Jumat, 23 Juni 2017

Menjadikan Anak Tangguh, Cerdas dan Beradab



OLeh : Bunda Fitrianingsih

Diskusi kita kali ini bukan hanya untuk orang tua tapi juga untuk calon ibu dan juga seorang pendidik disebuah sekolah atau lembaga-lembaga lainnya. Dan in sya Allah kita semua sama-sama untuk belajar ya sahabat sholehah...
(وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا)
_”Dan hendaklah takut kepada Allah orang–orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak–anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan), mereka oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”_
(QS. An-Nisa : 9)
Ayat tersebut secara umum menegaskan urgensi mempersiapkan keturunan yang tangguh, cerdas, baik dalam sisi keimanan, pendidikan, maupun finansial. Karena jika seseorang bertakwa kepada Allah SWT, maka hendaknya ia mampu mempersiapkan keturunannya dengan sebaik mungkin. Karena ummat ini tidak akan bangkit dan jaya jika generasinya lemah, tidak mampu bersaing dengan ummat lainnya.
Anak merupakan amanah dari Allah, maka hendaknya dipelihara dan dibimbing sesuai dengan panduan syariat Allah dan Rasul-Nya, jika ini tidak dilaksanakan dengan benar, maka anak bisa menjadi penyebab orang tuanya terseret ke lembah neraka dan mendapat malu di dunia, sebagaimana Allah berfirman dalam At Tahrim ayat 6 _“Peliharalah diri kamu dan ahli keluarga kamu dari neraka”_.
Peran orang tua sangatlah menentukan dalam pendidikan anak. Rasulullah bersabda; _“setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi”_ (HR. Bukhari).
🔸 Imam Al-Ghazali mengatakan; Jika anak menerima kebiasaan hidup yang baik maka anak itu menjadi baik, sebaliknya jika anak itu dibiasakan dengan perilaku yang buruk, ia akan berkembang menjadi anak yang berperilaku buruk.
Setiap orang tua pasti ingin mempunyai anak yang cerdas, tangguh dan bahagia secara emosionalnya. Namun, orang tua seringkali lupa bahwa kecerdasan anak tidak hanya di sekolah saja yang bersifat akademis. Sebab, banyak kecerdasan lain yang jika tidak distimulasi akan membuat mereka tidak berhasil di masyarakat.
🔸 Psikolog Dr. Rose Mini, M.Psi mengatakan; pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mengasah berbagai kecerdasan yang dimiliki anak misalnya; kecerdasan matematika (akademis), interpersonal (bergaul), dan berkomunikasi. Karena pola asuh dengan kekerasan berkaitan dengan proses kecerdasan anak. Memukul anak sebagai medium penyadaran ternyata tidak hanya berdampak buruk terhadap psikologis tetapi juga tingkat kecerdasan.
🔸 Penelitian yang dilakukan Universitas New Hampshire, Amerika Serikat melaporkan; sebagian besar dari anak yang kerap dipukul orang tua memiliki tingkat intelegensia (IQ) yang rendah.
Ayo ibu-ibu atau kakak-kakak. Siapa yang suka memukul anaknya atau adik nya...?
🔸 Lebih dari itu, penelitian juga mencatat hasil lain mengejutkan dimana anak yang mengalami perlakuan keras akan mengalami kesulitan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Setiap orang pasti percaya, dipukul oleh orang tua tentu memberikan bekas trauma mendalam pada anak. Lebih jauh trauma itu berefek stress pada anak saat menghadapi situasi sulit dan kondisi tersebut membuat anak kesulitan mengeluarkan kemampuannya. Sehingga dengan kondisi demikian anak akan terhambat kecerdasannya. Tidak hanya kecerdasan saja yang butuh di stimulasi tetapi ketangguhan pun harus dipacu untuk tumbuh kembang anak.
*OPTIMIS VS PESIMIS*
Anak yang tangguh pastinya akan selalu optimis.
🌸 *Otak* merupakan piranti untuk membangun ke *tangguhan* anak.
Semua stimulan/rangsangan (pengasuhan dan pengajaran) yang membangun otak anak adalah membangun ketangguhan anak. Demikian juga sebaliknya.
Anak yang tangguh melihat kegagalan sebagai sebuah tantangan. Bantu anak agar ia menjadi individu yang optimis dan tidak gampang menyerah melalui stimulasi-stimulasi berikut ini.
 Bersikaplah optimis dalam keseharian kita.
Orang tua adalah role model anak, dia akan mengamati dan meniru perilaku kita. Jika kita belum bisa menerima kondisi saat ini, usahakan untuk tidak berkeluh kesah di hadapan anak. Keluhan kita atas kegagalan atau rencana yang belum tercapai akan menular pada anak.
 Ikut sertakan anak dalam kompetisi atau lomba.
Persaingan salah satu pola perilaku masa kanak-kanak awal. Ketika Anda melihat balita suka berlomba minum susu dengan kakaknya atau saling membandingkan tinggi badan dengan para sepupu, itu tanda perkembangan psikologis balita sehat. Tugas Anda mengarahkan agar persaingan berlangsung sehat, tanpa campur tangan orang dewasa sehingga mendorong anak meningkatkan keterampilan dan daya juangnya.
Lomba memanah dan renang serta berkuda merupakan perlombaan yang baik untuk ketangguhan seorang anak.
 Semangati anak untuk terus mencoba.
Jelaskan bahwa kegagalan bukanlah kesalahan terbesar. Anak yang tabah dan pantang menyerah akan memahami bahwa sebuah keberhasilan akan diperoleh melalui usaha yang keras dan menganggap kegagalan sebagai sebuah tantangan. Katakan padanya, “Tidak apa-apa kamu tidak menang kali ini. Besok kita coba lagi. Siapa tahu kamu bisa menang!”
 Hargai usahanya, meski gagal.
Jangan menuntut kesempurnaan anak tetapi perhatikan proses dan kemajuan anak. Anak yang selalu ‘diteropong’ kesalahannya takkan pernah berani melakukan sesuatu. Hindari komentar negative; *“Kan, sudah diajari berkali-kali”*, *”Kok masih belum bisa?”*. Sebaliknya katakan; *“Wah, gambarmu sudah semakin bagus. Lain kali ikut lomba lagi yuk, siapa tahu kamu menang.”*
 Tidak menghina hasil karyanya, karena setiap anak ingin tahu bahwa usaha yang dilakukannya bermanfaat dan menimbulkan reaksi positif dari orang-orang di sekitarnya. Apapun hasil karya anak, dia membuatnya dengan tulus dan usaha maksimal.
 Ajak anak untuk mengenali dan menerima keterbatasan sekaligus kelebihan dirinya.
 Beri contoh melakukannya bila ia menyerah ketika mencoba sesuatu. Ajari anak mengatasi rasa kecewanya dengan membiasakan anak mencari alternatif kegiatan atau pemecahan masalah yang dihadapi.
Dari pola asuh mengenai ketangguhan dan kecerdasan ini yang paling utama adalah anak harus berada. Memiliki akhlak yang baik. Tanpa budi baik maka kecerdasan dan ketangguhan tidaklah berguna.
Dalam pengasuhan dan pendidikan anak, setiap orang tua & guru harus mengerti dan memahami bagaimana otak anak dan otak dirinya bekerja dan memahami bagaimana otak anak tumbuh dan berkembang.
KINERJA OTAK MANUSIA sangat terkait dengan sikap & perilaku manusia, demikian juga sebaliknya. Baik buruknya sikap & perilaku manusia dapat di tentukan oleh baik buruknya kinerja otak. Salah satu yang mempengaruhi baik buruknya kinerja otak adalah pola asuh anak.
Orang tua mengasuh anaknya, guru mengajar muridnya, keduanya berpengaruh terhadap proses pengasuhan anak, termasuk pembentukan karakter anak. Dan berbicara tentang karakter anak sangat berhubungan dengan bagaimana otak anak bekerja.
Mengasuh anak dengan meningggalkan prinsip-prinsip perkembangan otak sama saja merusak “bahan bangunan” karakter yang telah Allah berikan pada anak.
*Mengapa...?*
Karena jika Orang tua atau Guru tidak menguasai bagaimana cara menangani berbagai emosi yang muncul pada anak, akibatnya anak-anak tidak tahu emosi apa yang sedang mereka alami dan mereka tidak mampu mengelola emosinya. Bila dibiarkan terus-menerus hal ini dapat mengganggu kehidupannya.
Emosi berhubungan erat dengan budi pekerti
Untuk dapat menciptakan anak menjadi tangguh, cerdas dan berbudi pekerti /akhlaq yang baik maka orang tua harus memperhatikan :
1. Nutrisi
2. Lingkungan yang baik
3. Pengalaman emosi
4. Rangsangan rasional
5. Aktivitas fisik.
Sehingga akan di dapat seorang anak yang terampil.
🔹 Keterampilan pengendalian diri dan motivasi diri.
🔹 Keterampilan berkomunikasi
🔹 Keterampilan kalkulasi
🔹 Keterampilan berpikir analitik dan kreatif
🔹 Keterampilan memilih dan memutuskan
🔹 Keterampilan olah fisik
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Rafika
Bunda, anak saya ini tipe anak yang kalau tidak dituruti kemauannya langsung marah-marah dan menangis, kalau sudah begitu saya refleks mencubit atau ngomel-ngomel. Salahkah tindakan saya bunda, bagaimana cara mengatasi si kecil yang keras kepala seperti anak saya...?
Anak saya ini suka sekali otak-atik barang disekitarnya kemudian disusun berjejer-jejer atau membentuk rumah dan lain-lain, mainan apa yang cocok buat anak saya yang hobi menyusun barang-barang ini...?
🌸Jawab:
Ummi Lilo sayang apa yang dilakukan ummi bisa dikatakan salah. Karena ananda mendapat sedikit kekerasan dengan dicubit. Dan apa yang dialami ananda biasa dinamakan *temper tantrum* dimana temper tantrum adalah suatu kondisi emosional yang umum dialami oleh anak-anak usia 1-4 tahun, terjadi pada anak-anak yang belum mampu menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan rasa frustrasi mereka akibat tidak terpenuhinya keinginan mereka, atau hanya sekedar ingin untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya saja.
Hal ini disebabkan di antaranya adalah indikator masalah keluarga seperti disiplin yang tidak konsisten, mengkritik terlalu banyak, orang tua yang terlalu protektif atau lalai, anak-anak yang tidak memiliki cukup cinta dan perhatian dari orang tua dan lain-lain. Akhirnya anak menjadi keras kepala.
Cara mengatasinya tetap tenang ya ummi. Terus lakukan kegiatan ummi. Abaikan anak sampai dia lebih tenang dan tunjukkan aturan yang sudah disepakati bersama. Jangan memukul atau mencubit ananda ya ummi lebih baik mendekapnya dalam pelukan sampai ia tenang.
Cobalah untuk menemukan alasan kemarahan anak anda. Jangan menyerah pada kemarahan anak. Ketika orang tua menyerah, anak-anak belajar untuk menggunakan perilaku yang sama ketika mereka menginginkan sesuatu. Jangan membujuk anak dengan imbalan yang lain untuk menghentikan kemarahannya. Anak akan belajar untuk mendapatkan imbalan. Arahkan perhatian anak pada sesuatu yang lain. Singkirkan benda-benda yang berpotensi berbahaya dari anak-anak. Berikan pujian dan penghargaan perilaku bila tantrum telah selesai. Tetap jaga komunikasi terbuka dengan anak ummi.
0⃣2⃣ Anna
Kenapa ya ummi, sebagai anak pertama itu selalu punya ambisi yang kuat dan selalu ingin menunjukkan bahwa aku harus menjadi ini dan harus aku gapai semuanya. Nah, saya ini adalah anak pertama dari enam bersaudara tapi jarak antara anna dan adik-adik tidak begitu jauh. Yang mau saya tanyakan, kenapa ya ummi sebagai seorang kakak inginnya mengatur melulu, apakah yang kita lakukan ini salah atau bagaimana?
Karena kalau menurutku seorang kakak itu tanggung jawabnya besar dan segala sifat harus ada pada dirinya. Aku harus bagaimana ummi...?
🌸Jawab:
Mba Anna sholehah...
Sifat anak pertama memang mempunyi kelebihan dan kekurangan. Ciri-ciri sifat dan kepribadian anak pertama adalah cenderung perhatian dan juga cenderung protektif terhadap orang lain. Sifat positifnya cocok menjadi sosok yang benar-benar mampu untuk mengatur adik-adik dan juga keluarganya serta menjadi salah satu sosok pelindung bagi adik-adiknya.
Anak pertama juga memiliki kemampuan mengatur sesuatu dengan baik. Anak pertama mampu untuk mengorganisir suatu kondisi, sehingga dapat berjalan dengan baik dan juga lancar. Sebagai seorang figur pemimpin, maka anak pertama sepertinya sangat cocok sekali.
Namun kelemahan atau kekurangan dari anak pertama adalah cenderung merasa berkuasa, merasa kuat, dan juga merasa bahwa dia memiliki kekuatan atau power yang lebih. Hal ini membuat anak pertama menjadi sosok yang selalu ingin diberikan tanggungjawab yang besar dan juga diberikan kuasa ataupun kekuatan yang besar, sehingga bisa mengatur atau menggunakan kekuatannya tersebut untuk orang lain.
Kelemahan lainnya karena cenderung merasa berkuasa dan memiliki kekuatan, maka merasa bahwa dirinya selalu benar, dan orang lain adalah salah.
Hal ini tentu saja cukup menyebalkan, karena terkesan menunjukkan sikap dan juga perilaku egois dan juga tidak mau mengalah, meskipun sebenarnya si anak pertama ini melakukan kesalahan dan kekeliruan.
Yang harus dilakukan adalah asah terus sifat-sifat yang baiknya sebagai anak pertama dan mencoba untuk tidak menonjolkan atau mengikuti sifat kekurangan atau kelemahannya agar tidak bertindak kepada hal yang tidak diinginkan. Atau mungkin adik-adik nya juga bisa membantu untuk mengingatkan jika sifat kekurangan dari anak pertama tersebut sudah muncul.
Wallahu a'lam..
0⃣3⃣ Ana
Assalamualaikum bunda...
Anak saya berusia 3,5 tahun, anak saya dan teman-temannya suka bermain dihalaman rumah. Saya tidak tenang kalau anak saya bermain diluar rumah karena teman-temannya itu sangat kasar ucapan dan kata-katanya, sehingga anak saya sering meniru ucapan kasar temannya. Saya selalu menegur setiap kali mereka berkata kasar, tapi teman-temannya itu sangat nakal, saya khawatir dengan pergaulan anak saya sampai saya kadang mengunci rumah karena tidak suka dengan teman-temannya yang kisaran usianya 5-6 tahun Sebaiknya saya harus bagaimana bunda? Apa saya larang bergaul dengan mereka atau bagaimana?
Anak-anak disekitar lingkungan saya (kebanyakan kontrakan) itu nakalnya melebihi nakalnya anak seusianya.
🌸Jawab:
Mba Ana yang dimuliakan Allah...
Sebenarnya melarang ananda untuk bergaul dengan teman-temannya di sekitar rumah juga tidak baik. Apalagi anak usia seperti itu akan sulit dilarang dan pastinya masih suka bermain.
Biarkan saja ananda untuk bermain di luar agar ananda juga paham bagaimana kondisi dan bisa berinteraksi dengan teman-temannya diluar. Cukup diawasi saja dan berikan pengertian atau didik dirumah jika ada kata-kata yang tidak baik yang didapat dari teman-temannya diluar dengan kasih sayang dan juga dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh sang anak. Kalaupun ananda ingin dikurangi untuk bermain dengan teman-temannya diluar mungkin bahasanya jangan dikurung ya tapi ananda bisa dialihkan permainannya dengan permainan yang bisa dilakukan di dalam rumah. Sehingga ananda tidak merasa kehilangan waktu bermainnya.
Wallahu a'lam
0⃣4⃣ Han
Bunda...
Bagaimana menghadapi anak yang autis ditambah lagi orangtuanya juga sibuk sendiri. Padahalkan anak yang berkebutuhan khusus tersebut juga dan bahkan butuh perhatian yang ekstra.
Bagaimana mengetahui/memunculkan kelebihan dari anak tersebut...?
🌸Jawab:
Hanpiet sayang...
Kalau kita berbicara tentang anak berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah anak autis sebenarnya bisa di deteksi lebih dini dan terapinya bisa dilakukan dari usia anak 1-3 tahun. Setelah usia itu anak bisa normal kembali asalkan memang orangtuanya harus peka ketika ananda sudah mempunyai kelaianan yang berbeda seperti anak-anak pada umumnya.
Dan sabar mendampingi dalam terapi ananda. Namun terkadang orang tua baru peka dan baru sadar jika ananda sudah diatas usia 3 tahun. Apalagi jika orang tua nya bekerja disarankan salah satunya yaitu ibunya untuk berhenti bekerja dan fokus mendidik dan menemani ananda yang autis.
Karena anak autis memang dibutuhkan ektra dalam mendidiknya dan butuh kesabaran dan yang terpenting dari itu semua adalah rasa empati tapi tidak dimanja dan harus bisa memahami kondisi-kondisi dimana ananda dalam kondisi marah, tinggi emosi, keinginan yang terus berulang-ulang. Jika ada keinginan yang berulang-ulang maka orang tua bisa mengalihkan yang lain dari keinginan atau kesukaannya tetapi tidak memaksakan.
Ajak ananda komunikasi dan mengikuti peraturan yang sudah dibuat serta ajak pula bersosialisasi. Semua itu dilakukan dengan ektra sabar dan rasa empati yang tinggi. Perlakukan sama halnya dengan anak biasa, hanya butuh dipahami saja.
Intinya Orang tua yang memiliki anak penyandang autisme perlu bersabar, lebih peduli, memahami kebutuhan anak, berupaya tegas namun tidak keras, dan semuanya itu bisa dijalankan dengan berempati.
Wallahu a'lam
0⃣5⃣ Mila
Assalamu'alaikum... Bunda ning.
Bagaimana cara mendidik anak usia remaja yang memiliki latar belakang orang tua yang bercerai sehingga kurangnya perhatian baik dari orang tua maupun keluarga?
Maaf Bunda, anak tersebut terlihat nyaman saat berada diluar rumah dengan teman-temannya daripada keluarganya sendiri.
🌸Jawab:
Mba Mila yang dimuliakan Allah...
Hhmmm...narik nafas dulu ya, karena kasus ini yang saya sering tangani dan lagi-lagi korbannya adalah anak. Sedih memang...
Broken home adalah suatu kondisi dimana kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Karena anak merasa tidak aman dan nyaman berada dirumah, karena tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang-orang yang disayanginya dalam hal ini ayah dan ibu nya, padahal usia remaja adalah usia dimana sedang mengalami saat kritis agar ia mampu menginjak ke masa dewasa dengan demikian remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitas dirinya. Dalam proses pencarian dirinya, remaja harus memiliki pengayom atau pembimbing agar ia mampu melangkah maju dengan baik untuk mengikuti proses perkembangan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, dalam proses perkembangan remaja yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya.
Jika orang-orang yang dia sayangi dan dia cintai serta sebagai pengayom tidak terpenuhi didalam rumah, pastinya remaja ini akan mencari kebutuhannya di tempat lain yaitu di luar rumah. Dan ini sebenarnya yang berbahaya. Jika anak sudah mencari kenyamanan di luar rumah apalagi bertemu dengan teman-temannnya yang tidak baik maka anak akan terpengaruh dan terbawa tidak baik juga.
Yang harus dilakukan adalah dari orang tua yang masih tersisa untuk peduli terhadap ananda entah menjadi ayah tunggal atau ibu tunggal harus tetap merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang serta kenyamanan kepada ananda, rangkul dan peluk dia, ajak remaja tersebut untuk berdiskusi dari hati ke hati karena usia remaja saya yakin sudah dapat diajak untuk berdiskusi dan sudah memahami apa yang terjadi.
Ajarkanlah kepada ananda untuk mencerna dan memahami tentang keputusan yang sudah diambil, serta mampu melatih dan mendidik anak untuk tidak menyalahkan orang lain terhadap faktor penyebab terjadinya broken home ini. Selain itu, orang tua harus mampu membantu anak menarik pelajaran positif terhadap masalah yang sedang terjadi dan yang paling utama adalah tetap mendekatkan dirinya pada Allah dan katakanlah akhir dari kehidupan ini. Ajak ananda untuk bekerjasama membantu orang tua nya di rumah. Tetap Berikan tanggung jawab. Dengan tanggung jawab menyibukkan diri di rumah, in sya Allah hal ini akan meminimalisir ananda untuk keluar rumah.
Wallahu a'lam
0⃣6⃣ Riska
Assalamualaikum ustadzah...
Saya punya adik yang mempunyai 3 orang anak. Yang ingin saya tanyakan adalah tentang sifat anak pertama juga. Anak pertama adik saya sifatnya sombong, tidak suka bergaul sama yang bodoh, kurang menghargai ibunya, semua fasilitasnya tidak bisa di ganggu. Sehingga dia tidak bisa berbagi dengan adik-adiknya atau orang lain. Usianya 13 tahun, bagaimana itu Ustadzah.
Mohon bantuannya.
🌸 Jawab :
Rasa percaya diri yang tumbuh kuat pada anak adalah hal yang positif. Namun bila kebablasan dan si kecil menjadi sombong, bukanlah suatu hal yang patut dibiarkan.
Untuk menghadapi anak seperti ini maka orang tua harus memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak.
Orang tua harus mengenali sebabnya. Jika anak mendapat prestasi sampaikan untuk bersyukur dengan kelebihannya kemudian bisa juga diberikan pemahaman sambil berandai-andai dan memposisikan anak sebagai anak yang selalu mendapat tekanan atau ketidakadilan dari anak yang sombong. Ajarkan anak ketika berprestasi jangan melihat hasil tapi proses menuju prestasi atau keberhasilan tersebut.
Beri pemahaman juga kepada anak dalam menilai seseorang dilihat dari sifatnya, sampaikan kepintaran, cantik, kepandaian, dan lain-lain itu hanya kelebihan saja dan setiap seseorang sudah diberikan kelebihan masing-masing yang tentunya berbeda-beda. Ajak anak juga untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan banyak orang.
Wallahu a'lam
0⃣7⃣ Tini
Ini tentang anak laki-laki teman saya yang usianya 15 tahun, mempunyai sifat disatu sisi dia memang patuh dan penurut sama orang tuanya, kalau bicara bila ditanya saja. Disisi lain dia kuper dan tidak pandai dalam bergaul, jadi kurang bersosialisasilah. Mendengar cerita dari teman saya itu, kalau suaminya tidak memperbolehkan anaknya dimarahi sedikitpun walau dalam hal apapun, mengingat dia susah mendapatkan anak. Sementara teman saya itu kalau mengajar anaknya sampai marah-marah disertai bentakan karena anaknya termasuk susah memahami untuk belajar.
Yang saya tanyakan bagaimana supaya anak itu memiliki kepercayaan diri sebagaimana mestinya dan tidak minder. Syukron sebelumnya ustadzah.
🌸Jawab:
Mba Tini yang dimuliakan Allah...
Berbicara tentang percaya diri memang sesuatu hal yang harus benar" dipahami. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua.
Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu.
Orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, serta kebebasan anak untuk melakukan suatu hal yg baik dan tidak berbahaya akan membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut.
Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya.
Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap dirinya seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.
Kalau melihat dari cerita Mba Tini diatas tentang temannya tersebut bisa dikatakan memiliki pola asuh yang salah..
Satu sisi ayahnya sangat overprotective penjagaannya sampai" anak" tidak boleh melakukan apa" sedang ibunya sangat keras bahkan dimarahi jika anaknya susah untuk belajar.. Sikap overprotective dapat menghambat kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri. Segala sesuatu dibantu orangtuanya. Anak merasa dirinya buruk, lemah, tidak dihargai dan selalu gagal melakukan sesuatu.
Dengan pola asuh seperti itu memang akan mengucilkan sang anak yang akhirnya anak tidak berani untuk berbuat apa". Lebih" sesuatu yang menantang.
Anak akan lebih nyaman keberadaannya dengan tidak melakukan sesuatu hal.. Karena semuanya serba dilarang..
Jika memang kita menginginkan anak tumbuh dengan kepercayaan dirinya maka pola asuhnya harus dirubah seperti yang sudah saya sampaikn diatas. Hilangkan rasa takut dan rasa kuatir yang terlalu tinggi jika anak melakukan sesuatu hal. Selagi memang tidak terlalu membahyakan bagi dirinya biarkan saja anak berkembang melakukan apa yang dia suka..
Jangan banyak melarang dan selalu support serta diberi reward jika anak ingin melakukan sesuatu hal yang baru yang menurutnya sebuah tantangan.. Untuk reward tidak harus uang atau hadiah tetapi pujian dan pelukan juga bisa dijadikan reward..
Wallahu a'lam
0⃣8⃣ Mila
Lanjutan jawaban no.05
Anak remaja tersebut tinggal dengan ibunya. Dan tempat tinggal mereka jauh dari keluarga ayahnya. Anak tersebut juga punya kakak tapi berhubung jauh, si kakak hanya bisa kontrol via hp. Hanya sesekali saja berkunjung ke rumah anak tersebut. Bagaimana ya, bunda...?
🌸Jawab:
Tidak apa bunda sayang, untuk kondisi tersebut sang ibulah yang harus menjadi orangtua tunggal dibantu oleh kakaknya.. Walau kakak nya berjauhan tapi masih bisa tetap memantau dengan alat komunikasi. Pantau terus dan berikan perhatian serta kasih sayang yang cukup kepada ananda.. Sehingga ananda merasa walau kondisi orangtuanya sedang bermasalah berpisah tapi perhatian dan kasih sayang tetap ia dapatkan. Sering diajak untuk berdiskusi juga ya.. Agar ananda juga paham apa yang sebenarnya terjadi dan bisa menerima kondisi orangtuanya tanpa harus menuntut dan mencari sesuatu di luar rumah. Walau tanpa seorang ayah..ibu dan kakak ini bisa bekerjasama untuk memberikan apa yang dibutuhkn oleh anak tersebut.
Wallahu a'lam..
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSiNG STaTeMeNT💎
Orangtua yang menginginkan anaknya memiliki kecerdasan, katangguhan dan budi pekerti harus memiliki beberapa kemampuan tentang pola asuh anak diantara nya :
Kemampuan memahami tumbuh-kembang otak anak sebagai dasar untuk mendesain program pengasuhan anak.
Kemampuan mengendalikan diri adalah salah satu ketrampilan yang harus di miliki oleh orangtua agar pengasuhan terhadap anaknya berkualitas.
Kemampuan daya lenting (resiliensi) adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh orangtua agar pengasuhan anaknya berkualitas.
Kemampuan Komunikasi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh orangtua agar anak tidak hanya sekedar bisa bicara tapi bisa berbahasa.
Kemampuan Fisik adalah kemampuan orangtua agar mampu membangun kesehatan fisik dan nutrisi untuk keluarga.
Kemampuan Memilih dan Memutuskan adalah kemampuan yang dimiliki orangtua agar mampu mengajari anak-anak tanpa ragu-ragu.
Kemampuan mengelola "gelombang emosi" pada saat emosi mulai menanjak adalah agar mampu menahan dan menempatkan kemarahan pada posisi yang benar.
Kemampuan pemahaman agama adalah kemampuan orangtua untuk mengajarkan budi pekerti atau akhlak anak menjadi baik.
Kemampuan Kalkulasi adalah salah satu ketrampilan yang dimiliki orangtua agar tidak terjerumus dalam kesalahan yang berulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar