Selasa, 31 Maret 2020

WABAH DAN MUHASABAH



OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

         💘M a T e R i💘

Assalamu'alaikum sahabat-sahabatku...

Alhamdulillah bisa bertemu lagi kita malam ini di room ini.

Dalam dua pekan terakhir ini, dunia sedang gelisah. Banyak orang resah. Sebabnya tidak lain adalah wabah. Virus Corona adalah pemicunya. Di Cina, tepatnya Kota Wuhan, asal mula virus ini menjangkiti sejumlah orang.

Sejak pertama kali diumumkan pada 31 Desember 2019, kasus kematian akibat Virus Corona di Cina telah mencapai 425 orang. Sampai saat ini jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Cina mencapai 20.438. Namun demikian, banyak orang meyakini, jumlah sebenarnya jauh berlipat-lipat. Ini karena Cina cenderung tidak terbuka menyampaikan info yang sebenarnya.

Virus yang sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya telah merambah hampir ke seluruh negara-negara besar di dunia. Mulai dari China, Korea Selatan, Singapura dan lainnya di daratan Asia, hingga ke Italia, Prancis dan lainnya di daratan Eropa. Dan beberapa waktu lalu Presiden Jokowi mengumumkan bahwa kasus virus corona telah menjangkit dua warga Indonesia dan saat ini sudah 4 orang yang terkena corona di Indonesia.

Akibat virus ini, disamping korban yang terus berjatuhan yang mana angkanya telah mendekati hampir ratusan ribu jiwa baik yang meninggal ataupun yang terinfeksi, jutaan manusia lainnya terancam terkena wabah mematikan ini. Di samping itu, tercatat ratusan kota diisolasi, ribuan jalur penerbangan ditutup, bahkan secara khusus Negara Arab Saudi menghentikan sementara kedatangan jamaah umroh guna mengantisipasi tersebarnya wabah ini di dua tanah suci.
Satu hal yang menjadi keyakinan, bahwa setiap bencana datangnya dari Alloh ﷻ dan merupakan rahasia Alloh ﷻ. Sebagai seorang muslim harus senantiasa berikhtiar dan bertawakal tanpa perlu menuduh atau menghakimi. Segala sesuatu yang diberikan Alloh ﷻ merupakan suatu hal terbaik dan selalu ada hikmah sebagai pelajaran bagi manusia, meskipun itu bencana.

Sholehah yang dicintai Alloh ﷻ.

Wabah penyakit pernah terjadi di zaman Rasulullah ﷺ masih hidup kala itu. Wabah tersebut salah satunya kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Nabi memerintahkan untuk menjauh atau melihat orang yang mengalami lepra. "Jangan kamu terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta." (HR Bukhori)

Hadist ini hasan (tidak berisi informasi yang bohong) dan sesuai penelitian memang bakteri penyebab kusta yang ternyata mudah menular antar manusia.

Nabi Muhammad ﷺ juga memperingatkan umatnya jangan berada dekat wilayah yang sedang terkena wabah. Nabi ﷺ bersabda, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhari).

Dari Hadist inilah kemudian muncul metode karantina yang kini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Selain kusta, Nabi Muhammad ﷺ juga pernah menghadapi wabah di masa hijrah ke Madinah. Saat itu situasi Madinah dikatakan sangat buruk dengan air yang keruh dan penuh wabah penyakit.

Menghadapi situasi tersebut, Nabi Muhammad ﷺ meminta pengikutnya untuk sabar sambil berharap pertolongan dari Alloh ﷻ. Seperti diceritakan Aisyah, mereka yang bersabar dijanjikan syahid. Nabi ﷺ bersabda, "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya)." (HR. Bukhori).

Sikap menghadapi wabah dengan baik juga diterapkan oleh khalifah-khalifah penerus Rasulullah ﷺ. Seperti yang dilakukan Umar Bin Khattab. Ketika Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam.

Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad ﷺ pernah berkata, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhori).

Dalam hadist yang juga diceritakan Abdullah bin Abbas dan diriwayatkan Imam Malik bin Anas, keputusan Umar sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia adalah pemimpin rombongan yang dibawa Khalifah Umar.

Menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya kembali karena bertentangan dengan perintah Alloh ﷻ. Umar menjawab dia tidak melarikan diri dari ketentuan Alloh ﷻ, namun menuju ketentuan-Nya yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit.

🔷🌷🔷
Sahabat-sahabatku yang kucintai karena Alloh ﷻ... 

Dibalik bencana selalu ada pelajaran untuk manusia, tergantung sudut pandang manusia melihat sebuah bencana atau azab itu. “Seluruh kejadian di sekitar itu datangnya dari Alloh ﷻ, sebagai mukmin tentunya pandangannya selalu positif."

Pola mewabahnya virus corona yang menakutkan tidak hanya terjadi pada masa kini. Pada zaman Rasulullah ﷺ penyakit mudah menular dan mematikan di suatu daerah juga pernah terjadi. Penyakit itu dalam sejarah dikenal dengan tha’un.

Suatu saat Rasulullah ﷺ ditanya soal penyakit tha’un. Dengan gamblang Rasulullah ﷺ mendiskripsikan thaun sebagai kotoran (azab).

عن عامر بن سعد بن أبي وقاص ، عن أبيه ، أنه سمعه يسأل أسامة بن زيد : ماذا سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم في الطاعون ؟ فقال أسامة : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” الطاعون رجز أو عذاب أرسل على بني إسرائيل أو على من كان قبلكم ، فإذا سمعتم به بأرض ، فلا تقدموا عليه ، وإذا وقع بأرض وأنتم بها ، فلا تخرجوا فرارا منه

Dari ‘Amir Ibn Sa’ad Ibn Abi Waqqash, dari ayahandanya, bahwa beliau (‘Amir Ibn Abi Waqqash) pernah mendengar bahwa ayahandanya pernah bertanya kepada Usamah Ibn Zaid. Apa yang engkau dengar dari Rasulullah ﷺ soal Tha’un? Usamah berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tha’un adalah sejenis kotoran (azab) yang ditimpakan kepada satu golongan dari Bani Israil atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya.” (Shahih Muslim No. 4204)

Mengapa Rasul menggambarkan tha’un sebagai kotoran. Ini mengindikasikan bahwa tha’un merupakan efek buruk dari sebuah lokusi atau akibat negative dari sebuah aksi. Bila narasi ini dibenarkan, maka tentunya harus ada perbaikan diri untuk menjadi pribadi yang Yarji’un.

Digambarkan sebagai azab, maka hakikatnya, tha’un adalah siksaan Alloh ﷻ yang diganjarkan kepada manusia yang melanggar aturan agama. Siksaan atau azab dengan segala jenis bentuk dan ragamnya, sesungguhnya merupakan tamparan keras kepada manusia.
Untuk apa musibah yang mewabah seperti itu diturunkan?

Supaya mereka mau melakukan muhasabah atau introspeksi terhadap perbuatan di masa lalu untuk menjadi insan yang yarji’un di masa depan, Insan yang berbenah untuk sebuah amanah Alloh ﷻ.

Dalam sebuah Haditsnya, Rasulullah ﷺ bersabda:

‏قال رسول الله يا معشر المهاجرين خمس إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون

Rasulullah ﷺ bersabda: “”Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian (fahisyah) menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit tha’un." (HR. Ibnu Majah 4017)

Kyai Haji Ahmad Warson Munawwir seorang pembuat kamus Arab-Indonesia al-Munawwir, mengartikan tha’un dengan penyakit sampar (menular) yang menyerang paru paru. Dengan pengertian ini, maka virus corona memiliki artikulasi yang sama dengan tha’un. Bila kesimpulan ini diterima, maka berarti pula mewabahnya virus corona merupakan konsekuensi logis dari tindakan keji manusia, dan tutur kata yang tidak terpuji manusia.

Virus corona dan tha’un merupakan wabah yang menjadi musibah yang mendorong kita bersama untuk selalu bermuhasabah. Mulailah berbenah diri dan mawas diri. Karena dengan begitu manusia akan senantiasa dihantui rasa takut untuk melakukan dosa, seorang pendosa yang khawatir akan dosa-dosa akan mengantarkannya menjadi manusia yang yarji’un.
Setiap musibah sudah digariskan dan ditentukan oleh sang Pencipta yaitu Alloh ﷻ. Manusia tidak akan pernah tahu kapan ajal akan menjemput karena itu merupakan sebuah ketetapan dari Alloh ﷻ yang tiada mengetahui kecuali Alloh ﷻ semata.

Adakalanya musibah merupakan sebuah ujian dari Alloh ﷻ dan adakalanya pula musibah tersebut merupakan teguran atau bahkan laknat atau adzab dari Alloh ﷻ.

Musibah bisa menjadi peluang koreksi batin. Boleh jadi kesulitan itu bersumber dari diri sendiri. Kita sendiri yang mengundang permasalahan. Dosa-dosa menutup kita dari kasih sayang Alloh ﷻ. Kesalahan-kesalahan yang kita perbuat baik terhadap Alloh ﷻ maupun terhadap manusia.

Musibah kadang datang untuk memperingatkan kita, sedikit mencubit kita, agar segera tersadar dan kembali ke jalan Alloh ﷻ setelah beberapa waktu tersesat. Awalnya hanya cubitan kecil. Jika kita tidak juga merasa, kemudian diingatkan dengan dipukul sedikit keras. Jika tidak terasa juga kemudian dipukul dengan tenaga yang lebih besar. Bukankah kadang seseorang harus disentak atau ditendang agar tidak terperosok ke dalam jurang yang dalam. Karena toh sakit akibat jatuh ke dalam jurang jauh lebih fatal dibanding sakit akibat ditendang atau disentak untuk mengingatkan, membuat kita bertafakkur, mengistirahatkan hati sejenak dan merenungi dimanakah letak kesalahan kita.
Sebagaimana terdapat dalam firman Alloh ﷻ surah An-Nisa ayat 79 yang artinya:

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri…" (QS. An-Nisaa :79)

Dapatkah musibah yang terjadi mampu menambah ketakutan kita kepada Alloh ﷻ?  Karena segala fenomena alam yang menimpa tidak lepas dari ke Maha Kuasaan-Nya. Dia berhak menimpakan karena sebab perbuatan manusia.
Seandainya semua bencana, apapun yang menimpa, baik berupa wabah ataupun musibah bencana alam di negeri ini ditimpakan karena dosa kita, maka harus bagi kita muhasabah sebagai langkah introspeksi menghindari segala pintu dosa.

Beranikah negeri ini sadar kemaksiatan kepada Alloh ﷻ adalah keburukan bagi masa depan bangsa?

Seharusnya sadar musibah terbesar bagi kita bukanlah musibah alam namun musibah agama, dimana orang lari dari agama dan memilih manusia sebagai penentu arah kehidupan. Seperangkat hukum Islam yang diturunkan namun diingkari dengan menerapkan hukum manusia.

Bukankah wajar jika Alloh ﷻ menghukum suatu negeri karena kedurhakaan manusia di dalamnya?
Umar bin khattab ra pernah mengatakan, "Hisablah dirimu sebelum kalian dihisab, timbanglah amalmu sebelum ditimbang, karena sesungguhnya yang akan meringankan hisabmu nanti adalah saat engkau menghisab hari ini. Dan berhiaslah untuk pertemuan hari akbar, hari saat dipamerkan segala amal, dan tidak ada keringanan sedikitpun atas kalian."

Maka saat ini yang harus dilakukan adalah muhasabah lalu pembenahan, baik pembenahan fisik dan materi maupun pembenahan batin dan sikap.

Demikian dari saya malam ini, semoga bermanfaat.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Yanti ~ Jakarta
Saat ini wabah sudah sampai di Indonesia, berarti sementara waktu kita tidak boleh keluar Indonesia dulu ya bunda?

Dan sebaiknya kita juga tidak menerima tamu dari luar Indonesia supaya wabah tidak tersebar?

🌸Jawab:
Kalau kita perhatikan dari hadist, maka seperti itulah adanya, terkhusus daerah yang terjangkit.

Kita harus waspada agar wabah tidak berkembang terus, jika keluar masuk tamu dari dan ke suatu
daerah oleh daerah terjangkit akan memudahkan wabah meluas.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum ustadzah, 

Bagaimana caranya memaknai ungkapan  segala nikmat datangnya dari Alloh, dan musibah itu kelalaian kita, sebagai alat muhasabah diri?

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). ” (QS. Asy Syuraa: 30)

Hal ini jelas ya, musibah itu datang karena ulah manusia itu sendiri,  mereka mengundang murka. 

Contohnya begini:
Seorang bapak jika punya anak yang baik, sholeh maka si ayah akan memberi apa yang si anak minta dengan kasih sayang. Sementara jika si anak bandel, si ayah akan memberlakukan si anak dengan keras, agar anak itu menjadi lebih baik. 

Penyebab si ayah keras apa? Bukankah karena ulah si anak sendiri?  Begitu juga Allah akan memberikan musibah salah satunya karena ulah manusia sendiri. 

Sementara untuk nikmat Allah itulah bentuk kasih sayang Allah azza wajalla kepada makhluk-Nya. 

Jangan pancing kemarahan Allah dengan kedzaliman kita, dengan keingkaran kita, dengan kesombongan kita.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Kita adalah umat yang lemah dan tidak berdaya, tidak pantas sombong dengan menolak apa yang telah diperintahkan-Nya.

Penting dalam setiap ujian tidak hanya alasan kedatangannya, juga sikap kita menghadapi ujian apakah disikapi dengan ketaatan atau kemaksiatan.

Wabah adalah musibah, musibah adalah ujian, dikala wabah datang saatnya kita bermuhasabah atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan selama ini.

Wallahu a'lam bishowab,
Mohon maaf atas segala kekurangan.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar