Selasa, 31 Maret 2020

MENGAPA ILMU TIDAK MERUBAH AKHLAK? (PART 2)



OLeH  : Ustadz Erwan Wahyu W.

        💘M a T e R i💘

 بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِِِ الرَّحِيْـــــــم

 ‎الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

‎رَبِّ اشْرَحْ لِىْ صَدْرِىْ وَيَسِّرْلِىْ اَمْرِىْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِىْ يَفْقَهُوْاقَوْلِى

Rasulullah  ﷺ bersabda:

طلب  العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة,و طالب  العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر

“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan orang yang mencari ilmu itu akan dimintakan ampun oleh setiap sesuatu yang ada dimuka bumi ini sampai ikan-ikan yang berada di lautan.”

Pertama-pertama marilah kita senantiasa bersyukur kepada Alloh ﷻ atas limpahan nikmat-Nya, baik nikmat lahir, dan terutama nikmat batin. Nikmat batin berupa nikmat beribadah kepada Alloh ﷻ, nikmat menghadiri majelis-majelis ilmu dan nikmat berkumpul dengan orang-orang sholih.

Sholawat serta salam senatiasa kita haturkan kepada qudwah Hasanah kita Rasulullah  ﷺ karena berkat perjuangan beliau kita dapat menikmati indahnya Islam seperti saat ini.

Good People Warga Perindu Surga yang dirahmati Alloh ﷻ.

Pada malam hari ini saya akan melanjutkan pembahasan kitab Adabul Alim wal Muta’allim dari Hadratusy Syaikh Hasyim Asya’ary.

Agar ilmu yang kita peroleh penuh berkah dan memberi efek pada akhlak kita.

Pada pembahasan kita sebelumnya sudah kita bahas tentang:

(1) Bab keutamaan ilmu dan ahli ilmu,
(2) Bab adab murid kepada dirinya sendiri,
(3) Bab adab murid kepada gurunya,

Malam ini kita akan bahas bab selanjutnya yaitu,

💎KEEMPAT, BAB ADAB MURID KEPADA PELAJARANNYA.

Satu bab saja semoga bisa semua poin dari Bab 4 dari kitab Adabul Alim wal Muta’allim bisa tersampaikan.

Adab atau akhlaq murid atau santri terhadap pelajarannya dan hal-hal yang harus ia pegang ketika bersama-sama dengan syaikh atau guru dan teman-temannya adalah sebagai berikut:

◼Satu
Hendaknya murid memulai pelajaran dengan pelajaran-pelajaran yang sifatnya fardlu ‘ain, sehingga pada langkah pertama ini ia cukup menghasilkan empat ilmu pengetahuan yaitu:

a) Murid harus mengetahui tentang ilmu tauhid
Ilmu yang mempelajari tentang ke Esa-an Alloh ﷻ. Ia harus mempunyai keyakinan bahwa Alloh ﷻ itu ada, mempunyai sifat dahulu, kekal serta tersucikan dari sifat-sifat kurang dan mempunyai sifat sempurna.

Hal ini menjadi penting, agar kita tau tujuan kita mempelajari ilmu ini untuk apa? Yaitu dalam rangka ibadah kepada Alloh ﷻ, dalam mengamalkan dan mengajarkan juga dalam kerangka atau orientasi kepada Alloh ﷻ semata (Ikhlas).

b) Murid Harus Mengetahui Syariat
Hal-hal yang digariskan atau diatur oleh Alloh ﷻ dan dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Hal ini penting sehingga dalam mempelajari ilmu, harus senantiasa berada dalam koridor syar'i, yang boleh maupun yang tidak boleh sesuai syariat. Bahkan proses belajar-mengajar juga harus sesuai dengan Qur'an dan Sunnah.

c) Ilmu Fiqh
Ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui ilmu-ilmu syari’at islam yang diambil dari dalil-dalil syara’ tafsily. Ilmu ini merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mampu mengantarkan kepada pemiliknya untuk mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ (taat), dimulai dari cara-cara bersuci, shalat, puasa, dan sebagainya.

Apabila pelajar (murid) termasuk orang-orang yang mempunyai harta melimpah (min jumlatil agniya’) maka ia harus mempelajari ilmu yang mempunyai kaitan dengan harta tersebut , ilmu ekonomi ,iqtishad.
Ia tidak diperbolehkan untuk mengamalkan, mengimplementasikan,  mengejawantahkan sebuah ilmu sebelum ia mengerti tentang hukum-hukum Alloh ﷻ.

d) Ilmu Tasawuf
lmu yang menjelaskan tentang keadaan-keadaan, maqam, tingkatan, dan membahas tentang rayuan dan tipu daya nafsu dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Saya ketemu di sini di Jepang, seorang muslim, belajar ilmu pengetahuan (science), tapi hatinya kosong.

Awalnya meninggalkan sholat karena kesibukan di lab. Lalu pelan-pelan semakin menafikan eksistensi Alloh ﷻ, menjadi Atheis. Orang Indonesia.
 نعوذ بالله من ذالك

◼Dua
Setelah santri mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat fardlu ‘ain maka hendaklah dalam langkah selanjutnya ia mempelajari ilmu-ilmu yang berkatan dengan kitab Allah (tafsir Al Qur’an) sehingga ia mempunyai keyakinan dan i’tiqad yang sangat kuat.

Ia harus bersungguh-sungguh dalam memahami tafsir Al Qur’an dan beberapa ilmu yang lain, karena Al Qur’an merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi dan sekaligus induk dan ilmu yang paling penting.

Hal ini banyak diulas bahwa penemuan-penemuan dibidang science ternyata Al Qur'an sudah menarasikan sebelumnya.

Kesibukan yang dijalani oleh pelajar dalam mencari ilmu jangan sampai melupakan untuk membaca Al Qur,an, menjaganya, selalu istiqamah dan selalu membacanya sebagai kegiatan sehari-hari (wadhifah). Hendaknya ia mampu menjaga Al qur’an setelah menghafalkannya.

Setelah murid santri mampu menghafalkan Al Qur’an dengan baik, maka hendaklah hafalan itu ditashihkan, disetorkan kepada seorang guru (kyai) untuk disimak dan didengar.

Saya cukup amazing dengan binaan-binaan saya, para kandidat doktor di sini. Di negara yang minoritas, tak mudah fasilitas pengajaran agama di dapat, mereka semangat setoran hafalan.

Tak hanya di forum melingkar, bahkan juga setoran online dengan ustadz di Qatar, UEA, Mesir.

Kalau mereka santri di pondok pesantren yang senantiasa didampingi kyai atau ustadz bisa dimaklumi, ini mereka kuliah di kampus luar negeri, lebih sekuler dari mayoritas kampus-kampus sekuler di Indonesia. Pada level pendidikan yang paling tinggi (S3) tapi semangat dan effort atau dorongan untuk menghafalkan Al Qur'an luar biasa.

Saya menjadi saksi bagaimana mereka sebagai murid atau binaan saya ketika berada dihadapan gurunya atau murobbinya, mereka selalu menjaga agamanya, menjaga ilmunya, juga kasih sayang pada sesamanya.

◼Tiga
Sejak awal murid harus bisa menahan diri dan tidak terjebak dalam pembahasan mengenai hal-hal yang masih  terdapat perbedaan pandangan atau hal yang tidak ada persamaan persepsi di antara para ulama’ (khilafiah) secara mutlak. Karena apabila hal itu masih dilakukan oleh pelajar maka sudah barang tentu akan membuat hatinya bingung, dan membuat akal pikiran tidak tenang.

◼Empat
Sebelum menghafalkan sesuatu hendaknya pelajar mentashihkan (mengecek kebenaran) terlebih dahulu kepada orang seorang kyai (guru) atau orang yang mempunyai kapabilitas dalam ilmu tersebut, setelah selesai diteliti oleh gurunya barulah ia menghafalkannya atau mempelajari dengan baik.

Ini pentingnya mengaji atau belajar dari seorang guru agar sanad ilmunya nyambung.
Sekalipun di era sekarang kita bisa beroleh ilmu dari kajian-kajian online seperti ini atau melalui youtube, tetapi tetap saja ngaji langsung kepada seorang guru adalah sebuah keharusan.

Di Sendai sini dan umumnya di Jepang, walau kita bisa ngaji melalui youtube tapi ngaji langsung sama ustadz dalam forum-forum melingkar pekanan, ngaji langsung dengan ustadz melalui skype atau by mixlr tetap dilakukan.

Bahwa ilmu pengetahuan itu tidak di ambil dari sebuah kitab atau buku, tetapi diambil dan diperoleh dari seorang guru karena hal itu merupakan kerusakan yang sangat berbahaya. Karena sangat mungkin terjadi kita pribadi miss-persepsi dalam memahami sebuah buku atau kitab.

Ketika sedang mengkaji sebuah ilmu pengetahuan, hendaknya pelajar mempersiapkan tempat tinta, pulpen atau pensil agar tidak hanya ngaji kuping.

Mencatat itu memorize (mengingat) karena proses mencatat itu; telinga mendengar, otak memahami, tangan menulis dan mata membaca. Memorize sekaligus ada yang bisa di cek (catatan) just in case (kalau) kita lupa.

◼Lima
Hendaknya pelajar (murid) berangkat lebih awal. Lebih pagi dalam rangka untuk mencari ilmu. Contohnya dalam belajar ilmu hadits, yaitu tidak menyia-nyiakan seluruh kesempatan yang ia miliki untuk menggali ilmu pengetahuan dan meneliti sanad-sanad hadits, hukum-hukumnya, manfaat, bahasa, cerita-cerita yang terkandung didalamnya.

Jadi dalam majelis ilmu seharusnya kita tidak datang terlambat.

Selain sebagai bukti komitmen dan prioritas, juga agar kita tidak rugi sendiri karena peluang mempelajari banyak hal menjadi berkurang hanya gegara kita datang telat.

Yang saya jumpai di sini adalah ketepatan waktu, karena walau kita datang terlalu awal juga bikin orang lain tidak nyaman. Jadi paling tidak 5 menit sebelumnya dan jangan pernah telat walau 1 menit.

🔹Setuju

Wah belum setengahnya ini dari BAB 4.

Masih pada nyimak tidak nih Good People?

🔹Masih ustadz

 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

◼Enam
Hendaknya murid atau pelajar memiliki cita-cita tinggi, ibaratnya kaki boleh dibumi tapi cita-cita menggelantung diangkasa, sehingga tidak boleh merasa cukup hanya memiliki ilmu yang sedikit, padahal ia masih mempunyai kesempatan yang cukup untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, santri tidak boleh bersifat qana’ah  (menerima apa adanya).

Santri harus menjauhi sikap melihat terhadap dirinya sendiri dengan pendangan yang penuh kesempurnaan, tidak membutuhkan terhadap petunjuk-petunjuk seorang guru dalam mempelajari ilmu, karena hal itu merupakan hakekat dari kebodohan dan kesombongan.

Tokoh para tabi’in, Sa’id bin Jubair r.a. berkata; “Seorang laki-laki selalu mendapat sebutan, predikat seorang yang alim bila ia selalu belajar, menambah ilmu pengetahuan, namun apabila ia telah meninggalkan belajar dan menyangka bahawa dirinya adalah orang yang tidak membutuhkan terhadap ilmu (merasa pinter) maka, sebenarnya ia adalah orang yang paling bodoh."

◼Tujuh
Pelajar harus selalu mengikuti halaqah, diskusi dan musyawarah dengan gurunya dalam proses pembelajaran. Sehingga dimungkinkan bertanya, bertukar pendapat dan menemukan novelty, temuan baru dari sebuah proses diskusi. Nah... hal ini yang tidak akan bisa kita dapat bila hanya baca dari buku atau ngaji melalui youtube.

◼Delapan
Apabila pelajar  menghadiri pertemuannya atau kajian atau majelis ilmu, hendaklah ia mengucapkan salam kepada orang telah  dengan suara yang bisa mereka dengar dengan jelas. Begitu juga apabila santri keluar dari forum tersebut harus meminta izin dan memberi salam.

Tidak diperkenankan melewati atau melangkahi orang-orang yang sudah berada di tempat tersebut untuk mendekat pada sang kyai, kecuali apabila sang kyai, para jama’ah yang lain memintanya untuk maju kedepan.

Pelajar tidak boleh memindah tempat duduk orang lain atau berdesak-desakan dengan sengaja. Apabila ada orang lain yang mempersilahkan santri itu untuk menempati tempat duduknya, maka janganlah ia menerimanya kecuali ada kemaslahatan.

🔹Ooo tidak boleh ya ustadz?

Yup...
Pelajar tidak boleh mengambil tempat duduk ditengah-tengah majelis, didepan seseorang kecuali dalam keadaan dlarurat, duduk diantara dua orang yang bersahabat kecuali mereka merelakannya, duduk di atas orang yang lebih mulia di bandingkan dengan dia sendiri.

Hendaknya pelajar ngobrol sendiri dengan para sahabatnya atau membahas sendiri sebuah pelajaran, ketika seorang guru mneyampaikan penjelasan agar guru dapat menyampekan secara utuh dan tidak terganggu.

Ini tentang adab, jadi jangan heran ketika kita bicara tentang ilmu dan akhlaq maka bagaimana adab dalam mempelajari ilmu itu berkorelasi erat.

Good People Warga Perindu Surga yang dirahmati Allah...

◼Sembilan
Pelajar hendaknya tidak segan-segan, tidak perlu malu menanyakan sebuah pesoalan yang menurutnya sangat musykil, sulit dan belum dipahami dengan baik dan benar dengan menggunakan bahasa yang lembut, halus, baik perkataanya, dan menggunakan sopan santun.

Ada sebuah ungkapan di kalangan sahabat: “Orang yang mempunyai sifat malu dan orang yang sombong tidak akan bisa mempelajari ilmu pengetahuan.”

Pelajar tidak boleh menanyakan sesuatu yang bukan pada tempatanya, kecuali karena ia membutuhkannya atau ia mengerti dengan bertanya memberikan solusi kepada gurunya untuk menjelaskan sesuatu yang penting yang mungkin terlewat untuk dijelaskan (bertanya bukan dalam rangka ngetes gurunya). Apabila guru tidak menjawab, maka hendaknya ia jangan memaksanya.

◼Sepuluh
Bila dalam belajar santri menggunakan sistem  Sorogan, suatu metode belajar dengan maju satu persatu dan langsung disimak dan  diperhatikan oleh ustadznya, maka ia harus harus menunggu gilirannya dengan tertib, tidak mendahului peserta yang lain kecuaili apabila ia mengizinkannya.

Dalam sebuah hadits telah diriwayatkan bahwasanya suatu ketika ada seorang lelaki dari sahabat anshar menjumpai rasulullah, sambil bertanya mengenai sesuatu, setelah itu datang lagi seorang laki-laki dari Bani Tsaqib kepada beliau, juga bertujuan yang sama, menanyakan sesuatu kepada beliau, kemudian nabi SAW menjawab: “Wahai saudaraku dari Bani Tsaqif, duduklah! Aku akan memulai mengatakan sesuatu yang dibutuhkan oleh sahabat Anshar tadi, sebelum kedatanganmu."

Al Khatib berkata, “Bagi orang-orang yang datangnya lebih dulu disunnahkan untuk mendahulukan orang yang jauh dari pada dirinya sendiri, karena untuk menghormatinya. Begitu juga bagi orang yang datang belakangan apabila mempunyai kebutuhan, keperluan yang sifatnya wajib dan orang yang lebih awal mengerti akan keadaanya maka hendaknya ia didahulukan, diutamakan. Atau ustadz memberikan sebuah isyarat untuk mengutamakannya karena adanya kemaslahatan, kebaikan yang tersembunyi di dalamnya maka ia disunnahkan untuk diutamakan."

Mendapat giliran lebih awal sebenarnya bisa diperoleh dengan cara datang lebih awal pada majelis, forum yang dipakai oleh ustadz untuk melakukan transformasi keilmuan. Dan hak yang dimiliki oleh seseorang tidak akan pernah gugur sebab perginya orang tersebut karena sesuatu yang bersifat darurat, misalnya menunaikan hajat, memperbarui wudlu’ dengan ketentuan apabila ia kembali pada tempat semula.

Apabila ada dua orang yang saling mendahului atau saling rebutan tempat, maka hendaknya keduanya di undi, atau ustadz yang menentukan mana yang lebih dulu berhak menempatinya, apabila salah satunya melakukan perbuatan yang baik.

Sekali lagi ini tentang adab menuntut ilmu yang tentu berkorelasi dengan akhlak sebagai output menuntut ilmu tersebut.

Waaaah ternyataaaa banyak ilmu tentang adab yang mungkin kita anggap sepele.

◼Sebelas
Menjaga kesopanan duduk dihadapan ustadz ketika mengikuti kegiatan belajar dan juga harus memperhatikan kebiasaan, tradisi yang selama ini dipakai, diterapkan oleh ustadz dalam mengajar.

Santri hendaknya membaca kitabnya sendiri dan membawanya dengan kedua tangannya dan tidak boleh meletakkan kitabnya ustadz di atas tanah dalam keadaan terbuka ketika hendak dibacanya. Ia tidak diperbolehkan membaca kitab ustadz kecuali atas izin beliau.

◼Dua Belas
Menekuni pelajaran secara seksama dan perhatian dan tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelum pelajaran yang pertama bisa difahami dengan baik, tidak boleh pindah baik dari negara ke negara yang lain, atau dari satu madrasah ke madrasah yang lain kecuali darurat dan ada keperluan yang sangat mendesak.

Hendaknya santri selalu pasrah dan berserah diri kepada Allah, ia tidak boleh menyibukkan dirinya dengan masalah rizqi, permusuhan dan bertentangan dengan seseorang, menjauhkan diri dari pergaulan orang-orang yang ahli dalam hal bicara (suka omdo atau ghibah), ahli kerusakan, maksiat dan orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap (pengangguran).

Poin ini intinya agar pelajar atau santri fokus dan jangan terdistraksi (terganggu) dalam proses belajar. Banyak kita jumpai pelajar-pelajar yang salah pergaulan dan berimbas negatif bagi diri dan hasil belajarnya.

Terakhir dalam Bab ini.

◼Tiga Belas
Bersemangat dalam menggapai kesuksesan dengan diwujudkan pada kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat serta berpaling dari gangguan-gangguan yang tidak perlu.

Selain itu santri juga harus mengejawantahkan hasil-hasil pendidikannya sebagai suatu nasihat dan peringatan yang berharga pada dirinya, sehingga ilmu itu bisa membawa berkah dan bersinar serta mendapat pahala yang luar biasa.

Bagi orang-orang yang tidak mampu mewujudkan, implementasi, maka berarti ia tidak memiliki ilmu yang mumpuni, kalaupun toh memilki ilmu, maka ilmunya kurang bermanfaat.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Setyaning ~ Karanganyar
Assalamu'alaykum Ustadz, 

Apakah kitab Al hikam itu termasuk kitab tasawuf?  Syukron...

🌸Jawab:
Alaikum salam wr.wb.

Iya mba'. Kitab Al Hikam itu kitab tasawuf legendaris. Contohnya di awal Kitab Al Hikam membahas tentang maqam atau tingkatan manusia.

0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ustadz, 

Pak ustadz berarti sekolah yang mengajarkan semuanya dari akhlak dan adab bermacam-macam cuma dipesantren yah sedangkan kalau disekolah biasa yang hanya sekedar belajar ilmu agama dan materinya yah seperti itu.

Benar tidak sih ustadz kalau kita tidak suka sama suatu pelajaran itu dan kita masa bodo amat di pelajaran itu ilmunya tidak akan kita dapat iya.

🌸Jawab:
Alaikumsalam wr.wb.

Setau saya tidak ya mba'. Sekolah-sekolah non pesantren juga ngajarin tentang akhlaq dan adab. Seperti sekolah anak saya SDIT dulu waktu di Indonesia. Ok, mungkin karena Sekolah Islam Terpadu ya..., tapi di SMAN 1 Pati tempat saya dulu ngisi mentoring juga diajari tentang adab dan akhlaq. Sekarang di pendidikan-pendidikan non formal seperti saat melingkar juga diajarkan, bagaimana untuk tidak makan cemilan saat murobbi atau ustadz menyampekan atau tidak menaruh Qur'an atau kitab lebih rendah dari  (maaf) farji'.

Kalau tidak suka pelajaran dan kita masa bodoh pasti akan makin sulit kita memahaminya. Its true. Karena kita kurang menghargainya. Cara terbaik tidak usah diambil kalau itu pelajaran pilihan atau kita cari metode atau cara lain yang lebih menyenangkan untuk mempelajarinya.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Ilmu yang dimiliki oleh santri hendaklah hal itu tidak membuat dirinya menjadi sombong, terlalu membanggakan terhadap kekuatan akal yang ia miliki.

Semestinya ia wajib bersyukur kepada Alloh ﷻ, selalu mangharapkan tambahan ilmu dari-Nya dengan cara mensyukuri secara terus menerus.

Santri hendaknya menebarkan, menyebarluaskan salam, menampakkan sifat kasih sayang dan menghormati, serta menjaga diri dari hak-hak yang dimilki oleh teman, saudara, baik seagama atau seaktifitas.

Karena mereka adalah orang-orang yang ahli ilmu, membawa dan mencari ilmu, berusaha melupakan terhadap segala kejelekan mereka, serta memaafkan segala kekeliruan dan menutupi kejelekan mereka dan mensyukuri terhadap orang-orang yang berbuat baik dan mengampuni orang yang berbuat kejelekan sebagai sesama pencari ilmu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar