Selasa, 31 Maret 2020

3 PILaR TUGAS UTAMA SEORANG WANITA, PART 3



OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💘M a T e R i💘

Baiklah kita lanjut yaa kajian kita, kemaren kita udah bahas 2 pilar,  jadi sekarang masuk ke pilar ketiga.

Sahabat-sahabatku….

Malam ini kita lanjut ke pilar terakhir yaitu pilar ketiga, yaitu Wanita mempunyai tugas sebagai pendidik. Ibu, adalah madrasah pertama dalam proses pendidikan manusia.

Ia membawa peran penting dalam kehidupan. Jika ia salah dalam mendidik dan menanamkan akhlak pada anak, tentu menjadi awal kehancuran generasi berikutnya.

Wanita adalah guru bagi anak-anaknya.

Hal tersebut sebagian di antara tugas wanita yang mulia.

Karena ia tidak terpisahkan dari tugas utamanya yang dibebankan oleh Alloh ﷻ, yaitu sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anaknya.

Jika ia sebagian ibu yang berhasil, maka ia juga akan menjadi seorang guru yang sukses.

💎Sebuah Kisah Yang Sangat Hebat:

Madinah di gelap malam, Umar bin Khattab dan sahabat-nya Aslam melakukan inspeksi melihat-lihat keadaan rakyatnya, Tiba-tiba oleh karena rasa lelahnya, ia bersandar ke salah satu dinding rumah, dalam penatnya sayup-sayup didengarnya percakapan seorang ibu penjual susu dengan anak perempuannya: "Wahai anakku, ambillah susu itu dan campurlah dengan air biasa."

Putrinya menjawab: "Wahai ibu, apakah ibu tak tahu keputusan yang diambil amirul mukminin pada hari ini?"

Memang apa keputusan yang diambilnya wahai putriku? tanya sang ibu.

"Dia memerintahkan seseorang mengumumkan tak boleh mencampur susu dengan air" jawab putrinya.

"Wahai putriku, ambil saja susu itu dan campurkan dengan air. Saat ini kamu berada di suatu tempat yang tak dapat dilihat oleh Umar."

Putrinya menyahut: "Aku sama sekali tak mungkin mentaati nya saat ramai dan mendurhakainya saat sepi."

Umar kemudian menyuruh Aslam menyelidiki siapakah kedua ibu dan putri tersebut dan apakah sudah menikah, kemudian Aslam melapor yang menyuruh mencampur susu dengan air adalah ibu dan yang menolak adalah putrinya yang masih gadis.

Lalu Umar memanggil semua anak lelakinya dan menawarkan pada mereka apakah membutuhkan seorang istri untuk dinikahkan, akhirnya gadis tersebut menikah dengan anaknya yang bernama 'Ashim.

Dari gadis tersebut lahirlah seorang putri dan dari putri tersebut lahirlah Umar Bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang terkenal keadilan dan kebesarannya.

Sesungguhnya ada pelajaran berharga dari kisah tersebut, mengapa Umar bin Khatab sangat bersemangat menawarkan anaknya untuk menikahi gadis anak penjual susu tersebut. Dalam penciptaan manusia, ada garis keturunan dari laki-laki dan garis keturunan dari perempuan. Garis laki-laki membutuhkan karya-karya besar dalam lingkup yang lebih keras dan keteguhan hati serta ketegaran mental. Sedangkan garis keperempuanan akan mewarnai keturunannya melalui fungsi ibu sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Garis keperempuanan dan kelelakian yang baik, Insya Allah akan menjamin lahirnya keturunan yang baik pula.

Seorang ayah umumnya berfungsi sebagai dasar hukum bagi putra-putrinya, sebagaimana tampak dalam firman Alloh ﷻ:

"(Lukman berkata): Wahai anakku, dirikan lah shalat dan suruh lah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS. Luqman: 17).

Demikian juga dalam firman Alloh ﷻ:

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An-Nisa : 9).

Adapun yang dimaksud anak yang lemah dalam ayat tersebut adalah anak yang tidak shaleh dan istiqamah.

Keturunan Umar Bin Khattab terkenal dengan garis keshalehannya dan ia memandang bahwa kejujuran seorang gadis anak penjual susu akan mewarnai dan melengkapi terciptanya keturunan yang mulia, yang terbukti dengan kelahiran Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.

Pada saat mengkhawatirkan kehidupan Umar Bin Abdul Aziz di masa mudanya yang suka bersenang-senang dalam kemewahan, maka ibunya pula yang berperan mengirimkannya pada pamannya di Madinah sehingga beliau dapat memperoleh pergaulan yang merubah pola pandang dan sikapnya menjadi seorang yang zuhud dan wara.'

Seorang ibu berfungsi sebagai landasan moral bagi hukum (yang diterapkan ayah) itu sendiri.

Dari contoh gadis anak penjual susu tersebut, di samping pentingnya faktor kejujuran (hati), tak boleh diabaikan juga adalah kecerdasan gadis tersebut, karena hanya orang yang cerdas yang mampu menggunakan akalnya untuk membedakan mana yang baik dan buruk serta mengikuti perintah akal dan hatinya tersebut.

Seorang anak adalah perpaduan kedua orang tuanya. Berdasarkan hasil penelitian modern, ternyata faktor genetik (keturunan) seorang Ibu sangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak.

Sebagaimana diketahui ayah adalah pembawa gen Y sedangkan ibu pembawa gen X.

Menurut ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands, Dr. Ben Hamel: “Pengaruh itu sedemikian besar karena tingkat kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu.”

Karena itu, ibu yang cerdas berpotensi besar melahirkan anak yang cerdas pula. “Dengan demikian, lebih baik memiliki ibu yang cerdas daripada ayah yang cerdas,” ujar Hamel.

Awal peran Ibu dalam menentukan kecerdasan, yaitu melalui mitokondria.

Yang menarik, mitokondria ini hanya diwariskan oleh ibu, tidak oleh ayah.

Sebab, mitokondria berasal dari sel telur bukan dari sel sperma.

Mitokondria bersifat semiotonom karena 40% kebutuhan protein dan enzimnya dihasilkan sendiri oleh gennya.

Mitokondria adalah salah-satu bagian sel yang punya DNA sendiri, selebihnya dihasilkan gen di inti sel.

Itulah sebabnya investasi seorang ibu dalam diri anak mencapai 75%.

Mengenai hal ini tampak pula dari kata-kata Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib:

"Hati-hatilah kalian mengawini orang-orang yang bodoh, karena sesungguhnya bergaul dengan mereka adalah bencana dan anak mereka adalah sia-sia."

Rasulullah ﷺ berkata kepada Ali :

"Wahai Ali, tiada kefakiran yang lebih hebat dari pada kebodohan dan tiada harta yang lebih berharga dari pada kepandaian."

Anak yang berakhlakul karimah terbentuk melalui bibit keturunan dan pendidikan yang baik.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:

“Tiada seorang anak pun yang lahir, kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu beragama yahudi, nasrani, atau majusi.“ (HR. Bukhari & Muslim)

Oleh karena itu wajarlah jika Islam menempatkan perempuan dalam kedudukan yang sangat mulia, karena selain memiliki faktor yang sangat besar dalam pembentukan garis keturunan juga sangat menentukan dalam faktor pendidikan sebagai madrasah yang pertama dan utama bagi anak.

Layaklah dikatakan bahwa "surga berada dibawah kaki ibu" dan "ibu adalah tiang negara."

Sebab itu sungguh adalah suatu dosa dan durhaka orang tua terhadap anak jika memilih pasangan yang tidak baik, hanya (mungkin) dengan alasan duniawi (harta, kedudukan dan kecantikan) dan mengabaikan agamanya.

Karena Rasulullah ﷺ bersabda:

“Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya karena jika tidak binasalah kamu." (HR. Bukhari-Muslim)

Oleh karena itu ukhti fillah, marilah sibuk memperbaiki diri agar menjadi perempuan-perempuan yang merupakan perhiasan dunia dan bersemangat lah menuntut ilmu, karena peran perempuan sangat besar dalam pembentukan generasi penerus yang berakhlakul karimah.

Dalam mengasuh anak, tugas dan tanggung jawab ibu begitu besar. Bukan hanya mengasuh tapi juga mendidik.

Tidak heran kalau muncul ungkapan populer 'ibu adalah madrasah pertama bagi anak'.

Artinya, ibu merupakan orang pertama yang mengenalkan norma-norma pada anak sebagai 'modal awal' agar anak menjadi pribadi yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.

Menjadi contoh yang baik di mata anak-anak.

Kedekatan emosional antara ibu dan anak inilah yang harus dibangun agar dapat menghantarkan anak-anaknya menuju gerbang kesuksesan.

Apa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang ibu?

◼Menanamkan Sikap Mandiri Dan Berani

Menjadi seorang ibu juga harus bisa menanamkan sikap mandiri kepada anak-anak. Sikap inilah yang akan menjadikan anak hidup tidak bergantung pada orang lain.

Sikap berani
mengambil keputusan juga harus diterapkan sedini mungkin.

Tidak lupa seorang ibu harus mengarahkan dan memotivasi atas pilihan yang telah ditentukan oleh anak-anaknya.

◼Menanamkan Nilai-nilai Luhur Islam

Keluarga adalah unit terkecil di dalam masyarakat yang akan menentukan mutu dari masyarakat.

Negara akan bermutu kalau keluarga juga bermutu dan sakinah.

Semua itu tidak tercapai kalau pendidikan di dalam keluarga tidak berjalan dengan baik.

Pendidikan di dalam keluarga harus dilandasi dengan nilai-nilai agama. Nilai-nilai Islam itu harus ditanamkan ke dalam diri anak-anak, baik melalui lisan maupun perbuatan.

Semoga kita semua disini  bisa menjadi Ibu Sholehah.

Demikian dari saya malam ini.

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Misalnya awal pernikahan seorang perempuan tidak dengan landasan agama, lalu kehidupannya pun agak jauh dari agama, tapi seiring waktu pemikirannya berubah dan ingin memperbaiki semuanya apakah boleh jika memilih perpisahan  karena alasan susah di ajak untuk hijrah?

Jazakillahu khoiran bund.

🔷Jawab:
Jika memang semua cara sudah dilakukan, namun tetap tidak mau, maka boleh minta bercerai,  sebagaimana suami jika istrinya tidak mau sholat,  setelah dinasehati,  diajak, pisah ranjang masih saja tetap tidak mau sholat maka boleh diceraikan. 

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Bun, Bagaimana sih perempuan yang benar-benar siap jadi seorang ibu bukan cuma tau dalam teori tapi benar-benar kita tuh bisa menjadikan anak kita sholeh dan sholehah.

🔷Jawab:
Jadi ilmunya dipraktekkan mba,  jangan hanya sampai diketahui saja. Perlahan lahan bentuklah diri jadi ibu yang ideal menurut Islam. 

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Titin ~ Jambi
Bagaimana  kalau seorang anak memilih pasangannya sendiri tanpa restu orang tua apakah orang tua berdosa jika anak tersebut mendapat pasangan yang tidak baik..
Terima kasih.

🔷Jawab:
Tugas orang tua adalah mendidik, menasehati,  mengajak, mencarikan jodoh, nah jika semua udah dilakukan dengan maksimal dan anak tidak menuruti, maka tanggungjawab orang tua udah selesai. Kecuali tidak dilakukan hal-hal di atas maka tanggungjawab orang tua akan dimintai nantinya.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku... 

Setelah kita ketahui 3 pilar tugas utama kita sebagai wanita, maka kita tahu bahwa tugas kita sangatlah berat, bukan mudah untuk menjalaninya. Tapi itu sudah menjadi tugas kita. 

Karena itulah wajib bagi kita untuk meng upgrade diri setiap saat agar mampu melakukan semua itu. 

Tetaplah cari bekal ilmu tanpa jemu. Melalui majlis ilmu offline maupun online. 

Demikianlah dari saya. Semoga bermanfaat.  Mohon maaf lahir batin. 

Semoga kita dimampukan Allah untuk menjadi wanita sholehah yang kuat dan tangguh.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar