Jumat, 22 Juni 2018

HAKIKAT KEPASRAHAN SEORANG HAMBA



OLeh : Bunda Endria Soediono

           💎M a T e R i💎

‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحمد لله
Wa syukur lillaah
Semoga kita semua dalam keadaan penuh dengan keimanan dan kepasrahan hati atas segala hal yang sedang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari.
Malam ini ‎ان شاء الٌله kita akan sedikit membahas tentang suatu amalan hati yang seharusnya akrab dengan diri kita.
Yakni bab kepasrahan...
Kepasrahan merupakan amal hati yang sangat berpotensi mendekatkan diri seorang mukmin dengan sedekat dekatnya kepada اللهِ .
Ketika kita mampu menjaga kondisi hati selalu dalam kepasrahan yang tertuju hanya kepada اللهِ maka tidak ada rasa gelisah yang akan terus menerus berdiam di dalam hati.
Kepasrahan yang sempurna juga dapat menjadi kunci seseorang menjadi calon penghuni syurga. Karena kepasrahan merupakan ibadah hati kepada اللهِ yang membuat seseorang benar benar dalam posisi sangat bergantung kepada اللهِ dan tidak ada sesuatu pun yang ia harapkan kecuali apa yang terbaik dari sisi اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى
Jama’ah *Bidadari Surga* rohimakumullah...
Dalam fakta kehidupan kita ini tentu tidak akan terlepas dari berbagai ujian. Dan keadaan ini akan terus berlangsung sampai hidup kita berakhir.
Oleh karena itu, betapa pentingnya kita memahami tentang hakikat kepasrahan yang apabila seseorang mukmin selalu dapat menjaga dirinya dalam kondisi tersebut, maka amal hati tersebut akan mampu mengangkat kedudukannya disisi اللهِ baik sejak di dunia ini hingga di akhirat kelak.
‎والله أعلم
Berikut silahkan disimak materi yang sudah saya siapkan agar mendapat sedikit pemahaman yang lebih darinya.

*HAKIKAT KEPASRAHAN*
::: *SEORANG HAMBA* :::
=================
Bismillah...
Alhamdulillah...
‎ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Terkait kepasrahan Allah ‎ ‎سبحانه وتعالى telah menegaskan di dalam al Qur’an:
‎وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ٢:١٥٥
‎الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ٢:١٥٦
‎أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ٢:١٥٧
_“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."_
(QS. Al Baqarah : 155-157)
Kepasrahan adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa sudah maksimal dalam memikirkan suatu situasi yang sedang dihadapinya. Situasi tersebut biasanya berbentuk kesempitan yang menyesakkan hingga mendorong hatinya menyerahkan kepada pihak lain di luar dirinya.
Kepasrahan adalah termasuk amalan hati yang bersifat manusiawi akibat suatu tekanan kuat yang menimpa dirinya.
Islam menuntun umatnya pada sikap kepasrahan yang mengarah hanya kepada اللهِ‎ ‎سبحانه وتعالى sebagai salah satu bukti keyakinannya kepada اللهِ dan ketundukan kepadaNya.
Kesabaran seorang mukmin dalam menghadapi segala problema oleh ayat di atas diarahkan agar mengembalikan semuanya kepada اللهِ‎ ‎سبحانه وتعالى dengan sikap kepasrahan yang sempurna, dan penuh penjiwaan saat mengucapkan kalimat pemasrahan diri kepadaNya :
‎إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
_“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”_

Ayat tersebut secara spesifik mengajarkan kesempurnaan tentang tawakal dan kepasrahan seorang hamba kepada Robb Nya yang Agung.
Jika kita menginginkan tercapianya sesuatu yang diharapkan atau terbebasnya dari yang tidak diharapkan, ini adalah situasi dimana seseorang sedang dalam keadaan ujian. Hanya saja secara riil mungkin ujian itu terkait kesempitan harta, datangnya suatu penyakit, dan lain sebagainya. Maka dalam kondisi yang sudah maksimal dalam usaha kita harus bertahan dalam kesabaran dan mengiringinya dengan doa. Selebihnya sikap kita adalah mengembalikan atau memasrahkan hasil akhirnya kepada Allah‎ ‎سبحانه وتعالى
Islam tidak mengajarkan kepasrahan yang tidak didahului oleh usaha. Juga bukan kepasrahan yang dalam penantiannya berhenti dari berdoa.
Yang membedakan orang yang berserah pasrah kepada Allah dengan yang tidak adalah terletak pada cara memandang, merasakan dan menyikapi apa saja yang menimpa dirinya.
Seorang yang telah berpasrah diri kepada Allah, maka ia akan selalu menjadikan Allah sebagai sumber ketenangan hatinya dalam menghadapi himpitan jiwa.

Dari setiap sikap pasrah kepada Allah seseorang pasti akan menemukan buah yang indah yang merupakan sikap hati yang positif seperti :
1. Tidak punya rasa gelisah ketika dirinya tidak mendapatkan sarana-sarana penghidupan. Bahkan tidak pula bersedih dan merasa kecil hati ketika tidak memiliki sarana hidup yang layak seperti yang dilihatnya pada orang lain, sehingga di dalam hatinya tak muncul perasaan cemas, khawatir ataupun gundah gelisah.
Jiwanya selalu tenang dalam menjalani kehidupan ini dengan apa yang اللهِ berikan kepadanya dengan penuh rasa syukur dan berbaik sangka terhadap اللهِ.
2. Tidak mengandalkan amal atau bergantung mutlak pada amal dan usaha yang telah ia lakukan.
Pada kenyataan banyak sekali manusia yang sangat bergantung pada akal kecerdasannya, usahanya dan segala bentuk perjuangan yang telah dilakukan.
Padahal, setiap bentuk kebergantungan manusia pada perbuatan atau amal usaha akan selalu berujung pada keputusasaan dan frustasi saat kendala dan kegagalan telah menjadi takdir Allah baginya.
Oleh karena itu, jiwa yang cerdas selalu memiliki ruang kepasrahan hati kepada Allah sehingga membuat dirinya tenang saat mendapatkan hasil yang seperti diharapkan dan juga tidak pula merasa terpuruk saat mendapat hasil yang tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
3. Berkembangnya perasaan yang realistis dan bijak dalam melihat suatu kenyataan. Dirinya sadar bahwa kekecewaan, kekesalan dan ketidakpuasan pada suatu kejadian yang menimpanya hanya akan menguras energi yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih positif.
4. Kebutuhannya kepada اللهِ menjadikan dirinya hanya ingin bersandar kepadaNya. Karena ia tahu bahwa اللهِ adalah Dzat yang paling mampu memberikan apa saja yang terbaik untuk dirinya. Sikap hati seperti ini menumbuhkan rasa optimistis dan jiwanya terbebas dari hal yang buruk yang bisa saja menimpanya sebagai bentuk penjagaan اللهِ atas dirinya.
Point yang terakhir diatas adalah ekspresi yang paling utama dalam sikap pasrah yang akan mendapat apresisi yang tertinggi dari Allah karena mengandung unsur sikap iman yang mendalam kepadaNya.
Semakin tinggi sikap pasrah seseorang kepada اللهِ menunjukkan semakin teguh iman keyakinan sekaligus kecintaannya kepada اللهِ. Hatinya ingin selalu tertikat pada kepada اللهِ semata. Dalam angan dan pikirannya telah terpatri bahwa hanya Allah-lah yang Kuasa menolong beban ujian yang dirasakannnya.
Perasaan kebergantungan seperti di atas sangat berpotensi menjadi sebab keridhoan Allah atas dirinya. Hingga ketika Allah ridho, maka rahmat dan pertolonganNya sangat dekat bagi si hamba.
Kepasrahan yang didasari oleh rasa cinta dan keyakinan kepada اللهِ juga akan menjadikan seseorang terbebas dari hati yang tertawan oleh rasa sempit, keterbatasan dan juga bibit putus asa.
Justru dirinya lebih sering diliputi perasaan tenang, tentram dan lapang walaupun dalam faktanya dikepung oleh berbagai masalah.
Apapun yang dirasakannya diyakini bahwa اللهِ tidak akan pernah membiarkannya. Karena ia yakin bahwa apa pun yang menimpanya tidak pernah terlepas dari takdir اللهِ yang selalu mengadung hikmah yang terbaik. Karena اللهِ maha baik dan Dia adalah sebaik-baik pemberi segala kebaikan bagi yang hambaNya yang bergantung dan pasrah sepenuhnya kepadaNya. والله أعلم
(ENDRIA)

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Evi
1. Pakde dan bude saya menikah hampir 30 tahun namun di usia pernikahan ke 15 tahun tidak kunjung dikaruniai anak, akhirnya mereka mengadopsi anak sepupunya yang tinggal di Jawa tengah. Sudah usaha ke berbagai alternatif, dokter tidak membuahkan hasil. Nah sekarang anaknya sudah SMA kelas 3.
Yang saya mau tanyakan apakah pakde dan bude saya sudah maksimal dalam hal kepasrahan kepada Allah atas segala yang diberikan dalam hidup mereka?

2. Apa yang harus dilakukan pasangan suami istri yang divonis mandul selama hampir 6 tahun pernikahan walaupun mereka sudah ikhlas pasrah?
Sekedar sharing pengalaman pribadi. Saya percaya atas kekuasaan Allah melalui kepasrahan ibu saya yang penuh mengalami sakit hampir 5 tahun lamanya, berkat keikhlasan beliau dan selama beliau sakit tidak pernah meninggalkan shalat wajib dan Alhamdulillah tahun 2010 beliau sehat walafiat sampai detik ini Alhamdulillah. (sekedar sharing)

🌷 Jawab :
‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
1. Sikap pasrah itu adalah bagian dari amal ibadah, oleh karena itu, tidak sebaiknya terhenti pada suatu titik ketika apa yang diharapkan terpenuhi baik seluruhnya ataupun sebagian saja. Apakah jalan yang diambil oleh pasangan keluarga tersebut (pakde dan bude anti tersebut) telah bisa dikatakan sebagai suatu kepasrahan hanya diri mereka dan Allah yang tahu. Karena pasrah itu adanya di hati. Dan kepasrahan seorang mukmin tidak lain ketika ia tujukan kepada اللهِ saja. Adakalanya seseorang mengambil suatu langkah yang negatif dan mengatakan karena sudah pasrah. Ini tentu bukan sesuai dengan kidah kepasrahan yang sebenarnya. Karena suatu kepasrahan mengandung penyerahan kepada اللهِ bukan penyerahan yang tidak bertuan. Walaupun pun ia melakukan atau tidak melakukan usaha sesuatu.
Jadi, intinya di dalam kepasrahan itu sendiri tidak mungkin terlepas dari hatinya yang ridho atas perbuatan اللهِ.
*_Tepatnya orang yang pasrahnya karena اللهِ itu selalu punya keyakinan bahwa :_*
1) Keadaan yang menimpanya adalah takdir (kehendak) اللهِ yang didalamnya pasti ada kebaikan (hikmahNya).
2) Setiap langkah perbuatan dan hatinya merasa terkait selalu dengan اللهِ sehingga ia tidak ingin membuat اللهِ murka dengan berlaku maksiat terhadapNya.
Karena itu seseorang yang bunuh diri, mungkin juga mengadung kondisi pasrah, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa ia telah pasrah karena Allah. Karena sejatinya dirinya hanya putus asa dari rahmat Allah sehingga tidak takut jika bermaksiat kepada اللهِ .
Adapun seorang yang pasrahnya benar, karena اللهِ maka rasa kepasrahan itu selalu menjadi bagian dari kehidupan hingga menjelang kematiannya.
Singkat kata dirinya selalu ridho dan ikhlas serta berserah diri kepada اللهِ apa saja yang Dia tetapkan baginya.

2. Keadaan yang menimpa diri orang mukmin itu selalu baik.
Jika ia berada dalam kebaikan maka itu adalah rahmat اللهِ yang didahulukan yang kelak kebaikan yang sempurna akan diberikan saat hari kiamat nanti.
Sedangkan jika ia dalam keadaan tertimpa musibah maka itu juga pasti baik baginya karena sesungguhnya setiap musibah yang menimpa kita adalah karena perbuatan atau kesalahan kita sendiri sedangkan musibah yang menimpa itu adalah musibah yang sudah diringankan oleh اللهِ karena kasih dan sayangNya kepada kita.
Selain itu setiap musibah yang kita terima adalah suatu bentuk proses ampuan dari dari اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى .
Oleh karena itu, setiap diri kita hendaknya memang harus selalu berprasangka baik kepada اللهِ.
Jika kita tidak diberikan sesuatu yang kita harap-harapkan bisa jadi sesuatu tersebut bukan akan menjadikan kebaikan bagi kita. اللهِ akan ganti dengan kebaikan yang lain yang menjadi sebab kebaikannya di akhirat nanti.
‎والله أعلم بالصواب

0⃣2⃣ Kiki
Assalamu'alaikum bunda.
Terimakasih atas ilmunya malam ini.
1. Apakah pasrah itu dimulai sejak awal disaat kita sedang berikhtiar terhadap suatu hal atau disaat ikhtiar itu mulai tidak menunjukkan hasil?

2. Bagaimana cara membedakan pasrah dan putus asa? Terkadang jika sedang berikhtiar suatu hal dan terlihat tidak ada hasilnya, ingin mengakhiri ikhtiar. Di lain sisi ada keinginan untuk mencoba lagi. Hal tersebut termasuk pasrah atau putus asa dan bagimana sikap kita?

🌷Jawab:
1. Pasrah bisa dimaknai sikap hati dimana kita menyerahkan hasil kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى semata. Namun kepasrahan di dalam islam tidak bisa terlepas dari tuntutan pengorbanan dahulu dari pelakunya. Jadi bisa saja sikap pasrah ini dimulai sejak saat kita berniat atas sesuatu atau saat tertimpa sesuatu yang tidak diharapkan.

2. Beda yang paling jelas antara pasrah dengan putus asa terletak pada 4 point :
*Pertama,*
Jika benar benar pasrah maka tidak ada perasaan su’udzhon kepada اللهِ.
Dia meyakini bahwa setiap hal yang menimpanya adalah ketetapan اللهِ .
Dan ketika اللهِ telah menetapkan sesuatu maka pasti telah sesuai dengan ukurannya.
Karena itu seseorang yang pasrahnya karena اللهِ juga selalu mempunyai keyakinan bahwa “Keadaan yang menimpanya adalah takdir (kehendak) اللهِ yang didalamnya pasti ada kebaikan (hikmahNya).”
Sebagaimana apa yang ia yakini dari firman Allah ‎sebagai berikut :
‎{وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا}
_Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya._ (QS. Al-Furqan: 2)
‎قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah: _"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."_ (QS. At-Taubah : 51)
Sedangkan orang yang putus asa selalu diawali dari perasaan su’udzhon terhadap اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى bisa saja dalam banyak bentuk perasaan negatif. Seperti menggangap اللهِ tidak menyayanginya lagi, atau bahkan menuduh اللهِ lemah - tidak kuasa menolongnya.
*Kedua,*
Seseorang yang pasrah tetap memiliki semangat ibadah kepada اللهِ dengan penuh kesabaran dan keyakinan akan datangnya pertolongan dariNya yang sangat dinantinya. Sedangkan putus asa sudah tidak ada lagi kepedulian untuk memenuhi perintah-perintah اللهِ, bahkan berbagai larangan yang sangat dilarang pun dilakukannya.
*Ketiga,*
Orang yang pasrah selalu orang yang cerdas dan dia memiliki ilmu yang tinggi. Dirinya mengenal اللهِ dengan baik sehingga mau bersabar dengan penuh keimanan kepadaNya. Sedangkan orang yang putus asa adalah orang yang kurang ilmu yang selalu dikelilingi oleh teman teman yang jauh dari religius. Sehingga tidak mampu mempertahankan keimanan dan kesabarannya dalam menunggu takdir yang baik dari اللهِ untuk dirinya.
*Keempat,*
Seorang yang pasrah kepada اللهِ biasanya memiliki hati yang bersih. Ia telah banyak melazimkan dzikir dan istighfar. Sehingga kedua aktivitas ibadah ini menjadikan dirinya selalu optimis dan mampu menguasai perasaannya.
Adapun orang yang mudah putus asa bisa ditandai dengan jauhnya lisan dan batinnya dari dzikir kepada اللهِ. Sehingga syetan-lah yang selalu mendekat padanya dan membisikkan bujuk rayu yang menyesatkan termasuk mengajak dirinya untuk berburuk sangka kepada Allah dan membujuknya ada berputus asa terhadap rahmat اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى .

*_KESIMPULAN :_*
_“Begitu jauh beda seorang yang putus asa dengan orang yang pasrah berserah diri kepada اللهِ dalam menghadapi segala problema hidupnya. Maha benarlah اللهِ jika Dia sangat mencintai seseorang yang pasrah kepadaNya dengan sepenuh jiwanya hingga dirinya merasakan nikmatnya memiliki kesabaran dalam keimanan kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى . Sebaliknya Allah sangat murka pada seseorang yang mudah putus asa dari rahmatNya, karena sikap berputus asa hanya akan semakin mendekatkan dirinya dengan syetan yang selalu mengajak pada kehancuran.”_
‎والله أعلم بالصواب

0⃣3⃣ Serra
Assalamu'alaikum ustadzah.
Yang benar kita masih bisa memilih tabah dan sabar atau pasrah itu belakangan atau bisa di awal. Karena menurut saya dengan pasrah baru ada jawaban.
Terima kasih.

🌷Jawab :
‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Ketiganya harus menjadi satu kesatuan yang ada di dalam hati kita dalam menghadapi kehidupan ini dalam kondisi apa saja. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa hampir tiada hari yang kita lalui tanpa ujian.
Ujian itu bukan hanya berupa ketidak nyamanan atau kesempitan. Akan tetapi kelapangan, banyaknya nikmat yang sedang اللهِ berikan kepada kita juga merupakan ujian yang sering kita lupakan. Karena apa yang ada dihadapkan kira harus kita tujukan untuk ibadah kepada اللهِ sedangkan syetan selalu siap membelokkan pikiran tersebut ke arah kelalaian sehingga ini akan menjadi fitnah atau ujian yang bisa menjerumuskan kita pada dosa.
Oleh karena itu, baik lapang ataupun sempit kita harus terus waspada terhadap tipu daya syetan.
Cukup banyak Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم mengajarkan suatu do'a yang didalamnya sarat dengan permohonan akan ketiga sikap hati tersebut, yakni, tabah, sabar dan pasrah kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى .
Jika kita menghayati firman اللهِ bahwa setiap kesulitan atau ujian pasti اللهِ iringi bersamanya kemudahan, artinya setiap ujian itu untuk pasrah tidak harus menunggu tahapan tabah, dan sabar terlebih dahulu. Karena ketiganya harus menjadi satu sebagai bukti penghambaan kepada اللهِ yang kuat.
‎والله أعلم بالصواب

0⃣4⃣ Erna
Bunda tadi dijelaskan jika kepasrahan adalah keadaan maksimal dalam memikirkan apa yang dihadapi, nah banyak nih ketika kita sudah maksimal lalu tidak merubah keadaan biasanya kita merasa putus asa bahkan kita menghakimi Alloh atas apa yang diujikan kepada kita.
Adakah kiatnya supaya kita tidak mudah putus asa?

🌷Jawab :
‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Betul memaksimalkan usaha baik dalam bentuk lahir maupun bathin kita. Yang mana sikap ini bisa dimulai dari sejak awal kejadian ataupun di tengah dan bahkan di akhir. Tentu ketika kepasrahan kepada اللهِ itu sudah kita pasang dari sejak awal ini adalah yang paling afdhol.
Asal kepasrahan bukan berarti tidak melakukan ikhtiar (usaha).
Jikapun segala usaha sudah dilakukan hingga dirinya merasa mentok. Maka menahan diri dari perbuatan maksiat terhadap اللهِ itu juga suatu usaha atau perjuangan yang tidak ringan.
Selain itu bersabar menanti turunnya takdir dari اللهِ dengan terus beribadah kepadaNya juga merupakan suatu unsur dari usaha. Jadi diamnya mungkin hanya dalam bentuk upaya lahir, sedangkan bathinnya tetap bertahan dalam kesabaran juga merupakan ikhitiarnya.

*_Kiat agar kita tidak mudah putus asa yang paling efektif adalah :_*
1) Perbanyak berdzikir kepada اللهِ dimanapun berada dan apa saja aktivitas kita (kecuali pada yang dilarang). Karena dengan dzikir hati kita tenang. Syetan pun tidak mau mendekat pada orang yang banyak berdzikir.
2) Perbanyak merenung dan istighfar, mohon ampun kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى - karena sebagaimana hadist Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bahwa istighfar dapat menjadi sebab segera turunnya pertolongan اللهِ dari arah yang tidak kita sangka-sangka.
3) Ingatlah bahwa setiap musibah yang kita terima itu datangnya dari اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى . Jika kita terima dengan ridho maka اللهِ pasti akan memberi pahala, ampunan, solusi dan juga syurgaNya. Akan tetapi jika kita tidak ridho maka اللهِ akan murka dan membiarkan kita terlunta-lunta dengan perasaan yang tidak pasti yang mudah sekali diombang-ambingkan oleh syetan.
‎والله أعلم بالصواب

0⃣5⃣ Ana fatihah
Assalamu'alaikum,
Ketika hati tersakiti kita berusaha bersabar dan memahami tapi ternyata justru kesabaran itu sering dimanfaatkan oleh orang lain dan hal ini kadang membuat nyesek di hati.
Pertanyaan, Bagaimanakah caranya agar hati bisa lapang atas perlakuan kurang menyenangkan dari orang lain, mohon pencerahannya.
Syukran.

🌷Jawab :
‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kesabaran itu harus diiringi dengan ikhlas. Sehingga tidak hanya klaim hati saja kita sudah bersabar. Padahal masih ada tersembunyi kedongkolan.
Bagaimana membangun kesabaran yang dibarengin dengah hati yang ikhlas itu?
Yakni dengan benar benar memantabkan kesabarannya untuk اللهِ ...
Jadi, jika kita mengaku sabar maka tanyalah pada hati nurani yang paling dalam!!! Untuk siapa kesabaran ini?
Untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang ada atau untuk mencari ridhonya اللهِ , jika ridho اللهِ yang diharapkan maka seharusnya hati ringan dalam menerima apapun yang menerpa kita.
Memang hal di atas tidaklah mudah sayang, karena itu balasan orang yang sabar adalah Syurga.
Berusahalah bersabar dalam hal apapun untuk mencari ridhonya اللهِ , berlatihlah dan berlatihlah serta jangan lupa berdoa memohon pertolongan اللهِ agar dijadikan orang yang selalu ikhlas dalam meramal ibadah kepadaNya.
‎والله أعلم بالصواب

0⃣6⃣ Aisyah Shaba
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh ummi
Maaf ana bertanya di luar tema,
Begini um bagaimana solusinya jika ada seorang ikhwan yang ingin meminang seorang wanita secepatnya namun dari pihak keluarga memiliki persyaratan bahwa seorang pria itu harus mengikut adat yang sudah ada dan syarat adat yang ada um, tapi karena ketidakcocokan dengan keluarga pria tersebut keluarga pria menolak dan meminta keluarga wanita untuk meringankan persyaratan pranikah mereka, percecokan antara dua keluarga terjadi karena perbedaan pendapat. Lantas apa yang harus dilakukan si wanita dan si pria tersebut um? Mohon jawabannya ummi.
Sekian ummi syukran.

🌷Jawab :
‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saya kira seharusnya kedua calon pengantin bisa bersikap lebih pada memberi pengertian agar ditegakkannya hukum اللهِ dalam proses pernikahan mereka berdua.
Karena sesungguhnya di dalam Islam itu masalah pernihakan tidak boleh ada unsur unsur atau pihak pihak yang mempersulit.
Setelah kedua calon mempelai melakukan usaha demikian yang tentunya jangan sampai putus dalam berdoa ya.
Karena tidak ada yang sulit jika اللهِ sudah berkehendak. Kemudian lakukan istiqoroh secara khusus untuk urusan perjodohan ini dengan keluar dari perasaan kecenderungan yaa, mintalah petunjuk اللهِ minta pula pilihanNya.
Karena jika kita sudah menyerahkan kepada اللهِ dengan hati ridho ‎ان شاء الٌله - Allah akan segera memberi petunjuk dan jalan keluar yang terbaik.
‎والله أعلم بالصواب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎


_”Begitu jauh beda seorang yang putus asa dengan orang yang pasrah berserah diri kepada اللهِ dalam menghadapi segala problema hidupnya. Maha benarlah اللهِ jika Dia sangat mencintai seseorang yang pasrah kepadaNya dengan sepenuh jiwanya hingga dirinya merasakan nikmatnya memiliki jiwa yang sabar dalam keimanan kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى . Sebaliknya Allah sangat murka pada seseorang yang mudah putus asa dari rahmatNya, karena sikap berputus asa hanya akan semakin mendekatkan dirinya dengan syetan yang selalu mengajak pada kehancuran.”_

BE

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar