Sabtu, 23 Juni 2018

HATIMU...HATI YANG MANA?



OLeh   : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💘M a T e R i💘

Assalamu'alaikum semua yang online malam ini.....

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi atas Rahmat-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dimajlis ini dalam rangka thalabul ilmi, mencari ilmu. Dan sholawat serta salam tertuju kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Teman-teman..malam ini Allah telah izinkan kembali kita untuk berdiskusi, dan insyaa Allah akan membahas tentang HATI
Ngomong-ngomong soal hati dalam bahasa Arab hati itu disebut qalbun, yaitu anggota badan yang letaknya di sebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah.

Dikatakan juga hati sebagai qalb, karena sifatnya yang berubah-ubah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati.” (Muttafaq ‘alahi).

Menurut Imam Al-Ghazali dalam “Ihya Ulumuddin” nya membagi makna hati menjadi dua.

1) Makna yang pertama, adalah daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam.

2) Makna yang kedua, merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang berhubungan langsung dengan hati yang berbentuk daging. Hati inilah yang dapat memahami dan mengenal Allah serta segala hal yang tidak dapat dijangkau angan-angan.

🌷Hati ibarat cermin.
Sebagai cermin, hati adalah alat untuk mengenali diri sendiri. Seperti halnya cermin, hati ada dua macam: ada yang bersih dan terang serta ada pula yang kotor dan gelap. Menurut Imam Ghazali, kualitas hati, bersih atau kotor, terang atau gelap, sangat bergantung dan ditentukan oleh perilaku manusia itu sendiri.

Dikatakan, jika ia cinta agama dan suka berbuat kebajikan, maka hatinya bersih dan terang. Semakin ia suka berbuat kebaikan, hatinya semakin terang dan bertambah terang, bahkan berkilau-kilau (yatala’la’). Dalam keadaan demikian, hati dapat menangkap dengan baik sinyal-sinyal ketuhanan (Tajalliyyat al-Ilahiyyah) dan dapat mencapai ma’rifah dengan sempurna.

Sebaliknya, bila ia suka berbuat dosa dan keburukan, maka hatinya buram dan gelap. Dosa-dosa itu ibarat kepulan asap yang menghitam dan menutupi hati. Setiap kali orang berbuat dosa, maka timbul noktah hitam di hatinya. Semakin sering ia berbuat dosa, maka semakin banyak pula noktah hitam sampai akhirnya menutupi seluruh hatinya. Dalam keadaan demikian hati menjadi hitam pekat dan gelap.

Didalam pembahasan-pembahasan para ulama , hati ini dibagi dalam 3 kriteria :

1) Qalbun salim.
Hati yang tunduk dan mengikuti petunjuk Allah. Qalbun Salim adalah orang yang bertakwa,ikhlas

2) Qalbun Maridh atau hati yang sakit.
Orang yang tidak menjalankan aturan Allah. kadang patuh,kadang ingkar.

3) Qalbun Mayyit.
Hati yang mati atau membantu atau mengikuti kehendak setan. Inilah adalah golongan kafir.

Kita coba bahas sedikit-sedikit tentang 3 kriteria ini :

🔷Qalbun Salim
Qalbun Salim adalah Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa mengingat Allah SWT. Ketika mendengar ayat-ayat Allah maka hatinya bergetar dan semakin bertambah keimanannya. Hati yang bersih menempatkan cintanya hanya kepada Allah SWT. Ia akan rela melakukan apapun yang Allah perintahkan, dan berusaha untuk selalu menjauhi apa yang telah dilarang-Nya.

Orang yang memiliki hati yang bersih akan selalu merasa bersalah dan bersedih jika suatu waktu ia lupa dan lalai karena tidak memanfaatkan waktunya dengan semaksimal mungkin. Ia akan merasa sayang jika waktunya hanya terbuang sia-sia untuk sekedar bermain game, nonton tv, ngobrol, nongkrong, melamun, tidur tanpa mengenal waktu. Karena baginya waktu itu amatlah berharga untuk dilakukan dengan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.

Orang yang berhati bersih akan menumpahkan rasa cintanya hanya karena Allah, membencipun karena Allah dan memberi atau menerima tak lain hanya karena Allah semata.

Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya dan bertenpat di nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang).

Dalam al-Qur’an disebutkan al-salim pada dua tempat. Antara lain QS. Al-Shaffat: 84 yang berbunyi: “(ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang selamat (sehat)."

Kemudian Q.S Al-Syu’ara: 87-89, Allah SWT berfirman: “Dan janganlah Kau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."

Ayat pertama merupakan penjelasan mengenai Nabi Ibrahim sebagai golongan pengikut Nabi sebelumnya, yaitu Nabi Nuh yang memiliki hati yang ikhlas dan tidak ada keraguan dalam beriman kepada Allah SWT. Sedangkan pada ayat kedua hati yang bersih dijelaskan dalam tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Imam Jalaludin Al-Mahalli berarti hati yang bersih atau selamat dari sifat syirik dan nifaq yang merupakan cerminan dari seorang mukmin.

Qalbun Salim (hati yang sehat) adalah hati yang terbebas dan selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah maupun yang berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk Allah di alam semesta ini.

Di antara sifat tercela yang merupakan penyakit hati, jika dihubungkan dengan Allah Subhanahu Wata’ala seperti syirik dan nifaq sedangkan pada sesama manusia adalah iri, dengki, hasud atau provokasi, fitnah, buruk sangka, serta khianat.

Karenanya, sangat penting bagi kita semua menjaga hari-hari dalam kehidupan kita — baik di lingkungan keluarga serta bermasyarakat– menjaga hati agar tetap selalu konsisten dalam ridho dan petunjuk Allah. Karena seringkali kita melalaikan hal-hal kecil yang tanpa kita sadari telah meroposkan kekuatan hati yang merupakan sumber berprilaku sehingga hati kita sangat sulit untuk menjadi sehat. Maka dari itulah sebagai seorang Muslim kita dianjurkan untuk selalu berdoa di dalam shalat agar diberi ketetapan hati pada agama yang lurus (Islam).

Hati yang sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada selain rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta), tawakkal(berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena Allah, jika memberi atau bersedekah, hal itu karena-Nya dan jika tidak memberi, juga karena Allah. Dan tidak hanya itu saja, tapi diiringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. ia mempunyai landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad saw sebagai suri tauladan dalam segala hal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Hujurat:1].

🔷Qalbun Maridh atau hati yang sakit
Qalbun Maridl (hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud’izah. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.” [QS. Al-Hajj:53].

Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” [Al-Ahzab: 60].

Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.“ [QS. Al-Ahzab:32].

Boleh jadi hati manusia sedang sakit , bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak menyadari.

Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi: “Fi Qulubihim Maradhun“ [QS.Al-Baqarah:10]. Artinya: “Dalam hati mereka terdapat penyakit.” “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.

Penyebab timbulnya penyakit di hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati. Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana reaksinya amat keras sampai dapat merancukan niat dan iradat(kehendak) seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).

🔷Dan yang terakhir adalah hati yang MATI
Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci, memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutup hati mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ”Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.” [QS. Al-An’am:25].

Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: “(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.” [QS. Fushilat:5].

Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman. “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.”  [Al-Baqarah:17-18].

Hati ini sepenuhnya di bawah kekuasaan hawa nafsu, sehingga ia terhijab dari mengenal Allah Subhanahu Wata’ala. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya.

Hati model ini berada dan berjalan bersama hawa nafsu dan keinginan-nya walaupun sebenarya hal itu dibenci dan dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak? Sungguh, ia telah berhamba kepada selain Allah Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah, membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya.

Demikian pembahasan kita malam ini, Insyaa Allah kita lanjutkan dengan diskusi


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ iNdah
Bagaimana caranya menjaga dan mengelola hati dan pikiran kita dari rasa cemburu, rasa ketakutan terhadap suami kita karena rasa sayang dan cinta kita yang terlalu dalam kepada suami, apalagi saya sering di tinggal jauh oleh suami?

Adakah trik dan tips untuk saya?
Mohon jawaban nya bunda.
Terimakasih

🌷Jawab:
Rasa takut, rasa cemburu rasa cemas bisa saja datang kepada setiap orang, dan rasa ini sangat mengganggu stabilitas seseorang, bisa menimbulkan stress dan penyakit-penyakit yang seharusnya tidak diderita, coba cari sumber semua rasa tersebut, baik rasa cemburu, rasa khawatir, rasa takut dan lainnya yang negatif, apakah ketakutan tersebut berdasar atau hanya sebagai ketakutan terhadap kesemuan belaka!

Jangan sampai terjebak pada ketakutan, kecemburuan yang yang tidak beralasan, karena semua itu tidak akan ada manfaatnya, tidak membawa dampak positif pada kita, coba kendalikan pikiran, ubah pikiran negatif menjadi positif,  dan jika kita tak mampu mengubahnya sendiri, maka ikut sertakan Allah yang Maha menjaga dan Maha Membolak balikkan hati, tidak ada daya dan upaya bagi kita kecuali semua atas izin Allah jua.

Ubah cara berfikir, karena fikiran negatif tidak pernah membawa dampak yang baik tapi menghancurkan.  Jangan beri kesempatan pikiran negatif menguasai pikiran kita.  Pupuklah rasa saling percaya terhadap pasangan.

Beri kesempatan kepada pikiran untuk menyamankan diri, agar tubuh lebih banyak menerima energi positif dan memproduksi hormon- hormon positif juga yang akan menunjang kebahagiaan kita, menunjang imunitas tubuh dan hal-hal positif lainnya.

Penyerahan diri kepada Allah dengan memahami takdir dan terus berdoa agar Allah berikan yang terbaik.

Cemburu itu boleh asal pada tempatnya dengan kadar yang tidak berlebihan.
Sayang dan cinta tidak dilarang asal jangan melebihi sayang dan cinta terhadap Allah Azza wajalla, jangan jadikan pasangan kita menjadi berhala yang membuat kita lebih mencintainya dari mencintai Allah .

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Nitnit
Bagaimana menjaga hati agar tidak cepat baperan dalam hal apapun?
Dan bagaimana membuat hati agar tetap bersih dan tidak ada negatif thingkingnya bunda.

🌷Jawab:
Agar tidak baperan bisa dengan melatih diri menjadi diri yang pemaaf karena dengan menjadi pribadi yang pemaaf maka kondisi kejiwaan kita akan lebih stabil.

Untuk menjaga hati agar tetap bersih adalah dengan memperbanyak mohon ampun kepada Allah, sering-sering muhasabah, dan berdzikir , memperbanyak membaca Al Quran karna Al Quran juga obatnya hati dan pembersih hati.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Rani
Assalammualaikum bunda jazakillah khair untuk ilmunya sangat bermanfaat.

Bagaimana cara kita mengelola hati agar bisa ikhlas dan sabar dalam menjalankan sebuah pekerjaan dimana pemimpin di tempat kerja kita terkadang tidak konsisten dengan ucapannya dan terkadang kita merasa sakit hati dengan ucapannya?

Syukran bunda.

🌷Jawab:
'Alaikumussalam mba

Yang pertama yaa kita harus sadar posisi saja,  kita butuh yang pekerjaan dan perusahaannya telah memberikan kita pekerjaan, jadi apapun kondisi yang ada disana maka kita harus menerima, jika tidak bisa menerima maka jika bisa dikompromikan maka silakan dikompromikan , tapi jika tidak dan mungkin mengundurkan diri akan lebih baik dan cari lagi tempat kerjaan yang baik untuk kita, tapi jika rasanya belum bisa menemukan tempat kerja yang kondusif yang sesuai dengan keinginan, mau tidak mau yaa harus rela menerima kondisi pimpinan yang seenaknya dia aja tersebut.

Jangan pernah memelihara dendam, apalagi kepada pimpinan, karena bagaimanapun melalui dia Allah telah berikan kita kehidupan. Melalui dia Allah titipkan rizki kita.

Wallahu a'lam

💎Afwan bunda mau melanjutkan.
Pekerjaan ini bukan perusahaan dan semacamnya.
Tapi di sekolah swasta yang bisa dikatakan berbasis islam terpadu . Mohon nasihatnya ya bunda...

🌷Yaa bagaimana mba, yang namanya sifat seseorang kita tidak bisa memandang dari tempatnya bekerja , tapi sifat itu dipengaruhi oleh hati yang tunduk kepada Allah atau tidak, meski kerja di yayasan Islam tapi hatinya belum mampu tunduk kepada Allah maka lidahnyapun tak akan mampu terkendali dengan baik, meski dia seorang hafidz namun jika hatinya belum mampu tunduk dihadapan Allah, maka lidahnya tidak akan terjaga. Kembali ini berpulang kepada kita pribadi, bisa bertahan atau tidak? Bisa menganggap ini adalah ujian dari Allah atau tidak??? Karna ujian itu diberikan Allah terkadang melalui orang-orang yang ada disekeliling kita.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Riska
Bagaimana menghilangkan rasa iri di dalam hati, dan apakah doa untuk terhindar rasa iri ustadzah?
Terimakasih

🌷Jawab:
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah. Kebaikkan yang dia dapat merupakan anugrah dari Allah kepadanya.

Agar sifat iri ini bisa hilang, coba kita lakukan beberapa hal berikut ini :
~ Selalu mengingat kebesaran Allah Swt, ingat selalu nikmat yang telah Allah berikan kepada kita,  banyak Beribadah.
~ Dan juga banyak Bersyukur, menyadari Kesia-siaan iri, memelihara Sifat Rendah Hati, rajin membantu orang lain.
~ Menumbuhkan rasa saling menghormati dan menumbuhkan rasa empati serta simpati,  tumbuhkan perasangka baik, itu diantaranya agar bisa menyembuhkan diri dari sifat iri hati.

Doanya bisa kita lihat didalam Al Quran :

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Robbanagh firlanaa wa li ikhwaninaladziinaa sabaquuna bil iimaan wa laa taj’al fii qulubiinaa ghillan lil ladzinaa aamanu robbanaa rouufur roohiim

Artinya :
"Ya Allah, ampunilah dosa‐dosa kami dan dosa‐dosa saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang‐orang yang beriman. Ya Allah, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al‐Hasyr: 10)

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Phity
Bagaimana menghadapi rekan kerja yang mudah tersinggung karena hatinya mudah terlukai, dan susah melupakan luka itu?

🌷Jawab :
Jika kita tahu ada teman yang gampang terluka, gampang baperan, maka jagalah hatinya agar tidak terluka, kalau bisa perlahan lahan beri dia motivasi agar menjadi pribadi yang kuat, karena tidak selamanya orang-orang  mampu menjaga perasaan orang lain, jadi kasian. Sering-sering ajak dia untuk hadir dimajlis ilmu agar ilmu dan keimanannya bertambah, dengan semakin kuatnya iman maka seseorang akan semakin kuat menerima ujian. Tidak menjadi pribadi yang perasa.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Rini
Assalamualaikum bunda.
Bagaimana caranya agar hati ini slalu bisa sabar dan ikhlas dalam menerima takdir yang Allah berikan?Dan bagaimana cara agar hati ini tidak mudah terpancing emosi bunda?

🌷Jawab:
'Alaikumussalam mba rini

Apa yang harus dilakukan agar menjadi pribadi yang sabar dan ikhlas? Menjadi pribadi yang ikhlas dan sabar itu butuh belajar dan butuh memahami apa dan bagaimana kehidupan ini berjalan.

Belajar untuk mampu menerima keputusan Allah atas diri kita, dan memahami hakikat kita dihadapan Allah Azza Wajalla. Hakikat hamba dan penguasanya. Kita harus mengerti bahwa posisi kita hanyalah hamba, selayaknya seorang hamba, hanya seorang budak dihadapan tuannya, tidak punya kekuatan dan tidak punya hak untuk menentang dan menjawab, bahkan bagi seorang budak lelaki jika tuannya menghendaki dia dikebiri, maka dia harus melakukannya. Begitu berkuasanya seorang tuan dan begitu lemahnya seorang budak. Itu baru hubungan sesama manusia, hanya saja beda strata saja.

Begitu juga hubungan kita dengan Allah, pasti melebihi kuasa tuan terhadap budaknya. Kita ini ciptaanNya, yang hidup karena Allah, mati karena Allah, semua yang ada ditubuh kita, yang ada disekeliling kita hanyalah pinjaman dari sang pencipta. Nyawa sekalipun hanyalah pinjaman, bukan hak milik kita, bagaimana mungkin kita bisa merasa lebih berkuasa dibanding Allah? Jika kita merasa lebih berkuasa maka kita sudah masuk ke kategori sombong.

Karena itu, kita harus belajar sabar dan ikhlas terhadap takdir Allah Azza Wajalaa, ikhlas terhadap ujiannya, ikhlas terhadap semua yang didatangkan Allah dengan seizinNya.

Agar tidak emosian, perbanyak istihgfar mba rini, dan jadilah pribadi yang rendah hati.

Wallahu a'lam

💎Jazakillah ya bunda atas motivasinya buat saya, terkadang saya sudah istighfar tapi tetap emosi juga.

🌷Perlu belajar, karena itu tidak serta merta. Istighfar bukan hanya di mulut saja, tapi memang memahaminya dari hati.

0⃣7⃣ Fitri
Bunda, bagaimana cara membenci karena Allah SWT? Dan siapakah orang-orang yang dibenci karena Allah SWT.?

🌷Jawab:
Membenci karena Allah adalah membenci orang-orang yang dibenci oleh Allah, orang-orang yang ingkar kepada Allah, kita membenci sikap dan sifatnya serta keingkarannya terhadap Allah.

Wallahu a'lam


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku yang aku cintai karena Allah ...

Hati adalah sumber kehidupan kita, sumber dari pemikiran, dan disanalah letaknya keImanan, dan mulia atau hinanya seseorang juga bertumpu pada hati .

Karena itu bersihkan hati kita, sucikan hati kita, dengan memperbanyak riyadhah serta mujahadah-mujahadah, melepaskan semua keterikatan perasaan AKU  didalam jiwa, serta merasa penuh dengan kehinaan dan kedholiman,  dihadapan Allah.

Jauhkanlah hati dari nafsu amarah dan angkara, karena dengannya kita akan dipandang hina.
Hiasilah hati dengan nafsu Mutmainnah karena dengannya kita akan dipandang mulia, dan akan dipanggil kesurga Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah irji’ii ilaa Rabbiki raadhiyatan mardhiyyah Fadkhulii fii ‘ibaadii wadkhulii jannatii.

“Hai jiwa yang tenang Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu Maka masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS.Al fajr :27-30)

Semoga kita digolongan kepada orang-orang yang dipanggil yang panggilan indah tersebut .

Demikian saja dari saya malam ini, mohon maaf atas kesalahan dan kekurang. Billahi taufikwalhidayah

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar