Jumat, 18 Oktober 2019

DUA GARIS BIRU



OLeH: Bunda Rizki Ika S.

       💘 M a T e R i 💘

Senang sekali bisa menyambung ukhuwah di room akhwat keche. MasyaAllah, mudah-mudahan keche sampai jannah.
Aamiin.

Assalamu'alaikum teman-teman shalihah, apa kabar? Semoga senantiasa dalam rahmat dan perlindungan terbaik Yang Maha Agung.

Tema malam ini lumayan greget ya, DUA GARIS BIRU, apaan sih???

DUA GARIS BIRU yang hendak kita diskusikan malam ini adalah judul film yang lagi naik daun beberapa waktu lalu. Dibintangi aktor dan aktris muda berbakat yang jadi idola anak muda.

Nahhh...

Sudah pada tahu ternyata yaa.

Sebenarny film ini tidak jauh beda dengan film-film yang lainnya, ceritanya seputar cinta muda-mudi, pacaran yang berujung zina dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Yang menarik, film ini justru diapresiasi banyak pihak.
Nah loh???

BKKBN bahkan menganjurkan menonton film ini, dengan alasan sebagai media edukasi bagi para pemuda.

Para pakar pendidikan, juga orang tua, merekomendasikan untuk menonton film ini, agar pemuda memahami konsekuensi pergaulan yang kebablasan.

Makanya kemarin pas rilis, bioskop-bioskop pada penuh. Ngerinya, remaja-remaja yang nonton film tersebut, mereka membawa pasangannya buat nonton bareng.

Inilah kontradiksi yang muncul. Film yang digadang-gadang sebagai media efektif mencegah gaul bebas, justru memicu gaul bebas.

So.... 
Bagaimana menyikapi film semacam ini?

Di sinilah kita sebagai muslimah musti pintar-pintar menilai sekaligus menyikapinya. Jangan mudah terbawa arus, ikut-ikutan pendapat mainstream yang jadi opini. Karena opini umum itu belum tentu benar, meski didukung oleh kaum intelektual maupun lembaga negara.

Sebagai muslim, tentu kita harus menjadikan Islam sebagai kacamata kita dalam menilai sesuatu, apakah sesuatu itu benar atau justru bathil atau salah.

Kita juga menjadikan Islam sebagai landasan dalam amal atau aktivitas. Kalau Islam bilang boleh, ya kita lakukan. Kalau Islam menyatakan haram, tentu kita tinggalkan.

Islam datang untuk mengatur manusia agar kehidupannya selamat. Islam datang dari Allah, Dzat Yang Maha Tahu tentang aturan terbaik untuk manusia. Maka ketika Islam mengharamkan gaul bebas, pastilah pengharaman tersebut mengandung kebaikan bagi manusia.

Karenanya, menanggapi film DUA GARIS BIRU, kita musti menjadikan Islam sebagai standar.

Adegan gaul bebas yang dipertontonkan dalam film tersebut jelas bertentangan dengan Islam yang melarang khalwat, ikhtilat, juga zina. Gembar-gembor edukasi hanyalah isapan jempol, karena kenyataannya para remaja lebih menikmati dan mencontoh free sex-nya ketimbang meninggalkannya.

Bukankah memberi edukasi tidak harus dengan menampilkan keharaman?

Jadi yang sesungguhnya terjadi adalah upaya liberalisasi, yakni menggiring remaja untuk mempraktikkan hal yang sama.

Mungkin itu dulu sebagai prolog. Kita perkaya dan pertajam di tanya-jawab ya, sahabat muslimah cantik shalihah.

Silahkan Ukhti Fany, jika ingin membuka forum tanya jawab.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
       💘 TaNYa JaWaB 💘

0⃣1⃣ Eta ~ Makassar
Jadi bagaimana seharusnya sikap kita untuk anak-anak remaja. Apakah kita harus membatasi pergaulannya tapi takutnya ketika dapat kebebasan sedikit malah disalahgunakan. Mau dibebaskan dalam pergaulan takutnya malah kebablasan!

💎 Jawab:
Bunda Eta dan para muslimah yang disayang Allah.

Usia remaja memang usia yang sangat rentan, karena biasanya keingintahuan mereka terhadap lingkungannya sangat-sangat besar. Jika tidak dibarengi dengan pemahaman yang benar, maka keingintahuan mereka akan berbuah pemikiran dan perilaku yang salah bahkan menyimpang.

▪Yang Harus Dilakukan Orang Tua:

1) Menguatkan pemahaman Islam anak, sehingga ketika anak sedang berada di luar
pengawasan orang tua, orang tua yakin mereka bisa mengambil keputusan-keputusan yang tepat karena dipandu oleh pemahamannya yang lurus.

2) Memilihkan lingkungan pergaulan yang baik untuk anak. Rasul dalam sebuah hadist menyebutkan bahwa kualitas seseorang itu tergantung pada kualitas temannya. Karena memang teman punya pengaruh sangat besar terhadap anak.
Membatasi pergaulan bukan berarti melarang anak keluar rumah, tapi memberi arahan dan panduan, dengan siapa dia seharusnya berteman.

Begitu, Bunda.

0⃣2⃣ Fitri ~ Aceh
Assalamualaikum Bun,

Bagaimana pandangan Bunda terhadap film THE SANTRI?
Apakah itu bentuk upaya liberalisasi juga?
Dan bagaimana kita menyikapinya?

💎 Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Film THE SANTRI kurang lebih sama dengan film DUA GARIS BIRU, meski level kerusakan pergaulan muda-mudi yang ditayangkan berbeda. Keduanya sama-sama mempromosikan liberalisme.

Hampir semua film masuk ke dalam pusaran industri kapitalisme yang mendewakan keuntungan dibanding edukasi terhadap penonton. Selama menguntungkan, maka film akan diproduksi meski mengandung konten liberal.

Dalam film THE SANTRI bukan hanya liberalisasi dalam pergaulan yang diekspose, tapi juga liberalisasi keyakinan, yakni mengumbar toleransi dengan definisi yang bathil, mengajarkan pluralisme agama. Ini sangat berbahaya.

Jadi selain tuntutan keuntungan, film juga dibuat karena pesanan pihak-pihak tertentu.

Maka sikap kita adalah harus selalu waspada. Jangan mudah mengiyakan iming-iming film yang kelihatan sebagai madu padahal kenyataannya adalah racun mematikan. Musti selektif memilihkan tontonan untuk anak-anak generasi. Dampingi mereka, sehingga jika ada yang kurang tepat, kita bisa memberi penjelasan.

Kita juga bisa berpartisipasi dalam proses edukasi di tengah umat tentang kerusakan konten-konten film, seperti memperbanyak diskusi-diskusi semacam ini.

Begitu, Bund.

🌷 Terimakasih Bunda jawabannya.

0⃣3⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Bund, bagaimana tuch sekarang malahan orang tua ada dan mungkin banyak berfikiran dan bersikap, mending anaknya gaul daripada dibilang kuper. Jadinya membiarkan anaknya bebas berteman yang secara tidak sadar menerjang aturan dari agama?

💎 Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullah..

Ini pandangan yang tidak tepat ya, Bund. Mending dan tidak mending itu standarnya adalah Islam, bukan standar yang lain (bukan anggapan orang, bukan penilaian masyarakat, dan seterusnya).

Sebagai muslim, tidak layak kita menjadikan pendapat manusia sebagai landasan amal kita. Kita beramal semata-mata karena Allah, karena ingin taat, karena inginkan pahala dan ridha-Nya, bukan mengharap penghargaan di mata manusia.

Yakinlah, jalan selamat itu adalah Islam, syariat yang berasal dari Dzat Yang Maha Sempurna, bukan yang lain.

0⃣4⃣ Sasi ~ Balam
Bismillah...

Bunda, menjadi orang tua di masa sekarang sangat sulit ya, kita dituntut menjadi orang tua yang menggenggam kuat nilai-nilai Islam namun tidak gaptek dengan teknologi untuk menyerap situasi dunia yang dihadapi anak-anak kita, disadari ataupun tidak.

Islam mulai dianggap nilai-nilai kolot bagi orang-orang munafik dan liberal. Opini-opini yang masif beredar di medsos meracuni anak-anak. Bahkan anak berani untuk membantah orang tua ketika satu waktu memberikan opini bahwa itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami.

Lalu, bagaimana kita sebagai orang tua mempersiapkan diri lagi dalam situasi seperti di atas dan bahkan situasi yang mungkin lebih menantang lagi di masa yang akan datang?

Mohon bimbingannya, Bunda.

Jazakillah khoir.

💎 Jawab:
Terus belajar, itu kuncinya, Bund. Orang tua jangan mencukupkan diri dengan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, karena tantangan ke depan akan semakin luar biasa.

Orang tua harus menjadi pembelajar sejati, dalam banyak hal, mengkaji Islam, menguatkan iman, meningkatkan tauladan yang baik, memahami isu yang berkembang agar bisa mewaspadai dan mengantisipasi bahayanya, mengenali siapa kawan siapa lawan, dan seterusnya.

Semoga kita menjadi orang tua pembelajar sejati ya, Bund.

🌷 Aamiin, Bunda. Insyaallah

0⃣5⃣ Erni ~ Jogja
Bagaimana pendapat Ustadzah dan bunda-bunda yang lain dengan film lainnya?

💎 Jawab:
Film lainnya juga sama, Bund, sama-sama diproduksi dalam rangka mewujudkan keuntungan bagi para produsennya. Konten film bagi mereka bukanlah soal, konten receh, hingga yang absurd juga merusak, bukan masalah, yang terpenting bisa menghasilkan uang atau keuntungan melimpah.

Karenanya, harus ada intervensi negara untuk mengatur dan mengontrol industri film secara ketat. Agar film berkorelasi positif dengan tujuan bangsa ini, menjadi bangsa bermartabat, bukan sebaliknya, konten film justru kontraproduktif dengan tujuan pendidikan serta pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Ada tulisan saya terkait dengan industri film, Bunda Erni.

Bisa diakses di link ini:

http://dakta.com/news/19575/industri-film-dalam-cengkeraman-kapitalisme

Saya gambarkan detil di sana, bahwa film itu hanya alat, bisa bermanfaat, bisa pula membawa bencana. Bergantung pada kuat-lemahnya kontrol negara.

0⃣6⃣ Rani ~ Aceh
Ana juga mau tanya perihal ini tadi, karena salah satu pemeran publik figur yang dikenal dengan anak seorang ustadz kondang dan penghafal qur'an karena banyak terjadi pendapat-pendapat, ada yang mengatakan boleh, ada yang mengatakan tidak boleh, karena tidak sesuai dengan ajaran Islam sebenarnya.

Karena film ini sudah menjadi berita hangat di sekolah tempat Saya mengajar bahkan siswa. Saya sedang membicarakan film ini dan mereka ingin nonton film ini, Bunda. Mereka hanya melihat siapa pemeran di film itu dan hanya fokus di judul, nah siswa di sekolah Saya sangat suka sama pemeran perempuan yang di film itu karena salah satu motivator mereka hafal Qur'an di sekolah adalah bacaan buku-buku karangan pemeran di film itu.

Kalau memang film ini tidak dianjurkan untuk ditonton. Saya khawatir  dengan siswa-siswa yang di sekolah Bunda, mereka salah memaknai dari arti dan tujuan film tersebut!

Sebaiknya hal apa yang harus kita lakukan untuk menyikapinya?

💎 Jawab:
Bunda Rani, Saya memahami keresahan Bunda sebagai seorang pendidik generasi.

Judul film memang dibuat persuasif bahkan profokatif, untuk mengundang dan meraih target pasar. Pemeran film pun diambil dari kalangan aktor dan aktris yang sesuai dengan target pasar. Agar film memiliki nilai jual dan daya saing. Maka wajar, jika anak-anak generasi kita tertarik pada film THE SANTRI karena mereka menjalani kehidupan sebagai santri atau mirip dengan santri sekaligus mengidolakan pemerannya.

Film ini jauh dari kehidupan santri, malah mempertontonkan kehidupan liberal, dan akan mendorong para santri untuk mempraktikkannya.

Karenanya, Bunda bisa memberi pemahaman kepada anak-anak tentang bagaimana seharusnya menyikapi idola. Bahwa mungkin idola kita sedang menghadapi kondisi futur dan terjebak situasi yang memberi iming-iming materi dan popularitas, sehingga tidak menutup kemungkinan melakukan hal-hal yang dilarang agama. Maka apa yang dilakukan oleh idola kita, jika tak sejalan dengan syariat-Nya, harus kita tolak. Sesungguhnya tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah.

WASIAT ~ KH. Luthfi Bashori

"Para santri dan jamaah yang mengaji kepada saya, dimana saja berada. Mohon kalian jangan menonton THE SANTRI (2019)"

Karena film ini tidak mendidik. Cenderung liberal. Ada akting pacaran, campur aduk laki perempuan, dan membawa tumpeng ke gereja.

Jelas sekali adegan ini melanggar SYARIAT.

Bukan tradisi pesantren Aswaja."

Kalau tidak salah, ulama-ulama yang hanif, mewasiatkan untuk tidak menonton film tersebut. Salah satunya adalah beliau.

Gambarkan pula, siapa sebenarnya di balik film tersebut, agar anak-anak paham tujuan film tersebut ke mana.

Sutradara film tersebut non muslim. Bagaimana bisa paham kehidupan santri yang Islami?

Semoga membantu ya, Bund.

0⃣7⃣ Rustia ~ Bekasi
Film yang baik, mengedukasi, kenapa kurang laku ya, Ustadzah?

💎 Jawab:
Karena kehidupan hari ini adalah kehidupan yang kapitalistik, liberalistik, sekularistik, sehingga semua-mua yang beraroma kapital, liberal, sekular, dipropagandakan secara massif, sehingga yang laku ya itu.

Seperti riba, kan dipropagandakan massif, bahkan secara struktural oleh negara sekalipun, salah satu contoh nyatanya BPJS, sehingga riba yang haram itu jadi laku keras.

🌷 Nah itu .... BPJS ... harus wajib jadi peserta.  bagaimana?

💎 Bisa dibahas di lain waktu ya, Bund.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘 CLoSSiNG STaTeMeNT 💘

Film-film yang merusak generasi tidak akan berhenti diproduksi selama masyarakat kita mengadopsi liberalisme sebagai bagian dari sistem kehidupan yang legal untuk dipraktikkan.

Karenanya, selain menjaga anak-anak generasi dengan pendidikan dan pengasuhan yang baik di rumah, kita juga berusaha terjun menyeru masyarakat untuk kembali kepada aturan Allah, Pencipta manusia. Dengan itu, niscaya, kehidupan kita selamat dunia-akhirat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar