkannya jarang, sebagaimana umumnya ibu-ibu di masa kita saat ini dan di sebagian besar negara Islam, tertutama di kota-kota, kadang-kadang hanya mengalami dua kali hamil dan dua kali menyusui selama hidupnya. Maka, bagi mereka lebih tepat pendapat jumhur, yakni qadha (bukan fidyah).”

 (Fiqhush Shiyam, Hal. 73-74)

Jadi, jika wanita tersebut sulit puasa karena sering  hamil dan selalu melalui bulan Ramadhan saat hamil, maka bagi dia fidyah saja. Ada pun, jika hamilnya jarang, karena masih ada waktu atau kesempatan di waktu tidak hamil, maka wajib baginya qadha saja. Inilah pendapat yang nampaknya adil, seimbang, sesuai ruh syariat Islam.

Demikian. Wallahu Alam

0⃣8⃣ Achie
Afwan ustadz,  kalau untuk orang yang sakit  yang tidak bisa berpuasa,  mengqodhonya hanya dengan fidyah aja atau harus dengan shaum lagi. Dan membayar fidyah nya itu tiap hari atau boleh dibayar tiap pekan?

๐Ÿ“Jawab:
Jika sakitnya masih bisa diharapkan sembuh, maka qadha saja. Saat dia sudah sehat dan pulih.

Jika sakitnya sudah sangat payah, tidak mungkin lagi puasa, maka fidyah.

Wallahu a'lam.

0⃣9⃣ iSah
Assalamu'alaikum ustadz,

Untuk wanita yang melakukan tes IVA atau PAP SMEAR  ketika berpuasa boleh atau tidak soalnya bagian kemaluan kitakan di bersihin efek dari tes tersebut keluar cairan dari kemaluan, apakah tes ini juga bisa membatalkan puasa?

๐Ÿ“Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah.

Syaikh Abdullah Al Faqih berkata:

ูุฅุฏุฎุงู„ ุงู„ู…ู†ุธุงุฑ ุงู„ุทุจูŠ ุฃูˆ ูŠุฏ ุงู„ุทุจูŠุจุฉ ููŠ ูุฑุฌ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ูˆู‡ูŠ ุตุงุฆู…ุฉ ู„ุง ูŠุคุซุฑ ุนู„ู‰ ุตูŠุงู…ู‡ุง، ุฅุฐ ู„ูŠุณ ู‡ูˆ ู…ู† ุงู„ู…ูุทุฑุงุช

Memasukan teropong alat kedokteran atau tangan si dokter ke kemaluan wanita padahal dia sudah puasa, maka itu tidak berpengaruh bagi puasanya, itu bukan pembatal puasa.

ูƒู…ุง ุฃู†ู‡ ู„ูŠุณ ุงุณุชู…ู†ุงุก، ูุฅู† ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ู„ู… ุชูุนู„ู‡ ุจู†ูุณู‡ุง ูˆู„ู… ุชูุนู„ู‡ ุงู„ุทุจูŠุจุฉ ุจู‡ุฐุง ุงู„ู‚ุตุฏ، ูˆุฅู†ู…ุง ุจู‚ุตุฏ ุงู„ูƒุดู ุงู„ุทุจูŠ، ูˆู‡ูˆ ุฌุงุฆุฒ ุฅุฐุง ุฏุนุช ุฅู„ูŠู‡ ุงู„ุถุฑูˆุฑุฉ ุฃูˆ ุงู„ุญุงุฌุฉ ุงู„ุดุฏูŠุฏุฉ، ูˆู„ูƒู† ูŠู†ุธุฑ ู„ู„ุฎุงุฑุฌ ู…ู† ุงู„ูุฑุฌ

Itu pun bukan istimna', sebab si wanita itu tidak melakukannya sendiri dan si dokter pun tidak bermaksud seperti itu. Yang dia lakukan adalah membuka untuk kepentingan medis, itu dibolehkan, karena ada kebutuhan sangat penting. Tapi hendaknya dia melihat bagian luar kemaluan.

 ูุฅู† ุฎุฑุฌ ู„ู„ุดู‡ูˆุฉ ูุฅู†ู‡ ุฅู…ุง ุฃู† ูŠูƒูˆู† ู…ู†ูŠุงً ุฃูˆ ู…ุฐูŠุงً، ูุฅู† ูƒุงู† ู…ู†ูŠุงً ูุฅู†ู‡ ูŠุจุทู„ ุงู„ุตูˆู… ูˆูŠูˆุฌุจ ุงู„ู‚ุถุงุก

Kalau sampai muncul syahwat baik keluar mani atau madzi, maka jika mani yang keluar maka batal puasanya dan dan wajib qadha.

 ูˆุฅู† ูƒุงู† ู…ุฐูŠุงً ูู„ุง ูŠุจุทู„ ุงู„ุตูˆู… ุนู„ู‰ ู‚ูˆู„ ุงู„ุฌู…ู‡ูˆุฑ، ูˆู‚ุงู„ ุงู„ู…ุงู„ูƒูŠุฉ ุจุงู„ุจุทู„ุงู† ุฅุฐุง ุชุนู…ุฏ ุฅู†ุฒุงู„ู‡، ูˆุญูŠุซ ุฅู†ูƒ ู„ู… ุชุชุนู…ุฏูŠ ุฐู„ูƒ ูู„ุง ูŠูุณุฏ ุตูˆู…ูƒ

Jika yang keluar madzi maka tidak batal menurut mayoritas ulama, ada pun Malikiyah mengatakan BATAL jika memang menyengaja ingin mengeluarkannya, nah saat  Anda tidak menyengaja untuk itu maka itu tidak membatalkan puasamu.

(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, no. 41887)

Wallahu a'lam.

1⃣0⃣ Tatik
Untuk orang tua yang sedang sakit, agak pikun apakah tetap wajib puasa atau bayar fidyah?

๐Ÿ“Jawab:
Fidyah, sesuai ayat: wa 'alalladzina yuthiqunahu fidyatun tha'amun miskin

Dan orang-orang yang sudah berat menjalankannya maka mereka hendaknya fidyah untuk orang-orang miskin.

Maksud dari "orang-orang yang berat melaksanakannya" adalah:

ุงู„ุดَّูŠْุฎُ ุงู„ْูƒَุจِูŠุฑُูˆَุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉُ ุงู„ْุนَุฌُูˆุฒُ ุงู„ู„َّุฐَุงู†ِ ู‚َุฏْ ูƒِุจَุฑَุง ุนَู†ِ ุงู„ุตَّูˆْู…ِ

Orang sudah tua dan wanita yang sudah tua,  mereka berdua sudah berat untuk berpuasa.
(Tafsir Ath Thabariy, 3/171)

Wallahu a'lam.

1⃣1⃣ Wida
Maaf ustadz, apakah benar doa berbuka puasa  yang "Allahumma laka tsumtu wabika 'amantu ......."
itu berdasarkan hadist yang dhoif. Mohon pencerahannya.
Syukran.

๐Ÿ“Jawab:
Polemik Doa berbuka puasa,
Ada beberapa versi:

◼Versi 1:

ุนَู†ْ ู…ُุนَุงุฐِ ุจْู†ِ ุฒُู‡ْุฑَุฉَ ุฃَู†َّู‡ُ ุจَู„َุบَู‡ُ
ุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุจِูŠَّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูƒَุงู†َ ุฅِุฐَุง ุฃَูْุทَุฑَ ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ู„َูƒَ ุตُู…ْุชُ ูˆَุนَู„َู‰ ุฑِุฒْู‚ِูƒَ ุฃَูْุทَุฑْุชُ

“Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwa dia menyampaikan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; jika berbuka puasa dia membaca Allahumma laka shumtu, wa ala rizqika afthartu."

Hadits di atas diriwayatkan oleh:

✓Imam Abu Daud, No. 2011, dari Muadz bin Zuhrah.

✓Imam al Baihaqi, dalam kitab  As Sunan Al Kubra, Juz. 4/ 239, dari Muadz bin Zuhrah

✓Imam ath Thabarani, dalam kitab Al Mujam al Awsath, No. 7762, dari Anas bin Malik. Lihat juga kitabnya yang lain Al Mujam Ash Shaghir, No. 912, dari Anas bin Malik.

✓Imam al Baihaqi, dalam kitab Syu'abul Iman, No. 3747, dari Muadz bin Zuhrah

Jadi, hadits di atas diriwayatkan oleh dua jalur; yakni Anas bin Malik dan Muadz bin Zuhrah.

Penilaian:

Dalam Jalur Anas bin malik, terdapat perawi bernama Ismail bin Amru al Bajali dan Daud bin Az Zibiriqan. Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albany Rahimahullah:

ู‚ู„ุช : ูˆู‡ูˆ ุถุนูŠู ู‚ุงู„ ุงู„ุฐู‡ุจูŠ ููŠ ( ุงู„ุถุนูุงุก ) : ( ุถุนูู‡ ุบูŠุฑ ูˆุงุญุฏ ) . ู‚ู„ุช : ูˆุดูŠุฎู‡ ุฏุงูˆุฏ ุจู† ุงู„ุฒุจุฑู‚ุงู† ุดุฑู…ู†ู‡ ู‚ุงู„ ุงู„ุฐู‡ุจูŠ : ( ู‚ุงู„ ุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ : ู…ุชุฑูˆูƒ ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ : ู…ู‚ุงุฑุจ ุงู„ุญุฏูŠุซ ) ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุญุงูุธ ููŠ ( ุงู„ุชู‚ุฑูŠุจ ) : ( ู…ุชุฑูˆูƒ ูƒุฐุจู‡ ุงู„ุงุฒุฏูŠ )  . ูˆุงู„ุญุฏูŠุซ ู‚ุงู„ ุงู„ู‡ูŠุซู…ูŠ ููŠ ( ุงู„ู…ุฌู…ุน ) : ( ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุทุจุฑุงู†ูŠ ููŠ ( ุงู„ุงูˆุณุท ) ูˆููŠู‡ ุฏุงูˆุฏ ุจู† ุงู„ุฒุจุฑู‚ุงู† ูˆู‡ูˆ ุถุนูŠู )

“Aku (Syaikh al Albany) berkata: Dia (Isma’il bin Amru al Bajali) adalah dha’if (lemah). Berkata Imam Adz Dzahabi dalam kitab Adh Dhu’afa: “Yang mendha’ifkan lebih dari satu orang.” Aku (Syaikh al Albany) berkata: Gurunya, yaitu Daud bin Az Zibriqan lebih buruk darinya. Berkata Imam Adz Dzahabi: Berkata Abu Daud: Dia (Daud bin Az Zibriqan) adalah  matruk (haditsnya ditinggalkan). Imam Bukhari berkata: Haditsnya pertengahan/sedang-sedang saja. Imam Al hafizh Ibnu Hajar dalam kitab At Taqrib berkata: Haditsnya ditinggalkan, dan Al 'Azdi menganggapnya sebagai pendusta. Menurut Imam al Haitsami dalam Al Majma': Diriwayatkan Ath Thabarani dalam Al Ausath, dalam sanadnya terdapat Daud bin Az Zibriqan, dia adalah dhaif. (Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albany, Irwa al Ghalil fii Takhriji Ahadits Manaris Sabil, Juz. 4, Hal. 37-38. Cet. 2, 1985M-1405H. Maktab Islami, Beirut-Libanon)

Jalur Muadz bin Zuhrah,  juga dhaif. Hadits ini mursal (riwayatnya tanpa melalui sahabat Nabi). Berkata Syaikh al Albany:

ู‚ู„ุช : ูˆู‡ุฐุง ุณู†ุฏ ุถุนูŠู ูุงู†ู‡ ู…ุน ุฅุฑุณุงู„ู‡ ููŠู‡ ุฌู‡ุงู„ุฉ ู…ุนุงุฐ ู‡ุฐุง

“Aku (Syaikh al Albany) berkata: “Sanad hadits ini dha’if, karena mursal, dan Mu’adz ini adalah tidak dikenal biografinya.” (Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albany, Irwa’ al Ghalil fii Takhriji Ahadits Manaris Sabil, Juz. 4, Hal. 38. Cet. 2, 1985M-1405H. Maktab Islami, Beirut-Libanon. Lihat juga dalam kitab Shahih wa Dhaif Al Jami' Ash Shaghir,  No. 9830)

Hadits mursal adalah hadits yang terputus sanad (periwayatannya)  setelah generasi tabiin. Muadz bin Zuhrah ini seorang tabiin, yang tidak langsung mendengar hadits ini dari sahabat nabi.

Imam Ibnul Qayyim mendhaifkannya. (Zaadul Ma’ad, 2/51)

Tetapi Imam Ibnu Mulaqin mengatakan: “Isnad hadits ini HASAN, tetapi mursal, sebab Muadz bin Zuhrah belum pernah berjumpa dengan Nabi ๏ทบ.” (Badrul Munir, 5/710)

Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth juga menyatakan hadits ini memiliki syahid (penguat), berikut keterangan dari Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih:

ูˆู‚ุงู„ ุนู†ู‡ ุนุจุฏ ุงู„ู‚ุงุฏุฑ ุงู„ุฃุฑู†ุงุคูˆุท ููŠ ุชุญู‚ูŠู‚ู‡ ู„ู„ุฃุฐูƒุงุฑ ู„ู„ู†ูˆูˆูŠ: ูˆู„ูƒู†ู‡ ู„ู‡ ุดูˆุงู‡ุฏ ูŠู‚ูˆู‰ ุจู‡ุง

Abdul Qadir Al Arnauth berkata tentangnya, dalam penelitiannya terhadap Al Adzkar-nya Imam An Nawawi: “Hadits ini memiliki beberapa syawahid (saksi yang menguatkan) yang dengannya membuatnya menjadi kuat kedudukannya.” (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, 10/1181) 

◼Doa berbuka puasa Versi 2:

ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช ูˆ ุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช ูˆ ุนู„ูŠูƒ ุชูˆูƒู„ุช ุณุจุญุงู†ูƒ ูˆ ุจุญู…ุฏูƒ ุชู‚ุจู„ ู…ู†ูŠ ุฅู†ูƒ ุฃู†ุช ุงู„ุณู…ูŠุน ุงู„ุนู„ูŠู… .

“Bismillah wal hamdulillah, Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu, wa ‘alaika tawakkaltu, subhanaka wa bihamdika taqabbal minni innaka antas samii’ul ‘aliim.”

Hadits ini juga dha’if, dari Anas bin Malik. (Lihat Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albany, Shahih wa Dha’if al Jami’ Ash Shaghir, No. 1644)

◼Doa berbuka puasa Versi 3:

 Dari Ibnu ‘Abbas:

ูƒุงู† ุฅุฐุง ุฃูุทุฑ ู‚ุงู„ : ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช ูˆ ุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช ูุชู‚ุจู„ ู…ู†ูŠ ุฅู†ูƒ ุฃู†ุช ุงู„ุณู…ูŠุน ุงู„ุนู„ูŠู… .

“Adalah Rasululah jika berbuka, dia mengucapkan: “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu, fataqabbal minni innaka antas samii’ul ‘Aliim.”

Imam Al Munawi mengatakan: waahin jiddan (sangat lemah). (At Taysir, 2/470)

 Hadits ini juga dha’if. (Syaikh al Albany, Shahih wa Dha’if Al jami’ Ash Shaghir, No. 9831)

➖ Lalu, Bolehkah Mengamalkan hadits ini?

Doa dalam hadits ini boleh dipakai selama tidak meyakini dan memastikan dari Rasulullah ๏ทบ, sebab pada prinsipnya berdoa pada pada saat menjelang berbuka memang dianjurkan dengan doa apa pun, bahkan dengan doa susunan sendiri sesuai hajat kita.

Para ulama mengatakan:

ุฐَู‡َุจَ ุฌُู…ْู‡ُูˆุฑُ ุงู„ْูُู‚َู‡َุงุกِ ุฅِู„َู‰ ุฌَูˆَุงุฒِ ูƒُู„ ุฏُุนَุงุกٍ ุฏُู†ْูŠَูˆِูŠٍّ ูˆَุฃُุฎْุฑَูˆِูŠٍّ ، ูˆَู„َูƒِู†َّ ุงู„ุฏُّุนَุงุกَ ุจِุงู„ْู…َุฃْุซُูˆุฑِ ุฃَูْุถَู„ ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِู‡ِ

Mayoritas fuqaha berpendapat bolehnya setiap doa duniawi dan ukhrawi, tetapi doa yang ma’tsur lebih utama daripada selainnya. (Raudhatuth Thalibin, 1/265, Asnal Mathalib, 1/16)

Para ulama kontemporer seperti Syaikh Utsaimin, Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad, Syaikh Abdurrahman Al Jazayri, dan lainnya juga membolehkan doa Allahumma Laka Shumtu ini.

1.  Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah

Kami akan kutipkan tiga fatwa Beliau dalam kitab yang berbeda. Berikut ini keterangan dari Syaikh Utsaimin:
ุงู„ุณุคุงู„
 ู…ุง ู‡ูˆ ุงู„ุฏุนุงุก ุงู„ู…ุฃุซูˆุฑ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุนู†ุฏ ุงู„ุฅูุทุงุฑ؟
ุงู„ุฌูˆุงุจ
 ุงู„ุฃุฏุนูŠุฉ ุงู„ูˆุงุฑุฏุฉ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ุงู„ุฅูุทุงุฑ ู„ู… ุชูƒู† ููŠ ุงู„ุตุญูŠุญูŠู† ูˆู„ุง ููŠ ุฃุญุฏู‡ู…ุง، ู„ูƒู†ู‡ุง ููŠ ุงู„ุณู†ู†، ูˆู…ู†ู‡ุง: ( ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช ูˆุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช ) ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช: ูˆู‡ุฐุง ุฅุฎู„ุงุต، ูˆุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช: ูˆู‡ุฐุง ุดูƒุฑ ู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆุฌู„.

Pertanyaan: “Apakah doa yang berasal dari Nabi ๏ทบ saat berbuka puasa?

Jawaban: “Doa-doa yang berasal dari Nabi ๏ทบ saat berbuka, tidak dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), tidak pula pada salah satunya, tetapi ada dalam kitab-kitab As Sunan, di antaranya: “ALLAHUMMA LAKA SHUMTU WA ‘ALA RIZQIKA AFTHARTU”. Maksud dari Allahumma Laka Shumtu (Ya Allah untukMu aku berpuasa): ini menunjukkan keikhlasan. Wa ‘Ala Rizqika Afthartu: ini menunjukkanrasa syukur. (Jalsaat Ramadhaniyah Lil ‘Utsaimin, 2/14)

Syaikh Utsaimin juga berkata dalam fatwanya yang lain:

ู„ูƒู† ูˆุฑุฏ ุฐูƒุฑ ุฅู† ุตุญ ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุขู„ู‡ ูˆุณู„ู… ูุฅู†ู‡ ูŠูƒูˆู† ุจุนุฏ ุงู„ุฅูุทุงุฑ: (ุฐู‡ุจ ุงู„ุธู…ุฃ، ูˆุงุจุชู„ุช ุงู„ุนุฑูˆู‚، ูˆุซุจุช ุงู„ุฃุฌุฑ ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡) ู‡ุฐุง ู„ุง ูŠูƒูˆู† ุฅู„ุง ุจุนุฏ ุงู„ูุทุฑ، ูˆูƒุฐู„ูƒ ูˆุฑุฏ ุนู† ุจุนุถ ุงู„ุตุญุงุจุฉ ุฃู†ู‡ ูƒุงู† ูŠู‚ูˆู„: (ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช، ูˆุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช) ูุฃู†ุช ุงุฏุน ุงู„ู„ู‡ ุจุงู„ุฏุนุงุก ุงู„ู…ู†ุงุณุจ ุงู„ุฐูŠ ุชุฑู‰ ุฃู†ูƒ ู…ุญุชุงุฌ ุฅู„ูŠู‡.

Tetapi telah sampai dzikir yang jika shahih dari Nabi ๏ทบ dibacanya setelah berbuka: Dzahabazh zhama’u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru Insya Allah. Doa ini hanya saat setelah berbuka. Demikian juga telah sampai dari sebagaian sahabat Nabi bahwa Beliau membaca: ALLAHUMMA LAKA SHUMTU WA ‘ALA RIZQIKA AFTHARTU, maka anda bisa berdoa kepada Allah dengan doa-doa yang pas, yang anda anggap sesuai kebutuhan anda. (Al Liqa Asy Syahri, 8/18)

Dalam Fatawa-nya Beliau berkata:

ูˆุงู„ุฏุนุงุก ุงู„ู…ุฃุซูˆุฑ: «ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช، ูˆุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช» ูˆู…ู†ู‡ ุฃูŠุถุงً ู‚ูˆู„ ุงู„ู†ุจูŠ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู…: «ุฐู‡ุจ ุงู„ุธู…ุฃ ูˆุงุจุชู„ุช ุงู„ุนุฑูˆู‚ ูˆุซุจุช ุงู„ุฃุฌุฑ ุฅู† ุดุงุกุงู„ู„ู‡». ูˆู‡ุฐุงู† ุงู„ุญุฏูŠุซุงู† ูˆุฅู† ูƒุงู† ููŠู‡ู…ุง ุถุนู ู„ูƒู† ุจุนุถ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ุญุณู†ู‡ู…ุง، ูˆุนู„ู‰ ูƒู„ ุญุงู„ ูุฅุฐุง ุฏุนูˆุช ุจุฐู„ูƒ ุฃูˆ ุจุบูŠุฑู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ุฅูุทุงุฑ ูุฅู†ู‡ ู…ูˆุทู† ุฅุฌุงุจุฉ.

Doa yang ma’tsur: (Allahumma Laka Shumtu wa ‘Ala Rizqika Afthartu), di antaranya juga ucapan Nabi ๏ทบ: Dzahabazh zhama’u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru Insya Allah. Dua hadits ini, jika di dalamnya ada kelemahan, tetapi sebagian ulama telah menghasankan keduanya. Bagaimana pun juga, jika And aberdoa dnegan doa ini atau selainnya saat menjelang berbuka, maka itu adalah momen dikabulkannya doa. (Majmu’ Fatawa wa Rasail, 19/363)

2.   Penjelasan lain dari Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah:

ูˆู‡ุฐุง ุงู„ุญุฏูŠุซ ู…ุฑุณู„؛ ู„ุฃู†ู‡ ู‚ุงู„: ุจู„ุบู‡ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูƒุฐุง، ูู„ู… ูŠุฐูƒุฑ ุงู„ูˆุงุณุทุฉ، ูˆุนู„ู‰ ู‡ุฐุง ูู‡ูˆ ุบูŠุฑ ุตุญูŠุญ، ูˆู„ูƒู† ุงู„ุฅู†ุณุงู† ุฅุฐุง ุฏุนุง ุจู‡ุฐุง ุงู„ุฏุนุงุก ุฃูˆ ุจุบูŠุฑู‡ ู…ู† ุงู„ุฃุฏุนูŠุฉ ุงู„ุชูŠ ู„ุง ูŠุนุช

ู‚ุฏ ุฃู†ู‡ุง ุณู†ุฉ ูˆู„ุง ูŠุนุชุจุฑ ุฃู†ู‡ุง ุซุงุจุชุฉ ูˆู„ุง ูŠุนุชู‚ุฏ ุฃู†ู‡ ุญูŠู† ูŠู‚ูˆู„ู‡ุง ูŠุฃุชูŠ ุจุณู†ุฉ ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆุฅู†ู…ุง ูŠุนุชู‚ุฏ ุฃู†ู‡ ูŠุฏุนูˆ ุจุฏุนุงุก ูŠุฑุฌูˆ ู…ู† ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู‚ุจูˆู„ู‡ ุนู†ุฏ ุฃุฏุงุก ู‡ุฐู‡ ุงู„ุนุจุงุฏุฉ، ูˆูŠุณุฃู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู„ู‡ ุงู„ู…ุบูุฑุฉ ูู„ุง ุจุฃุณ ุจุฐู„ูƒ، ูˆู„ูƒู† ูƒูˆู†ู‡ ูŠู‚ูˆู„: ู‡ุฐู‡ ุณู†ุฉ ุซุงุจุชุฉ ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุฐู„ูƒ ุฅู„ุง ุจุนุฏ ุซุจูˆุชู‡ุง ุนู† ุงู„ู†ุจูŠ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู…، ูˆู‡ุฐุง ู„ู… ูŠุซุจุช؛ ู„ุฃู†ู‡ ุฌุงุก ู…ู† ุทุฑูŠู‚ ู…ุฑุณู„ุฉ ุบูŠุฑ ุซุงุจุชุฉ ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู….

Hadits ini mursal, karena dia (Muadz bin Zuhrah) mengatakan bahwa telah sampai kepadanya bahwa Nabi ๏ทบ membaca seperti itu, Beliau tidak sebutkan siapa perantara yang membawa hadits ini, oleh karena itu hadits ini tidak shahih. Tetapi, jika manusia berdoa dengan doa ini, atau doa-doa selainnya, yang tidak diyakini bahwa itu dari sunah, tidak memastikan dari nabi, dan tidak meyakini ketika membacanya sebagai sunah yang datang dari Rasulullah ๏ทบ , dia hanya meyakini dengan doa ini harapan kepada Allah untuk mengabulkannya saat menunaikan ibadah ini, dan dia meminta kepada Allah ampunan, maka hal ini TIDAK APA-APA.
Namun, jika dia mengatakan bahwa ini adalah sunah yang pasti dari Rasulullah ๏ทบ MAKA ITU TIDAK BOLEH, kecuali setelah hadits ini shahih dari Nabi ๏ทบ , tapi hadits ini tidak shahih, sebab hadits ini datang secara mursal dari Nabi ๏ทบ. (Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 13/91)

3.  Syaikh Abdurrahman Al Jazayri mengkategorikan membaca doa tersebut sebagai perbuatan yang disukai (mustahab):

ูŠุณุชุญุจ ู„ู„ุตุงุฆู… ุฃู…ูˆุฑ : ู…ู†ู‡ุง ุชุนุฌูŠู„ ุงู„ูุทุฑ ุจุนุฏ ุชุญู‚ู‚ ุงู„ุบุฑูˆุจ ูˆู‚ุจู„ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆูŠู†ุฏุจ ุฃู† ูŠูƒูˆู† ุนู„ู‰ ุฑุทุจ ูุชู…ุฑ ูุญู„ูˆ ูู…ุงุก ูˆุฃู† ูŠูƒูˆู† ู…ุง ูŠูุทุฑ ุนู„ูŠู‡ ู…ู† ุฐู„ูƒ ูˆุชุฑุง ุซู„ุงุซุฉ ูุฃูƒุซุฑ ูˆู…ู†ู‡ุง ุงู„ุฏุนุงุก ุนู‚ุจ ูุทุฑู‡ ุจุงู„ู…ุฃุซูˆุฑ ูƒุฃู† ูŠู‚ูˆู„ : ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช ูˆุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช ูˆุนู„ูŠูƒ ุชูˆูƒู„ุช ูˆุจูƒ ุขู…ู†ุช ุฐู‡ุจ ุงู„ุธู…ุฃ ูˆุงุจุชู„ุช ุงู„ุนุฑูˆู‚ ูˆุซุจุช ุงู„ุฃุฌุฑ ูŠุง ูˆุงุณุน ุงู„ูุถู„ ุงุบูุฑ ู„ูŠ ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฃุนุงู†ู†ูŠ ูุตู…ุช ูˆุฑุฒู‚ู†ูŠ ูุฃูุทุฑุช ูˆู…ู†ู‡ุง ุงู„ุณุญูˆุฑ ุนู„ู‰ ุดูŠุก ูˆุฅู† ู‚ู„ ูˆู„ูˆ ุฌุฑุนุฉ ู…ุงุก ู„ู‚ูˆู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… : " ุชุณุญุฑูˆุง ูุฅู† ููŠ ุงู„ุณุญูˆุฑ ุจุฑูƒุฉ "

Disukai bagi orang yang berpuasa beberapa perkara:
√  Menyegerakan berbuka puasa setelah masuknya waktu maghrib dan sebelum shalat.
√  Dianjurkan mulai dengan kurma basah, kurma kering, lalu manisan, lalu air. Dan melakukannya secara ganji, tiga kali atau lebih.
√ Juga diantaranya berdoa setelah berbuka dengan yang ma’tsur: Allahumma Laka Shumtu wa ‘Ala Rizkika afthartu wa ‘Alaika tawakkaltu wa bika aamantu dzahaba zhama’u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru dan seterusnya.
√  Juga dianjurkan berahur, minimal seteguk air, karena Nabi ๏ทบ bersabda: “Bersahurlah karena pada sahur ada keberkahan.” (Al Fiqhu ‘Alal Madzaahib Al Arba’ah, 1/926)

4.  Syaikh Dr Abdullah Al Faqih, mufti Asy Syabakah Al Islamiyah berkata:

ูˆุจุงู„ู†ุณุจุฉ ู„ู„ุฃุฏุนูŠุฉ ุงู„ุชูŠ ูƒุงู† ูŠุฏุนูˆ ุจู‡ุง ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŠ ุฑู…ุถุงู†، ูู‚ุฏ ุซุจุช ุฃู†ู‡ ูƒุงู† ูŠุฏุนูˆ ุนู†ุฏ ุงู„ุฅูุทุงุฑ ุจู…ุง ูŠู„ูŠ:
- ุฐู‡ุจ ุงู„ุธู…ุฃ ูˆุงุจุชู„ุช ุงู„ุนุฑูˆู‚ ูˆุซุจุช ุงู„ุฃุฌุฑ ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ . ุฑูˆุงู‡ ุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุบูŠุฑู‡، ูˆุตุญุญู‡ ุงู„ุฃู„ุจุงู†ูŠ .
- ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูƒ ุตู…ุช ูˆุนู„ู‰ ุฑุฒู‚ูƒ ุฃูุทุฑุช . ุฑูˆุงู‡ ุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ . .........

Dan yang terkait doa-doa yang dipakai oleh Nabi ๏ทบ saat Ramadhan, telah shahih bahwa Beliau berdoa saat berbuka dengan doa berikut:
-  dzahaba zhama’u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru Insya Allah
-  Allahumma Laka Shumtu wa ‘Ala Rizkika afthartu
-  ...... (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah , 13/16174)

Sementara Imam Al Munawi Rahimahullah berkata:

( ูƒุงู† ุฅุฐุง ุฃูุทุฑ ู‚ุงู„ ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฃุนุงู†ู†ูŠ ูุตู…ุช ูˆุฑุฒู‚ู†ูŠ ูุฃูุทุฑุช ) ููŠู†ุฏุจ ู‚ูˆู„ ุฐู„ูƒ ุนู†ุฏ ุงู„ูุทุฑ ู…ู† ุงู„ุตูˆู… ูุฑุถุง ุฃูˆ ู†ูู„ุง

(Dahulu saat berbuka Beliau membaca ALHAMDULILLAH A'ANANIY FASHUMTU WA RAZAQANIY FA AFTHARTU) Dianjurkan membaca doa ini saat berbuka baik puasa wajib dan sunnah. (At Taisir, 2/470)

Dan, masih banyak lagi ulama lainnya yang tidak mempermasalahkan menggunakan doa tersebut.

Jalan Tengah

Inilah jalan tengah yang tidak kontroversi karena disepakati validitasnya, yaitu ada tiga doa khusus dari Nabi ๏ทบ menjelang makan, dan ini dibaca saat makan kapan pun, termasuk makan ifthar.

1.  Membaca Bismillah

Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah Radhiallahu ‘Anhu:

ูَู‚َุงู„َ ู„ِูŠ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูŠَุง ุบُู„َุงู…ُ ุณَู…ِّ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَูƒُู„ْ ุจِูŠَู…ِูŠู†ِูƒَ ูˆَูƒُู„ْ ู…ِู…َّุง ูŠَู„ِูŠูƒَ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku, “Wahai anak! sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang terdekat denganmu.” (HR. Bukhari, No. 5062, 5063. Muslim,  No. 2022. Ibnu Majah, No. 3267. Ahmad, No. 15740)

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha:

ู‚َุงู„َ ุฅِุฐَุง ุฃَูƒَู„َ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ูَู„ْูŠَุฐْูƒُุฑْ ุงุณْู…َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰ ูَุฅِู†ْ ู†َุณِูŠَ ุฃَู†ْ ูŠَุฐْูƒُุฑَ ุงุณْู…َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰ ูِูŠ ุฃَูˆَّู„ِู‡ِ ูَู„ْูŠَู‚ُู„ْ ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฃَูˆَّู„َู‡ُ ูˆَุขุฎِุฑَู‡ُ

“Beliau bersabda: “Jika salah seorang kalian hendak makan, maka sebutlah nama Allah Ta’ala, jika lupa menyebut nama Allah di awalnya, maka katakanlah: “Bismillahi awwalahu wa akhirahu (Dengan nama Allah di awal dan di akhirnya.” (HR. Abu Daud,  No. 3767.  At Timidzi,  No. 1858. Dalam teks Imam At Tirmidzi agak berbeda yakni: “Jika salah seorang kalian hendak makan, maka katakanlah, “Bismillah,” jika lupa membaca di awalnya, maka bacalah, “Bismillahi fi awalihi wa akhirihi.”

Beliau berkata: hadits ini hasan shahih. Dengan teks serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah,  No. 3264.  Ahmad,   No. 23954. Al Hakim dalam Mustadrak ‘Alas Shahihain, Juz. 16, No. 412, No. 7087, katanya sanad hadits ini shahih, tapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim) 

Dalam hadits lain:

ูƒุงู† ุฅุฐุง ู‚ุฑุจ ุฅู„ูŠู‡ ุงู„ุทุนุงู… ูŠู‚ูˆู„ : ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ، ูุฅุฐุง ูุฑุบ ู‚ุงู„ : ุงู„ู„ู‡ู… ุฃุทุนู…ุช ูˆ ุฃุณู‚ูŠุช ูˆ ุฃู‚ู†ูŠุช ูˆ ู‡ุฏูŠุช ูˆ ุฃุญูŠูŠุช ، ูู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ ุนู„ู‰ ู…ุง ุฃุนุทูŠุช

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika disuguhkan kepadanya makanan, dia membaca: “Bismillah,” setelah makan ia membaca,”Allahumma Ath’amta, wa asqaita, wa aqnaita, wa hadaita, wa ahyaita, falillahil hamdi ‘ala maa a’thaita.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih, seluruh periwayatnya tsiqah (kredibel) sesuai syarat Imam Muslim, Lihat Silsilah Ash Shahihah, Juz. 1, hal. 70, pembahasan hadits no.71)

2.  Membaca: ALLAHUMMA BARIK LANAA FIIH WA ATH’AMANA KHAIRAN MINHU.

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata:

ู…ู† ุฃุทุนู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุทุนุงู… ูู„ูŠู‚ู„ ุงู„ู„ู‡ู… ุจุงุฑูƒ ู„ู†ุง ููŠู‡ ูˆุฃุทุนู…ู†ุง ุฎูŠุฑุง ู…ู†ู‡ ูˆู…ู† ุณู‚ุงู‡ ุงู„ู„ู‡ ู„ุจู†ุง ูู„ูŠู‚ู„ ุงู„ู„ู‡ู… ุจุงุฑูƒ ู„ู†ุง ููŠู‡ ูˆุฒุฏู†ุง ู…ู†ู‡

Siapa yang diberikan makan oleh Allah dengan sebuah makanan, maka hendaknya membaca: ALLAHUMMA BARIK LANAA FIIH WA ATH’AMANA KHAIRAN MINHU, dan barang siapa yang diberikan oleh Allah susu maka hendaknya membaca: ALLAHUMMA BAARIK LANA FIIH WA ZIDNAA MINHU.

(HR. At Tirmdzi No. 3455, Imam At Tirmidzi berkata: hasan. Abu Daud No. 3732, Ahmad No. 1978, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 5641)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. (Ta’liq Musnad Ahmad No. 1978), juga  Syaikh Al Albani mengatakan hasan diberbagai kitabnya. (Al Misykah, Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 3732, Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3455, Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 3322, Mukhtashar Asy Syamail No. 176)

3.  Membaca: Dzahabazh Zhama’au... dan seterusnya.

Berikut ini keterangannya:

ูƒَุงู†َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฅِุฐَุง ุฃَูْุทَุฑَ ู‚َุงู„َ ุฐَู‡َุจَ ุงู„ุธَّู…َุฃُ ูˆَุงุจْุชَู„َّุชْ ุงู„ْุนُุฑُูˆู‚ُ ูˆَุซَุจَุชَ ุงู„ْุฃَุฌْุฑُ ุฅِู†ْ ุดَุงุกَ ุงู„ู„َّู‡ُ
 
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika sedang berbuka puasa dia membaca: “Dzahaba Azh Zhama’u wab talatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.” (HR. Abu Daud, Juz. 6, Hal. 308, No. 2010, As Sunan Al Kubra Lil Baihaqi, Juz. 4, Hal. 239, Al Hakim dalam Mustadrak ‘alas Shahihain, No. 1484)

Dishahihkan oleh Imam Al Hakim menurutnya sesuai syarat Bukhari-Muslim. Menurut Syaikh al Albany hadits ini hasan. (Misykat Al Mashabih, Juz.1, Hal. 450, No. 1993), juga dihasankan oleh Imam Ad Daruqthni, Imam Al Munawi, dan lainnya.

Wallahu A’lam

1⃣2⃣ iiN
Apakah ada keringanan bagi orang yang berkerja berat ustadz?

๐Ÿ“Jawab:
Seperti apa?

๐Ÿ”ทSeperti orang jualan dipasar yang angkat-angkat barang berat atau buruh bangunan dan sebagainya.

๐Ÿ“Ini butuh kejujuran dia, jika dia masih kuat, maka dia berpuasa . Kalau memang sangat lemah, boleh qadha di hari lain.

1⃣3⃣ Rohma
Assalamualaikum ustadz,

Jika keluar darah istihadoh boleh puasa atau tidak?

๐Ÿ“Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Istihadhah bukan haid, statusnya seperti wanita suci, maka puasa seperti biasa.

Wallahu a'lam

1⃣4⃣ Melly
Assalamu'alaikum ustadz,

Kalau kita mau bayar puasa yang dulu mungkin beberapa tahun yang lalu masih punya hutang  belum kebayar sampai datang bulan puasa lagi bagaimana ya ustadz?
Mohon pencerahannya.

๐Ÿ“Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Qadha sepeti biasa saja, sesuai jumlah yang ditinggalkan. Jika ketemu Ramadhan lagi dan tidak puasa lagi, ya gabung saja qadhanya.

Ditambah fidyah itu JIKA menundanya karena malas.

Selengkapnya baca ini,
Menunda Qadha Puasa

✔Pertanyaan

Assalamu'alaikum.
Ustadz, Apa hukumnya seorang wanita yang meng qada puasa di bulan sya'ban?
Saya dengar katanya tidak di perolehkan.

➖➖➖
Wa’Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah ..

Mengqadha puasa sampai berjumpa bulan sya’ban selanjutnya tidak apa-apa, sebagaimana riwayat berikut:

  ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:

ู…ุง ูƒู†ุช ุฃู‚ุถูŠ ู…ุง ูŠูƒูˆู† ุนู„ูŠ ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ุฅู„ุง ููŠ ุดุนุจุงู† ุญุชู‰ ุชูˆููŠ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู…

Aku tidak pernah mengqadha apa-apa yang menjadi kewajiban atasku dari Ramadhan, kecuali di bulan sya’ban, sampai wafatnya Rasulullah ๏ทบ. (HR. At Tirmidzi No. 783, katanya: hasan shahih)

Hadits ini jelas bahwa ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, mengqadha shaum Ramadhan di bulan Sya’ban selanjutnya. Itu tidak mengapa.

Bahkan sebagian ulama membolehkan kapan saja waktunya tanpa batasan, berdasarkan ayat berikut:

ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ู…َุฑِูŠุถًุง ุฃَูˆْ ุนَู„َู‰ ุณَูَุฑٍ ูَุนِุฏَّุฉٌ ู…ِู†ْ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ุฃُุฎَุฑَ

Maka barang siapa di antara kamu yang sakit atau dalam keadaan perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. Al Baqarah: 184)

Dalam ayat ini, tidak dibatasi kapankah “hari-hari lain itu,” sehingga bagi mereka boleh sampai kapan pun.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

ู‚ุถุงุก ุฑู…ุถุงู† ู„ุง ูŠุฌุจ ุนู„ู‰ ุงู„ููˆุฑ، ุจู„ ูŠุฌุจ ูˆุฌูˆุจุง ู…ูˆุณุนุง ููŠ ุฃูŠ ูˆู‚ุช، ูˆูƒุฐู„ูƒ ุงู„ูƒูุงุฑุฉ. ูู‚ุฏ ุตุญ ุนู† ุนุงุฆุดุฉ: ุฃู†ู‡ุง ูƒุงู†ุช ุชู‚ุถูŠ ู…ุง ุนู„ูŠู‡ุง ู…ู† ุฑู…ุถุงู† ููŠ ุดุนุจุงู† (1) ูˆู„ู… ุชูƒู† ุชู‚ุถูŠู‡ ููˆุฑุง ุนู†ุฏ ู‚ุฏุฑุชู‡ุง ุนู„ู‰ ุงู„ู‚ุถุงุก.

Mengqadha shaum Ramadhan tidak wajib bersegera, tapi ini kewajiban yang waktunya lapang kapan saja waktunya, begitu juga kafarat. Telah shahih dari ‘Aisyah bahwa Beliau mengqadha kekewajiban Raamadhan di bulan Sya’ban, dia tidak menyegerakannya pada dia mampu melakukannya. ( Fiqhus Sunnah, 1/470)

Hanya saja menurut mayoritas ulama, jika seseorang menunda qadha tanpa adanya ‘udzur, bukan karena sakit, hamil, menyusui, tapi karena sengaja menunda-nunda maka bukan hanya qadha tapi juga fidyah.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah menjelaskan:

ูˆุฃู…ุง ุฅุฐุง ุฃุฎุฑ ุงู„ู‚ุถุงุก ุญุชู‰ ุฏุฎู„ ุฑู…ุถุงู† ุขุฎุฑ، ูู‚ุงู„ ุงู„ุฌู…ู‡ูˆุฑ: ูŠุฌุจ ุนู„ูŠู‡ ุจุนุฏ ุตูŠุงู… ุฑู…ุถุงู† ุงู„ุฏุงุฎู„ ุงู„ู‚ุถุงุก ูˆุงู„ูƒูุงุฑุฉ (ุงู„ูุฏูŠุฉ). ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุญู†ููŠุฉ: ู„ุง ูุฏูŠุฉ ุนู„ูŠู‡ ุณูˆุงุก ุฃูƒุงู† ุงู„ุชุฃุฎูŠุฑ ุจุนุฐุฑ ุฃู… ุจุบูŠุฑ ุนุฐุฑ.

Jika menunda qadha sampai masuk Ramadhan selanjutnya, maka mayoritas ulama mengatakan: wajib baginya setelah puasa Ramadhan dia melakukan qadha dan kafarat sekaligus (yaitu fidyah). Ada pun Hanafiyah mengatakan: “Tidak ada fidyah baginya, sama saja apakah dia menundanya karena ada ‘udzur atau tidak ada ‘udzur.” ( Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu , 3/108)

Kita lihat, apa yang dilakukan oleh ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia tanpa fidyah hanya qadha. Sedangkan mewajibkan fidyah membutuhkan dalil, jika tidak ada maka, cukup qadha saja tanpa fidyah, inilah yang dikuatkan oleh Imam Abu Hanifah, juga Hasan Al Bashri, Ibrahim An Nakha’i, dan lainnya.

Wallahu A’lam. Wa Shallallahu 'Ala Nabiyyina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi wa sallam


๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท
 ๐Ÿ’ŽCLoSSiNG STaTeMeNT๐Ÿ’˜


Jalan-jalan Ke Pasar Minggu

Jangan lupa beli balon

Jangan ragu  jangan malu

Mari kita sambut dengan semangat bulan Ramadhon


Wassalamu'alaikum wr.wb.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar