Jumat, 18 Oktober 2019

5 MUSUH ORANG BERIMAN



OLeH: Ustadz Farid Nu'man Hasan

          💎M a T e R i💎

🌷LIMA MUSUH ORANG BERIMAN

Oleh: Farid Nu’man Hasan


Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah n bersabda:

المؤمن بين خمس شدائد مؤمن يحسده ومنافق يبغضه وكافر يقاتله ونفس تنازعه وشيطان يضله

“Seorang beriman di antara lima bahaya (musuhnya):

1. Mu’min yang dengki kepadanya,

2. Munafiq yang membencinya,

3. Orang kafir yang memeranginya,

4. Nafsu yang mendorongnya, dan

5. Syetan yang menyesatkannya.”

Takhrij hadits:

-  Imam Ad Dailami, Musnad Firdaus, no. 6560

-  Imam Abu Bakar bin La-aali dalam Makarim al Akhlaq, lihat Imam Zainuddin al Iraqi, Takrijul Ihya’, no. 2450

Status Hadits:

-  Imam Zainuddin al ‘Iraqi mengatakan: sanadnya dha’if. (Takhrijul Ihya’, no. 2450)

-  Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid mengatakan: Laa yatsbut (tidak kuat). (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 60299)

Namun, walau sanadnya lemah, tapi secara makna dan kandungannya shahih. Wallahu A’lam

Syarah Hadits:

المؤمن بين خمس شدائد :

Seorang mu’min di antara lima bahaya (musuhnya)

Beginilah manusa, hidupnya selalu ada marabahaya dari banyak penjuru. Semua ini dalam rangka ujian untuk menaikkan derajatnya, dan memasukkan ke surga. (Lihat QS. Al Baqarah: 214, Al ‘Ankabut: 2-3)

 1. مؤمن يحسده :

mu’min yang dengki kepadanya

Imam Al Munawi  mengatakan bahwa hasad (dengki, iri), tidaklah membuat batal iman seseorang.

Orang beriman tapi dengki kepada mu’min lainnya memang nyata adanya. Baik dengki karena harta, kedudukan, pengaruh, atau penampilan.

Imam Al Munawi menjelaskan:

فيه أن الحسد لا يخرجه عن الإيمان وأن الحسود عدو

Ini menunjukkan bahwa hasad tidaklah mengeluarkan seseorang dari iman, dan juga menunjukkan bahwa orang hasad itu musuh. (at Tanwir Syarh al Jaami’ ash Shaghiir, 9/100)

Tapi, tidak semua hasad itu jelek. Imam An Nawawi  mengatakan:

قَالَ الْعُلَمَاءُ الْحَسَدُ قِسْمَانِ حَقِيقِيٌّ وَمَجَازِيٌّ فَالْحَقِيقِيُّ تَمَنِّي زَوَالِ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا وَهَذَا حَرَامٌ بِإِجْمَاعِ الْأُمَّةِ مَعَ النُّصُوصِ الصَّحِيحَةِ وَأَمَّا الْمَجَازِيُّ فَهُوَ الْغِبْطَةُ وَهُوَ أَنْ يَتَمَنَّى مِثْلَ النِّعْمَةِ الَّتِي عَلَى غَيْرِهِ مِنْ غَيْرِ زَوَالِهَا عَنْ صَاحِبِهَا فَإِنْ كَانَتْ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا كَانَتْ مُبَاحَةً وَإِنْ كَانَتْ طَاعَةً فَهِيَ مُسْتَحَبَّةٌ

Berkata para ulama: Iri hati (hasad) itu ada dua; HAKIKI DAN MAJAZI.

Iri hati yang HAKIKI adalah berharap lenyapnya nikmat dari seseorang, maka ini haram menurut ijma' umat dan dalil-dalil yang shahih. Iri hati yang MAJAZI adalah ghibthah, yaitu mengharapkan dapat nikmat yang sama yang ada pada orang lain, tanpa menginginkan nikmat itu lenyap dari orang tersebut. Jika pada urusan dunia maka itu iri yang dibolehkan, jika pada urusan ketaatan maka itu iri yang disukai (sunnah). 

(al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 10/98)

2. ومنافق يبغضه :

 orang munafiq yang membencinya

Para ulama memasukan An Nifaaq sebagai salah satu bentuk kekafiran secara bathin.

وقيل : الكُفْر على أرْبَعَة أنْحاء : كُفْر إنْكار بالاّ يَعْرِف اللّه أصْلاً ولا يَعْتَرِف به
 وكُفْر جُحود ككُفْر إبليس يَعْرِف اللّه بقَلْبه ولا يُقِرّ بِلسانه
 وكُفْر عِناَد وهو أنْ يَعْتَرف بقَلْبه ويَعْتَرف بِلِسانه ولا يَدِين به حَسَداً وبَغْياً ككُفْر أبي جَهْل وأضْرَابه  وكُفْر نِفَاق وهو أن يُقِرَّ بِلِساَنه ولا يَعْتَقد بقَلْبه

Dikatakan bahwa kekafiran itu ada empat sisi:

1) Kafir karena inkar, yaitu tidak mengenal Allah dan tidak mengakui-Nya.

2) Kafir karena Juhud (menolak), yaitu seperti kekafiran Iblis. Mengimani Allah dihatinya tapi tidak mengikrarkan di lisannya.

3) Kafir karena 'inad (membangkang), yaitu pengakuan di hati dan di lisan namun tidak beragama dengannya, karena dengki dan melawan, seperti Abu Jahal dan semisalnya.

4) Kekafiran karena Nifaaq, yaitu mengikrarkan di lisannya namun tidak meyakini di hatinya.

(An Nihaayah, 4/340, Taajul ‘Aruus, 14/51, Tahdzibul Lughah, 3/363, Kitaabul Kulliyaat, Hal. 1221, Lisanul ‘Arab, 5/144)

Mereka ditempatkan bersama orang-orang kafir di neraka. (QS. At Taubah: 68), dan di neraka paling bawah. (QS. An Nisa: 145)

"Allah Ta'ala juga menceritakan bahwa orang-orang munafiq sangat keras dalam menghalangi orang-orang beriman ke jalan Tuhannya." (QS. An Nisa: 61)

Hal-hal yang beraroma Islam mereka tidak menyukainya walau mereka mengaku muslim. Mereka selalu nyinyir kepada Islam, syariah, ulama, dan apapun yang terkait agama.

Allah Ta'ala mengajarkan: fahdzarhum qaatalahumullah - waspadalah kepada mereka, Allah yang akan memerangi mereka.

3. وكافر يقاتله:

Orang kafir yang memeranginya

Allah Ta'ala menceritakan kebencian mereka (Yahudi dan Nasrani) kepada umat Islam, kecuali jika kita ikut ajaran mereka. (QS. Al Baqarah: 120)

Baik Yahudi atau Musyrikin, lebih keras lagi permusuhannya. (QS. Al Maidah: 82)

Dalam hubungan dengan kaum muslimin orang kafir ada 4 macam:

1. Kafir Dzimmi

Penjelasan dari para fuqaha:

أهل الذمة هم الكفار الذين أقروا في دار الإسلام على كفرهم بالتزام الجزية ونفوذ أحكام الإسلام فيهم

"Kafir Dzimmi adalah orang-orang kafir yang menegaskan kekafirannya di negeri Islam, dengan kewajiban membayar jizyah dan diterapkan hukum-hukum Islam pada mereka."

(Jawaahir Al Iklil, 1/105. Al Kasysyaaf Al Qinaa’, 1/704)

2. Kafir mu'ahad

هُمُ الَّذِينَ صَالَحَهُمْ إِمَامُ الْمُسْلِمِينَ عَلَى إِنْهَاءِ الْحَرْبِ مُدَّةً مَعْلُومَةً لِمَصْلَحَةٍ يَرَاهَا ، وَالْمُعَاهَدُ : مِنَ الْعَهْدِ : وَهُوَ الصُّلْحُ الْمُؤَقَّتُ

"Mereka adalah yang mau berdamai dengan imam kaum muslimin untuk mengakhiri perang selama waktu tertentu yang diketahui melihat adanya maslahat hal itu. Al Mu'ahad diambil dari Al 'Ahdu, yaitu damai sementara."

(Fathul Qadir, 4/293. Al Fatawa Al Hindiyah, 1/181, Syarhul Kabir, 2/190, Mughni Al Muhtaj,  4/260, Nihayah Al Muhtaj, 7/235)

Istilah lainnya Al Hudnah, atau gencatan senjata.

3. Kafir Musta'man

الْمُسْتَأْمَنُ فِي الأَْصْل : الطَّالِبُ لِلأَْمَانِ ، وَهُوَ الْكَافِرُ يَدْخُل دَارَ الإِْسْلاَمِ بِأَمَانٍ ، أَوِ الْمُسْلِمُ إِذَا دَخَل دَارَ الْكُفَّارِ بِأَمَانٍ

Berasal dari makna "orang yang meminta keamanan" yaitu org yang masuk ke negeri Islam dengan aman, atau seorang muslim masuk ke negeri bukan Islam dengan aman."

(Durar Al Hukam, 1/262. Ad Durul Mukhtar, 3/247. Hasyiah Abi Sa'id, 3/440)

Istilah saat ini mirip dengan non muslim yang minta suaka politik di negeri muslim atau sebaliknya.

4. Kafir Harbi

أَهْل الْحَرْبِ أَوِ الْحَرْبِيُّونَ : هُمْ غَيْرُ الْمُسْلِمِينَ الَّذِينَ لَمْ يَدْخُلُوا فِي عَقْدِ الذِّمَّةِ ، وَلاَ يَتَمَتَّعُونَ بِأَمَانِ الْمُسْلِمِينَ وَلاَ عَهْدِهِمْ

$Ahlul Harbi atay harbiyun, mereka adalah non muslim yang tidak masuk dalam perjanjian jaminan, juga tidak merasakan perjanjian keamanan dan perdamaian dengan kaum muslimin."

(Fathul Qadir, 4/278. Mawahib Al Jalil, 3/346-350, Asy Syarhush Shaghir, 2/267, Nihatul Muhtaj, 7/191, Mughnil Muhtaj, 4/209)

Semuanya tidak diboleh diganggu dan diperangi kecuali Kafir Harbi. Lalu, Kapankah mereka menjadi kafir harbi semua?

 يصبح الذمي والمعاهد والمستأمن في حكم الحربي باللحاق باختياره بدار الحرب مقيما فيها ، أو إذا نقض عهد ذمته فيحل دمه وماله

"Kafir dzimmi, mu’ahad (kafir yang terikat perjanjian), dan musta’man (minta suaka kemanan), akan dihukumi menjadi kafir harbi jika mereka memilih untuk tinggal di negeri kafir harbi, atau jika perjanjian jaminan kepada mereka sudah batal, maka halal darah dan hartanya."

(Ad Durul Mukhtar, 3/275, Syarhus Shaghir, 2/316, Mughni Muhtaj, 4/258-262)

Demikian. Wallahu a'lam

(Untuk poin 4 dan 5 Bersambung ya...)

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Bunda Vina ~ Cianjur
Ustadz, apa yang harus kita lakukan? kita di benci sesama mu'min, tidak lain adalah dari keluarga kita sendiri, dan orang tersebut suka iri, dengki, fitnah, kepada kita. Apa yang keluarga saya lakukan di mata mereka melihatnya kebencian, padahal kita tidak pernah  salah kepada mereka, malah sebaliknya keluarga mereka yang suka merepotkan kami, tapi kami sekeluarga tidak pernah membalasnya, kami diamkan saja.
Mohon pencerahannya ustazd.

Jazakallah khoiron

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

Jangan balas keburukan dengan keburukan. Sebab itu tidak menyelesaikan masalah, walau hawa nafsu maunya membalas.

Sederhananya, peluklah saudaramu dengan erat, dan peluklah muslim yang memusuhimu lebih erat lagi. Semoga itu bisa menjadi bahan baginya merenung dan berpikir.

Wallahu A’lam

0⃣2⃣ Sasi ~ Badar Lampung
Bismillaah..

Ustadz, jujur Saya ngeri dengan orang-orang munafik yang berkedok Islam. Sepertinya mereka terlihat Islami dan sholih tapi banyak aktivitasnya yang di luar sunnah Nabi.

Apakah ada cara mendeteksinya ya, Ustadz?
Atau setidaknya tahu mereka kaum munafik. Afwan Saya yang fakir ilmu, kadang bingung dan khawatir, Ustadz.

Lalu upaya seperti apa supaya tidak terseret menjadi seperti mereka ya, Ustadz?

Jazakallah khoir.

🌸Jawab:
Penjelasan indikatornya ada di bawah sini ya.

💎GOLONGAN MUNAFIQUN; DESKRIPSI, KARAKTER, DAN SIKAP

◼Definisi An Nifaaq

Imam Ibnul Atsir Rahimahullah berkata tentang makna An Nifaaq:

وهو أن يُقِرَّ بِلِساَنه ولا يَعْتَقد بقَلْبه

An Nifaaq adalah menyatakan secara lisannya namun tidak meyakini dalam hatinya. (An Nihaayah Fi Ghariibil Hadiits wal Atsar, 4/340)

◼Kafirkah Orang Munafiq Itu?

Para ulama memasukan An Nifaaq sebagai salah satu bentuk kekafiran secara bathin.

وقيل : الكُفْر على أرْبَعَة أنْحاء : كُفْر إنْكار بالاّ يَعْرِف اللّه أصْلاً ولا يَعْتَرِف به
 وكُفْر جُحود ككُفْر إبليس يَعْرِف اللّه بقَلْبه ولا يُقِرّ بِلسانه
 وكُفْر عِناَد وهو أنْ يَعْتَرف بقَلْبه ويَعْتَرف بِلِسانه ولا يَدِين به حَسَداً وبَغْياً ككُفْر أبي جَهْل وأضْرَابه  وكُفْر نِفَاق وهو أن يُقِرَّ بِلِساَنه ولا يَعْتَقد بقَلْبه

Dikatakan bahwa kekafiran itu ada empat sisi:

1) Kafir karena inkar, yaitu tidak mengenal Allah dan tidak mengakuiNya.

2) Kafir karena Juhud (menolak), yaitu seperti kekafiran Iblis. Mengimani Allah dihatinya tapi tidak mengikrarkan di lisannya.

3) Kafir karena 'inad (membangkang), yaitu pengakuan di hati dan di lisan namun tidak beragama dengannya, karena dengki dan melawan, seperti Abu Jahal dan semisalnya.

4) Kekafiran karena Nifaaq, yaitu mengikrarkan di lisannya namun tidak meyakini di hatinya.

(An Nihaayah, 4/340, Taajul ‘Aruus, 14/51, Tahdzibul Lughah, 3/363, Kitaabul Kulliyaat, Hal. 1221, Lisanul ‘Arab, 5/144)

◼Macam-Macam Kemunafikan

Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah mengatakan :

الأول : النفاق الأكبر ، وهو أن يظهر الإنسان الإيمان بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر ، ويبطن ما يناقض ذلك كله أو بعضه . وهذا هو النفاق الذي كان على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ونزل القرآن بذم أهله وتكفيرهم ، وأخبر أنهم في الدرك الأسفل من النار .
والثاني : النفاق الأصغر ، أو نفاق العمل ، وهو أن يظهر الإنسان علانية صالحة ، ويبطن ما يخالف ذلك

1. An Nifaq Al Akbar (Nifaq Besar)

Yaitu seorang manusia yang menampakkan iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari akhir, tapi dihatinya bertentangan dengan itu, baik sebagian atau keseluruhannya. Kemunafikan jenis ini ada pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan Al Quran turun dengan mencela mereka dan mengkafirkan mereka, dan mengabarkan bahwa mereka di neraka yang paling bawah.

2. An Nifaaq Al Ashghar (Nifaq Kecil), Atau Kemunafikan Dalam Amal Perbuatan.

Yaitu menusia yang menampakkan keshalihan, namun dia menyembunyikan dihatinya yang sebaliknya.
(Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, 2/343)

◼Dalil-Dalil Kekafiran Kaum Munafiqun

Allah Ta'ala berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا

"Allah telah menyediakan bagi kaum munafiq laki-laki dan perempuan, dan orang-orang kafir, yaitu neraka jahanam, mereka kekal abadi di dalamnya." (QS. At Taubah: 68)

Ayat lainnya:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

"Sesungguhnya orang-orang munafiq berada di neraka yang paling bawah, dan mereka sama sekali tidak memiliki penolong." (QS. An Nisa: 145)

Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menjelaskan:

وَمِنْ هُنَا فَإِنَّ كُل مَا ذُكِرَ فِي الْقُرْآنِ مِنْ وَعِيدٍ لِلْكَافِرِينَ يَدْخُل فِيهِ أَهْل النِّفَاقِ الأَْكْبَرِ ؛ لأَِنَّ كُفْرَهُمُ اعْتِقَادِيٌّ حَقِيقِيٌّ ، لَيْسَ مَعَهُ مِنَ الإِْيمَانِ شَيْءٌ . وَحَيْثُ قُرِنَ الْكُفَّارُ بِالْمُنَافِقِينَ فِي وَعِيدٍ ، يُرَادُ بِالْكُفَّارِ مَنْ كَانَ كُفْرُهُمْ مُعْلَنًا ظَاهِرًا ، وَبِالْمُنَافِقِينَ أَهْل الْكُفْرِ الْبَاطِنِ

Dari sinilah bahwasanya setiap ancaman yang disebutkan dalam Al Quran yang ditimpakan kepada orang-orang kafir maka orang yang nifaq akbar termasuk di dalamnya, karena kekafiran mereka adalah kekafiran keyakinan yang hakiki, dan  sama sekali tidak ada iman padanya. Pada saat orang-orang kafir dan munafiq dibarengkan dalam hal ancaman, maka maksud dari orang-orang kafir adalah orang yang kekafirannya nyata dan jelas, ada pun munafiqin adalah yang memang batinnya kafir. (Al Iman, Hal. 48-50)

◼Karakter Dasar Kaum Munafik

Al Quran dan As Sunnah telah menerangkan sejumlah karakter dasar kaum munafik. Sehingga gelagat dan tanda kemunafikan bisa ditangkap dan dilihat, walau dalam hatinya kita tidak mengetahui pasti apakah seseorang masuk kategori munafik tulen atau tidak. Ini juga menjadi evaluasi bagi kita, apakah ciri dan bakat munafik juga ada dalam diri kita. Dengan kata lain, bisa jadi ada seorang merasa beriman, tetapi dalam perilakunya beririsan dengan perilaku kaum munafik.

Karakter tersebut kami sebutkan beberapa saja, antaranya:

1) Suka Merusak

Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12)

Dan jika dikatakan kepada mereka: “Janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Kami ini hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu perusak tetapi mereka tidak menyadarinya. (QS. Al Baqarah: 11-12)

2) Suka dan Pandai  Bersilat Lidah

Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

Dan jika dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang  beriman.” Mereka menjawab: “Apakah kami mesti beriman seperti orang-orang bodoh itu beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu yang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah: 13)

3) Bermuka Dua

Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)

Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami ini beriman.” Dan jika mereka kembali kepada syetan-syetan (pembesar-pembesar) mereka, mereka mengatakan: “Kami masih bersama kalian, sesungguhnya kami hanya memperolok-olok semata.” (QS. Al Baqarah: 14)

4. Menghalangi Kaum Muslimin Menjalankan Perintah Allah ﷻ Dan Rasul-Nya

Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada peraturan hukum  yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS. An Nisa: 61)

5) Lebih Suka Berkumpul Dengan Orang Kafir Dan Mengolok-olok Kaum Muslimin

Allah ﷻ berfirman:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. (QS. An Nisa: 140)

6) Memilih Orang Kafir Sebagai Pemimpin Dan Meninggalkan Orang Islam

Allah ﷻ berfirman:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

Berikan kabar gembira kepada kaum munafik dengan mendapatkan azab yang pedih, yaitu orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain orang-orang beriman. Apakah mereka mengharapkan kehormatan dari mereka? Padahal seluruh kehormatan itu milik Allah semata. (QS. An Nisa: 138-139)

7) Menyebut Orang Beriman Ditipu Oleh Agamanya

Allah ﷻ berfirman:

إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلَاءِ دِينُهُمْ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya." (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Anfal: 49)

8) Malas Mendirikan Shalat

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An Nisa: 142)

Dan masih banyak lagi karakter mereka dalam Al Quran.

◼Bagaimana Menyikapi Mereka?

Selama mereka masih hidup, Allah ﷻ memerintahkan kita untuk hati-hati dan waspada terhadap mereka, walau secara muamalah sama dengan umat Islam lainnya. Karena secara zahir mereka menampakkan Islam, walau mereka juga menolak disebut kafir, dan tidak mau mengakui kekafirannya. Biarlah Allah ﷻ yang memerangi mereka dengan cara-Nya.

Allah ﷻ berfirman:

هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

 Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Al Munafiqun: 4)

◼ Jika Orang Munafik Wafat

Adapun menyikapi kaum munafiq yang wafat, jika dia An Nifaaq Al Akbar, dan terang benderang kemunafikannya, maka tidak menshalatkannya. Adapun jika kemunafikannya masih samar, atau An Nifaaq Al Ashghar maka masih dishalatkan.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ

Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. At Taubah: 84)

Ayat ini berkenaan dengan wafatnya gembong munafik pada masa Nabi, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul, tetapi larangannya berlaku umum untuk mayit munafik lainnya.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

وهذا حكم عام في كل من عرف نفاقه، وإن كان سبب نزول الآية في عبد الله بن أُبَيّ بن سلول رأس المنافقين

Hukum ini berlaku umum untuk setiap orang yang dikenal kemunafikannya, walaupun sebab turunnya ayat ini tentang Abdullah bin Ubai bin Salul, Sang gembong munafik. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/193)

Hanya saja, di zaman ini untuk menyebut person to person, atau nunjuk hidung orang, bahwa dia seorang munafik tidaklah mudah. Butuh kajian yang mendalam dan ekstra hati-hati. Untuk hukum syara’ dan nilai normatifnya, bahwa mayat munafik tidak dishalatkan adalah sudah final dan jelas. Tetapi, ketika hukum itu diturunkan dan  diterapkan terhadap pribadi-pribadi manusia, maka perlu dilihat kasus perkasus.

Sebagai contoh, apa yang pernah memanas di Pilkada DKI, tentang pemilih gubernur non muslim, di mana pemilihnya itu beragam, mulai dari orang awam agama, abangan, terpelajar, sampai memang yang menjadi pembela setianya dan menjadi tentaranya. Tentunya ini dihukumi tidak sama.

Khusus orang-orang awamnya, benarkah dia membenci Islam tapi mengaku Islam?
Ataukah dia hanya ikut-ikutan saja? 
Apakah dia hanyalah orang awam yang tertipu oleh ketidaktahuan dan keluguannya? Seperti tukang sayur, tukang ojek, orang-orang jompo yang tidak tahu menahu hiruk pikuk dan info politik di media, medsos, dan sebagainya.

Di sini peran ulama yang wara’, berilmu, dan takut kepada Allah ﷻ, sangat diperlukan agar umat tidak bertindak sendiri.

Wallahu A’lam

0⃣3⃣ Yulianti ~ Jaktim
Apakah hati mudah baper termasuk dari bisikian syetan ustadz?

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

Bisa ya, bisa tidak. Tapi umumnya baper itu memang dari kitanya yaitu kepribadian yang sensitif dan perasa.

Wallahu A’lam

0⃣4⃣ Erni ~ Yogja
Bagaimana caranya menyikapi muslim yang dengki yang masih ada ikatan keluarga? Karena beliau-beliau selalu mengucapkan 'aku tahu yang kau ucapkan dan kau amalkan itu suatu kebaikan yang benar. Tapi mengapa datangnya selalu dari kamu bukan dari saya?' Ditambah sikap dari orang terdekat yang diharapkan bisa sebagai pengayom malah berubah pikiran dengan sering mengucapkan ' saya itu tidak suka kalau keberadaan saya dimanfaatkan orang lain.

Karena bekas istri ada sementara bekas orang tua dan bekas saudara tidak ada. Bagaimana caranya untuk bisa mengikhlaskan semua perbuatan mereka dan memaafkan secara kaffah?

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

Mendiamkan pendengki adalah cara paling efektif menghentikan kedengkiannya, selama dia tidak menyerang secara lisan dengan ghibah dan fitnah.

Adukan kejahatan para pendengki kepada Allah Ta’ala yang Maha Menguasai hati manusia.

Nabi Ya'qub 'Alaihissalam berkata:

innama asyku batsi wa huzni ilallah.. Sesungguhnya aku adukan keluh kesah dan kesedihanku kepada Allah.

Lihatlah Nabi Yusuf Alaihissalam, saat didengki oleh saudara-saudaranya, dia tidak melakukan pembalasan apapun. Dia menjadikan sabar dan menyerhakan urusan kepada Allah Ta’ala.

Wallahu A’lam

0⃣5⃣ Jenni ~ Depok
Maaf jika tidak sesuai dengan topik.

1. Sampai saat ini rupanya masih ada yang tanya dengan nama saya yang dengan nama kristen. Saya islam sejak dilahirkan oleh ibu yang masih nasrani saat itu, tapi saya islam. Jadi kalau saya ikut taklim suka pada bolak balik lihat ke saya, tapi saya biasa saja dan tetap hadir kalau waktunya tidak malam. Terkadang saya merasa sedih namun saya bangga jika ada yang bertanya, apakah saya mualaf? Lalu saya jawab dengan senang hati bahwa saya islam sejak lahir namun ibu saya yang mualaf dan saya ajak ke dalam Islam sejak saya di SMA kelas 2 dan saya ajarkan tentang Islam pada ibu.  Alhamdulillah, barulah terdiam yang bertanya, tadinya saya takut di anggap pura-pura Islam.

2. Haruskah saya mengganti nama saya, sementara usia sudah 64 tahun, KTP saya juga sudah lansia?

Jazakalah khoir ustadz

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

1. Alhamdulilah, Ibu sudah ada tabungan yang besar. Menjadi sebab hidayah bagi orang tua.

Rasulullah ﷺ bersabda:

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

Demi Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang gara-gara kamu, maka itu lebih baik bagimu dibanding kamu mendapat onta merah.
(HR. Bukhari no. 3701)

Adapun pandangan orang yang agak "gimana gitu" karena terkecoh oleh nama, disenyumi saja dan jangan dipusingkan. Yang penting nama ibu tidak mengandung keharaman dan kemakruhan, yaitu nama-nama penghambaan kepada selain Allah, nama-nama yang menunjukkan kesombongan, nama-nama yang dipakai atau identik dengan musuh Islam.

2. Ibu bisa mengenalkan diri dengan nama kun-yah, misal Ummu Fulan.., kalau mau ganti nama pun juga bagus-bagus saja, dan nama yang mirip tapi tidak mencitrakan Kristen. Dan itu belum tidak telambat walau sudah 64 tahun.

Wallahu A’lam

0⃣6⃣ Phity ~Yogja
Kalau kita bertemu seseorang yang idealis, cara bicaranya malah menusuk hati, kemudian kita jadi tidak menyukai sikapnya itu. Apakah hal semacam ini juga dikategorikan dengki?

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

Sakit hati kepada orang yang lisannya tajam sebenarnya alami. Apalagi jika dia menyerang kita secara langsung. Bukan dengki.

Tapi, orang kuat adalah orang yang kuat menahan amarahnya. Maka, sakit hati tapi tetap bisa menenangkan diri.

Wallahu A’lam

0⃣7⃣ iDha ~ Jakarta
Bagaimana menyikapi kaum munafiq yang sering ada dalam pekerjaan sehari hari?

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...

Saya tidak tahu munafiq bagaimana yang dimaksud? Apakah mereka anti Islam tapi menngaku Islam?

Istilah munafiq jangan disalah artikan sekedar lain dimulut lain dihati saja, itu munafiq secara bahasa. Bukan secara hakikatnya.

Jika yang dimaksud adalah orang-orang yang di depan memuji atau berbuat baik, tapi dibelakang dia menjelek-jelekan kita, lebih pas disebut mukmin pendengki.

Wallahu A’lam

0⃣8⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Tadz, ya sekarang ini lagi banyak dan viral di medsos pada saling menghujat sana sini merasa paling benar. Sehingga menimbulkan benci dan dengki. Padahal kita sesama muslim. Bagaimana menyikapi hal tersebut ustadz?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jangan ikut campur dalam caci makian tersebut. Berikan nasihat nasihat tentang ukhuwah. Jika tidak bisa mendamaikan, minimal tidak ikut campur dan doakan agar mereka bisa berdamai.

Wallahu A’lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Berharap hidup tanpa musuh? Mustahil! Allah dan Rasul-Nya dimusuhi oleh orang-orang kafir. Maka, carilah ridha Allah, bukan ridha manusia, sebab itu tujuan mustahil tercapai.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar