Sabtu, 23 Juni 2018

AMBISI ORANG TUA DAN CITA-CITAKU



OLeh      : Bunda Heradini F., S.Psi

           💎M a T e R i💎

بسم الله الر حمن الر حيم

الحمد لله رب العالمين..، حمدا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضاه ، قلاة وسلاما دائمين متلازمين على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله و أصحابه أجمعين..

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang senantiasa meliputi tiap sisi kehidupan kita, memahami segala perbuatan kita, dan selalu mengawasi gerak-gerik langkah kita.

Alhamdulillah pada malam ini kita diberi kesempatan olehNya untuk bersilaturrahim bersama di kajian ROOM BIDADARI SURGA ini, semoga apa yang kita dapatkan menjadi perantara datangnya keberkahan hidup dan dinilai sebagai rasa syukur kita kepadaNya. Aamiiin aamiiin yaa Rabbal 'Alamiiin..

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada kekasih Allah SWT, seorang inspirator dan suri tauladan jutaan manusia dari generasi ke generasi, dari zaman dahulu sampai sekarang bahkan hingga masa depan nanti. Dialah Nabiyullah Muhammad Saw, sang Al-Qur'an berjalan....


🌷🌸🌷
Pokok bahasan kita pada malam hari ini adalah

ANTARA AMBISI ORANG TUA DAN CITA-CITAKU

Akhwati fillah rakhimakumulloh......
Sudah bisa meraba-raba atas apa yang kita bahas sekarang kah???
Yap.....tentang ketidaksinkronan apa yang diinginkan orang tua dan apa yang diinginkan anak.

Orang tua tentu punya harapan, doa-doa, impian, keinginan untuk anak-anak tercinta. Setiap orang tua tentu menginginkan  anak-anak mereka mendapat sekolah di tempat terbaik dan kelak mendapatkan pekerjaan yang baik.

Sayangnya, seringkali harapan orang tua kepada anak begitu besar melampaui keinginan-keinginan sang anak sendiri. Orang tua lupa apa harapan-harapan anak-anak mereka. Mereka meletakan mimpi-mimpi yang tak sempat diraihnya kepada anak-anaknya. Berpikir anak-anaknya sama dengan mereka. Berharap mimpi yang belum tercapai, dicapai anak-anak mereka.

Akhwati fillah arsyadakunallah, terutama yang masih jomblo dan masih berada dibawah naungan orang tua....

Pernah tidak berada dalam situasi ketika pilihan kalian tak sejalan dengan kemauan orang tua?
Lalu, apa yang kalian rasakan?
Sebagian besar dari kalian pasti mengerti bagaimana bimbangnya saat itu. Bahkan, telah biasa menghadapi kondisi tersebut.

Orang tua memang punya andil besar dalam hidup kita. Sebab, setiap orang tua tentu menginginkan hal yang terbaik buat anaknya. Mereka kebanyakan beranggapan bahwa kita tidak cukup pandai memilih yang mana yang terbaik. Sehingga, mereka perlu turun tangan dalam memilih hal-hal yang terkadang tak sesuai dengan hobi bahkan kegemaran kita sebagai remaja.

Apalagi ketika berbicara perbedaan zaman dan trend antara orang tua dan anak. Kebanyakan orang tua menganggap saat mereka masih muda sama kondisinya saat anak-anak mereka beranjak remaja. Padahal, bisa saja sangat berbanding 180 derajat. Maka tidak heran kalau terkadang para anak mengoceh dalam hati "Lain dulu, lain sekarang".

Memang kodrat orang tua ya seperti itu, ingin yang terbaik untuk anaknya.  Karena memang orang tualah yang memiliki jasa paling besar buat kita, dari kecil merekalah yang memandu kita. Merangkak, lalu cara berjalan, bicara bahkan mendapatkan rasa kenyamanan karena setiap saat diberi kasih sayang. Akan tetapi, dalam kasus tertentu yang orang tua anggap "terbaik"  terkadang bukanlah yang "terbaik" menurut sang anak.

Tak sedikit pula, akhirnya orang tua memaksakan kehendaknya kepada sang anak. Suka ataupun tidak, sang anak harus mengikuti kata orang tua. Seakan-akan menjadikan ambisi masa mudanya yang dulu tak kesampaian sebagai hal yang harus anaknya capai.  "Kamu tidak boleh ngebantah! Harus nurut apa kata orang tua" Nah, kalau sudah seperti itu? Kita sebagai anak yang patuh hanya bisa diam dan melakukan keinginan Beliau. Bukan dengan senang hati lagi, tapi sudah di balut rasa terpaksa hingga menjadi beban.

🌷🌸🌷
Akhwati fillah....
Apa sih yang menyebabkan orang tua berperilaku demikian????

Ada beberapa alasan umum kenapa orangtua menentang cita-cita kita, antara lain:

1. Mereka Ingin Kita Aman

Aman di sini bukan hanya aman dari kejahatan ya, gengs, tapi juga aman dari sisi material dan mental. Orangtua mana yang mau anaknya kesulitan, apalagi secara  materi, ketika sudah mandiri nanti?
Apalagi kalau cita-cita yang kita inginkan bukanlah cita-cita yang biasanya dimiliki cewek kebanyakan, misalnya ingin menjadi pengusaha muda.

Orangtua yang sudah lebih dulu mengalami asam garam kehidupan merasa dirinya enggak rela kalau kita harus menempuh jalan yang sulit untuk mencapai kesuksesan. Seperti orang tua Nadiya, mereka lebih menyarankan Nadiya untuk masuk STAN agar cepat dapat kerja. Orang tua lainnya pun begitu. Belum lagi risiko gagal berkali-kali yang bisa bikin kita kecewa.

2. Rasa Takut Akan Perubahan

Kita juga harus memaklumi kalau orangtua memiliki rasa takut juga, sama seperti kita. Kalau kita takut menghadapi tantangan baru ketika berusaha mewujudkan impian, mereka justru takut menghadapi situasi ketika kita akan berubah dan enggak menjadi gadis kecil mereka lagi. Mereka harus menghadapi cara pandang kita yang berubah, sikap yang berubah, dan aturan hidup yang berubah seiring dengan jalannya waktu. Tapi pada akhirnya, semua hal akan berubah, bukan? Karena enggak ada yang abadi di dunia ini.

3. Mereka Takut Kita ‘Lepas’

Setiap orangtua pasti ingin anaknya sukses dan mandiri, tapi mereka juga memiliki ketakutan sendiri ketika kita mulai bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan mereka. Maka itu, ketika bisa menjalani keinginan mereka, walaupun nantinya kita bisa mandiri juga, mereka tetap memiliki perasaan bahwa mereka berhasil membimbing kita untuk mencapai kesuksesan. Belum lagi mereka juga takut kita buat kesalahan kalau berada di luar ‘bimbingan mereka.

4. Mereka Sungguh Butuh Kita

Biasanya kasus ini dialami oleh anak tunggal atau yang orang tuanya memiliki usaha sendiri, sehinngga mereka membutuhkan penerus untuk menjalankan usahanya tersebut. Padahal sebenarnya kita sama sekali enggak tertarik untuk menjadi pengusaha dan memimpin sebuah perusahaan. Ini adalah sesuatu yang wajar, sih, karena orang tua pasti lebih percaya kita untuk menggantikannya. Tapi satu yang kita harus tanamkan, kalau mengesampingkan mimpi kita dan menjalani mimpi orang lain, itu bisa jadi membuat kita enggak bahagia.

5. Meneruskan Ambisi

Ada sebagian orang tua yang tidak bisa menggapai ambisi saat muda bertekad ‘meneruskan’ ambisi itu ke anak-anak mereka, yaitu kita. Entah itu kuliah di kampus tertentu atas malah menjalani profesi tertentu nantinya. Memang enggak menutup kemungkinan kita punya bakat atau passion yang sama dengan orang tua, tapi pastikan kalau cita-cita yang mereka inginkan itu benar-benar sesuai dengan apa yang kita mau.

🌷🌸🌷
Akhwati fillah....

Jadi sampai sini, harus bersikap seperti apa?

Sebelum dijawab, kita akan memilih mencari waktu yang tepat dan suasana yang tepat untuk berbicara dengan orang tua tentang pilihan masa depan. Biar perlu, sebagai intro, bisa saja manfaatkan kakak atau anggota keluarga lain untuk memancing pembicaraan. Nah ini hanya cara pendekatan, tapi apakah ada jaminan orang tuanya akhirnya mengalah terhadap argumentasi anak?
Belum tentu juga, karena orang tua akan mengambil sikap, dialah penentu masa depan anak! Bak raja di tahta, semua harus tunduk pada perintah kalau kemudian hal ini pertentangkan sehingga harus diam-diaman, marah-marahan sampai kabur segala. Yang rugi siapa?
Tentu si anak juga orang tuanya. Sehingga kalau berbicara pilihan anak untuk masa depan, termasuk mungkin juga jodoh. Sebaiknya orang tua melihatnya secara objektif, bahwa anak memiliki hak yang dijamin oleh Undang-Undang di republik ini.

Jika orang tua melarang cita-cita anak dan memaksakan kehendaknya, dampaknya tidak akan baik ke anak. Anak akan kehilangan motivasinya. Keterbukaan anak dan orang tua juga mungkin menjadi menipis.

Lalu, untuk dampak kedepannya kita pun akan sungkan bahkan takut untuk mengemukakan keinginan kita karena nanti dilarang ataupun tidak disetujui. Tertutuplah kita dan jarang ingin berkomunikasi dengan orang tua.

Intinya, komunikasi dan saling pengertian antara anak dan orang tua sangat dibutuhkan dalam kasus perbedaan pendapat seperti ini. Orang tua bukannya dilarang untuk ikut andil dalam  menentukan pilihan hidup sang anak. Tapi, dalam batas-batas tertentu yakni hanya sebagai saran untuk pertimbangan. Sehingga, sang anak bisa memutuskan pilihannya sendiri. Kan nantinya yang menjalankan juga anak tersebut, dan seperti yang kita ketahui sebagian besar keberhasilan dicapai karena anak enjoy dalam proses tersebut.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Evi
Bila orang tua kekeh akan ambisinya kepada anak namun si anak sudah berumah tangga, Misalnya si anak harus tetap tinggal bersama orang tuanya meskipun si anak sudah pnya anak istri dengan alasan membantu anaknya secara ekonomi dari pada misah kan uangnya bisa disimpan atau digunakan untuk keperluan lain.
Bagaimana cara menyikapi orang tua seperti itu?

🌸 Jawab :
Ini dulu persis seperti yang saya alami.
Tahun 1-5 masih menuruti orang tua. Sambil kami berusaha untuk menunjukkan bahwa kami bisa mandiri secara ekonomi. Waktu selama itu juga untuk mentarbiyahi orang tua tentang perlunya hidup mandiri.
Akhirnya kami bisa kontrak rumah kecil dan beli rumah setelahnya. Namun tetap menjaga hubungan baik. Suami setiap hari mendatangi mereka.
Jadi intinya, orang tua perlu bukti.

0⃣2⃣ Puji
Assalamualaikum, 
Bagaimana dengan orang tua yang mengekang anaknya untuk keluar rumah? Jadi si anak itu keluar rumah kalau ada sekolah atau hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kalau bukan tentang sekolah pasti di larang keluar rumah.
Apakah saya sebagai anak harus menurutinya saja? Atau bagaimna?

🌸 Jawab :
Waalaikum salam mb puji,
Perlu ditanyakan dl kenapa orang tua terkesan mengekang. Bisa jadi mereka takut akan terjadi sesuatu sama anti. Atau mereka trauma. Dan lain-lain.
Alasan itu yang harus diketahui terlebih dahulu.

0⃣3⃣ iSmawati
Assalamualaikum,
Umi saya mau nanyak (lebih ke curhat sih)
Saya tahun ini lulus SMK nah ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Nah seperti timpang sebelah. Disisi lain pihak sekolah sangat mendukung dalam hal melanjutkan ke perguruan tinggi, namun dipihak keluarga hanya ragu-ragu antara ngebolehin dan tidak karena dikawatirkan tidak dapat membiayai. Nah saya delema.

Saya minta saran dari umi. Bagaimana cara meyakinkan pihak keluarga sedang saya sudah daftar kuliah?

🌸 Jawab :
Waalaikum salam mb isma.
Memang dilema sih,
Anti pengen kuliah,
Orang tua bingung biaya,
Solusi : Anti cari beasiswa penuh. Meliputi beasiswa pendidikan dan penghidupan.
Karena memang untuk kuliah saat ini butuh sangat tinggi dan harus ada gambaran sejak awal.

💎Nah... sudah difikirkan namun diluar harapan, belum dibolehin kerja sama pihak sekolah (khusus yang melanjutkan ke perguruan tinggi) sedang saya hanya daftar biasa (tidak mendaftar bidikmisi).

🌸 Kemampuan ekonomi itu yang harus dipertimbangkan benar. Agar tidak DO ditengah jalan.

💎iya ya um.
Terimakasih ya umi.

🌸 Sama-sama sayang.
Kenapa nggak ikutan bidikmisi??

💎Tidak daftar um. Saya hanya manut dengan arahan pihak sekolah.
Jadi sama pihak sekolah daftar bidikmisinya nyusul pas ntar sudah masuk kuliah (bidikmisi susulan).

DILEMA UM disisi lain pengen melanjutkan ke perguruan Tinggi dengan harapan mungkin dengan ini bisa sukses dan menambah ilmu serta wawasan.
Namun ada sisi dimana keadaan ekonomi keluarga lagi sangat minim.

🌸 Kalau memang anti yakin dengan kemampuan anti, lanjut saja, Siapa tau ditengah jalan-karena prestasi gemilang- anti dapat tawaran beasiswa full.
Dan selama kuliah juga bisa nyari maisyah.
Dulu selama kuliah, saya jualan jilbab dan jadi asisten dosen. Alhamdulillah banyak membantu.

💎iya umi. bismillah. Sambung doanya ya umi. Semoga semua urusan dilancarkan dan diberi kemudaham serta rizki yang belimpah.
Syukron umi.

🌸Aamiin

0⃣4⃣ Ranie
Bun, Apabila pekerjaan yang kita jalani sekarang juga adalah bagian dari pilihan orang tua, terkadang muncul perasaan kok bisa ya kerja disini, profesi ini, dan sebagainya (tidak ada menyalahkan pilihan mereka sih, cuma kadang merasa aneh aja ada pada profesi yang bukan pilihan kita).
Apakah pekerjaan ini berkah buat kita?

🌸 Jawab :
In syaa Allah nggak papa mb ranie,
Masalah apakah itu berkah atau tidak bisa ditinjau dari beberapa hal. Misal jenis pekerjaan, cara menjalankan pekerjaan apakah sesuai SOP atau tidak dan lain-lain.

0⃣5⃣ Refia
Untuk anak yang istilahnya diarahkan oleh orang tunya sejak dini mengikuti jejak kakaknya lalu kemudian setelah beberapa tahun minat skil dan passion tidak sesuai seperti jejak kakak bagaimana mengatasinya bun??

Karena sejak kecil anak tidak diberi kesempatan oleh orang tua untuk menemukan passion dan skill yang dikuasai.

Dan juga orang tunya agak overprotektif pada anak takut kehilangan banget sampai dikhawatirkan banget hingga anak sudah di perantauan gitu bun.

🌸 Jawab :
Mb refia.....
Banyak banget orang tua mode seperti ini ya.
Memang sikap overproyektif dapat mengekang sifat unggul anak.
Apa-apa diarahkan. Apa-apa ditentukan.
Yang harus dilakukan adalah mendatangi ahlinya. Siapa? Orang tuanya. Namanya terapi holistik.
Nggak bisa cuma anaknya saja yang diperbaiki. Namun orang tuanya juga.
Agar mereka mengubah mindset tentang cara atau pola pengasuhan anak.

0⃣6⃣ Novida
Salahkah  sebagai orang tua memasukkan anak ke ponpes yang khusus tahfidzul Qur'an,, tanpa ada pelajaran akademis nya,, sementara si anak berkeinginan masuk ke sekolah umum.

Dengan catatan ,,
Sebelum nya si anak sudah seringkali melanggar amanah yang dipercayakan,,misalnya pacaran walau hanya sebatas di sekolah saja. Karena selama ini si anak dilarang keluar rumah meski untuk urusan sekolah sekalipun, kalaupun keluar selalu dikawal.

Apakah tindakan kita sebagai orang tua sudah benar bun? Karena takut menyesal di kemudian hari, mengingat jaman sekarang sangat mengkhawatirkan sekali.
Mohon solusinya.
Makasih bun.

🌸 Jawab :
Mb novia,
Sebetulnya memasukan anak ke  pesantren sebetulnya butuh proses yang panjang dan lama.
Saya sendiri memerlukan waktu 2 tahun untuk memasukkan anak kesana. Pertama pengenalan dulu. Meyakinkan, kemudian mereka yang menentukan mau masuk ke pesantren mana.
Pesantren tidak bisa jadi tempat pelarian untuk anak-anak bermasalah. Karena halnya nanti tidak maksimal.
Namun kalau semua sudah terlanjur, tinggal didoakan saja dan tetap jalin komunikasi antara orang tua, anak dan pihak pondok.

💎Dulu waktu lulus SD pernah dimasukkan ponpes bun,, anaknya ngikut saja sih mana baik nya "kata si anak",, tidak nyampe 3 bulan minta keluar ponpes karena tidak tahan dengan macam-macam karakter anak baru.

Akhirnya kita keluarkan bun. Tapi akhirnya nyesal juga kenapa tidak tabayun dulu. Apakah karena ini akibatnya si anak jadi berubah sifatnya suka menentang, berani melawan kalau di nasehati bun.

🌸 Iya mb. Bisa jadi perubahan sikapnya karena itu.
Sehingga untuk para orang tua yang memasukkan anak ke pondok, persiapkan diri terlebih dahulu ya.
Tetap jalin komunikasi dengan anak-anak.

0⃣7⃣ Hasnaz
Assalamu'alaikum,
Bagaimana dengan anak yang memiliki sifat pendiam yang sulit mengungkapkan keinginannya ?

🌸 Jawab :
Waalaikum salam
Harus pandai-pandai membaca bahasa tubuh ya.....
Bisa jadi dia punya masalah di kemampuan verbalnya. Makanya sebagai orang tua, kita harus dapat memahami bahasa tubuhnya.
Dan anak-anak pendiam kalau bermasalah, bawa saja ke hypnoterapi. Disana ada tenaga ahlinya.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua menjadi salah satu jembatan penghubung yang dapat meruntuhkan masing-masing ego.

Sehingga jika terjadi ketidak selarasan pendapat dapat diselesaikan dengan cara mengkomunikasikan secara 2 arah.

Masing-masing harus memahami bahwa kehidukan yang ada sekarang amatlah berbeda dengan kehidupan dulu.

Saling memahami. Saling menerima. Saling memaafkan akan dapat menjadikan anak-anak memiliki pribadi unggul dengan potensi cita-cita seperti yang diharapkan.

Saya akhiri, afwan minkun ada kurangnya itu dari saya pribadi, kebaikan itu dari Allah, fastabiqul khairat,
Allahu yubarik fiikum

جَزَاكُمُ اللّهُ خَيْــــرًا كَثِيْرًا

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
 وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


🌷Heradini Faizah, S.Psi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar