Jumat, 18 Oktober 2019

INDAHNYA BERKURBAN



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

          💘M a T e R i💘

Puji syukur kepada Allah dan sholawat kepada Rasulullah SAW

Mohon maaf malam ini, materinya saya posting cepat aja ya... 
Ini jaringan rada ngambek.

Sahabat-sahabatku yang dicintai Allah....

Dzulhijjah merupakan bulan mulia, dimana segala amal yang kita kerjakan akan dicintai oleh Allah SWT. Salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT di bulan Dzulhijjah, yaitu menyembelih hewan qurban.

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam telah bersabda "Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berkurban, namun dia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat sholat kami." (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim).

Jiwa orang yang beriman, tak pernah merasa rugi saat bertansaksi dengan Alloh ta’ala. Karena Alloh ta’ala adalah sebaik-baik pemberi balasan.

Justru orang yang beriman, akan berusaha berlomba-lomba dalam mengorbankan yang dimiliki di dalam menggapai keridhoian Alloh ta’ala. Termasuk di dalam Qurban yang merupakan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Alloh ta’ala.

Berqurban memang bukan soal mudah. Ia adalah soal mengeluarkan harta yang tak sedikit. Harta yang seringkali menjadikan manusia saling iri, dengki, bahkan hingga menimbulkan tragedi.

Tapi… Bagi mereka yang berqurban, telah tertanam dalam jiwa mereka keyakinan, bahwa Alloh ta’ala akan segera memberikan ganti biaya qurban yang dia keluarkan. Baik itu berupa pahala, rahmat dan ampunan, maupun dalam berupa harta itu sendiri, yang lebih berkah dan banyak lagi.

Bukankah ditiap pagi, Alloh ta’ala mengutus dua malaikat? Dimana malaikat yang pertama berdo’a: “Ya Alloh, berikanlah ganti bagi orang berinfak,”, sedangkan malaikat yang kedua berdo’a: “Ya Alloh, berikanlah kehancuran bagi orang pelit yang menahan hartanya.” (HR. Bukhori & Muslim).

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil); Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil; Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Mai’dah : 27).

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!, Ia menjawab; “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. as-Shaffat : 102).

✔Masa Nabi Adam As.

Mungkin dua ayat inilah yang tepat dijadikan sebagai landasan mengapa Qurban ada, serta disyariatkan hingga sekarang dan dinilai sebagai ibadah, layaknya shalat dan puasa. Dari dua ayat di atas juga, Allah ‘Azza wa Jalla secara jelas memerintahkan kepada para hamba-Nya agar melaksankan ibadah kurban. Karena tujuan inti dari ibadah kurban adalah mendekatkan diri kepada-Nya dan merupakan bentuk kepasrahan kita sebagai hamba kepada sang khaliq Allah ‘Azza wa Jalla. Apabila kita kaji dari segi bahasa, Qurban berasal dari kata Qaraba dengan isim mashdar Qurbanan yang berarti dekat. Karena itu, tujuan dasar dari ibadah qurban adalah mendekatkan diri kepada sang Khaliq (Taqarrub ilaallah).

Menurut riwayat sejarah yang tidak diragukan lagi kebenarannya (Al-Qur’an), ibadah kurban pertama kali ada dan dilaksankan adalah pada masa nabi Adam As. Yang dilakukan oleh kedua putranya yakni Qabil dan Habil. Keturunan nabi Adam As. yang lahir selalu kembar, diantaranya yakni Qabil dengan Iqlima dan Habil dengan Lubada. Maka Allah memerintahkan kepada nabi Adam As. untuk menihkan anak-anaknya dengan cara bersilang. Yakni Qabil akan dinikahkan dengan saudari kembar Habil (lubada), begitupun sebaliknya. Namun karena Qabil keras kepala dan kurang taat terhadap perintah ayahnya. Maka dia menolak perintah tersebut, dengan alasan dia bersikukuh ingin dinikahkan dengan saudari kembarnya sendiri yakani Iqlima yang lebih cantik dari Lubada. maka dengan bijak nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk melakukan upacara qurban. dengan ketentuan qurban yang diterima maka dialah yang menang dengan kata lain akan dinikahkan dengan Iqlima. Qabil dengan keterpaksaan yang ada, menyerahkan hasil berkebunnya berupa buah-buahan dan sayur mayur. Sedangkan Habil dengan hati yang ikhlas  dan penuh kepasrahan menyerahkan seekor domba dari hasil mengembalanya. Setelah upacara dilaksanakan, ternyata Allah lebih memilih seekor domba yang diberikan oleh Habil dengan penuh rasa ikhlas dan kepasrahan. Dari sinilah mengapa makna ibadah qurban adalah Taqarrub Ilallah.

Kisah Qabil dan Habil dijelaskan Allah dalam Firman-Nya: “Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil); Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil; Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Mai’dah : 27)

✔Masa Nabi ibrahim As.

Dan yang kedua adalah dari kisah mulia nabi Ibrahim As. dan putranya nabi Ismail As. Dari beberapa riwayat diceritakan, nabi Ibrahim As. adalah seorang kepala keluarga dan telah membina bahtera rumah tangga begitu lama hingga menginjak masa tua. Bahtera rumah tangga yang selalu dihiasi cinta kasih sayang bersama istrinya Siti Sarah. Istri tercinta yang selalu dapat mengisi kekurangan dan kesepian yang mendera dalam kehidupan. Namun ada suatu kendala begitu mendasar yang menjadikan bahtera rumah tangga itu terasa kurang. Walaupun telah dihiasi dan ditaburi dengan cinta kasih sayang yang tak terkira ukurannya. Dan kekurangan inilah yang selalu diharapkan akan kedatangannya, yakni suara tangis buah hati tercinta. Begitu lama nabi Ibrahim As. memimpikan mempunyai keturunan yang kelak akan bisa meneruskan perjuangannya menyebarkan ajaran yang hanif. Begitu lama nabi Ibrahim As. menanti kedatangan putra yang dinanti-nantikan, namun Allah belum juga mengabulkan permintaan tersebut. Namun dengan kepasrahannya nabi Ibrahim As. tetap sabar menghadapi cobaan itu. Dengan umur yang tidak bisa dibilang muda lagi dan rambut yang sudah mulai memutih nabi Ibrahim As. tiada henti-hentinya berdoa kepada Allah agar mendapatkan keturunan. “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. as-Shaffat : 100)

Allah yang Maha Mengetahui dan Pemurah akhirnya mengabulkan permintaan nabi Ibrahim As tersebut. Beliau diberikan seorang keturunan berjenis kelamin laki-laki kemudian diberi nama Ismail. Namun Ismail lahir bukan dari rahim Siti Sarah melainkan dari rahim Siti Hajar istri kedua nabi Ibrahim As. yang juga merupakan budak beliau. Dengan kedatangan buah hati tercinta ini beliau sangatlah berbahagia.

Hampir seluruh waktunya sehari-hari ia habiskan dengan Iismail. Segala bentuk kasih sayang beliau luapkan terhadap Ismail, sebagai bukti bahwa nabi Ibrahim As. sangat bersyukur atas kemurahan yang diberikan Allah kepadanya. Beliau mengajar dan mendidik Ismail sampai berusia aqil baligh secara langsung, dengan harapan suatu saat nanti Ismail dapat menggantikannya sebagai salah satu utusan Allah. Hingga pada suatu saat datanglah suatu ujian kepada nabi ibrahim, ujian atas kecintaan dan kasih sayangnya tersebut. Allah menguji beliau dengan cobaan yang begitu berat yakni suatu perintah yang disampaikan melalui mimpi (ru’yah shadiqah).

Ujian yang seakan meremukkan hatinya. Ujian yang begitu memilukan jiwa dan pikirannya. Mungkin beliau akan lebih memilih ditimpa dengan seribu gunung dari pada harus melaksanakan perintah suci ini. Yaitu perintah untuk menyembelih Ismail putra tunggal beliau. Seorang putra yang telah ditunggu-tunggu kedatangannya. Seorang putra yang mengisi segala hidup, menjadi inspirasi dan kekuatan beliau dalam berdakwah dalam menyampaikan ajaran yang hanif. Namun secara tiba-tiba Allah menyuruh beliau untuk menyembelihnya, dengan datangnya tanda-tanda perintah menyembelih ismail lewat mimpi itu sebanyak tiga kali. Ini seperti suatu tindakan yang mustahil beliau lakukan. Bagaimana mungkin beliau akan menyembelih buah hatinya, buah cinta kasih sayangnya, yang beliau impi-impikan begitu lama. Bagaimana mungkin seorang ayah tega membunuh putra terkasihnya, putra yang akan menggantikan tugas mulia dari seorang utusan Allah.

Namun dengan segala kecintaan, kepasrahan dan ketaqwaannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla nabi ibrahim begitu yakin akan melaksanakan perintah tersebut. Dengan berat hati beliau sampaikan perintah tersebut kepada ismail putra tersayangnya. Seperti yang diceritakan Allah dalam firman-Nya.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!, Ia menjawab; “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah  engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. as-Shaffat : 102).

Dengan persiapan yang begitu matang, baik tempat dan pisau yang sudah diasah begitu tajam. Maka nabi Ibrahim, siti hajar dan ismail sudah siap untuk melaksanakan tugas suci dari Allah ini. Namun sebelum tugas dilaksanakan, Syaitan Laknatullah mengetahui perihal tersebut dan mengganggu mereka supaya membatalkan perintah yang begitu berat itu. Dengan segala cara syaitan mulai membujuk mereka bertiga, tapi dengan segala keyakinan mereka tidak terbujuk sama sekali. Malah sebaliknya nabi ibrahim bersama siti hajar dan ismail melempari syaitan tersebut dengan batu, yang menjadi tradisi melempar jumrah dalam ibadah haji hingga saat ini.

Ketika pisau sudah didepan tenggorakan dan siap menembus kerongkongan memutus pipa kehidupan, dengan memejamkan mata dan menyebut nama Allah nabi Ibrahim siap mengayunkan pisau memutus tenggorokan dari asal kodratnya. Namun ketika pisau telah menembus dinding kerongkongan yang dapat dirasakan oleh nabi Ibrahim, beliau sedikit heran. Dengan ismail yang tidak mengeluarkan suara sama sekali, dan ketika beliau memulai membuka mata. Sekali lagi keajaiban terjadi, sebelum nabi Ibrahim memutus tenggorokan ismail jadi dua, Allah mengantinya dengan seekor kambing besar. Hal ini yang membuat nabi Ibrahim lebih cinta dan bertaqwa kepada sang penguasa jagad raya Allah ‘Azza wa Jalla.

🔷🌷🔷
Akhwat wa ummahat sholehah.

Ulama sepakat ibadah kurban hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang dikuatkan atau sangat dianjurkan), khususnya bagi mereka yang mampu.

Lalu apa keistimewaan orang yang berkurban?

🔹1. Meraih Derajat Takwa.

Seperti kita tahu, ibadah kurban merupakan syariat, perintah dari Allah SWT. Orang yang menjalankan ibadah kurban artinya menaati perintah-Nya. Sementara, salah satu tanda takwa adalah menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Ketakwaan juga bisa dipelajari lewat ibadah kurban sebagaimana kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, Ismail dan dicontoh oleh Nabi Muhammad SAW. Kurban menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.” (QS. Al Hajj : 34)

🔹2. Belajar Ikhlas.

Ada makna mendalam dari ibadah kurban. Misalnya tentang keikhlasan dan pengorbanan. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi contoh sempurna bagaimana seorang hamba Allah merelakan jiwa dan raganya demi menjalani perintah dari-Nya.

Keistimewaan bagi orang yang berkurban salah satunya adalah tentang belajar ikhlas. Mulai dari dari harta atau ternak yang dikorbankan. Manusia saat ini hanya diperintahkan berkurban harta atau hewan kurban, bukan anak yang sebagaimana Nabi Ibrahim pernah alami.

🔹3. Mendapat Jalan Kebaikan Dunia Akhirat.

Orang yang berkurban disertai niat karena Allah semata, maka dia akan mendapat kebaikan dunia akhirat. Selain itu, dia juga akan memiliki rezeki yang lebih berkah dan kemudahan di akhirat nanti.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah 3123, Al Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

🔹4. Berkurban Akan Mendapat Ampunan Allah SWT.

Ibadah kurban pahalanya lebih besar dibanding sedekah biasa. Karena ibadah kurban hanya dilakukan di waktu-waktu tertentu saja. Jadi, berbahagialah para pekurban, karena dengan berkurban, dosa-dosa akan diampuni oleh Allah SWT.

Nabi saw. bersabda: “Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah, 'Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmizi).

🔹5. Mendapat Ridha Allah SWT.

Keistimewaan selanjutnya bagi orang yang berkurban adalah akan mendapat ridha dari Allah SWT. Dalam Alquran Surat Al Hajj (22) ayat 37 Allah SWT berfirman:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Hal demikian mengingat ibadah kurban adalah amalan yang amat dicintai Allah SWT. Aisyah RA menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dengan sanad sahih, lihat Taudhihul Ahkam, IV/450).

Jadi bersyukurlah bagi sahabat gomuslim yang telah dan akan berkurban. Karena janji Allah sangat besar untuk orang-orang yang mau berkurban.

🔹6. Menyucikan Harta dan Jiwa.

Setiap harta yang kita miliki, pasti ada hak untuk orang lain yang membutuhkan. Selain dengan berzakat, infak dan sedekah, maka kita juga dianjurkan untuk berkurban untuk menyucikan harta yang dimiliki.

Dengan begitu, kita terhindar dari dosa menahan harta. Karena kita keluarkan dengan berupa hewan kurban yang dibagikan pada mereka yang kurang mampu. Selain itu, kurban juga mensucikan jiwa dari penyakit hati seperti kikir dan dengki.

“Setiap pagi Allah mengutus dua malaikat, yang satu berdo’a: “Yaa Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq.” Dan yang kedua berdo’a: “Yaa Allah, berikanlah kehancuran bagi orang yang menahan hartanya (pelit).” (HR. Al Bukhari 1374 & Muslim 1010).

🔹7. Wujud Syukur dan Bahagia.

Orang yang berkurban artinya dia menysyukuri atas segala nikmat yang Allah berikan. Dalam surat Al-Kautsar ayat 1-2: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga, maka dirikanlah shalat karena Tuhamu dan berkurbanlah.”

Selain itu, orang yang berkurban juga akan mendapat kebahagiaan. Bahagia karena telah berbagi terhadap sesama. Bahagia karena memberikan manfaat langsung kepada mereka yang membutuhkan lewat hewan kurban yang dibagikan.

Dengan sekelumit paparan diatas yang mengajarkan kepada kita bahwa makna berkurban adalah suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka mari kita sebagai seorang yang mampu untuk dapat berkurban. Mari kita tumbuhkan semangat berkurban di tengah bencana yang melanda negeri tercinta. Mari kita tumbuhkan rasa solidaritasa terhadap sesama yang membutuhkan. Mari kita jadikan berkurban sebagai sarana ibadah mendekatkan diri kepada sang khaliq dan ibadah kepada sesama saudara kita yang membutuhkan bantuan. Begitu mulia ibadah berkurban yang dalam pelaksanaanya mengandung dua jenis ibadah sekaligus, hablu minallahi wa hablu minannasi.

Wallahu A'lam Bishowwab.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
       💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Sasi ~ Batam
Apakah puasa 8 Dzulhijjah dalilnya shahih?
Jika 9 Dzulhijjah jatuh di hari Sabtu, bolehkah hanya sehari berpuasa di hari Sabtu itu saja?

🌸Jawab:
Dalilnya dari Hadist berikut ini:

صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين (أبو الشيخ ، وابن النجار عن ابن عباس)

“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) akan mengampuni dosa dua tahun.” Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu An Najjar dari Ibnu ‘Abbas.

Kita lihat pendapat ulama tentang hadist tersebut:

Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih.

Asy Syaukani mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih dan dalam riwayatnya ada perowi yang pendusta.

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah).

Jika hadits di atas adalah dho’if (lemah), maka berarti tidak boleh diamalkan dengan sendirinya.

Puasa dihari sabtu, ulama memahami hal tersebut dengan pemahaman bahwa terlarangnya puasa jika puasa dilakukan tanpa adanya syari'at, dan boleh berpuasa jika puasa dimulai dihari Jum'at,  atau diawali dihari sabtu dan dilanjut dengan hari Ahad. 

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa hadist palarangan tersebut hadist Dhoif. 

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Rustia ~ Bekasi
Ustadzah, saya belum paham mengenai hadits larangan memendekan kuku & rambut, baik tentang perbedaan pendapat mengenai haram atau sunnahnya, maupun larangan tersebut berlaku untuk orang yang berqurban atau untuk hewan yang diqurbankan?

🌸Jawab:
Memang terjadi perbedaan pendapat tentang larangan ini,  imam ahmad mengatakan ini larangan,  jadi haram jika memotong kuku.

Menurut Imam Syafi'i, tidak memotong kuku dan rambut adalah sunah, yaitu kalau tidak memotong kuku dan rambut berarti orang yang mau berkurban akan mendapat pahala. Tapi kalau dia memotong kuku dan rambut ya tidak apa-apa, tidak dosa, tetapi tidak mendapatkan pahala.

Didalam hal ini, kalau saya pribadi lebih condong mengikuti Iman Syafi'i. 

Untuk perbedaan pendapat tentang orang atau ternaknya, hanya sedikit ulama yang ikut dengan pemahaman bahwa yang dimaksud adalah binatang  kurbannya. 

Untuk perbedaan pendapat ini, tak perlu kita ambil berat,  beramallah dengan apa yang kita yakini benarnya.  In syaa Allah mereka berhujjah dengan hujjah yang kuat. 

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Jenni ~ Depok
Bagàimana hukumnya jika belum bisa puasa saat ini di bulan dzulhijah karena sakit, biasanya pasti ikut berpuasa haruskah mengganti atau mengqodo' nya?

🌸 Jawab:
Eyang, puasa dibulan dzulhijjah ini Sunnah, jika tidak dilakukan kita tak dapat pahala amal sholeh, jika kita lakukan tentunya kita akan bahagia dengan pahala-pahala kita.

Andai saat masuknya bulan dzulhijjah jangankan karena sakit, karena enggan berpuasa saja tak ada masalah, dan tak ada kewajiban untuk mengqodho, karena ini bukan puasa wajib seperti Ramadhan.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘


Sahaba-sahabatku ....

Harus direnungkan  bahwa ibadah qurban memiliki pesan moral yang sangat dalam. Seperti pesan yang terkandung dalam makna bahasanya. Qurb atau qurban yang berarti “dekat” dengan imbuhan an (alif dan nun) yang mengandung arti “kesempurnaan”, sehingga qurban yang diindonesiakan dengan “kurban” berarti “kedekatan yang sempurna”.

Semoga Alloh ﷻ memberi keluasan rejeki kepada kita dan memberi kekuatan untuk ikhlas menunaikan ibadah Qurban.
Aamiin…

Mohon maaf atas segala kekurangan malam ini.  Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Billahitaufik walhidayah

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar