Jumat, 23 Juni 2017

Dia Datang Kamu Dimana...?



OLeh : Irnawati Syamsuir Koto

Assalamu'alaikum...
Alhamdulilah, Luar biasa, Tetap semangat, Allahu Akbar.
Alhamdulillah disore nan cerah di kawasan Bukit tinggi, kita berjumpa dikajian Online RAK. Untuk sore ini kita akan ngomongin soal dia...dia.. dan dia.
Andaikan kau datang kembali...
Jawaban apa yang akan kuberi...
Adakah jalan yang kau temui untuk kita kembali lagi..
Dan dia akan segera datang, apakah kita sudah siap menyambut kedatangannya?
Sudah siap belum menyambut kedatangannya?
Hingga kini yang kesekian kalinya ia akan datang lagi menyapa semua manusia yang beriman. Di dalamnya penuh cinta dan tenggang rasa. Tiada manusia lagi merasa kekurangan, semua sama rata akan merasakan lapar dan dahaga, tidak peduli miskin ataupun kaya. Bulan cinta, setiap insan gemar berbagi rasa bahagia, berlomba berebut pahala, tidak lagi berebut kedudukan, berebut kekayaan.
💙🔶💙
Teman-teman...
Kalau cinta itu biasanya pasti ada bukti ya?
Bukti adalah sesuatu yang kita butuhkan dari yang mengaku mencintai kita, iyya kan?
Yakin tidak kalau Allah mencintai kita?
Buktinya apa?
Naah kalau kita yakin Allah mencintai kita karena telah membuktikan, sekarang benarkah kita telah mencintai Allah?
Apa sudah kita buktikan?
Dikala akan menemui seseorang yang kita cintai, kira-kira apa yang akan kita lakukan? Persiapan apa yang kita kerjakan?
Tidak mungkinkan kita ketemu dalam keadaan apa adanya saja.
💙🔶💙
Sahabat-sahabatku...
Tinggal hitungan hari saja kedepan kita akan bertemu kembali dengan sebuah bulan yang kedatangannya amat ditunggu tunggu oleh kaum muslimin diseluruh dunia, walau sebagian orang merasa kedatangannya memberatkan. Namun orang mukmin menyambutnya dengan penuh kegembiraan, tidak terkecuali kita disini tentunya. Sebuah bulan yang penuh Rahmat, sebuah bulan yang penuh ampunan, sebuah bulan yang dimuliakan, yang perintah mengisi bulan tersebut dengan puasa langsung termaktub dalam AlQuran :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)
Artinya: _“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”_
(Al-Baqarah:183 )
Allaah Ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya. Dan termasuk Ramadhan ini bulan yang diutamakan oleh Allaah
💙🔶💙
Teman-temanku...
Kita tidak akan membahas banyak tentang apa yang tersembunyi dibalik Ramadhan namun kita akan coba renungkan apa yang selayaknya kita lakukan menyambut Sang Bulan Yang Mulia ini.
Sudah selayaknya kita menyadari bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.
Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita setiap hari, minggu, bulan dan sepanjang tahun, tetapi Allah menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.
Sayangnya, kedatangan bulan yang mulia ini kini dianggap biasa-biasa saja oleh ummat Islam. Jelang Ramadhan, yang diperbincangkan ummat Islam bukan lagi program-program ibadah selama satu bulan, tetapi kebanyakan membicarakan naiknya harga kebutuhan pokok, bagaimana mereka akan membeli pakaian baru serta kebutuhan-kebutuhan fisik lainnya, termasuk memikirkan bagaimana mereka bisa mudik ke kampung halaman. Begitupun demikian dengan industri televisi yang memanfaatkan Ramadhan sebagai momentum untuk menayangkan berbagai hiburan yang isinya jauh dari nuansa Ramadhan. Tujuan mereka hanya satu, bagaimana menarik keuntungan materi sebesar-besarnya di bulan Ramadhan.
Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah [اَلتَّهَاوُنُ بِالْأَمْرِ إِذَا حَضَرَ وَقْتُهُ], yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidak siapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.
Jika kita ingin mendapatkan yang terbaik untuk kita dibulan ini, sebagaimana yang telah dijanjikan. Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.
Harus ada persiapan! Jika tidak, maka kita akan kalah dalam medan perjuangan ini, orang yang kalah tentunya tidak akan mendapatkan apa-apa, selain hanya kelelahan dalam perjuangannya.
💙🔶💙
Sahabat- Sahabatku...
Agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai dan ia harus dialiri sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih di bulan Rajab dan diakhiri di bulan Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja.
Hari-hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan yang sebaik-baiknya. Sya’ban sudah akan berakhir?
Sudahkah kita mengisinya kemaren dengan hal-hal yang baik untuk dilanjutkan dibulan Ramadhan?
Jika tidak, maka masih ada kesempatan bagi kita untuk melakukan hal lainnya yang masih merupakan inti dari semua persiapan yang harus kita lakukan menyambut Ramadhan, diantaranya adalah:
🔹 Taubat.
Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون
_“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”_
(Hasan. HR. Tirmidzi: 2499)
Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan; “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.
Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan, sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat!
Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.
🔹 Berdoalah.
Berdoalah agar Allah Ta’ala, memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal’afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir.
Dari Anas bin Malik r.a. berkata; _“bahwa Rasulullah SAW apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa ‘Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan’. Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan.”_
(HR. Ahmad dan Tabrani)
Dan hal ini juga dicontohkan oleh para slafussholeh yang telah berdoa kepada Allah beberapa bulan sebelum Ramadhan datang.
🔹 Bersyukur.
Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadhan yang kembali diberikan kepada kita.
Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata; _”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya”_.
Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal’afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
🔹 Bergembira.
Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW, selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan;
_“Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.”_
(HR. Ahmad)
Nah bagaimana caranya kita meluapkan kegembiraan menyambut Ramadhan ini?
Apa dengan acara-acara yang sudah menjadi tradisi bagi kita selama ini?
Jalan-jalan, mandi-mandi ditempat wisata, konvoi?
🔹 Buat Agenda.
Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
🔹 Bertekadlah Mengisi Waktu-waktu Ramadan dengan Ketaatan.
Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahkannya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan.
_“Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.”_
[Q.S. Muhamad (47): 21]
🔹 Pelajarilah Hukum-hukum semua Amalan Ibadah di Bulan Ramadhan.
Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah.
_“Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”_
Begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
🔹 Sambut Ramadan dengan Tekad Meninggalkan Dosa dan Kebiasaan Buruk.
Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadhan adalah bulan taubat.
_“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.”_
[Q.S. An-Nur (24): 31]
🔹 Siapkan jiwa dan Ruhiyah Kita dengan Bacaan yang Mendukung Proses Tadzkiyatun-nafs.
Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
🔹 Persiapan Maliyah.
Persiapan keuangan bukanlah untuk membeli pakaian baru di hari lebaran atau menyiapkan bekal untuk mudik. Yang dimaksud dengan persiapan keuangan adalah menyiapkan dan mengatur keuangan untuk berinfak, sedekah dan membayar zakat.
Rasulullah pernah ditanya ‘Sedekah apakah yang paling utama?’ Beliau menjawab;
_“Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan”._
(HR. Tirmidzi)*
🔹 Mempersiapkan Keluarga.
Jangan lupa, selain menyiapkan diri sendiri, kita juga harus menyiapkan anggota keluarga. Termasuk anak-anak kecil kita yang baru akan belajar puasa. Sebab mengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maksudnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Kesuksesan mengondisikan anak memerlukan persiapan sejak jauh hari. Oleh karena itu orang tua harus merancang pola pendidikan terbaik untuk putra-putrinya selama bulan Ramadhan. Misalnya; melalui cerita dan mainan, membangun suasana keluarga yang kondusif, menyusun menu makanan yang bergizi dan mengajak sahur bersama keluarga.
🔹 Persiapan Jasadiyah.
Tidak dapat dipngkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik. Misalnya untuk puasa, qiyamullail, membaca Al-Qur’an dan berbagai macam ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang prima kita dapat melakukan ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun. Karena jika kondisi fisik tidak baik, maka kemungkinan besar kita tidak akan melakukan amalan Ramadhan dengan maksimal, bahkan akan terlewatkan sia-sia. Padahal amalan di bulan Ramadhan tidak dapat digantikan dengan amalan di bulan-bulan yang lain. Oleh sebab itu, sebaiknya kita menyiapkan kondisi fisik dari jauh-jauh hari sebelum Ramadhan.
🔹 Bayarkan Puasa Tahun Kemaren yang Belum Tuntas.
Karena itu adalah hutang kita kepda Allah Azza Wa Jalla.
💙🔶💙
Sahabat-sahabatku...
Ada hal lain yang harus kita waspadai di bulan Ramadhan dan mengetahui hal ini juga merupakan persiapan menyambut Ramadhan, saya dapatkan catatan ini dari teman, namun pantas untuk kita renungkan dan kita ketahui:
_*Catatan kecil menjelang ramadhan*_
 *AWAS PENCURI BULAN RAMADHAN* 🌖
📺 *Televisi*
Ini merupakan pencuri yang berbahaya, yang bisa merusak puasa orang-orang dan mengurangi pahala, seperti film sinetron dan iklan murahan.
🎡 *Pasar*
Ini juga merupakan pencuri spesial dalam menghabiskan uang dan waktu tanpa batas. Oleh karena itu tentukan belanjaanmu begitu pergi ke pasar.
🌑 *Begadang*
Pencuri yang mengambil waktu yang paling berharga. Pencuri yang mengambil sholat tahajjud dari seorang hamba di sepertiga malam terakhir, dan mencuri kesempatan untuk istighfar serta taubat.
🍳 *Dapur*
Pencuri yang banyak mengambil waktu yang panjang untuk membuat beragam jenis masakan, berupa makanan dan minuman. Hampir-hampir semuanya tidaklah lewat di mulut, kecuali sejenak saja.
📱 *Handphone*
Sebagian orang hanya sekedar menjawab panggilan masuk. Bisa diserang dengan dosa berupa ghibah, namimah, dusta, memuji diri atau orang lain, membeberkan rahasai, berdebat tanpa ilmu, ikut campur urusan orang, dan sebagainya dari kesalahan-kesalaham mulut yang banyak yang juga merupakan majelis yang kosong dari dzikir.
💰 *Kikir*
Sedekah akan melindungimu dari neraka, dan sebaik-baik sedekah adalah di bulan Ramadhon; maka bersedekahlah secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
🕌 *Majelis yang kosong dari mengingat Allah.*
Pencuri ini adalah yang mempersiapkan bagimu penyesalan di hari kiamat. Nabi shallaalhu alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah suatu kaum bermajelis, tidak mengingat Allah dan tidak juga bersholawat kepada Nabi mereka kecuali mereka meninggalkan penyesalan. Bila Allah mau maka Allah akan menyiksa mereka, kalau hendak Allah mengampuninya."
Adapun pencuri besar adalah *FACEBOOK* atau *WHATSAPP* apabila tidak digunakan dengan benar dalam kebaikan dalam menyambut tamu yang berharga ini (Ramadhon).
_*Aku wasiatkan diriku dan kalian untuk bersiap siap menyambut bulan mulia ini: kalaulah anda mendapatinya pada tahun ini, maka belum tentu anda dapatkan pada tahun depan.*_
Demikianlah secara ringkas, persiapan-persiapan yang hendaknya kita lakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Insya Allah, bila persiapan-persiapan itu kita lakukan secara optimal, maka kita akan menjalankan ibadah Ramadhan dengan khusyu’, penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah SWT. Sehingga kita mampu meraih derajat takwa, sebagai tujuan orang-orang berpuasa.
Aamiin ya mujibassailin.
💙🔶💙
Ramadhan merupakan bukti cinta Khaliq kepada hambaNya, Allah memberikan kesempatan emas kepada hamba untuk beribadah, dan balasannya dilipat gandakan. Selama Ramadhan Allah Ta’ala benar-benar obral pahala, Dia memberikan cintaNya kepada kita semua, dengan beragam kesempatan untuk mengumpulkan pahala di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Itu sebabnya, sangat aneh sekali jika kita tidak berusaha semaksimal mungkin untuk meraih cintaNya itu.
Demi cintanya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan bagi untuk keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan.
Bulan di mana Allah SWT membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada manusia.
Allah SWT adalah Dzat pemilik cinta. Cinta Allah adalah cinta tidak bersyarat; unconditional love. Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa mengharap balasan apa pun. Cinta Allah adalah cinta "walaupun", bukan cinta "karena". Allah selalu mencintai hamba-Nya walaupun hamba itu berbuat zalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya, cinta manusia adalah cinta "karena". Manusia mencintai sesuatu karena
sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal, karena ingin mendapatkan balasan dan kebaikan.
Demi cinta-Nya tersebut, Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan kebahagian manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakannya Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka pintu-pintu kecintaan-Nya.
*"Tanda Cinta"* dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh Rasulullah SAW;
_"Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya._
_"Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban(dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah!!! Allah bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb Al-'Alamin."_
Demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua hamba-Nya untuk kembali menuju hakikat hidup sebenarnya. Ada perumpamaan menarik dari Dr. Jalaluddin Rakhmat. Menurutnya, manusia adalah "anak-anak Allah" yang dikeluarkan dari rumah-Nya untuk bermain-main di halaman dunia ini. Dalam QS Al-An'am [6] ayat 32 Allah
SWT berfirman; _"Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa"_. Karena itu, Ka’bah disebut rumah Allah (Baitullah), karena ke sanalah para jamaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan dunia mereka. Ramadhan pun disebut bulan Allah karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman permainan kita.
Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli "jajanan" yang
bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, atau kesenangan duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang jauh lebih sehat dan lebih lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah menyeru kita untuk kembali kepadaNya. Allah telah mempersiapkan jamuan makanan berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang "bermain" terlalu jauh dari "rumah".
Karena itu, siapa pun orangnya selama ia mengaku hamba beriman, ia wajib menyambut cinta Allah yang bernama Ramadhan. Difirmankan, _”Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas umat sebelum kamu agar kamu bertakwa.”_(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Allah SWT memanggil kita dengan seruan yang sangat khusus: _"Wahai orang-orang yang beriman"_. Panggilan ini memperlihatkan husnudzannya (baik sangka) Allah SWT kepada manusia. Walau bergelimang dosa, Allah
tetap memanggil kita sebagai orang yang beriman. Bagaimana seharusnya seorang manusia menyambut panggilan Ilahi?
Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh-kesah menahan lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalani Ramadhan.
Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis.
Lewat cintalah semua yang tembaga akan menjadi emas.
Lewat cintalah semua yang endapan akan jadi anggur murni.
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat.
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup.
Lewat cintalah raja jadi budak.
💙🔶 💙
Sahabat-sahabatku...
Mari kita sambut peluang dari Sang Maha Pecinta ini dengan sekuat dan semampu kita. Abaikan dulu urusan dunia dari hati kita. Persiapkan diri disaat dia datang.
Jangan ulangi kesalahan tahun kemarin dengan cuek dalam menyambutnya.
Karena belum tentu kita punya kesempatan lagi.
Andai ini Ramadhan terakhir kita.
Wallahu a'lam
Demikian saja dari saya, Majlis dikembalikan ke Moderator..
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Aniek
Ustadzah bagaimana ibadah di bulan ramadhan bagi ibu-ibu yang mengalami gangguan hormon. Karena biasanya haid nya lama sekali bisa hampir 3 minggu?
Jazzakillah khayrran
💙Jawab:
Masalah hormon itu memang sering dialami oleh wanita, kita usaha dulu ke dokter, jika memang tidak bisa diatasi ya bagaimana lagi. Kita juga harus Ridho dengan ketentuan Allaah atas diri kita.
Dan nantinya kita wajib mengqada' puasa yang tertinggal.
Soal hitungan maksimal haid menurut pendapat para ulama adalah 15 hari. Jika sudah melebihi, maka itu adalah darah penyakit dan kita wajib sholat dan puasa serta melaksanakan hal-hal lain yang diwajibkan serta hal-hal yang disunnahkan.
Wallahu a'lam.
0⃣2⃣ Han
Ibu...
Bagaimana kita bisa mencintai dan mengharapakan ramadhan ini seperti bulan lainya juga.
Jadi mengharapkan dan mencintai itu tidak hanya saat bulan ramadhan saja. Misalnya: Dari semua amalan, tilawah, sedakah dan lainnya. Bagaimana menumbuhkan dan bisa menerapkannya itu selain di bulan Ramadhan?
Jazakilah ibu.
💙Jawab:
Maksudnya mencintai bulan-bulan lain sama seperti kita mencintai ramadhan? begitu?
Sebenarnya untuk mencintai amalan sholeh, maka kita harus menghilangkan hal-hal yang mengotori hati, maka bersihkanlah hati dari dosa maka dengan sendirinya kita akan cinta amalan sholeh dan kita harus tau dan faham urgensi dari amalan yang kita lakukan, serta sering-seringlah mengingat mati, serta dalami ilmu-ilmu agama, berkumpullah dengan orang-orang sholeh.
Kenali dan pahami keutamaan (fadhilah) setiap ibadah. Bacalah ayat-ayat Qur’an atau hadits shahih yang menerangkan keutamaan ibadah.
Ubah lintasan hati untuk melakukan ibadah menjadi keinginan, lalu tekad. Caranya dengan selalu mengingat bahwa hidup kita belum tentu masih panjang. Sering mengadakan berkumpul (majelis, halaqah) untuk saling menasehati dan mengingatkan. Sering-sering “menengok” bagaimana para sahabat dan tabi’in bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah (membaca sirah/perjalanan hidupnya).
Mintalah kepada orang terdekat untuk mendorong melaksanakan ibadah atau mengingatkan apabila kita lalai dalam beribadah. Berdo’a. Diantara do’a yang diajarkan adalah _“Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika” (Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, untuk bersyukur kepada-Mu, dan untuk melaksanakan ibadah kepada-Mu secara baik)”_.
Wallahu a'lam.
0⃣3⃣ Refia
Kalau pas ramadhan ada warung makan yang buka bagaimana kah bun?
Soalnya kalau di terminal pas bulan puasa banyak warung makanan, banyak buka dan banyak yang beli.
💙Jawab:
Kalau diterminal kita bisa apa mba refi. Ada hal yang membolehkan seseorang tidak puasa, salah satunya adalah orang yang safar. Nah orang ini butuh makan dan minum kan?
Hanya saja kalau memang buka, maka perhatikanlah kode etiknya, hargai orang yang berpuasa, jangan buka seenaknya saja. Jadi kalau buka ditempat-tempat yang khusus seperti itu diaturlah.
Wallahu a'lam.
0⃣4⃣ iMa
Bunda, kalau sebelum puasa ramadhan gini menjalankan puasa senin kamis masih boleh tidak ya, utang puasa ramadhan juga sudah kholas di bayar.
Makasih.
💙Jawab:
Tak ada larangan puasa senin kamis , malah itu lebih bagus.
Semoga Allah menerima amal sholehah nya. Aamiin.
0⃣5⃣ Nene
Ustadzah, teman saya mengajak untuk safari _all u can eat_ selama ramadhan, saya merasa kok itu malah menyalahi esensi puasa ramadhan. Apakah benar begitu? Terima kasih.
💙Jawab:
Patokan salah dan benar itu adanya dihati, jika hati menentang maka jangan lakukan, dan berdasarkan bimbingan dan petunjuk dari para ulama-ulama kita.
Jika kita merasa itu hal yang lebih banyak sia-sia nya daripada manfaatnya, maka jangan ikuti, lebih baik maksimalkan ibadah selama Ramadhan .
Wallahu a'lam.
0⃣6⃣ Aniek
Ustadzah, 10 malam terakhir waktu sayang sekali jika digunakan untuk tidur. Bolehkah tahajud tanpa tidur terlebih dahulu?
Ustadzah, benarlah kita harus berbuka pada akhir ramadhan jika salah satu negara sudah melihat hilal tanda idul fitri. Sementara di negara indonesia hilal belum terlihat.
Bagaimana menyikapinya dan seharusnya anjuran mana yang diikuti?
Jazzakillah khayrran
💙Jawab:
Untuk tahajjud saya petikkan jawaban Ustadz Ammi Nur Baits.
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du.
Pertama, ada dua istilah umum untuk menyebut kegiatan ibadah di malam hari:
💙 Qiyam Lail
💙 Tahajud
Para ulama menegaskan, qiyam lail lebih umum dari pada tahajud. Karena qiyam lail mencakup semua kegiatan ibadah di malam hari, baik berupa shalat, membaca Al-Quran, belajar mengkaji ilmu agama, atau dzikir. Selama ketaatan itu dilakukan di malam hari, sehingga menyita waktu istirahatnya, bisa disebut qiyam lail. Baik dilakukan sebelum tidur maupun sesudah tidur.
Dalam Maraqi Al-Falah dinyatakan;
معنى القيام أن يكون مشتغلا معظم الليل بطاعة , وقيل : ساعة منه , يقرأ القرآن أو يسمع الحديث أو يسبح أو يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم
_”Makna Qiyam lail adalah seseorang sibuk melakukan ketaatan pada sebagian besar waktu malam. Ada yang mengatakan, boleh beberapa saat di waktu malam. Baik membaca Al-Quran, mendengar hadis, bertasbih, atau membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”_
(Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 34/117)
Sementara tahajud hanya khusus untuk ibadah berupa sholat. Sementara ibadah lainnya, selain shalat, tidak disebut tahajjud.
Kedua, apakah harus tidur dulu?
Ulama berbeda pendapat tentang syarat bisa disebut sholat tahajud, apakah harus tidur dulu ataukah tidak.
1. Tahajud harus tidur dulu.
Ini merupakan pendapat Ar-Rafi’i –ulama madzhab Syafii–. Dalam bukunya As-Syarhul Kabir, beliau menegaskan;
التَّهَجُّدُ يَقَعُ عَلَى الصَّلَاةِ بَعْدَ النَّوْمِ ، وَأَمَّا الصَّلَاةُ قَبْلَ النَّوْمِ ، فَلَا تُسَمَّى تَهَجُّدًا
_“Tahajud istilah untuk shalat yang dikerjakan setelah tidur. Sedangkan shalat yang dikerjakan sebelum tidur, tidak dinamakan tahajud.”_
Setelah menyatakan keterangan di atas, Ar-Rafi’i membawakan riwayat dari katsir bin Abbas dari sahabat Al-Hajjaj bin Amr radhiyallahu ‘anhu;
يَحْسَبُ أَحَدُكُمْ إذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يُصَلِّي حَتَّى يُصْبِحَ أَنَّهُ قَدْ تَهَجَّدَ ، إنَّمَا التَّهَجُّدُ أَنْ يُصَلِّيَ الصَّلَاةَ بَعْدَ رَقْدِهِ ، ثُمَّ الصَّلَاةَ بَعْدَ رَقْدِهِ ، وَتِلْكَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
_”Diantara kalian menyangka ketika melakukan shalat di malam hari sampai subuh dia merasa telah tahajud. Tahajud adalah shalat yang dikerjakan setelah tidur, kemudian shalat setelah tidur. Itulah shalatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”_
Ibnu Hajar dalam Talkhis Al-Habir mengatakan;
Sanadnya hasan, dalam sanadnya ada perawi yang bernama Abu Shaleh, juru tulis Imam Al-Laits, dan Abu Shaleh ada kelemahan. Hadis ini juga diriwayatkan At-Thabrani, dengan sanad dari Ibnu Lahai’ah.
Dan riwayat kedua ini dikuatkan dengan riwayat jalur sebelumnya.
2. Tahajud TIDAK harus tidur dulu.
Sholat tahajud adalah semua shalat sunah yang dikerjakan setelah isya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur. (Hasyiyah Ad-Dasuqi, 7/313).
Karena tahajud memiliki arti mujanabatul hajud (menjauhi tempat tidur). Dan semua shalat malam bisa disebut tahajud jika dilakukan setelah bangun tidur atau di waktu banyak orang tidur.
Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;
أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصلوا الأرحام، وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
_”Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambung silaturahmi, dan kerjakan shalat malam ketika manusia sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.”_
(HR. Ahmad, Ibn Majah, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth)
Abu Bakr Ibnul ‘Arabi mengatakan;
في معنى التهجد ثلاثة أقوال (الأول) أنه النوم ثم الصلاة ثم النوم ثم الصلاة، (الثاني) أنه الصلاة بعد النوم، (والثالث) أنه بعد صلاة العشاء. ثم قال عن الأول: إنه من فهم التابعين الذين عولوا على أن النبي صلى الله عليه وسلم كان ينام ويصلي، وينام ويصلي . والأرجح عند المالكية الرأي الثاني
_”Tentang makna tahajud ada 3 pendapat: pertama, tidur kemudian shalat lalu tidur lagi, kemudian shalat. Kedua, shalat setelah tidur. Ketiga, tahajud adalah shalat setelah isya. Beliau berkomentar tentang yang pertama, bahwa itu adalah pemahaman ulama tabi’in, yang menyandarkan pada ketarangan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur kemudian shalat, kemudian tidur, lalu shalat. Sedangkan pendapat paling kuat menurut Malikiyah adalah pendapat kedua.”_
(Dinukil dari Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 14/86)
Catatan:
Bagi anda yang dikhawatirkan tidak mampu bangun sebelum subuh untuk tahajud, dianjurkan untuk shalat sebelum tidur. Sekalipun tidak disebut tahajud oleh sebagian ulama, namun dia tetap terhitung melakukan qiyamumul lail, yang pahalanya besar.
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa istiqamah dalam melakukan ketaatan.
Untuk Soal Hilal 1 Syawal berhubung kita orang awam dan kita tidak punya alat untuk melihat dan menghitung, maka sebaiknya kita ikuti pemerintah saja, atau salah satu dari 2 pendapat organisasi Islam yang besar yang ada di Indonesia, yaitu antara NU dan Muhammadyah. Kita tompang saja biduk mereka, Insyaa Allah aman.
Wallahu a'lam.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘
Sahabat-sahabatku ...
Ada tiga macam sikap orang menyambut bulan suci Ramadhan.
*Pertama*. Menganggap datangnya bulan Ramadhan adalah pengganggu terhadap rutinitas kehidupan konsumsinya. Merasa tidak nyaman dalam melalui hari-hari di bulan Ramadhan karena tidak dapat mengonsumsi di siang hari dengan bebas sehingga harus menunggu malam hari, bahkan terasa mengganggu pada produktifitas kerjanya.
*Kedua*. Menyambut bulan Ramadhan dengan persiapan konsumsi yang mencukupi, sehingga yang dipersiapkan adalah bahan makanan yang cukup untuk persediaan selama bulan Ramadhan. Biasanya orang semacam ini hanya berpikir tentang menu makanan saat bersahur dan berbuka. Ia tidak ingin melewati waktu sebelum dan setelah berpuasa tanpa memenuhi selera makan dan cukup gizi.
*Ketiga*. Menyambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan rohani untuk bertaubat dan meningkatkan derajat ketakwaan kepada Allah SWT. Ia menyambut bulan Ramadhan dari jauh-jauh hari dengan membersihkan hati dan latihan ibadah layaknya pada bulan Ramadhan.
Dari tiga tipe masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan hanya tipe yang ketiga yang sungguh diharapakan dapat meraih dan kembali kepada fitrah. Pelaksanaan puasa sebulan penuh menjadi tumpuhan harapan untuk dapat pengantar kembali menjadi manusia yang baru dilahirkan.
Mari kita sambut kesempatan emas ini dengan CINTA .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar