Selasa, 20 Juni 2017

Kenapa Harus Mendua??



OLeh : Ustadz Undang Suherlan

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Tuhan Yang Maha Rahman, Maha Rahim.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah, Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
_Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak._
Yaa Rabb......
Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta
Berpikir sebelum bertindak
Santun dalam berbicara
Tenang ketika gundah
Diam ketika emosi melanda
Bersabar dalam setiap ujian
Jadikanlah kami orang yang selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sebijaksana Umar bin Khattab
Sedermawan Utsman bin Affan
Sepintar Ali bin Abi Thalib
Sesederhana Bilal
Setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhum
Aamiin ya Rabbal'alamin.
💎 _Jamaah BS yang dirindukan surga..._
Cobalah jawab dengan hati jujur cukup dalam hati dan renungkan...
_*“Apakah kita mencintai Allah SWT...?*_
_*Apakah kita setia kepada Allah SWT...?*_
_*Apakah kita tidak menduakan dan menghianati cinta-Nya...?*_
_*Lalu mengapa kita juga mencintai isteri atau suami kita...?*_
_*Kenapa kita juga mencintai anak-anak kita...?*_
_*Kenapa kita mencintai orang tua kita...?*_
_*Kenapa kita berbagi cinta dengan mereka...?*_
_Begitu banyak cinta yang telah bersemayam di dalam hati kita._
_Masih pantaskah kita mengaku mencintai Allah SWT...?_
_Cinta kepada Allah SWT di dalam hatimu telah begitu banyak bercabang._
_Masih beranikah kita untuk mengaku cinta kepada Allah SWT...?_
_Bukankah cinta itu sandingannya adalah setia...?_
_Lalu, di mana letak cinta kita kepada Allah SWT..?_
💎 _*Dimana kesetiaan kita kepada Allah SWT...?*_
_*“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”*_
_(QS. Al Imran : 14)_
Cinta adalah sebuah istilah yang mengandung pengaruh sangat dahsyat bagi manusia dan kehidupan...
Allah SWT telah menanamkan rasa cinta di dalam hati setiap manusia. Sebuah rasa yang menjadi salah satu syarat terbentuknya kehidupan yang tenteram dan damai.
Rasa cinta yang ditanamkan di dalam hati manusia telah menimbulkan adanya kecenderungan antara manusia yang satu dengan yang lain atau terhadap segala bentuk ciptaan Allah SWT, selain kepada Allah SWT juga.
Lalu, bagaimana jika kita mencintai ibu,ayah, adik, kakak, sahabat, suami atau isteri kita atau suami…?
_Bagaimana jika kita mencintai harta dan jabatan kita...?_
_Bagaimana jika kita juga mencintai ciptaan-ciptaan Allah SWT yang lain...?_
_Apakah dengan demikian kita telah menduakan cintanya Allah SWT...?_
_Apakah kita telah menghianati cintanya Allah SWT...?_
🌸🌸🌸
Mari kita simak sebuah kisah sederhana ini:
Sewaktu masih kecil Husain (cucu Rasulullah SAW.) bertanya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra:
_“Apakah engkau mencintai Allah?”
Ali ra. menjawab,
_“Ya”_
Lalu Husain bertanya lagi:
_“Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?”_
Ali ra kembali menjawab,
_“Ya”._
Husain bertanya lagi:
_“Apakah engkau mencintai Ibuku?”_
Lagi-lagi Ali menjawab,
_“Ya”_
Husain kecil kembali bertanya:
_“Apakah engkau mencintaiku?”_
Ali menjawab,
_“Ya”_
Terakhir Husain yang masih polos itu bertanya,
_“Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?”_
Kemudian Sayidina Ali menjelaskan:
_*“Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi SAW), ibumu (Fatimah ra.) dan kepada kamu sendiri adalah karena cinta kepada Allah”*. Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah SWT.
Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.
_*Allah SWT adalah zat yang penuh dengan rasa cinta, yang telah menanamkan rasa cinta di dalam hati setiap manusia.*_
_*Allah SWT sangat kaya akan rasa cinta, namun tidak pernah pelit untuk membagikan tetesan-tetesan cinta itu kepada umat manusia.*_
Rasa cinta yang telah disemayamkan di dalam hati setiap manusia, merupakan anugerah dari Allah SWT yang tak terhingga jumlah dan nilainya.
Mencintai makhluk dan seluruh ciptaan Allah SWT bukan berarti telah berkhianat atau telah menduakan cinta kepada Allah.
Justru dengan mencintai segala bentuk ciptaan Allah SWT setelah terlebih dahulu mencintai-Nya menjadi salah satu cara untuk lebih memperkuat ikatan cinta kepada Allah SWT.
Karena, rasa cinta kepada segala bentuk ciptaan Allah SWT merupakan cabang dari rasa cinta kepada Allah SWT.
Mencintai Allah SWT itu wajib, dan mencintai apa-apa yang diciptakanNya pun harus. Karena, segala bentuk cinta pasti membutuhkan pembuktian,
dan pembuktian dari rasa cinta kepada Allah SWT adalah dengan melakukan ibadah kepada-Nya.
Ibadah itu sendiri kemudian dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu ibadah langsung dan ibadah tidak langsung.
Dan salah satu bentuk ibadah tidak langsung ini adalah mencintai ciptaan Allah SWT yang mencintai dan dicintai-Nya.
🌸🌸🌸
Dari Anas ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda:
_“Tidak beriman salah seorang diantaramu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.“_
(HR: Bukhari)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ia menuturkan, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
_“Allah berfirman; Orang-orang yang saling cinta karena keagunganKu, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.”_
(HR. At-Tirmidzi; Shahih)
Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa mencintai ciptaan Allah SWT adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT, atau merupakan salah satu bentuk pembuktian dari rasa cinta kepada Allah SWT.
Yang terpenting dalam hal ini adalah kita harus mengerti dan mematuhi aturan-aturan untuk mencintai Allah SWT dan ciptaan-Nya tersebut.
Kedua rasa ini harus berjalan dengan beriringan, namun tentunya dengan *“CARA DAN PORSI YANG BERBEDA”*.
Menduakan Allah adalah menduakan segala kekuasaan dan kendali Allah, seakan-akan Allah tidak sendirian mengatur, mengendalikan segala sesuatu maka dimana Esa-nya Allah. Karena menurut akal manusia bahwa Allah itu seperti Raja duduk di atas langit mengawasi manusia, jika demikian artinya ada dua kekuasaan, kuasa manusia dan kuasa Allah. Padahal tiada bergerak apapun tanpa izin Allah.
Lalu bagaimana manusia bergerak jika tanpa kuasa kendali Allah...?
Maka benar bahwa sebenarnya manusia itu benda mati dan yang Maha Hidup itu wajib hanyalah Allah. Jika semuanya dipahami maka penyerahan sepenuhnya tercapai dzohirnya, keikhlasan, keridhoan atas segala kejadian yang terjadi atas manusia itu sebab kesadaran akalnya memahami bahwa tiada terlepas satu dzarah pun atas jasadnya tanpa kuasa kendali Allah.
Seiring waktu manusia yang memahami ini semakin hari semakin memahami hingga ia merasa benar-benar Faqir tiada memiliki apa-apa. Faqir ini artinya tiada merasa atau memiliki apapun atas yang ada pada dirinya kecuali milik Allah, termasuk segala kejadian dalam kehidupannya dalam kuasa kendali Allah.
Perkuat ketauhidan kita termasuk hukum-hukumnya.
Melanggar tauhid berarti meragukan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, artinya meyakini adanya Tuhan selain Allah.
Mengakui Tuhan selain Allah, menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala dinamakan dengan syirik, menduakan Allah dengan sesuatu yang mereka anggap itu juga Tuhannya.
*"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."*
(Al-Fajr: 27-28)
Paparan kali ini sekian dulu yak...
Yang benar datang nya dari اللّه.
Yang salah dari setan.
Karena ana tidak salah apa-apa.
Mohon maaf jika ada salah salah kata dalam penulisan.
من اراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم
Barang siapa yang menginginkan dunia maka hal itu dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat hal itu bisa didapat dengan ilmu, maka yang menginginkan keduanya dapat didapat dengan ilmu.
*جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...*
*فا استبقوا الخيرات...*
*والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته*
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Adyt
Ustadz. Cobaan/ujian adalah salah satu bentuk cinta kasih Allah SWT pada hamba-Nya, lalu bagaimana cara hambanya ini untuk mengetahui bahwa ia juga mencintai Allah dan cara mengetahui apa hikmah dari cobaan yang diberikan...?
Jawab:
Pokok cinta ada dalam hati. Namun cinta juga dapat diungkapkan oleh lisan. Cinta pun harus dibuktikan dalam perbuatan.
1. Senantiasa mendahulukan perkara yang Allah cintai atas selainnya.
2. Mentauladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Mencintai orang-orang yang mencintai Allah.
4. Keras terhadap orang-orang kafir.
5. Berjihad di jalan Allah.
6. Tidak takut celaan. dalam berpegang teguh terhadap agama.
Orang-orang yang sungguh-sungguh ingin kembali kepada Allâh SWT akan menghargai masalah-masalah kehidupan yang diberikan-Nya bukan lagi sebagai bencana atau musibah.
Tetapi mereka memandangnya sebagai ujian-ujian yang perlu disikapi dengan sebaik-baiknya.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk:2)
Manakala seseorang benar-benar ingin kembali kepada Allâh, maka bertubi-tubi akan dihadapi olehnya ujian-ujian dari sisi Allâh. Karena sesungguhnya dengan ujian-ujian ini akan terlihat siapa orang-orang yang sungguh-sungguh merindukan Allâh dan siapa yang tidak.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al Baqarah:155)
“Dan Allâh (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allâh Maha Mengetahui segala isi hati.”
(QS. Aali Imraan:154)
Dengan masalah-masalah kehidupan itulah Allâh membersihkan seseorang dari dosa-dosa dan kesalahan. Dengan masalah-masalah kehidupan itu pula Allâh membentuk orang per-orang untuk menjadi sesuai dengan untuk apa ia dihadirkan ke dunia. Bagaikan besi yang ditempa, karat-karat luruh dibakar api, dan dengan api itu pula besi menjadi lunak sehingga dapat dibentuk menjadi pedang, tombak dan lain sebagainya. Proses pendidikan Allâh Subhana wa Ta'ala ini berlaku sepanjang hayat masih dikandung badan. Bukanlah hanya sekali atau dua kali.
Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita dan menyampaikan kita pada ampunan, rahmat serta ridha Nya. Aamiin.
Wallahu a'lam bishawab.
0⃣2⃣ InchesNhit
Assalamualaikum Ustadz undang.
Jika kita dipanggil oleh ibu saat kita sedang mengaji atau sholat. Mana yang harus dilakukan lanjut sholat/ngaji atau batalin karena mau menemui panggilan ibu, karena kan sama-sama kewajiban ya. Apakah itu termasuk menduakan Allah...?
Jazakallah🙏🏼
Jawab:
Jika yang kita laksanakan adalah shalat fardhu maka kita "tidak boleh" membatalkan shalat, kecuali dalam kondisi darurat misalnya; terjadi kebakaran rumah atau ada gempa bumi maka boleh membatalkan shalat fardhu.
Akan tetapi apabila yang kita laksanakan adalah shalat sunnah maka kita
"boleh membatalkan" shalat yang kita laksanakan dengan catatan:
a. Memberi isyarat kepada orang tua bahwa kita sedang shalat. Caranya; dengan menguatkan bacaan shalat dengan demikian maka orang tua kita akan mengerti bahwa kita sedang melaksanakan shalat. Jika dengan demikian orang tua kita dapat memaklumi kita, maka kita boleh melanjutkan shalat atau tidak perlu menjawab panggilan.
b. Apabila dengan menggunakan isyarat namun orang tua kita tidak bisa memaklumi atau memahami kita maka; apabila kita khawatir orang tua kita akan murka maka tindakan yang kita lakukan adalah membatalkan shalat dan menjawab panggilan orang tua(1).
Akan tetapi jika kita tidak khawatir orang tua kita akan murka maka kita boleh memilih antara melanjutkan atau membatalkan shalat sunnah (2).
Apabila orang tua kita memahami isyarat kita akan tetapi beliau tetap menginginkan kehadiran kita, maka yang harus kita lakukan adalah membatalkan shalat lalu memenuhi panggilan mereka(3).
Wallahu a'lam bishawab
0⃣3⃣ Chie
1. Ustadz, dalam mencintai hambaNya karena Allah akankah ada kemungkinan terbesit rasa cemburu atau timbul perselisihan...?
2. Berapa porsi mencintai ciptaanNya tanpa mengurangi rasa cinta kita kepada Allah...
Jazakallahu khoir.
Jawab:
1.Dari Anas radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabd; _“Ada tiga perkara, barangsiapa yang ketiganya ada pada dirinya niscaya dia akan merasakan manisnya iman: barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya, barangsiapa yang mencintai seorang hamba dan tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan barangsiapa yang benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka.”_
(HR. Bukhari dan Muslim)
• *Cinta kepada Allah dan Rasul*
Mencintai Allah dan Rasul adalah konsekuensi utama dan besar dalam keimanan diri seseorang. Sebagai umat Muslim kita bisa membuktikan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul dengan cara menjalankan apa yang Allah perintahkan, dan mencontoh apa yang diajarkan oleh Rasul Allah SWT, dalam kehidupan kita.
• *Mencintai Para Sahabat*
Mencintai para sahabat sama dengan kita mencintai Rasulullah. Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kehidupan para sahabat yang membuktikan kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kita bisa memulai dengan membaca kisah para sahabat dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
• *Amar ma’ruf nahi munkar*
Mencegah keburukan dan berbuat kebaikan, adalah salah satu implementasi kita mencintai sesuatu karena Allah SWT.
*Adakah dari ketiganya yang mampu membuat kita berselisih...?*
Porsinya cinta kepada Alloh 99%.
2. احبب حبيبك هوناما، عسى ان يكون بغيضك يوماما وابغض بغيضك هونا ما، عسى ان يكون حبيبك يوماما
“Ahbib habiibaka haunammaa, asa’an yakuuna baghidhaka yaumammaa wa abghidh baghidhaka haunammaa, asa’an yakuuna habiibaka yaumamma”
Terjemah: “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu”.
(Riwayat Tarmidzi)
Penjelasan singkat : Jangan berlebihan mencintai orang yang dikasihi, sewajarnya sajalah, karena kemungkinan disuatu hari orang yang dicintai itu akan menjadi musuhmu. Demikian pula sebaliknya, jangan berlebihan dalam membenci orang yang tidak disukai, sedang-sedang saja karena kemungkinan ia kelak menjadi kekasihmu. makna hadits ini senada dengan firman-Nya yang artinya : ” (maka bersabarlah kalian) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
(QS: An nisa ; ayat 19).
Wallahu a'lam
0⃣4⃣ Mitha
Ustadz kalau kita mencintai seseorang tetapi orang itu merasa ke GeeRan karena cinta kita. Apa itu salah satu dosa karena lebih mencintai manusia dari pada Allah...?
Jawab:
Jangan berlebihan mencintai orang yang dikasihi, sewajarnya sajalah, karena kemungkinan disuatu hari orang yang dicintai itu akan menjadi musuhmu. Demikian pula sebaliknya, jangan berlebihan dalam membenci orang yang tidak disukai, sedang-sedang saja karena kemungkinan ia kelak menjadi kekasihmu. Makna hadits ini senada dengan firman-Nya yang artinya: ”(maka bersabarlah kalian) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak
(QS: An nisa ; ayat 19).
0⃣5⃣ Neng Ella
Neng mau bertanya, kalau kita berharap kepada manusia itu tidak boleh karena Allah akan cemburu kepada kita...
Mohon penjelasannya ustadz, bagaimana biar kita bisa mencintail secara seimbang antara manusia dan Allah. Jangan sampai Allah itu cemburu dan kita tidak menduakan Allah.
Jawab:
Imam Syafi’i berkata:
*Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya*
Persoalan tidak akan selesai dengan mengatakan
_“Aku mencintainya karena Alloh”_
Adakah yang menjadi bukti bahwa perasaan itu adalah cinta karena Allah?
Sebuah perjuangan untuk membangun cabang cinta karena Alloh yang akan kita lakukan setelah rasa bernama cinta kepada selainNya itu hadir.
Bukan rasa cinta yang membuat kita berjodoh dengan seseorang, tapi Allah-lah yang jodohkan, semua telah tertulis dalam Lauful Mahfuzh.
Jadi, janganlah kita mencintai seseorang melebihi cinta kita kepada Allah, serahkan sepenuhnya kepada Allah. Ikhlaskan semuanya kembali kepada Allah.
Dalam proses mengikhlaskan sembari terus berusaha menjadi seorang muslim/muslimah yang baik, tetap berdoalah kepada Allah yang mengetahui rasa cinta yang dirasakan.
*“Ya Allah, ampuni aku karena sampai detik ini aku masih menyimpan sebuah rasa kepada salah satu hamba-Mu. Ya Allah, jika memang rasa ini membuatku jauh dari-Mu, maka hilangkan. Pertemukan aku dengan orang yang mencintai-Mu di atas segalanya, yang mencintaiku karena-Mu dan yang kucintai karena-Mu. Namun, jika memang rasa cinta ini membuatku mendekat kepada-Mu dan dialah yang Kau tetapkan sebagai jodohku, maka pertemukanlah kami di waktu yang tepat. Di saat kami telah siap, pertemukan kami dalam kesucian cinta-Mu.”*
Mencintalah dengan bijak.
Tak perlu terlalu berharap terhadap cinta yang dirasa...
Berdoalah pada Yang Maha Kuasa atas segala pilihan terbaik-Nya.
احبب حبيبك هوناما، عسى ان يكون بغيضك يوماما وابغض بغيضك هونا ما، عسى ان يكون حبيبك يوماما
_“Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu”_
(Riwayat Turmidzi)
*”(maka bersabarlah kalian) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”*
(QS: An nisaa:19).
Wallahu a’lam bisawab.
0⃣6⃣ Hesti
Assalamuallaikum.
Yang dimaksud dengan hati yang luas pada surat Al Fajr (27-28)itu bagaimana ya...?
Jawab:
Dalam ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang celaan dan ancaman terhadap para pelaku maksiat. Ancaman itu benar-benar akan menjadi kenyataan ketika datang hari kiamat. Mereka harus menerima siksaan yang amat dahsyat. Demikian dahsyatnya hingga tidak satu pun siksaan manusia di dunia yang menyamainya. Mereka pun menyesali perbuatan mereka. Namun, penyesalan itu sudah terlambat sehingga tidak bermanfaat sama sekali bagi mereka.
Kemudian dalam ayat ini diberitakan tentang adanya golongan lain dari kalangan manusia. Mereka tidak termasuk yang ditimpa siksaan tiada tara itu. Mereka justru mendapat kabar gembira dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.
*Yâ ayyatuhâ an-nafsu al-muthmainnah (Hai jiwa yang tenang).*
Ayat ini memberitakan tentang pemanggilan an-nafs al-muthmainnah. Kata an-nafs bisa digunakan untuk menyebut zat (benda) secara keseluruhan bisa untuk menyebut ruh. Adapun kata al-muthmainnah secara bahasa berarti diam, tenang, tidak bergerak.
Kata itu juga bisa digunakan untuk menunjuk ketenangan jiwa karena membenarkan apa yang dalam Al-Quran tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Oleh karena itu, penyebutan tersebut merupakan pujian atas jiwa tersebut. Bisa pula, ketenangan jiwa tersebut tanpa takut dan fitnah di akhirat.
Siapa yang dimaksud dengan orang yang berjiwa tenang dalam ayat ini? Ada beberapa penjelasan;
Menurut Ibnu Abbas, dia adalah al-muthmainnah bi tsawâbil-Lâh (jiwa yang tenteram dengan pahala Allah); juga bermakna jiwa yang mukmin.
Ibnu Jarir ath-Thabari memaknainya sebagai orang yang tenteram dengan janji Allah SWT yang disampaikan kepada ahli iman di dunia berupa kemuliaan bagi dirinya di akhirat, kemudian dia membenarkan janji itu.
0⃣7⃣ Hesti
Jujur saya belum bisa meletakkan cinta pada Allah dan Rosulullah di atas segalanya, mengapa ada orang yang begitu mudah menghujamkan rasa cintanya pada Allah dan ada yang penuh perjuangan untuk melakukannya (termasuk saya)...?
Jawab:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, *“Ada tiga perkara, barangsiapa yang ketiganya ada pada dirinya niscaya dia akan merasakan manisnya iman: barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya, barangsiapa yang mencintai seorang hamba dan tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan barangsiapa yang benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka.”*
_(HR. Bukhari Muslim)_
Kalau lihat dari hadist di atas berarti belum beriman secara kaffah. Kalau ana boleh jujur tidak semua bakal memusuhi bagi yang mempunyai keimanan walaupun sedikit akan membenarkan walaupun dia tidak menunjukkan nya secara terang-terangan, hal tersebut termasuk selemah-lemahnya iman.
Bagi mereka orang muslim yg membenci orang yang beramar ma'ruf nahi munkar berarti belum :
 Belum mencintai Allah dan Rasul adalah belum punya konsekuensi utama dan besar dalam keimanan diri. Sebagai umat Muslim belum bisa membuktikan kecintaan nya kepada Allah dan Rasul.
 Belum Mencintai para sahabat sama dengan kita mencintai Rasulullah.
 Belum ber-Amar ma’ruf nahi munkar.
Mencegah keburukan dan berbuat kebaikan, sebagai salah satu implementasi kita mencintai sesuatu karena Allah SWT. Jika terjadi hal yang demikiann, ada orang muslim yang masih membenci saudaranya yang ber-amar ma'ruf nahi munkar berarti mereka termasuk golongan yang di sebutkan dalam surat Al Anfal ayat 36.
*1. Kita mencintai-Nya karena karunia kepercayaan untuk hidup.*
Manusia hidup sebagai khalifah. Dia menghidupkan berarti memberi kepercayaan untuk mengemban tugas suci yang tidak ringan dan untuk mengisi pentas hidup untuk berbakti kepada-Nya.
*2. Kita mencintainya karena karunia persaudaraan dan dinamika kebutuhan.*
Allah membekalkan rasa persaudaraan dan membentang rasa butuh setiap insan. Untuk itu marilah kita kerjasama membangun kehidupan, agar bisa memahami dan mencari aneka rezeki.
*3. Kita mencintai-Nya karena petunjuk-Nya melalui Al-Qur’an.*
Al-Qur’an adalah mutiara yang bercahaya di kala gulita dan menerangi hati manusia di kala gundah dan gulana. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman di saat sedih,, nestapa. Niscaya ia akan membawa ke istana ketenangan.
*4. Kita mencintai-Nya karena karunia mengenang dosa.*
Dosa dan jerat nista seakan mengubur jiwa meresahkan hati, dosa membanting akal menikam nurani. Seakan mendekat dengan ajal dan merusak benteng hati.
*5. Kita mencintai-Nya karena keterhindaran dari bahaya.*
Lihatlah dzalimnya sistem kehidupan yang di bangun tanpa mengenal Tuhan,karena memperturutkan sifat-sifat hewan dan manusia tercabik di lorong kebinasaan. Namun Allah masih menjaga kita, memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.
*6. Kita mencintai-Nya karena karunia kesadaran.*
Pernahkah anda bayangkan, Hidup tanpa kesadaran? Kesana kemari tak tentu jalan!. Untuk itu Allah memberikan kita kesadaran yang luar biasa agar manusia menemukan harga diri.
*7. Kita mencintai-Nya karena karunia ilmu pengetahuan.*
Carilah atas nama tuhan dan galilah kemuliaan dan bumikan dengan rasa cinta pada tuhan. Ilmu dan hikmah satu karunia terbesar Tuhan, membuka aneka potensi rezeki.
*8. Kita mencintai-Nya karena karunia kehadiran Islam.*
Lama sudah masyarakat menjauhi Tuhan dan berbuat makar setiap kedzaliman. Ilmu mengenal Tuhan telah di tinggalkan,namun Allah datang dengan kebaikan dan Allah menghadirkan Islam dengan cinta yaitu, agama terakhir bagi anak zaman .
*9. Kita mencintai-Nya karena karunia cinta.*
Hidup tanpa cinta seolah buta dan langkah kaki pun seakan terpaksa. Namun dengan cinta manusia bisa mulia asal semua karena Ridho-Nya.
*10. Kita mencintai-Nya karena karunia waktu.*
Waktu berlalu tidak akan kembali dan pergi membawa kesan dan pesan. Siapa yang memanfaatkan di jalan Ilahi, maka hidupnya akan penuh keberkahan.
*11. Kita mencintai-Nya karena karunia Surga-Nya.*
Surga yang menawan dan penuh kenikamatan berpadu dalam cinta keagungan. Surga dengan bidadari yang jelita dan cantik penuh cinta sebagai pasangan orang yang bertaqwa sebagai hadiah hasil perjuanganya di dunia. Surga dengan segala kemewahan akan senantiasa di dambakan dan memasukinya.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSiNG STaTeMeNT💎
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang Lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur" Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."
(Al An’am : 63-64)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar