Kamis, 29 Juni 2017

Sudahkah kita ber Qudwah kepada Rasulullah?



OLeh : Ustadz Ruly W. Hamasyi

Para Jamaaah yang ketjeh sholihah semuanya, Kaifa hal lukum?
Bagaimana kabar semuanya?
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman: “Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Wahai orang-orang yang beriman, kenapa engkau mengatakan apa-apa yang engkau tidak lakukan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 1-3)
Dalam Shafwatul Bayan li Ma’anil Qur’an disebutkan, “Kenapa engkau mengatakan perkataan yang kamu tidak benarkan (buktikan) dengan amalmu?” (Syaikh Khalid Abdurrahman al ‘Ak, Shafwatul Bayan li Ma’anil Qur’an al Karim, hal. 551)
Sebab turunnya ayat ini adalah ada seorang sahabat, yakni Abdullah bin Salam Radhiallanu ‘Anhu yang berkata “Seandainya kami mengetahui amal yang paling utama niscaya kami akan mengamalkannya” maka Allah turunkan ayat ini, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacanya hingga selesai. (HR. Tirmidzi dan Hakim, ia menshahihkannya, Shafwatul Bayan, Ibid)
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
Imam Ibnu Katsir –rahimahullah­- dalam tafsirnya berkata tentang ู„ู… ุชู‚ูˆู„ูˆู† ู…ุง ู„ุง ุชูุนู„ูˆู† (kenapa engkau mengatakan apa-apa yang engkau tidak lakukan?) adalah pengingkaran terhadap orang yang berjanji dengan sebuah janji atau berkata dengan perkataan, tetapi ia tidak menepatinya. Berdalil dari ayat yang mulia ini, sebagian pendapat kaum salaf mengatakan wajibnya menepati janji secara mutlak, sama saja baik yang disertai tekad untuk berjanji atau tidak. Mereka juga berhujjah dari hadits yang mulia dalam shahihain bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tanda –tanda orang munafik ada tiga, jika bicara ia dusta, jika berjanji ia ingkar, jika diberi amanah ia khianat.” Juga hadits lain dalam Ash Shahih bahwa, “Ada empat hal yang barang siapa salah satunya telah ada pada diri seseorang maka ia adalah seorang munafik tulen, sampai ia meninggalkannya.” Salah satu yang disebutkan adalah orang yang tidak menepati janji. Allah ‘Azza wa Jalla menguatkan lagi pengingkaran ini dengan ayat ูƒุจุฑ ู…ู‚ุชุง ุนู†ุฏุงู„ู„ู‡ ุฃู† ุชู‚ูˆู„ ู…ุง ู„ุง ุชูุนู„ูˆู† (Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan) Imam Ahmad dan Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amir bin ar Rabi’ah, ia berkata: Datang kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saat itu saya masih anak-anak, lalu aku keluar untuk bermain. Maka ibuku berkata kepadaku, “Wahai Abdullah kemarilah, aku akan berikan sesuatu untukmu.” Rasulullah berkata kepadanya (ibu), “Apa yang akan engkau berikan kepadanya?”, ia menjawab: “Kurma.” Rasulullah bersabda: “Seandainya engkau tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka engkau tercatat sebagai pendusta.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’anul ‘Azhim, 4/357)
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
Dari uraian ini kita bisa pahami, bahwa ucapan seseorang adalah janji, baik yang ditegaskan dengan niat dan tekad untuk berjanji atau tidak. Islam mewajibkan untuk memenuhinya, jika tidak, maka itu bagian dari ciri orang munafik. Seorang muslim wajib menyesuaikan perkataannya dengan perbuatannya, agar ia terhindar dari kebencian Allah ‘Azza wa Jalla yang teramat besar karena itu. Apalagi bagi para da’i, kesesuaian antara ucapan dan perbuatan bukan sekadar menghindar dari label munafik, tetapi merupakan contoh yang berguna dan teladan yang baik bagi orang yang melihatnya. Keteladanan adalah salah satu ‘ibrah yang bisa kita petik dari ayat di atas.
Ayyuhal Akhwati fillah
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
*Al Qudwah ) ( ุงู„ู‚ُุฏْูˆَุฉjuga berarti Al Qadwah, Al Qidwah, dan Al Qidyah yang bermakna ‘apa-apa yang telah engkau ikuti dan engkau biasa dengannya.’ Al Qudwah juga bermakna Al Uswah (contoh), dikatakan ู„ู‰ ุจูƒ ู‚ุฏูˆุฉ ‘Liy bika Qudwatun’ (pada dirimu ada contoh untukku) maksudnya adalah Uswah. (Al Munjid fil Lughah wal A’lam, hal. 614)*
Pada saat ini, di mana kerusakan dunia boleh dikatakan merata, maka amat wajar bila manusia membutuhkan figur yang bisa diteladani mereka untuk mengantarkan mereka menuju pintu-pintu perbaikan.
Namun, manusia tidak kunjung mendapatkan figur yang diidam-idamkan, justru mereka mendapatkan idola-idola tanpa keteladanan.
Alih-alih ingin memperbaiki keadaan, kenyataannya para idola tersebutlah yang menjadi lokomotif kerusakan manusia dan kehidupannya.
Astaghfirullahaladziim
Mereka mengidolakan orang-orang jahil dan fasiq, seperti sebagian artis dan seniman, pelawak dan atlet.
Akhirnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa selain kesatnya hati, kotornya lisan, buntunya pikiran, serta nihilnya perbuatan. Jika mau silakan katakan, bahwa sebagian besar artis telah memberikan kontribusi signifikan bagi kerusakan moral bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini.
Nau'dzubillahMinDzalik
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
Artis artis yg notabene memberikan kontribusi hidup Hedonisme
Konsep *Just Having Fun*
*Permisivisme = Serba Boleh*
Melalui pakaian, gaya hidup, pergaulan, ditambah media massa yang mengekspos kehidupan ‘minim keteladanan’ yang mereka sengaja tontonkan, seakan akan mereka ingin meneriakkan *‘Akulah Sang idola’.*
*Keteladanan, itulah yang hampa saat ini. Saya nasihatkan terutama untuk diri sendiri dan akhwat fillah sekalian untuk senantiasa menempa diri untuk menjadi hamba-Nya yang diridhai aqidahnya, niat, ilmu, amal, lisan dan akhlak secara umum.*
Sebenarnya umat ini telah memiliki apa-apa yang dimiliki generasi terbaik dahulu (salafus shalih).
Jika mereka memiliki Al Qur’an dan As Sunnah, umat sekarang juga demikian. Lalu apa yang kurang? Padahal umat ini memiliki apa-apa yang tidak dimiliki umat terdahulu, yaitu pengikut (SDM) yang sangat banyak. Atau justru SDM yang sangat banyak adalah bagian dari masalah?
Saya tidak menyimpulkan, bahwa malapetaka yang dialami umat saat ini lantaran tidak adanya figur teladan seperti Rasulullah ‘Alaihis Shalatu was Salam sebagaimana para sahabat dahulu pernah dibimbingnya. Namun, bisa jadi memang karena ini penyebabnya.
Wallahu a’lam
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
Syahidul Islam Sayyid Quthb –Rahimahullah– berkata: *_Sesungguhnya Al Qur’an yang ada pada dakwah ini telah ada dalam genggaman kita, begitu juga hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallame yang dengannya kita beramal, dan sirah yang mulia. Semuanya ada di tangan kita. Sebagaimana pernah ada pada generasi awal, (generasi) yang tidak pernah lagi terulang dalam sejarah. Yang tidak ada pada kita hanyalah figur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apakah ini rahasianya?”_* (Syaikh Sayyid Quthb, Ma’alim fith Thariq, hal. 11. Darusy Syuruq)
Mustahil Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan lagi seorang Rasul pasca khatamun nabiyin (penutup para nabi), Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Aqidah yang haq meyakini demikian. Paling kita hanya bisa berharap melalui ta’dib rabbani (bimbingan rabbani) akan lahir figur seperti Uwais Al Qarny, seorang tabi’i terbaik sebagaimana yang diisyaratkan dalam hadits shahih Imam Muslim, yang dengan kehadirannya bisa membawa umat ini kepada kehidupan yang lebih baik, atau seperti Umar bin Abdul Aziz, pemimpin adil, wara, zahid, mujtahid dan mujaddid abad satu hijriyah, atau tokoh teladan lainnya.
Kita tahu, hari ini umat tengah mengalami semangat keberagamaan yang rendah dan lemah.
Di sisi lain, cengkraman haimanah al gharbiyah (hegemoni Barat dan Timur/China Komunis) dan segala bentuk kekufuran yang mereka bawa begitu menggurita, hingga banyak membuat mabuk pemuda/i Islam dan termasuk orang tuanya.
Bukan hanya mabuk, mereka juga mengekor kepada apa, siapa, dan bagaimanapun yang datang dari Barat dan China Komunis, seraya melupakan dan menjauh dari apa, siapa, dan bagaimanapun yang datang dari Islam.
Hal ini sudah diisyaratkan Rasulullah ‘Alaihis Shalatu was Sallam:
ูŠُูˆุดِูƒُ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ุฃَู†ْ ูŠُูƒَุฐِّุจَู†ِูŠ
“Telah dekat masanya kalian akan mendustakanku.” (HR. Ahmad No. 17233. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih)
Ya. Masa itu telah datang, umat Islam mendustakan agamanya sendiri, bahkan lebih dari itu, menistakan ajaran agamanya sendiri dengan membuat paham-paham baru yang tidak dikenal syariat-Nya dan asing di depan sejarah umatnya. Membela para Pemimpin Kafir, Mengikuti para ulama Su' & pembela Durjana
Astaghfirullahaladziim
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
Dalam hadits lain, dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ู„َุชَุชَّุจِุนُู†َّ ุณَู†َู†َ ู…َู†ْ ู‚َุจْู„َูƒُู…ْ ุดِุจْุฑًุง ุจِุดِุจْุฑٍ ูˆَุฐِุฑَุงุนًุง ุจِุฐِุฑَุงุนٍ ุญَุชَّู‰ ู„َูˆْ ุณَู„َูƒُูˆุง ุฌُุญْุฑَ ุถَุจٍّ ู„َุณَู„َูƒْุชُู…ُูˆู‡ُ ู‚ُู„ْู†َุง ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ْูŠَู‡ُูˆุฏَ ูˆَุงู„ู†َّุตَุงุฑَู‰ ู‚َุงู„َ ูَู…َู†ْ
“Kalian akan benar-benar mengikuti jalan-jalan umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, walau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian ikuti juga.” Sahabat bertanya: “Siapakah mereka? Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah menjawab: “Ya siapa lagi?” (HR. Bukhari No. 3456, 7320, Muslim No. 2669)
Ya. Kita lihat banyak umat pemuda/i Islam yang mengidolakan orang-orang kafir bahkan sangat akrab menggeluti peri kehidupan mereka melalui buku, majalah, televisi dan lain-lain.
*Sementara pengetahuan mereka terhadap nilai keislaman dan sejarah kegemilangannya, nol besar!*
Di sisi lain dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan peringatan keras dalam haditsnya:
ู…َู†ْ ุชَุดَุจَّู‡َ ุจِู‚َูˆْู…ٍ ูَู‡ُูˆَ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia telah menjadi bagian kaum itu.” (HR. Ahmad no. 5115. Abu Daud No. 4031, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 1199, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 2468, Al Bazzar No. 2966, Ath Thabarani dalam Musnad Asy Syamiyin No. 1862, Al Qudha’i dalam Musnad Asy Syihab No. 390, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 33687, Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 20986)[1]
*Simaklah Kisah Teladan ini*
Ada contoh yang baik dalam hal ini, yaitu keteguhan aqidah Imam Ahmad bin Hambal (w. 241H) ketika ia dipenjara dan disiksa selama tiga masa khalifah, lantaran ia menentang dengan keras paham yang menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah makhluk.
Menurut Ahlus Sunnah Al Qur’an adalah firman Allah bukan makhluk sebagaimana paham Mu’tazilah.
Sikap tegas Imam Ahmad ini berefek luar biasa setelah ia wafat, diriwayatkan bahwa ketika ia wafat, mayatnya diantar oleh delapan ratus ribu laki-laki dan enam puluh ribu wanita, dan kurang lebih dua puluh ribu orang Nasrani, Yahudi, dan Majusi masuk Islam. (Drs. Fatchur Rahman, Ikhtshar Musthalahul Hadits, hal. 375)
Begitu pula Said bin Jubair, tokoh ulama masa tabi’i, ia rela disembelih algojo gubernur tiran Al hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi.
Pada saat disembelih, ia mengakhiri hayatnya dengan untaian kata yang indah: *“Sedangkan aku, maka aku bersaksi tiada illah selain Allah semata, tiada sekutu bagi–Nya. Muhammad adalah hamba dan rasul Allah, ambil-lah persaksianku ini sampai engkau berjumpa denganku di hari kiamat. Allahumma ya Allah, jangan Engkau jadikan dia berkuasa kepada seseorang yang membunuhnya sesudahku.”* (Wafayat Al A’yan, 2/371)
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
*Next stoory*
Ustadzah Zainab Al Ghazaly adalah contoh da’iyah mujahidah tegar masa kini.
Ketika ia divonis oleh pengadilan Mesir berupa hukuman lima puluh tahun penjara, ia justru teriak lantang, *“Allahu Akbar lima puluh tahun fi sabilillah!”*
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ุฅِู†َّูƒُู…ْ ู„َุง ุชَุณَุนُูˆู†َ ุงَู„ู†َّุงุณَ ุจِุฃَู…ْูˆَุงู„ِูƒُู…ْ, ูˆَู„َูƒِู†ْ ู„ِูŠَุณَุนْู‡ُู…ْ ุจَุณْุทُ ุงَู„ْูˆَุฌْู‡ِ, ูˆَุญُุณْู†ُ ุงَู„ْุฎُู„ُู‚ِ
“Sesungguhnya kalian tidak mampu menguasai manusia dengan harta kalian, tetapi mereka dapat dikuasai dengan manisnya wajah dan akhlak yang baik (husnul khuluq)” (HR. Abu Ya’la No. 6550, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 428, beliau menshahihkannya. Al Bazzar No. 8544. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 8054. Imam Al Haitsami mengatakan: “Di dalamnya terdapat Abdullah bin Sa’id Al Maqbari, dia dhaif.” Lihat Majma’ Az Zawaid, 8/22. Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: dhaif jiddan – sangat lemah. Lihat Tahqiq Musnad Abi Ya’la No. 6550)
Akhlak yang baik merupakan salah satu tiket menuju surga. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
ุณُุฆِู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุนَู†ْ ุฃَูƒْุซَุฑِ ู…َุง ูŠُุฏْุฎِู„ُ ุงู„ู†َّุงุณَ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ูَู‚َุงู„َ ุชَู‚ْูˆَู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุญُุณْู†ُ ุงู„ْุฎُู„ُู‚ِ ูˆَุณُุฆِู„َ ุนَู†ْ ุฃَูƒْุซَุฑِ ู…َุง ูŠُุฏْุฎِู„ُ ุงู„ู†َّุงุณَ ุงู„ู†َّุงุฑَ ูَู‚َุงู„َ ุงู„ْูَู…ُ ูˆَุงู„ْูَุฑْุฌُ
*Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam surga, beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau juga ditanya tentang penyebab terbanyak manusia dimasukkan ke dalam neraka, beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.”* (HR. At Tirmidzi No. 2004, katanya: shahih. Ibnu Hibban No. 4246, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 7919, katanya: shahih. Imam Adz Dzahabi juga menshahihkannya dalam At Talkhish)
Imam Ibnul Qayyim –rahmatullah ‘alaih– berkata: “Digabungkan keduanya (taqwallah dan husnul khuluq), karena taqwallah memperbaiki apa-apa yang ada pada hamba kepada Tuhannya, sedangkan akhlak yang baik akan memperbaiki hubungan antara hamba dengan makhluk–Nya.” (Bulughul Maram, catatan kaki no. 3, hal. 287. Darul Kutub Al Islamiyah)
Kita tidak menuntut muluk-muluk, bahwa seorang muslim wajib memiliki khuluqun ‘azhim misalnya, sebab itu adalah minhah rabbaniyah (anugerah Allah) untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Dan Sesungguhnya engkau benar-benar berakhlak agung.” (QS. Al Qalam: 4)
Dalam salah satu tafsir dikatakan: *“Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar memiliki adab yang agung, yang dengannya Tuhanmu telah mendidikmu, yaitu adab Al Qur’an “* (Syaikh Khalid Abdurrahman al ‘Ak, Shafwatul Bayan li Ma’anil Qur’anil Karim, hal. 564. Darul Basya-ir Beirut)
๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
Ayyuhal akhwati fillah
Kita renungi kisah tauladan ini
๐Ÿ‘‡๐Ÿป
Betapa banyak pemuda berhasil ‘menguasai’ orang tua dan ulama karena ilmunya.
Tahukah yaa ukhti bahwa *Hasan al Banna –rahmatullah ‘alaih–* mendirikan Al Ikhwan Al Muslimun saat usianya baru 22 tahun?
Saat itu, yang termasuk mengagumi gagasan perjuangannya tidak sedikit orang-orang yang lebih tua darinya, bahkan jauh lebih tua dan mereka sudah dikenal sebagai ulama atau tokoh negara.
Seperti Syaikh Muhibuddin Al Khathib, Hasan Al Hudhaibi, Umar At Tilmisani dan para ulama Al Azhar, dan lain-lain.
Kecerdasan beliau mendirikan sebuah bangunan pergerakan, seakan menjadi alasan kuat bagi mereka untuk bergabung dengan kafilah Ikhwan.
Tahukah yaa ukhti, *Imam Ahmad bin Hambal* hafal satu juta hadits? (tentu ada yang shahih dan ada juga yang dhaif, istilah hadits hasan baru ada pada masa Imam At Tirmidzi)
Tahukah yaa ukhti *Imam asy Syafi’i* (w. 204H) telah hafal Al Qur’an dan mengetahui seluk beluknya, seperti asbabun nuzul dan nasikh mansukh pada usia tujuh tahun? Dikisahkan dari Imam Ahmad bahwa Imam asy Syafi’i dalam satu malam menyelesaikan tiga ratus pertanyaan.
Tahukah yaa ukhti *Imam Sufyan bin Uyainah* hafal Al Qur’an pada usia empat tahun?
Tahukah yaa ukhti bahwa *Imam Ibnu Taimiyah* dijuluki ‘lautannya dalil naqli (nash) dan aqli (akal)’. Sampai-sampai dikatakan jika ada hadits yang tidak diketahui Imam Ibnu Taimiyah pasti itu bukan hadits. Ia pernah membuat kitab yakni Al Aqidah Al Washitiyah, yang selesai dibuatnya hanya dalam sekali duduk setelah shalat Ashar (Muqaddimah syarah al Aqidah al Washitiyah, hal. 5). Konon Imam Ibnul Qayyim menyusun kitab Zaadul Ma’ad ketika ia sedang musafir (artinya tanpa referensi)
Tahukah yaa ukhti bahwa *Syaikh Yusuf Al Qaradhawi –Hafizhahullah­–* pertama kali ceramah ilmiah di depan orang banyak ketika ia kelas tiga sekolah dasar, untuk menggantikan seorang Syaikh alim dan berpengaruh di daerahnya saat itu, yaitu Syaikh Abdul Muthalib Al Batah.
Diceritakan bahwa jamaah sangat puas dengan apa yang disampaikannya. Beliau –hafizhahullah– ketika dalam penjara –tanpa pena dan secarik kertas- menyusun ontology (kumpulan puisi) yang diberi judul Malhamatul Ibtila Al Malhamah An Nuuniyah, semuanya cukup ia rekam dalam otaknya, yang baru sempat ia tulis setelah bebas, padahal syair itu berjumlah tiga ratus bait.
Tahukah yaa ukhti kekuatan *Syaikh Al Albany* dalam mempelajari, meneliti dan menelusuri hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?
Diceritakan dalam salah satu biografinya, ia sudah datang ke perpustakaan sebelum petugas datang dan baru pulang setelah malam sudah larut, sehingga tidak sedikit orang yang mengingatkannya.
Jika orang bertanya kepadanya, ia akan jawab tanpa melepaskan kitab yang sedang dikajinya. Ustadz Muhammad Ash Shabagh berkata tentangnya, “Sebelah mata melihat kitab, sebelah lagi melihat si penanya.”
Subhanallah! Demikianlah keteladanan para ulama dalam kecintaan mereka terhadap ilmu.
*Maka kita seyogyanya menjadi orang yang tamak terhadap ilmu, dekat dengan mata airnya, menghormati ahlinya, bersungguh dalam menuntutnya, serta tidak lelah dalam memikulnya.*
Sesungguhnya Rasulullah ‘Alaihis Shalatu was Salam telah berwasiat tentang ilmu.
Berkata ‘Amir bin Ibrahim:
ูƒุงู† ุฃุจูˆ ุงู„ุฏุฑุฏุงุก ุฅุฐุง ุฑุฃู‰ ุทู„ุจุฉ ุงู„ุนู„ู… ู‚ุงู„ ู…ุฑุญุจุง ุจุทู„ุจุฉ ุงู„ุนู„ู… ูˆูƒุงู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃูˆุตู‰ ุจูƒู…
Bahwasanya Abu Darda’ jika melihat seorang thalibul ilmi beliau berujar: Selamat datang wahai penuntut ilmu. Dan dia pernah mengatakan: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mewasiatkan kamu sekalian (perkara menuntut ilmu). (Riwayat Ad Darimi dalam Sunannya No. 348. Syaikh Al Albani mengatakan: isnad ini para perawinya tepercaya kecuali ‘Amir bin Ibrahim saya tidak mengetahuinya. Lihat As Silsilah Ash Shahihah, 1/503)
๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท
๐Ÿ’˜TaNYa JaWaB๐Ÿ’˜
0⃣1⃣ Nene
Bagaimana kedudukan ilmu dunia (misal matematika, kedokteran?) dibandingkan ilmu agama?
Bagaimana kita membagi porsinya? Terima kasih.
๐Ÿ’ŽJawab :
Ilmu pengetahuan memiliki kedudukan yang tinggi hingga dianggap sebagai sesuatu yang penting dalam Islam.
Klasifikasi ilmu pengetahuan dalam konsep Islam tidak mengenal adanya dikotomi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama.
Imam Al-Ghozali sendiri membagi ilmu pengetahuan menjadi dua segmen, yaitu *ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah.*
*Ilmu fardu ‘ain* adalah _ilmu yang wajib dipelajari oleh semua orang Muslim, yaitu meliputi ilmu-ilmu agama yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an._
Sedangkan *ilmu fardu kifayah* adalah _ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk melancarkan urusan duniawi seperti matematika, fisika, biologi, dll._
```Berdasarkan pengertian keduanya, mempelajari ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah adalah jalan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.```
_(Betapa tingginya kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam sampai-sampai kata “ilmu” dan kata turunannya muncul lebih dari *780 kali dalam Al-Qur’an.*_
Ini memperlihatkan bahwa Islam sangat menekankan ilmu pengetahuan bagi kaum Muslim agar mereka yang berpengetahuan berada pada derajat yang tinggi.
Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang tidak hanya beriman, tapi juga berilmu agar mereka dapat memperoleh kedudukan yang sebaik-baiknya.
Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu, dan ilmu yang dimilikinya akan membuat ia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah SWT.
Inilah yang menjadi motivasi bagi umat Muslim untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya agar hidupnya selalu dirahmati oleh Allah SWT.
*Tentunya ilmu pengetahuan bukan hanya harus dikejar atau dipelajari, tapi juga mesti diamalkan dan disebarkan.*
_Kontribusi kita dalam membuka kesempatan bagi *orang miskin untuk belajar pun* merupakan bagian dari *kaidah ilmu pengetahuan.*_
0⃣2⃣ Dewi
MasyaAllah paparannya sangat luar biasa ustadz...
Ada satu hal yang dari dulu mengusik pikiran saya.
Banyak pakar dibidang pendidikan terus menerus memaparkan pentingnya bermain di usia anak-anak.
Padahal kalau melihat contoh yang dipaparkan ustadz tadi semuanya mulai dari usia yang masih sangat muda...
Apakah ini sebenernya bagian dari propaganda barat ustadz? Membuat keluarga muslim terlena dengan konsep bermain penting untuk anak dibawah 7 tahun.
๐Ÿ’ŽJawab :
*Karena Merekalah Generasi Terbaik*
Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
*Mereka adalah sebaik-baik manusia.*
Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya.
*Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini.*
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ุฎَูŠْุฑَ ุฃُู…َّุชِู€ูŠ ู‚َุฑْู†ِูŠ ุซُู…َّ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ูŠَู„ُูˆู†َู‡ُู…ْ ุซُู…َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู„ُูˆู†َู‡ُู…ْ
*“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.”* (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam.
Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan pengamalan Islam yang benar merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih).
Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ูˆَุงู„ุณَّุงุจِู‚ُูˆู†َ ุงู„ْุฃَูˆَّู„ُูˆู†َ ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُู‡َุงุฌِุฑِูŠู†َ ูˆَุงู„ْุฃَู†ْุตَุงุฑِ ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ุงุชَّุจَุนُูˆู‡ُู…ْ ุจِุฅِุญْุณَุงู†ٍ ุฑَุถِูŠَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู†ْู‡ُู…ْ ูˆَุฑَุถُูˆุง ุนَู†ْู‡ُ ูˆَุฃَุนَุฏَّ ู„َู‡ُู…ْ ุฌَู†َّุงุชٍ ุชَุฌْุฑِูŠ ุชَุญْุชَู‡َุง ุงู„ْุฃَู†ْู‡َุงุฑُ ุฎَุงู„ِุฏِูŠู†َ ูِูŠู‡َุง ุฃَุจَุฏًุง ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْูَูˆْุฒُ ุงู„ْุนَุธِูŠู…ُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)
_Simaklah Kisah ini_
*Al Imam Syafi'i Rahimahullah*
Kisahnya berawal pada satu hari beliau meminta izin kepada ibunya untuk menuntut ilmu ke Madinah. Tibanya di Madinah, beliau menuju Masjid Nabawi dan menunaikan sholat sunah dua rakaat. Setelah selesai sholat, beliau tertarik pada satu majelis ilmu dalam masjid tersebut.
Seseorang sedang mengajarkan tentang hadis-hadis Rasulullah SAW. Beliau adalah Imam Malik.
Dengan langkah tertib, Imam Syafi’i menuju ke tempat Imam Malik dan duduk bersama murid-murid beliau. Imam Syafi’i lantas mengambil sebatang lidi lalu membasahkannya dengan air liur. Beliau menulis segala apa yang diajarkan oleh Imam Malik di atas telapak tangannya. Tanpa disadari, Imam Malik memperhatikan tingkah lakunya.
Selesai majelis tersebut, Imam Malik memanggil Imam Syafi’i.
Imam Malik bertanya kepada Imam Syafi’i, _“Apakah kamu berasal dari Mekah?”_.
Imam Syafi’I menjawab, _“Benar”._
Imam Malik kemudian bertanya, _“Mengapa engkau bermain-main dengan lidi dan air liurmu selama aku mengajar?”_.
Imam Syafi’I menjawab, _“Maaf tuan. Sebenarnya saya tidak bermain-main. Hanya saja saya tidak ada kertas dan pena, semua yang tuan ajarkan saya tulis di telapak tangan saya dengan menggunakan lidi dan air liur untuk saya menghafalnya”._
Masya ALLAH
Imam Malik membolak-balik tangan Imam Syafi’i, beliau tidak menjumpai tulisan apapun. Beliau terus berkata, _“Tetapi kenapa telapak tangan kamu ini kosong?”._
Imam Syafi’I berkata, _“Benar tuan. Namun demikian tuan, saya telah menghafal semua hadis-hadis yang tuan riwayatkan tersebut”._
Setelahnya beliau disuruh melafalkan apa yang dihafalnya. Imam Malik mendapati tidak ada satu hadis yang tertinggal dari 20 hadis yang diajarkan pada hari itu.
Semenjak peristiwa itu, Imam Syafi’i menetap di rumah Imam Malik. Selama 18 bulan Imam Syafi’i berguru pada Imam Malik.
Hatinya yang suci memudahkan beliau memahami dan menghafalkan kitab Al-Muwatta’, sehingga akhirnya Imam Syafi’i sering diberi penghormatan untuk mengajar murid-murid yang lain.
Jadi inti-nya bukan hanya Propaganda Barat saja, tapi karena kualitas orangtua-nya juga yang membuat anak nya di lindungi dan di beri Hidayah ilmu yang luar biasa oleh ALLAH SWT...
_Ingatlah kisah berikut :_
Seorang pemuda bernama *Idris Rahimahullah* berjalan menyusuri sungai. Tiba-tiba ia melihat buah delima yang hanyut terbawa air. Ia ambil buah itu dan tanpa pikir panjang langsung memakannya.
Ketika Idris sudah menghabiskan setengah buah delima itu, baru terpikir olehnya, apakah yang dimakannya itu halal? Buah delima yang dimakan itu bukan miliknya.
Idris berhenti makan. Ia kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan aliran sungai, mencari dimana ada pohon delima. Sampailah ia di bawah pohon delima yang lebat buahnya, persis di pinggir sungai. Dia yakin, buah yang dimakannya jatuh dari pohon ini.
Idris lantas mencari tahu siapa pemilik pohon delima itu, dan bertemulah dia dengan sang pemilik, seorang lelaki setengah baya.
“Saya telah memakan buah delima anda. Apakah ini halal buat saya? Apakah anda mengihlaskannya?” kata Idris.
Orang tua itu, terdiam sebentar, lalu menatap tajam. “Tidak bisa semudah itu. Kamu harus bekerja menjaga dan membersihkan kebun saya selama sebulan tanpa gaji,” katanya kepada Idris.
Demi memelihara perutnya dari makanan yang tidak halal, Idris pun langsung menyanggupinya.
Sebulan berlalu begitu saja. Idris kemudian menemui pemilik kebun.
“Tuan, saya sudah menjaga dan membersihkan kebun anda selama sebulan. Apakah tuan sudah menghalalkan delima yang sudah saya makan?”
“Tidak bisa, ada satu syarat lagi. Kamu harus menikahi putri saya; Seorang gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.”
Idris terdiam. Tapi dia harus memenuhi persyaratan itu.
Idris pun dinikahkan dengan gadis yang disebutkan. Pemilik menikahkan sendiri anak gadisnya dengan disaksikan beberapa orang, tanpa perantara penghulu.
Setelah akad nikah berlangsung, tuan pemilik kebun memerintahkan Idris menemui putrinya di kamarnya. Ternyata, bukan gadis buta, tulis, bisu dan lumpuh yang ditemui, namun seorang gadis cantik yang nyaris sempurna. Namanya Ruqoyyah.
Sang pemilik kebun tidak rela melepas Idris begitu saja; Seorang pemuda yang jujur dan menjaga diri dari makanan yang tidak halal. Ia ambil Idris sebagai menantu, yang kelak memberinya *cucu bernama Syafi’i, seorang ulama besar, guru dan panutan bagi jutaan kaum muslimin di dunia.*
Wa allahu alam
0⃣3⃣ Rizka
Bagaimana hukumnya ustadz bila mengutamakan ilmu agama dibanding ilmu dunia?
Lalu, bagaimana tips dan trik memilah ilmu yang menyebar luas di zaman ini terlebih lagi terkait ilmu agama ? Mohon dijelaskan juga terkait islam yang tauhid itu bagaimana maksudnya.
Jazakallahu khayran ustadz."
๐Ÿ’ŽJawab :
Jawaban Hampir sama dengan no 1⃣
Tuk kaedah ilmu tauhid mba harus ikuti kajian ilmu tauhid secara intens dengan belajar cara bertatap muka .
*Bisa menghubungi para Admin BS yang keceh atau bisa pengurus Silaturahim MANIS seperti mba Prima Tirta (ima)*
0⃣4⃣ Chie
1. Ustadz, bolehkah kita menuntut ilmu agama untuk diri sendiri??
2. Ditengah arus perang pemikiran saat ini banyak ulama suul yang berkedok salafi. Nah bagaimana kita yang masi awam dan baru hijrah ini tidak terjebak pada ajaran yang dibawanya ustadz?
Jazakallahu khoir
๐Ÿ’ŽJawab :
1. Jawabannya sama seperti no1⃣
Ilmu Agama hukumnya Fardhu Ain bagi individu dan masyarakat
2. Bisa berpegang pada para Ulama yang mereka mengkritik para Pemimpin yang Dzalim. Bukan Ulama yang dekat dengan pemerintah yang dzalim.
0⃣5⃣ Rizkiana
Di zaman sekarang, orang sudah banyak yang aneh, tidak tau adab dan tidak tau norma.
Kemarin baru baca berita seorang ibu kandung memasukkan anaknya ke dalam mesin cuci sampai meninggal dan badan anaknya ini patah.
Terus ketika suaminya mengetahui anaknya di masukin ke mesin cuci sampai meninggal oleh istrinya, suami ini langsung panggil warga untuk membakar hidup istrinya. Warga pun membantunya.
Ustadz
Ada apa ini sama manusia?
Manusia kok sekarang banyak yang tidak berperikemanusiaan?
Banyak terjadi perzinahan, pembunuhan, perkosaan, pencurian.
Kalau melihat kajian sunnah sudah banyak, ceramah juga banyak. Lalu kemana ilmunya? Apakah hati mereka sudah tertutup dengan noda dosa yang membuat mereka tidak peduli lagi dengan apa yang Allah larang dan perintahkan dalam Qur'an?
Malah terkadang saya berfikir, bahwa lingkungan keluarga pun menjadi tidak aman. Ada saja yang membunuh padahal itu anaknya sendiri, istrinya sendiri, suaminya sendiri.
Bagaimana caranya ilmu agama ini bisa terserap dengan baik, jika jaman sekarang sudah sedikit yang mau dengarkan ceramah?
Bagaimana caranya mengajak orang di sekeliling kita supaya berbondong-bondong ikut kajian kajian islam?
Karena saya pun punya teman yang masih mau makan babi, dan minum miras.
Bagaimana caranya supaya saya bisa kasih tau mereka bahwa itu salah. Tanpa saya harus dibilang "bukan urusan lu kali, ngapain lu larang-larang" ?
Bagaimana caranya Ustadz?
Bagaimana caranya menyampaikan ilmu agama ke orang lain tanpa terlihat menggurui? Karena saya sudah coba mengobrol santai, mereka merasa tersinggung.
๐Ÿ’ŽJawab:
Ini Curhatan seorang JoFiSa yang luarbiasa dan merasa ngeri dengan zaman kiwari saat ini...
*Inti-nya adalah 
1. Jadikanlah dengan mendahulukan diri kita ini sebagai *'Teladan'* bagi sekitar kita Baik dalam amal ibadah pada ALLAH, *'Teladan'* dalam muamalah seperti : Pekerjaan, Pergaulan dan Akhlak pada sesama serta lingkungan
2. Setiap Muslim adalah Da'i
- Maka tugas kita cukup sampaikan dengan santun dan penuh kasih sayang, perkara di terima atau tidak dakwah kita, serahkan pada ALLAH azza wa jalla.
- Selalu do'akan diam" objek dakwah kita agar segera dapat Hidayah, in syaa ALLAH.
*Tambahan 
Kewajiban Terhadap diri kita adalah :
1. Perbaiki diri kita secara terus menerus sampai maut menjemput.
2. Carilah Pasangan atau minta di carikan pasangan yang sholih untuk membentuk keluarga yang sholeh/ah.
3. Bentuklah atau ciptakan lingkungan yang sholih dan bertakwa pada ALLAH
4. Perbaiki hukum positif di negara agar sesuai dengan islam secara perlahan
Bila ada kerusakan dalam prosesnya maka kembali ke point 1 & seterusnya.
0⃣6⃣ Nuring
Sebenarnya dakwah itu ada dua macam ya ustadz??
๐Ÿ’ŽJawab:
Sebenarnya ada tiga macam mba Nuring..
Adapun penggolongan metode dakwah (bil Lisan, bil Kalam dan bil Hal)
Penggolongan Metode Dakwah
*1. Dakwah bil Lisan*
Metode Mauizah al Hasanah (ceramah), antara lain :
- Mujadalah (diskusi),
- Al Hikmah,
- Konseling,
- Diayah ila al Khayr,
- Amar bi al Makruf, Nahy bi al Munkar,
- Tasyhid,
- ibda bi al Nafsik,
- Nazh al alamiy,
- Ibarat al Qasas,
- Amsal,
- Tabsyir,
- Tazkiyah,
- Doa,
- Tasyir,
- Tandzir,
- Tadzkir,
- Pendidikan dan pengajaran agama,
- Percakapan antar pribadi,
- Demonstrasi,
- Dan akwah bil qolbi, bit taubah serta bil jidaal.
*2. Dakwah bil Kalam*
Metode Karya tulis, seperti :
- Tulisan ilmiah,
- Spanduk,
- cerita,
- berita,
- tulisan sastra, yang semuanya bersifat mengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran.
*3. Dakwah bil Hal*
Metode Pemberdayaan :
- metode kelembagaan,
- metode mengunjungi rumah (home visit),
- metode dakwah bil yaad, bin nikah, bil maal, bil hijrah, bil jihad, dan bil rihlah.
0⃣7⃣ Mainizar
Laki-laki memelihara jenggot, apa itu sunnah?
๐Ÿ’ŽJawab:
*Nabi Saja Berjenggot*
Memelihara dan membiarkan jenggot merupakan syari’at Islam dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Marilah kita lihat bagaimana bentuk fisik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berjenggot.
Dari Anas bin Malik –pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam– mengatakan,
*_”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus. Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)_*
Lihatlah saudaraku, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di atas dengan sangat jelas terlihat memiliki jenggot. Lalu pantaskah orang berjenggot dicela?!
*Perintah Nabi Agar Memelihara Jenggot*
_Hadits pertama_, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุฃَุญْูُูˆุง ุงู„ุดَّูˆَุงุฑِุจَ ูˆَุฃَุนْูُูˆุง ุงู„ู„ِّุญَู‰
“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)
_Hadits kedua_, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุฎَุงู„ِูُูˆุง ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠู†َ ุฃَุญْูُูˆุง ุงู„ุดَّูˆَุงุฑِุจَ ูˆَุฃَูˆْูُูˆุง ุงู„ู„ِّุญَู‰
“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625)
_Hadits ketiga,_ dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
ุฃَู†َّู‡ُ ุฃَู…َุฑَ ุจِุฅِุญْูَุงุกِ ุงู„ุดَّูˆَุงุฑِุจِ ูˆَุฅِุนْูَุงุกِ ุงู„ู„ِّุญْูŠَุฉِ.
“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.” (HR. Muslim no. 624)
_Hadits keempat,_ dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุฌُุฒُّูˆุง ุงู„ุดَّูˆَุงุฑِุจَ ูˆَุฃَุฑْุฎُูˆุง ุงู„ู„ِّุญَู‰ ุฎَุงู„ِูُูˆุง ุงู„ْู…َุฌُูˆุณَ
“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (HR. Muslim no. 626)
_Hadits kelima,_ dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุงู†ْู‡َูƒُูˆุง ุงู„ุดَّูˆَุงุฑِุจَ ، ูˆَุฃَุนْูُูˆุง ุงู„ู„ِّุญَู‰
“Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Bukhari no. 5893)
_Hadits keenam_, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุฎَุงู„ِูُูˆุง ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠู†َ ، ูˆَูِّุฑُูˆุง ุงู„ู„ِّุญَู‰ ، ูˆَุฃَุญْูُูˆุง ุงู„ุดَّูˆَุงุฑِุจَ
“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892)
Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Kesimpulannya ada lima riwayat yang menggunakan lafazh,
ุฃَุนْูُูˆุง ูˆَุฃَูˆْูُูˆุง ูˆَุฃَุฑْุฎُูˆุง ูˆَุฃَุฑْุฌُูˆุง ูˆَูˆَูِّุฑُูˆุง
Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya.” (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)
Di samping hadits-hadits yang menggunakan kata perintah di atas, memelihara jenggot juga merupakan sunnah fithroh.
Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ุนَุดْุฑٌ ู…ِู†َ ุงู„ْูِุทْุฑَุฉِ ู‚َุตُّ ุงู„ุดَّุงุฑِุจِ ูˆَุฅِุนْูَุงุกُ ุงู„ู„ِّุญْูŠَุฉِ ูˆَุงู„ุณِّูˆَุงูƒُ ูˆَุงุณْุชِู†ْุดَุงู‚ُ ุงู„ْู…َุงุกِ ูˆَู‚َุตُّ ุงู„ุฃَุธْูَุงุฑِ ูˆَุบَุณْู„ُ ุงู„ْุจَุฑَุงุฌِู…ِ ูˆَู†َุชْูُ ุงู„ุฅِุจْุทِ ูˆَุญَู„ْู‚ُ ุงู„ْุนَุงู†َุฉِ ูˆَุงู†ْุชِู‚َุงุตُ ุงู„ْู…َุงุกِ
“Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Muslim no. 627)
Jika seseorang mencukur jenggot, berarti dia telah keluar dari fitroh yang telah Allah fitrohkan bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman,
ูَุฃَู‚ِู…ْ ูˆَุฌْู‡َูƒَ ู„ِู„ุฏِّูŠู†ِ ุญَู†ِูŠูًุง ูِุทْุฑَุฉَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„َّุชِูŠ ูَุทَุฑَ ุงู„ู†َّุงุณَ ุนَู„َูŠْู‡َุง ู„َุง ุชَุจْุฏِูŠู„َ ู„ِุฎَู„ْู‚ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ุฏِّูŠู†ُ ุงู„ْู‚َูŠِّู…ُ ูˆَู„َูƒِู†َّ ุฃَูƒْุซَุฑَ ุงู„ู†َّุงุณِ ู„َุง ูŠَุนْู„َู…ُูˆู†َ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada penggantian pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum [30] : 30)
Selain dalil-dalil di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat tidak suka melihat orang yang jenggotnya dalam keadaan tercukur.
๐ŸŒท Nah Ustadz zaman sekarang juga Orang Yahudi ikutan Berjenggot. Jadi bagaimana tuh Ustadz?
Jangan" mereka mau menyaingi orang Islam ya?
๐Ÿ’Ž Yaaah keliatan kok beda-nya pasti ada
๐ŸŒท Bedanya apa Ustadz?
๐Ÿ’Ž Kita tidak boleh meninggalkan sunnah Nabi SAW hanya karena amalan tersebut sudah dilakukan oleh seorang atau segelintir Yahudi. Sama pula dengan kaum Yahudi.
Seorang Muslim memanjangkan jenggot dalam rangka menjalankan sunnah Nabi SAW, berbeda dengan Yahudi yang statusnya kafir. Walaupun dia memanjangkan jenggot, hal itu bukanlah mengikuti sunnah, karena Yahudi sendiri tidak beriman dengan Nabi SAW.
Jadi bagaimana mungkin Yahudi mengikuti perintah orang yang tidak ia imani (Nabi SAW)?
Jika sekarang kita mencukur jenggot karena Yahudi sudah memanjangkan jenggot maka yakinlah suatu saat satu persatu sunnah Nabi Saw akan musnah karena dianggap menyamai Yahudi.
Nah, bagaimana jika suatu saat Yahudi berpuasa di bulan Ramadhan, apa kita juga harus meninggalkan puasa dikarenakan Yahudi sudah berpuasa? Bagaimana pula jika seandainya nanti ada Yahudi yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul SAW? Apa kita juga harus meninggalkan keimanan kita kepada Allah dan Rasul dikarenakan takut menyamai si Yahudi?
Perkara keimanan itu bisa terlihat dari sikapnya, dan atau ucapannya.
Dan ALLAH pasti akan buka tabir para pendusta agama-NYA
๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท
๐Ÿ’˜CLoSiNG STaTeMeNT๐Ÿ’˜
*๐ŸŒธ๐ŸŒทSeluruh Napas ini*
Kau tetap ku Puja demi Agama ini
Takdir cinta yang menuntun-ku kembali pada-mu
Di saat ku tertatih tanpa kau di sini
Kau tetap ku Puji demi Agama ini
Tak kan ku sia-siakan hidup-ku lagi
Ini yang terakhir, dan ini yang terakhir
Tak kan ku sia-siakan hidup-ku
lagi
*Untukmu seluruh Napas ini*
*_Yaa Rasulullah..._*
```Allรขhumma sholli ‘alรข Sayyidinรข Muhammadin wa ‘alรข รขli Sayyidinรข Muhammadin```

Tidak ada komentar:

Posting Komentar