Selasa, 31 Maret 2020

DIANTARA JALAN SURGA



OLeH  : Ustadz Farid Nu'man Hasan

         💎M a T e R i💎

🌸JALAN MENUJU SURGA


Sebagian kalangan menilai, bahwa manusia masuk surga karena amal shalih yang diusahakannya. Hal ini diperkuat oleh firman-Nya:

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".

(QS. An Nahl: 32)

Juga ayat lainnya:

 وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al A’raf: 43)

Dua ayat ini, dan juga hadits-hadits yang membicarakan amal-amal menuju surga, menunjukkan bahwa amal shalih-lah sebagai penentunya.

Namun, ada pihak yang mengatakan bahwa manusia dimasukkan ke dalam surga adalah karena rahmat Allah Ta’ala semata, bukan karena amalnya. Mereka berdalil dengan beberapa hadits berikut:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ

“Tidak seorang pun di antara kalian yang akan diselamatkan oleh amal perbuatannya.”  Mereka   bertanya: “Engkau pun tidak, wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Aku juga tidak, hanya saja Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku.”  (HR. Bukhari No. 6463 dan Muslim No. 2816)

Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَلَا يُجِيرُهُ مِنْ النَّارِ وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنْ اللَّهِ

Amal shalih kamu tidaklah memasukkan kamu ke dalam surga dan tidak pula menjauhkan dari api neraka, tidak pula aku, kecuali dengan rahmat dari Allah._  (HR. Muslim No. 2817)

Demikian alasan masing-masing pihak.  Selintas dalil-dalil mereka nampak bertentangan secara lahiriyah satu sama lain. Al Quran menyebut bahwa manusia masuk surga karena amal shalihnya, tetapi Al Hadits menyebut manusia masuk surga karena ramat Allah Ta’ala semata. Bukan karena amal shalihnya di dunia.

Bagaimana mengkompromikan dalil-dalil yang nampaknya bertentangan ini?

Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

وَفِي ظَاهِر هَذِهِ الْأَحَادِيث : دَلَالَة لِأَهْلِ الْحَقّ أَنَّهُ لَا يَسْتَحِقّ أَحَد الثَّوَاب وَالْجَنَّة بِطَاعَتِهِ ، وَأَمَّا قَوْله تَعَالَى : { اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ } { وَتِلْك الْجَنَّة الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ } وَنَحْوهمَا مِنْ الْآيَات الدَّالَّة عَلَى أَنَّ الْأَعْمَال يُدْخَل بِهَا الْجَنَّة ، فَلَا يُعَارِض هَذِهِ الْأَحَادِيث ، بَلْ مَعْنَى الْآيَات : أَنَّ دُخُول الْجَنَّة بِسَبَبِ الْأَعْمَال ، ثُمَّ التَّوْفِيق لِلْأَعْمَالِ وَالْهِدَايَة لِلْإِخْلَاصِ فِيهَا ، وَقَبُولهَا بِرَحْمَةِ اللَّه تَعَالَى وَفَضْله ، فَيَصِحّ أَنَّهُ لَمْ يَدْخُل بِمُجَرَّدِ الْعَمَل . وَهُوَ مُرَاد الْأَحَادِيث ، وَيَصِحّ أَنَّهُ دَخَلَ بِالْأَعْمَالِ أَيْ بِسَبَبِهَا ، وَهِيَ مِنْ الرَّحْمَة . وَاَللَّه أَعْلَم .

Menurut zahir hadits-hadits ini ada petunjuk bagi ahlul haq, bahwasanya seseorang tidak berhak mendapat pahala dan surga karena amal ibadahnya. Adapun firman Allah Ta'ala: (Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan) dan (Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan) dan yang semisal keduanya dari beberapa ayat Al Quran yang menunjukkan bahwa amal ibadah itu dapat memasukkan ke dalam surga, maka semua itu  tidak bertentangan dengan beberapa hadis ini. Akan tetapi, ayat-ayat itu bermakna bahwa  masuknya seseorang ke dalam surga karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia-Nya. Maka, yang benar adalah tidaklah seseorang  dimasukkan ke dalam surga semata-mata amal ibadahnya. Yang benar adalah adalah bahwa seseorang masuk ke surga dengan amal-amalnya yaitu dengan sebab-sebabnya, dan itu adalah bagian dari rahmat itu sendiri.  Wallahu A’lam.  (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 9/197. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Syaikh Ismail Haqqi Al Istambuli Al Hanafi Rahimahullah menjelaskan:

أي : ولا أنا أدخل الجنة بعمل إلا برحمة الله. وليس المراد به توهين أمر العمل ، بل نفي الاغترار به وبيان أنه إنما يتم بفضل الله

Yaitu:  tidak pula saya dimasukkan ke surga karena amal, kecuali dengan rahmat Allah. Maksudnya bukan berarti meremehkan urusan amal, tetapi ini dalam rangka meniadakan keterpedayaan dengan amal tersebut, dan penjelasan bahwa  amal itu disempurnakan dengan karunia Allah. (Tafsir Ruh Al Bayan, 8/334)

Jadi, tidak ada pertentangan antara ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut. Benar bahwa manusia dimasukkan ke dalam surga karena rahmat-Nya yang diperoleh melalui sebab-sebab yakni amal shalih yang dilakukannya, BAHKAN amal shalih itu sendiri adalah bagian dari rahmat dan karunia Allah Ta'ala. Kita bisa ibadah, menuntut ilmu, bukankah itu bagian dari wujud rahmat Allah kepada kita?

🔹Apa Saja Jalannya

Jalan ke surga itu banyak, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits shahih. Di sini kita kutip dari satu hadits saja.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي إِذَا رَأَيْتُكَ طَابَتْ نَفْسِي وَقَرَّتْ عَيْنِي فَأَنْبِئْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ فَقَالَ كُلُّ شَيْءٍ خُلِقَ مِنْ مَاءٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْبِئْنِي عَنْ أَمْرٍ إِذَا أَخَذْتُ بِهِ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَالَ أَفْشِ السَّلَامَ وَأَطْعِمْ الطَّعَامَ وَصِلْ الْأَرْحَامَ وَقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ثُمَّ ادْخُلْ الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

Abu Hurairah berkata; aku berkata; "Wahai Rasulullah beritahu kepadaku tentang perkara jika aku mengerjakannya maka aku akan masuk surga!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

1. "Tebarkanlah salam,

2. berikanlah makanan,

3.  sambunglah tali persaudaraan,

4. dan kerjakanlah shalat malam ketika manusia sedang tidur, kemudian setelah itu masuklah surga dalam keadaan selamat."

(HR. Ahmad no. 7591)

Demikian. Wallahu A’lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎
       
0⃣1⃣ Yenni ~ Tangerang
Lalu ibadah sholat wajib urutan ada dimana ustazd ?

🌸Jawab:
Jalan ke surga itu banyak, yang disebutkan dalam materi hanyalah dari satu hadits. Kalau mau dikumpulkan mungkin bisa puluhan bahkan lebih, cara atau jalan menuju surga. Menjalankan rukun Islam itu sudah sebab ke surga yang paling utama.

Jawaban Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berbeda-beda dalam masalah ini agar umatnya tidak berkecil hati. Saat dia lemah di satu jalan dia bisa lewat jalan lain.

Wallahu A’lam

0⃣2⃣ Bila ~ Tegal
Assalamualaikum ustadz,

Dengan cara apa kita berbakti kepada orang tua untuk menghantarkan mereka ke surga ketika kita sudah menikah?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Doakan, ingatkan ke jalan Allah saat dia lupa atau maksiat tentu dengan cara baik-baik, berikan buku-buku keislaman yang bermanfaat, yang ringan-ringan dulu. Bikin pengajian keluarga besar di rumah.

Wallahu A’lam

0⃣3⃣ Ummu Umar ~ Solo
Assalamu'alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh ustadz

Bagaimana kalau orang yang suka mengganggu tetangga atau saudaranya ustadz. Pernah mendengar, kalau orang yang mengganggu tetangganya tidak akan masuk surga?

Mohon penjelasannya ustadz.
Jazakallah khairan

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Ya, benar.
Ibadah itu harus seimbang antara hablum minallah dan hablum minannaas.

 لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

 "Tidak akan masuk surga, orang yang  tetangganya tidak aman dari keburukannya."
(HR. Muslim no. 46)

Wallahu A’lam

0⃣4⃣ iNdika ~ Kartasura
Ustadz, mungkin tidak berhubungan dengan bahasan kajian, ada yang bilang kalau mau bersedekah, sedekahlah dengan melunasi hutang saudara atau keluarga terdekat yang kesusahan membayarnya.

Mohon penjelasannya.

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim,

Sedekah itu memang ada prioritas. Yaitu meringankan orang-orang terdekat kita dulu.

Berdasarkan hadits berikut:

دينار أنفقته في سبيل الله ودينار أنفقته في رقبة ودينار تصدقت به على مسكين ودينار أنفقته على أهلك أعظمها أجرا الذي أنفقته على أهلك

"Dinar yang kau infakkan fisabilillah, dinar yang kau infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang kau pakai untuk bersedekah ke orang miskin, dan dinar yang kau nafkahkan untuk keluargamu, maka pahala yang paling besar adalah dinar yang kau nafkahkan untuk keluargamu."
(HR. Muslim No. 995)

Bersedekah untuk mereka bisa beragam cara, diantaranya ikut membantu melunaskan hutang mereka.

Wallahu A’lam

0⃣5⃣ Chusnul ~ Kramat Jati
Assalamu'alaikum ustadz, 

Bagaimana kita sebagai istri menghadapi mertua & ipar yang selalu menyalahkan kita, sampai-sampai suami ikut dimusuhi sama ibu nyaa. Sedangkan kami mencoba menjalin silahturahim terutama orang tua.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jangan balas keburukan mereka dengann keburukan pula. Fitnah jangan dibalas fitnah.

Tetap tunjukkan amal mulia, akhlak terbaik, seolah tidak terjadi apa-apa. Jika difitnah, tinggal tunjukkan dan buktikan bahwa fitnah mereka tidak ada dasarnya. Mintalah kepada Allah, biarlah Allah selesaikan dengan cara-Nya.

Wallahu A’lam

0⃣6⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum Ustadz,

1. Bagaimana amalan istighfar dan amalan sholawat bisa digunakan untuk mengetuk  pintu surga? Karena istighfar dipercaya bisa menghantar pelakunya ke surga disebabkan bersihnya diri, sementara sholawat bisa juga menghantar pelakunya ke surga karena syafaat dari Rasulullah ﷺ?

2. Benarkah walau masuk surga karena rahmat Alloh, tapi biasanya ada sebab dhohir dunia? Misal seumur hidup maksiat terus, tapi anak-anaknya sholih semua?

3. Kalau kita baru berencana maksiat belum dicatat sebagai keburukan, sementara untuk kebaikan baru niat sudah dicatat sebagai kebaikan, saat melaksanakan di catat lagi, begitu pula dengan berbuat jahat dicatat satu, shodaqoh dicatat 7 cabang kebaikan?

Mohon pencerahan.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

1. Memohon ampunan (istighfar) menjadi salah satu sebab ke surga, itu  disebutkan dalam Al Quran.

Allah Ta'ala berfirman:

۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. Ali 'Imran, Ayat 133)

Yaitu istighfar yang tulus, yang tidak mempermainkan dosa.

2. Benar, di muqadimah sudah jelaskan bahwa AMAL itu bagian dari rahmat. Amal itu sebab zhahirnya.

3. Ini ya,
Berniat kebaikan tapi Belum Menjalankan, Bagaimana ini?

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu 'Ala Rasulillah wa ba'd:

Hal tersebut dijelaskan dalam hadits berikut ini:

عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النبي صلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالى أَنَّهُ قَالَ: (إِنَّ الله كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ؛ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً،وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمائَةِ ضِعْفٍ إِلىَ أَضْعَاف كَثِيْرَةٍ. وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً،وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً) رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ في صَحِيْحَيْهِمَا بِهَذِهِ الحُرُوْفِ.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai apa yang Beliau riwayatkan dari Rabbnya Tabaraka wa Ta’ala, bahwa Dia berfirman:

"Sesungguhnya Allah menetapkan berbagai kebaikan dan berbagai keburukan, kemudian menjelaskan hal itu. Barangsiapa yang ingin melakukan kebaikan namun tidak jadi melakukannya, Allah tetap mencatatnya satu kebaikan secara sempurna. Jika dia ingin melakukan kebaikan lalu benar-benar dia laksanakan, maka di sisi Allah telah dicatat sepuluh kebaikan hingga seratus kali lipat, bahkan berlipat-lipat yang banyak."

"Barangsiapa yang ingin melakukan keburukan lalu dia tidak jadi melakukannya maka di sisi Allah akan dicatat satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia jadi melakukan keburukan itu maka Allah mencatatnya hanya satu keburukan." (HR. Bukhari No. 6491, Muslim No. 131, Ahmad No. 2827, Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 334, dll)

Imam Al Ghazali Rahimahullah mengatakan:

فَالنِّيَّةُ فِي نَفْسِهَا خَيْرٌ وَإِنْ تَعَذَّرَ الْعَمَل بِعَائِقٍ

“Maka, niat itu sendiri pada dasarnya sudah merupakan kebaikan, walaupun dia disibukkan oleh uzur atau halangan untuk melaksanakannya.” (Ihya ‘Ulumuddin, 4/352)

Sebagai contoh, Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِراً إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

"Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah." (QS. An Nisa: 100)

Jadi,  terhalang oleh halangan yang dibenarkan oleh syara’, bukan tidak jadi karena bermain-main dengan niatnya, mengakal-akalinya, atau karena malas.

Jika kita ringkas, seseorang tidak jadi mewujudkan keinginan atau niatnya disebabkan oleh beberapa faktor:

√ Pertama , tidak jadi melakukan karena ingin melakukan hal yang lebih baik lagi, atau karena udzur akhirat  bukan udzur masalah dunia. Misal ada seorang yang bernadzar ingin bersedekah satu juta rupiah, ternyata akhirnya dia bersedekah dua juta rupiah. Ini boleh dan sesuai syariat.

Imam Abu Daud (No. 3305, dishahihkan oleh Imam Al Hakim dan Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id)meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang bernadzar jika terjadi Fathul Makkah, maka dia akan melakukan shalat di Baitul Maqdis (Al Aqsha), ketika terjadi Fathul Makkah keinginannya itu disampaikan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu Nabi justru menyuruhnya untuk shalat di Masjidil Haram. Maka, dengan itu dia meninggalkan perbuatan, menuju perbuatan yang lebih utama dan lebih tinggi nilainya.

√ Kedua ,  tidak jadi melakukan karena terhalang oleh urusan dunia.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah bercerita:

مثل أن ينوي أن يصلي ركعتي الضحى،فقرع عليه الباب أحد أصحابه وقال له:هيا بنا نتمشى،فترك الصلاة وذهب معه يتمشى،فهذا يثاب على الهم الأول والعزم الأول، ولكن لا يثاب على الفعل لأنه لم يفعله بدون عذر،وبدون انتقال إلى ما هو أفضل.

Misalnya, seseorang berniat untuk melakukan shalat dua rakaat dhuha, lalu ada seorang sahabatnya yang mengetuk pintu rumahnya, dan berkata: “Kita jalan-jalan yuk!” Lalu dia meninggalkan shalat dan pergi bersamanya untuk jalan-jalan, maka dia diberikan pahala karena keinginannya yang pertama dan tekadnya yang pertama, tetapi dia tidak diberikan pahala atas perbuatannya karena dia tidak jadi melakukannya dengan tanpa udzur, dan bukan berpindah kepada perbuatan yang lebih utama. (Syarh Al Arbain Nawawiyah, Hal. 341)

√ Ketiga , tidak jadi melaksanakan karena mempermainkan niatnya itu. Dia berniat namun sekaligus merencanakan kegagalan apa yang direncanakannya. Nah, yang seperti ini dia tidak mendapatkan apa-apa.

Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah menerangkan:

أكَّد كتابة الحسنة إذا همَّ بها ولم يعملها بأنَّها كاملة؛ لئلاَّ يُتوهَّم نقصانها؛ لأنَّها في الهمِّ لا في العمل

"Ketetapan satu nilai kebaikan adalah hal yang kuat jika dia memang memiliki keinginan kuat terhadapnya, walaupun dia tidak jadi melakukannya, dan nilainya itu adalah satu kebaikan sempurna, karena dia tidak ada keinginan menguranginya, balasan kebaikan ini berlaku bagi keinginannya bukan pada amalnya." (Fathul Qawwi Al Matin, Hal. 112)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah menerangkan:

فإن قال قائل: كيف يكتب له حسنة وهو لم يفعلها ؟ فالجواب على ذلك: أن يقال إن فضل الله واسع، هذا الهم الذي حدث منه يعتبر حسنة لأن القلب همام إما بخير أو بشر فإذا هم بالخير فهذه حسنة تكتب له فإن عملها كتبها الله عشر حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة .

"Jika ada yang bertanya: bagaimana bisa seseorang mendapatkan satu nilai kebaikan padahal dia tidak menjalankan kebaikan itu? Jawabannya adalah: “Disebutkan  bahwasanya karunia Allah itu luas. Hasrat yang ada adalah yang membawa  dampak kebaikan, karena hati memiliki hasrat keinginan, baik keinginan yang baik maupun yang buruk. Jika dia ada hasrat untuk melakukan kebaikan maka dicatat baginya satu nilai kebaikan, dan jika dia jadi melakukannya maka dicatat baginya sepuluh nilai kebaikan hingga seratus kali lipat, bahkan lebih dari itu."
(Syaikh Utsaimin, Syarh Riyadh Ash Shalihin, 1/13. Mawqi’ Jaami’ Al Hadits An Nabawi)

Demikian. Wallahu A'lam

0⃣7⃣ Erni ~ Yogja
Alhamdulillah gamblang. Syukron Ustadz.

Sehubungan dengan penjelasan ustadz di atas.

Bagaimana caranya bisa membalas keburukan orang dengan berbuat baik kepadanya?

Bagaimana caranya bisa hidup dalam bahasa jawa ojo gawe gelone liyan lan tansah gawe mareme atine liyan.

Kontek penjelasan ustadz di atas, dihubungkan dengan kalimat hasbunalloh wa nikmal wakil nikmal maulana wa nikmal nasir.

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Perumpamaan kejahatan dibalas kejahatan seperti tawon yang menyerang karena sarangnya diganggu. Perumpamaan kejahatan dibalas dengan kebaikan seperti pohon mangga yang menjatuhkan buahnya setelah dia ditimpuk batu. Minimal, kita tidak diam saja, tidak membalas apapun, itu juga sudah kebaikan.

Hidup kita jadikan ridha dan surga sebagai visinya. Sehingga semua hal, baik menyekolahkan anak, mencari tempat tinggal, cari kerja, cari suami atau istri, adalah bagaimana agar semua itu mengarahkan kita ke surga dan ridha Allah.

Jangan lelahkan hati dan pikiran kita pada ucapan orang atau prestasi duniawi harta orang lain. Sebab itu semu dan tidak lama. Kita masih ada kekayaan abadi dan lebih nikmat yaitu surga yang abadi.

Wallahu A’lam

0⃣8⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz, 

Kan jalan menuju surga itu tebarkan senyum sama silaturahim nah kalau misal orang itu dia tidak suka senyum dan jarang sekali dalam bersilaturahim, apa itu kemungkinan amalan masuk surganya kecil walaupun dia rajin dalam hal ibadah?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jalan menuju surga itu banyak. Jika seorang lemah di satu jalan, dia bisa menempuh jalan lain.

Tapi, jangan remehkan kebaikan walau sekecil apapun. Sebab yang kecil itu bisa jadi menjadi sebab ke surga walau sekedar senyum. Jangan pula meremehkan dosa, sebab meremehkan dosa merupakan sebab menumpuknya dosa itu lalu menjadi besar.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Dari Abu Dzar dia berkata; Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku:

"Janganlah kamu anggap remeh sedikitpun  kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis wajah kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu."
(HR. Muslim No. 2626)

Wallahu A’lam

0⃣9⃣ Yuli ~ Jombang
Assalamualaikum ustadz, 

Pada hadits jalan ke surga tersebut yang point' 1, 2 dan 3, apakah bersifat umum kepada semua makhluk Allah atau khusus hanya kepada kaum muslim?

Terimakasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Ucapan Assalamualaikum wa Rahmatullah hanya kepada muslim saja. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang memulai salam kepada orang kafir.

Bersilaturrahim, artinya menjaga hubungan dengan kerabat yang satu silsilah keturunan, khususnya muslim. Boleh kepada yang kafir.

Memberikan makan, khususnya sedekah sunnah, boleh ke non muslim, tapi afdolnya ke muslim dulu.

Wallahu A’lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Mencari surga itu harus mati-matian. Sebab surga dibawa mati.

Mencari dunia itu jangan mati-matian. Sebab dunia tidak dibawa mati.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar