Jumat, 18 Oktober 2019

WANITA HEBAT, Part 2



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💘M a T e R i💘

Kemaren sampai dimasa pernikaha khan.
Kita lanjut kisah berikutnya ya...

Belum lama sepasang suami istri itu melalui hari-hari bahagianya dengan segala duka-cita, rasa cinta semakin menyatu, kini keduanya harus rela untuk berpisah. Pasalnya, Abdul Muthalib telah menyiapkan sebuah kafilah yang harus dipimpin oleh anaknya yang baru kemarin merasakan manisnya kebahagiaan bersama istri untuk berniaga ke negeri Syam.

Tak ada alasan bagi pemuda seperti Abdullah untuk menolak perintah sang ayah yang sangat menyayanginya, meski hatinya tidak rela meninggalkan Aminah yang sedang hamil muda, terlebih lagi masa-masa itu adalah masa bulan madu bagi keduanya. Kegembiraan yang baru saja meluap dengan kehamilan istrinya, kini serta merta menjadi kesedihan yang cukup dalam karena ia harus segera bergabung dengan kafilah Quraisy untuk melakukan perdagangan ke Gaza dan Syam. Entah kenapa kali ini ia merasa amat berat meninggalkan rumah. Biasanya ia berangkat berdagang dengan semangat yang tinggi. Kali ini sepertinya ia telah mempunyai firasat, pergi bukan untuk kembali. Namun pergi untuk selama-lamanya dari pangkuan istrinya yang tercinta.

Namun kegalauan hatinya tidak disampaikannya kepada Aminah. Ia takut kegalaluan hatinya akan merisaukan hati Aminah, sehingga akan mengganggu janin dalam kandungannya.

Detik-detik perpisahan pun tiba. Beberapa penduduk Quraisy telah bersiap-siap untuk berangkat. Masing-masing dari mereka sibuk mengurusi barang dagangan yang akan dibawa. Bani Hasyim juga tak ketinggalan mempersiapkan segala keperluannya, namun di balik itu dua insan yang telah bersatu dalam kedamaian harus berpisah setelah mereguk madu kebahagiaan.

Semerbak wangi parfum pengantin masih tercium di rumahnya, jari-jemari tangan Aminah pun masih terlihat kemerah-merahan lantaran ukiran pacar masih ada di tangannya. Tak ada yang tahu apa yang dilakukan dan dibicarakan keduanya, dalam detik-detik itu, tapi yang jelas keduanya harus rela merasakan pedihnya perpisahan setelah keindahan menyentuh sanubari mereka.

Akhirnya Abdullah tetap pergi meski dengan hati yang tertambat di rumah. Hatinya begitu sedih, hingga tak terasa air matanya keluar membasahi pipi. Air mata perpisahan.

Sungguh ... Allah saja yang mengetahui, apakah suami istri itu akan berjumpa lagi atau tidak. Hanya saja mereka berdua merasakan bahwa saat itu hati keduanya sama-sama tidak menentu. Abdullah dengan langkah gontai tapi pasti keluar dari rumah sederhananya yang diikuti Aminah. Di depan rumahnya Abdullah meninggalkan Aminah yang melepasnya dengan penuh harap, beberapa kalimat diucapkan untuk menenangkan hati di antara keduanya. Padahal di balik itu keduanya tidak menyadari kalau itu adalah pertemuan terakhir.

Setelah Abdullah keluar dan bergabung dengan rombongannya tinggallah Aminah bersama dua orang wanita Bani Hasyim dan Bani Zuhrah yang rela menemaninya selama Abdullah belum pulang. Keduanya memandang Aminah dengan pandangan iba, lantaran harus merasakan kesendirian, padahal keduanya tidak tahu masa depan Aminah.

Kisah kepergian Abdullah telah ditulis oleh para sejarawan.
Ibnu Saad menceritakan:

Abdullah bersama rombongan orang-orang Quraisy berangkat ke Syam untuk berniaga. Setelah selesai berniaga mereka pulang melewati kota Madinah dan waktu itu Abdullah sakit, kemudian Abdullah meminta agar meninggalkannya bersama kerabatnya dari Bani Najjar selama satu bulan. Setelah rombongan sampai di Mekkah Abdul Muthalib menanyakan keadaan Abdullah pada mereka.

Mereka menjawab:

Kami meninggalkannya bersama kerabat-kerabat Bani Najjar di Madinah karena dia sakit.
Setelah itu Abdul Muthalib mengutus anak tertuanya Al-Harits untuk menjemputnya,
setelah sampai di sana Abdullah sudah dikubur. Mengetahui semua itu Abdul Muthalib dan seluruh keluarganya mengalami kesedihan yang luar biasa. Bukan hanya kesedihan karena kehilangan Abdullah yang mereka sayangi, namun lebih dari itu Abdullah telah meninggalkan kesedihan dalam jiwa seorang wanita Bani Zuhrah yang saat itu sedang hamil tua.

🔷🌷🔷
Tidak dapat dibayangkan! Aminah, sebagai seorang istri yang baru merasakan kasih sayang seorang suami dan menunggu kelahiran buah hati pertamanya. Aminah sangat sedih dan merana dengan perpisahan yang tidak bisa diharapkan lagi pertemuannya. Penantian dan kerinduan yang selama ini ia pendam ternyata tidak tertumpahkan. Belum lama ia mengecap kebahagiaan bersama suami yang dicintainya, kini ia telah ditinggalkan untuk selama-lamanya. Tidak dapat diungkapkan bagaimana kesedihan Aminah, seperti sejarah pun tidak sanggup mencatat kepiluannya kecuali dengan apa yang diungkapkan Aminah berupa bait-bait kesedihan.

Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dalam kitabnya, Qishashul Anbiyya, bahwa ketika Aminah mengandung Rasulullah SAW, sama sekali ia tidak merasa kesulitan maupun kepayahan sebagaimana wanita umumnya yang mengandung. Ia juga menyatakan bahwa selama mengandung Rasulullah SAW, dalam mimpinya ia senantiasa didatangi para Nabi-nabi terdahulu, dari sejak bulan pertama, yaitu bulan Rajab hingga kelahirannya di bulan Rabi’ul Awwal.

Semua Nabi-nabi yang hadir di mimpi Aminah itu sama-sama berpesan kepadanya bahwa jika telah lahir, namai anak itu dengan nama Muhammad yang artinya Terpuji, karena anak itu akan menjadi makhluk yang paling terpuji di dunia dan akhirat. Firasat mengenai penamaan Muhammad itu pun terbersit di hati mertuanya, Abdul Muthalib, sehingga ketika Rasulullah SAW lahir, Abdul Muthalib memberinya nama Muhammad. Ketika masyarakat Mekkah bertanya mengapa ia dinamai Muhammad, bukan nama para leluhur-leluhurnya, maka Abdul Muthalib menjawab: “Aku berharap ia akan menjadi orang yang terpuji di dunia dan akhirat.”

Hingga pada detik detik kelahiran Sucinya, Sayyidah Aminah tidak pernah merasa letih ataupun kepayahan. Malam yang menggembirakan bagi semesta telah tiba, inilah malam lahirnya sang Nabi Suci Paripurna yang kedatangannya dinantikan seluruh mahluk.
Allah SWT berfirman kepada Malaikat Jibril Al-Amin:

”Wahai Jibril… Serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, Rasul dan para Wali agar berbaris rapi menyambut kehadiran kekasih-Ku Al-Musthafa SAW. Wahai Jibril, Bentangkanlah hamparan kemuliaan dan keagungan derajat Al-Qurab dan Al-Wishal kepada kekasih-Ku yang memiliki maqam luhur di sisi-Ku. Wahai Jibril, perintahkanlah kepada Malik agar menutup semua pintu neraka. Wahai Jibril, perintahkanlah kepada Ridwan agar membuka seluruh pintu surga.. Wahai Jibril pakailah olehmu Haullah Ar-Ridwan (Pakaian agung yang meliputi keagungan Allah SWT) demi menyambut kekasih-Ku Muhammad SAW. Hai Jibril, turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat Muqarrabin, Karubbiyyin, Para Malaikat yang selalu mengelilingi Arsy-Ku demi menyambut kedatangan kekasih-Ku SAW. Wahai Jibril, kumandangkanlah seruan ke penjuru langit hingga lapis ketujuh dan ke segenap penjuru bumi hingga lapisan paling dalam, beritakanlah kepada seluruh makhluk-Ku bahwa sesungguhnya sekarang adalah saatnya kedatangan Nabi Akhir Zaman, Muhammad Al-Musthafa SAW.”

Perintah Allah SWT ini segera di laksanakan Malaikat Mulia Al-Amin hingga di semesta terliputi pedaran cahaya Agung kemilauan dari sayap-sayap mereka. Persaksian tidak kalah hebat dialami Ummu Agung Sayyidah Aminah binti Wahab yang dengan izin Allah SWT beliau diperkenankan melihat seluruh penjuru bumi, dari mulai Syria hingga Palestina.

Seorang Ulama dalam kitab Maulid Ad-Diba’i, Syeikh Abdurahman Ad-Diba’i hal. 192-193 meredaksikan:

“Sesungguhnya saat malam kelahiran Nabi Suci Muhammad SAW, Arsy seketika bergetar hebat nan luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, Kursi Allah bertambah kewibawaan dan keagungannya dan seluruh langit dipenuhi cahaya bersinar terang dan para malaikat seluruhnya bergemuruh mengucapkan pujian kepada Allah SWT.”

Menurut adat Arab, setiap tahun Aminah pergi menziarahi ke pusara suaminya dekat kota Madinah itu. Setelah Rasulullah SAW dikembalikan oleh Halimah, tidak berapa lama kemudian, pergilah Aminah berziarah ke pusara suaminya itu bersama dengan anaknya (Muhammad SAW) yang masih dalam pangkuan, juga dengan budak pusaka ayahnya, seorang perempuan bernama Ummu Aiman.

Tetapi di dalam perjalanan pulang, Aminah ditimpa demam, lalu dia menemui ajalnya. Dia meninggal dan jenazahnya dikuburkan di Al-Abwa', suatu dusun di antara kota Madinah dengan Mekkah. Muhammad kecil lalu dibawa dalam gendongan Ummu Aiman balik ke Mekkah.

Kemudian Muhammad kecil diserahkan kepada kakeknya, Abdul Muthalib, yang merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Kisah ini diambil dari beberapa referensi.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
        💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Bagaimana bu, dengan wanita-wanita sekarang yang sepertinya jauh dari kata hebat bila melihat perjuangan dan pengorbanan wanita-wanita di zaman Rasulullah ﷺ! Merasa emansipasi tapi malah menyalahi kodrat dan kewajibannya baik sebagai istri, ibu atau wanita itu sendiri?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Semua itu terjadi karena wanita sekarang telah terkontaminasi dengan negara barat, yang berfikiran liberal dan sekular. 

Padahal kita tahu emansipasi wanita itu sejatinya ada didalam Islam, bahkan Islam lebih hebat dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan, tapi karena framming orang-orang sekular dan liberal, jadilah muslimah terkontaminasi dan menganggap Islam telah mengekang mereka. 

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Rizka ~ Surabaya
Bagaimana menjadi wanita hebat di jaman seperti ini dan bagaimana tips-tips iman tidak kendor dalam jalan Allah?

🌸Jawab:
Wanita hebat zaman sekarang itu adalah wanita yang berpegang Teguh pada agama Allah,  yang mampu menjaga izzah nya sebagai wanita.  Caranya tentunya mengenal agamanya lebih dalam lagi, sekaligus mengamalkannya. 

Untuk menjaga Iman agar selalu Bagus Adalah dzikrullah... Mengingat Allah, bukan hanya sekedar tasbih, tahmid dan takbir tapi mengingat dengan hatinya.

Begitun jika tengah berada disaat saat futur, tak membiarkan dirinya terlelap didalam kefuturannya. Berusaha bangkit secepatnya. 

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Serra ~ Malang
Assalamualaikum,

Ketika wanita khususnya seorang ibu di sia-siakan oleh anaknya. Baiknya Kita yang tahu bagaimana menyikapinya agar tidak membenci orang tersebut juga mendidik anak kita agar tidak seperti yang saya sampaikan tadi.

Terima kasih.

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Agar tidak membenci orang tersebut?
Jangan merasa suci dari satu kesalahanpun, ingat bahwa diri kita juga belum tentu sebaik apa yang kita pikirkan, kita juga banyak salah meski itu disisi lain. 

Sesama pendosa apa akan saling membenci? Jika ia lantas siapa yang akan mengingatkannya? Dan siapa pula yang akan mengingatkan kita?  Bencilah sikap dia dengan mendakwahinya,  jangan benci orangnya. 

Untuk anak...
Didik dia dengan contoh,  contohkan sebuah akhlak yang baik kepada orang tua atau kepada siapapun itu. Itu adalah pembelajaran yang terbaik untuk anak. 

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku... 

Sayiddah Aminah Binti Wahab...
Bukanlah sembarang wanita, dari rahimnya yang suci lahir manusia Agung yang mendunia, dari rahimnya yang penuh kasih lahirlah manusia yang hatinya lembut selembut sutra, dari rahimnya yang tangguh. Lahirlah manusia yang hebat yang mampu menaklukkan dunia. 

Aminah Binti Wahab adalah tauladan bagi muslimah sejati. 

Wallahu a'lam bishowab.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar