Selasa, 31 Maret 2020

MENGEJAR SEBAB PENGGUGUR DOSA (Episode 11)



OLeH : Bunda Endria Soediono

           💎M a T e R i💘

Ukhtifillah...

رَحِمَكُمُ اللّٰة  جَمِيْعًا

Saat ini, diantara kita sedang mengalami berbagai rasa yang tidak jauh dari kecemasan hati. Bisa karena sebab masalah pribadi yang sebelumnya ada atau juga ditambah dengan situasi keberadaan wabah corona yang sampai saat ini belum bisa dengan tuntas diatasi oleh pihak pemerintah.

Tentu hal itu semua wajar jika membuat hati kita semakin bertambah galau.

Akan tetapi dari segala kegalauan yang ada dihati kita tidak seharusnya kita memiliki rasa ketakutan yang luar biasa, hingga kita tidak mampu berfikir jernih dan berbuat sesuatu yang sehat dan lebih bermanfaat.

Boleh kita khawatir akan tetapi biasa saja, jangan terlalu khawatir karena masih banyak hal yang lebih patut menyita pikiran kita daripada sekedar mengkhawatirkan masalah virus corona ini.

Apa saja yang seharusnya ada dan mendominasi pikiran kita agar kita tidak larut pada kepanikan dari sebagian banyak yang dialami oleh orang-orang di sekitar kita?

Tentu pertama adalah STABILITAS IMAN.
Ini mutlak harus kita jaga.
Jangan sibuk menelaah dan ikut heboh pada berbagai postingan yang beredar di grup WhatsApp saja.

Tetapi ingatlah bagaimana semua itu bisa menambah iman kita kepada Allah hingga kita semakin yakin kepada-Nya, semakin cinta kepada-Nya dan semakin merindukan-Nya.
Tiga hal terakhir diatas yang justru sering kita lalaikan.

Karena sibuknya kita memforward dan memberi komentar-komentar dengan emot-emot yang unik itu, betul tidak?

Hayuuukk kita bangun hati kita untuk selalu memperhatikan keadaan iman kita, jangan terlalu sibuk dengan situasi yang ada.

Kemudian perhatian yang seharusnya kita tekankan setelah Keimanan Hati kepada Allah adalah:

◼Kesiapan Kita Untuk Kembali Menghadap-Nya

Naaah inilah yang kadang karena kita tak banyak bekal ilmu hingga iman pun tipis, akibatnya hanya ketakutan yang ada dihati dalam situasi seperti saat ini.

Takut yang berlebihan karena ketidaksiapan jiwa untuk kembali menghadap Sang Pemilik diri kita.

Dari bab kesiapan diri menghadap Allah ‎ ‎Subhanahu wa Ta’ala ini harus kita perinci dalam pola pikir yang serius, yang tidak main-main, mulai dari meyakini bahwa tidak seorangpun tahu kapan dirinya akan dicabut nyawanya, apa sebab kematiannya dan dimana ia ditakdirkan untuk mati.

Semua ia harus menjadi bahan renungan yang serius setiap saat, terlebih dalam situasi seperti ini.
Yakni banyak berita betapa keadaan kematian itu begitu tiba-tiba yang menderita sakit dan pembawa penyakit (penyebarnya) tidak bisa terindentifikasi dengan jelas. Bahkan siapa yang terkena sasaran juga tidak pandang bulu.
Kondisi seperti ini semakin memaksa kita untuk berfikir apa sebaiknya yang harus kita lakukan (diluar ikhtiar pencegahan secara sunatullah).

Kita disini membahas upaya persiapan yang vital yang akan menjadi sebab baiknya apakah kita dalam keadaan hidup ataupun jika kita dikehendaki untuk menghadap-Nya.

Artinya, perkara terpenting yang harus kita pikirkan adalah menjaga kesehatan jasmani dan juga yang lebih utama adalah kesehatan Ruhani. Yakni ruh kita yang harus kita persiapkan menyambut segala kemungkinan yang akan menimpa kita.

Baik, sampai di sini semoga bisa difahami yaaa.

Persiapan ruhani tentu berkaitan dengan kebersihan jiwa kita, jiwa yang bersih teridentifikasi pada jiwa yang bersih dari dosa.
Padahal mana ada diantara kita yang sehari pun tidak berbuat dosa?

Jika kita telah menyadari bahwa diri kita sangat berpotensi mencetak dosa dan dosa, maka apakah kita dalam situasi seperti ini yang bisa jadi jika giliran panggilan maut itu datang kepada kita maka kita mau masih dalam keadaan penuh dengan dosa-dosa yang belum terampunkan?
Na’udzubillahi mindzalik.

Mari kita sejak saat ini banyak merenung dan menyiapkan diri untuk mengadap Allah dalam keadaan membawa sedikit dosa atau bahkan nol dosa.

Ukhtifillah...
Saat kita ini masih punya kesempatan untuk mengejar sebab-sebab diampuninya dosa-dosa kita oleh Allah.
Dan diantara banyak sebab diampuninya dosa kita ada banyak yang sangat mudah kita lakukan.

Pada malam ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan juga seluruh Jama’ah Majelis ini untuk mulai menata kembali dengan menetapkan program-program amal yang insyaAllah dengannya Allah akan benar-benar berikan ampunan atas dosa-dosa kita.
Hingga jiwa kita akan tenang, kapan pun maut menjemput, insyaAllah kita dalam keadaan husnul khotimah.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Baik,
Sekarang kita akan mulai pelajari dulu apa saja sih amal-amal atau hal-hal menjadi sebab dosa-dosa kita diampuni-Nya?

🔹Pertama:
√ BERTAUBAT

Perhatikan firman Allah berikut:

‎قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).

Dan juga sabda Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam yang artinya berikut ini:

“Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.” (HR. Tirmidzi no. 2499; Ibnu Majah, no. 4251; Ahmad, 3: 198. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Jadilah kita ini orang yang beruntung dan orang yang bahagia, karena kita termasuk hamba yang rajin bertaubat kepada Allah.

Ketahuilah orang yang paling bahagia adalah orang diberi taufik oleh Allah untuk bertaubat kepada-Nya sebelum kematiannya.

Kisah para penyihir Fir’aun yang sudah berpuluh-puluh tahun menjadi penyihir, pelaku dosa besar. Tetapi setelah mereka beriman kepada Allah dan akhirnya dibunuh oleh Fir’aun maka mereka pun termasuk orang yang beruntung. Karena telah bertaubat jam sebelum meninggalnya.

Ukhtifillah...
Jangan putus-putus kita bertaubat kepada Allah dimanapun kita sedang berada bahkan saat diperjalanan, maka banyaklah mengucapkan ungkapan taubat kepada Allah sebagaimana yang diajarkan oleh  Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam yakni:

Robbighfirli watub ‘alayya innaka Anta tawwabur rahiiim.

Setelah wudhu jangan tinggalkan doa setelah wudhu:

Asyhadu allaa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhuuwa rosuuluhuu, alloohummaj'alnii minat tawwaabiina waj'alnii minal mutathohhiriin.

Diantara nama Allah adalah At Tawwab - Maha Menerima Taubat.

Allah itu Maha Menerima Taubat. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertaubat.

Jangan ikuti bisikan setan.
Karena biasanya setan itu selalu menghalangi hati untuk bertaubat. Seperti membisikkan kata:
Ngapain bertaubat, toh nanti kamu pasti juga bikin dosa kayak gini lagiii...

Atau kalimat-kalimat yang menyesatkan hati kita yang lain.
Ikutilah dan yakinilah firman Allah dan hadist  Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam diatas.

🔹Kedua:
√ ISTIGHFAR

Fahami apa beda Istighfar dan Taubat.

(a) ISTIGHFAR:
Bisa muncul dari sesorang karena dia ingin bertaubat kepada Allah atas dosa dan maksiat yang dilakukan, sementara jiwanya masih lemah dan masih terus bermaksiat. Jadi ia sadar bahwa dirinya bersalah (telah berbuat dosa) tetapi ia yakin karena Allah maha pengampun maka ia beristighfar memohon ampunan-Nya. Tapi esoknya ia berbuat dosa lagi dan beristighfar lagi. Maka inilah gambaran seorang yang beristighfar.

(b) TAUBAT:
Adapun taubat adalah memohon ampun kepada Allah dengan permohonan yang sungguh-sungguh yang diikuti oleh perjuangan yang kuat untuk tidak mengulangi lagi apa yang telah ia taubatkan tadi.
Ada janji yang kuat untuk tidak mengulanginya lagi.

Jadi, kembali pada pemahaman tentang istighfar.
Istighfar itu kita sedang memohon agar menutup aib dan dosa-dosa kita baik di dunia dan di akhirat. Dan yang kedua adalah meminta perlindungan atas dampak buruk akibat maksiat yang dilakukan. Karena setiap maksiat atau dosa itu pasti ada dampak buruknya.

Adapun yang terbaik adalah kita beristighfar sekaligus bertaubat.

Dengan istighfar dan taubat berarti memohon kepada Allah agar diterima penyerahan diri dan pengakuan dosanya kepada Allah hingga Allah kembali ridho kepada kita.

Sungguh beruntung seorang yang kelak mendapati catatan amalnya dengan banyak istighfar.

Seorang yang sering beristighfar maka beruntung mereka karena Allah ampuni dosa-dosa nya dan juga Allah berikan pahala kebaikan akhirat (Surga).

Istighfar yang mengandung taubat yang paling lengkap adalah terdapat pada istighfar berikut:

“Allahumma anta robbii laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta"

Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yg kuperbuat. Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”

🔹Ketiga:
√ MENGERJAKAN AMAL SHOLIH

Banyak amal sholih yang oleh Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam telah ajarakan kepada kita dan Beliau juga telah sebutkan keutamaan yang sangat kita butuhkan yakni sebagai penggugur dosa.

Diantaranya adalah:

1) Antara dua umroh atau haji.

2) Antara sholat fardhu yang satu dengan sholat fardhu yang setelahnya.

3) Setelah kita selesai Makan.

Rasulullah ‎shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, yang artinya :

"Barangsiapa yang memakan makanan, kemudian ia membaca ‘alhamdulillahil ladzi ath'amani hadzath tho'am, wa rozaqoniihi min ghoiri hawlin minni walaa quwwah' niscaya diampuni semua dosa-dosanya yang telah lalu."

Dihasankan oleh Al Albani [Shahih al Jami' 6086].

4) Dengan Tasbih kita.

Rasulullah ‎shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, yang artinya :

"Barangsiapa membaca: `subhanallah wabihamdih' seratus kali dalam sehari, niscaya dosa-dosa akan dihapus walaupun sebanyak buih lautan." [HR. Muslim (2691)]

5) Dengan Mengucapkan kalimat berikut saat mendengar adzan dikumandangkan.

Rasulullah ‎shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, yang artinya :

"Barangsiapa ketika mendengar muadzin, kemudian dia berkata, 'asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syarika lahu, wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluh, radhitu billahi Robban, wani Muhammadin rosuulan, wabil Islaami diinan' maka dosa-dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim).

6) Membaca doa berikut saat kita hendak tidur.

Rasulullah ‎shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, yang artinya:

"Barangsiapa tatkala ke pembaringannya dia membaca 'laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in Qodiir, laa hawlaa walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adziim, subhanallah, walhamdu lillah, walaa ilaaha illallah, wallahu akbar; niscaya dihapuskan dosa-dosanya atau kesalahan-kesalahannya walaupun sebanyak buih di lautan. (Shahih al Targhib 607)

7) Kala kita terbangun di tengah malam.

Rasulullah ‎shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, yang artinya:

"Barangsiapa yang terbangun di tengah malam, dan ia membaca 'laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa 'alaa kulli syai-in Qodiir, alhamdulillah, wa subhanallah, walaa ilaaha illallah, wallahu akbar, walaa hawla walaa quwwata illa billah; kemudian dia berkata, 'Allahummagh firlii', atau dia berdoa, niscaya akan dikabulkan doanya. Dan jika dia wudhu dan sholat, niscaya akan diterima sholatnya." (HR. Bukhari).

Dan masih banyak lagi amalan yang bisa menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosa kita oleh Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala yang sebaiknya kita pelajari dan kemudian kita amalkan.

Hingga dengannya setiap amal kita penuh dengan amal-amal yang menjadi sebab bergugurannya dosa-dosa kita.

🔹Keempat:
√ SABAR DALAM MENGHADAPI MUSIBAH YANG MENIMPA

Jangan sedih yang terlalu jika diri kita saat ini sedang ditimpa musibah, ingat Allah, ingat jika kita sabar menghadapinya maka ampunan dosa dari Allah yang akan kita terima.

Bahkan bukan saja ampunan-Nya tetapi pahala dan kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat kita.

Perhatikan firman Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala :

‎مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ  وَمَنْ  يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ  وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

”Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun : 11)

Dan juga firman berikut :

‎وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). ” (QS. Asy Syuraa: 30).

Ukhtifillah ingat yaa...
Ampunan dosa atas musibah yang menimpa kita itu tidak serta merta akan menjadi sebab diampuninya dosa-dosa kita lho.

Karena hanya yang bersabar dan meyakini bahwa musibah tersebut adalah merupakan kehendak Allah.

Kemudian dirinya ikhlas, menerima serta tetap taat kepada-Nya.
Maka inilah keadaan seorang yang akan diampuni dosa-dosanya karena musibah.

Ada 4 jenis sikap orang dalam menerima musibah dari Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala:

(1) Dia Marah

Yakni tidak terima akan musibah yang menimpanya, lalu marah, putus asa, berburuk sangka kepada Allah dan tidak lagi mau taat kepada-Nya.

Ini sikap yang salah dan bisa jadi tidak akan mendapatkan ampunan-Nya bahkan ia bisa mendapatkan dosa besar.

(2) Dia Sabar

Ini adalah tingkatan standar. Memang sudah seharusnya kita seperti itu. Sabar dalam menerima musibah dari Allah. Dan inilah yang akan menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosa kita.

(3) Dia Ridho

Apa beda Sabar dengan Ridho saat menghadapi musibah dari Allah?

Perhatikan,

Kalau sabar itu kita masih punya keinginan agar musibah tersebut diangkat. Ini boleh. Dan tetap Allah akan berikan ampunan dan juga jika Allah berkehendak maka Allah juga angkat musibah tersebut dari diri kita.

Adapun jika kita pada tingkat Ridho, maka kita tetap mendekat kepada Allah beribadah lebih giat dan tidak meminta musibah tan dicabut dari diri kita.

Jadi kita bertahan dalam kesabaran yang lebih kuat dan dalam keadaan iman yang kuat pula.

(4) Dia Bersyukur

Bersyukur saat mendapat musibah ini adalah tingkatan iman yang sempurna. Dan hanya bisa dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang diberi nikmat hidayah dan taufiq-Nya yang sangat besar.

Karena pada orang seperti ini dia dalam keadaan tertimpa musibah. Imannya semakin kuat kepada Allah dan cintanya juga semakin kokoh hingga dirinya tidak hanya ridho saat diberi Allah musibah tetapi justru bersyukur.

Karena ia yakin bahwa Allah itu Maha Baik. Allah tidak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang taat kepadanNya. Karena itu musibah yang menimpanya diyakininya sebagai kebaikan yang pasti ada dibaliknya.
Dan karena itulah dirinya bersyukur kepada Allah ‎Subhanahu wa Ta’ala.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Lian ~ Ciputat
Jika seseorang dilimpahkan harta yang banyak tapi mudah sekali habis sampai nihil, dan Allah masih berbaik hati memberinya rezeki lagi tapi tetap saja tidak pernah cukup, nihil lagi. Apakah Allah sedang mengujinya dengan harta tersebut?

🌷Jawab:
Bismillah...

Itu namanya musibah. Musibah itu bisa dimaknai sebagai ujian murni dan bisa jadi merupakan peringatan. (Peringatan bagi orang muslim dan azab yang disegerakan bagi orang kafir).

Musibah yang berupa ujian biasanya bagi orang mukmin yang taat. Sedangkan peringatan diberikan bagi orang mukmin yang telah melakukan banyak kesalahan hingga dirinya harus diperingatkak agar kembali ke jalan yang benar.

Bagi kita sebaiknya menganggap setiap musibah sebagai peringatan hingga kita akan segera kembali kepada Allah memohon ampunan dan memperbaiki diri agar musibah tersebut dulu segera diangkatnya.

Taubat adalah jalan kembali kepada Allah yang harus diambil apabila kita ingin selalu selamat dunia dan akhirat.

Karena setiap musibah itu pasti karena sebab diri kita, entah apa yang telah kita lakukan. Yang jelas ada hal-hal Allah yang tidak kita penuhi dengan sempurna. Akibatnya kita dijewer. Atau kita telah melakukan suatu maksiat atau pelanggaran dari hukum-hukum-Nya. Atau mungkin kita telah berlaku dzalim atau tidak adil kepada sesama manusia yang Allah murka karenanya. Seperti kita telah menyakiti orang tua kita atau berbuat dzalim kepada orang lain dan lain sebagainya.

Lakukan pernenungan. Introspeksi diri. Dan bertubatlah kepada Allah setiap saat.

Beristighfar lah setiap saat. Dan iringi setiap istighfar tersebut dengan taubat, seperti yang sudah dijelaskan dalam materi.

Yang perlu saya tambahkan dari yang ada di materi adalah taubat itu harus diberengi dengan rasa menyesal, pengakuan bersalah dah juga permohonan agar Allah benar-benar akan mengampuninya serta sebelum dan setelahnya harus ada tekad untuk memperbaiki segala sisi kehidupan dengan amal sholih.

Demikian sedikit pencerahan ini.

  ‎والله أعلم بالصواب

Semoga Allah memberi taufiq dan hidayah kepada penanya dan membimbing ke jalan kehidupan yang berkah dan penuh ridho-Nya.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

0⃣2⃣ Nurbaiti ~ Turki
Bunda, bolehkah kita mendoakan agar musibah itu untuk orang-orang yang dzalim terhadap ummat Rasulullah?

Jazakillah khayr.

🌷Jawab:
Bismillaah...

Sebaiknya tidak dilakukan.
Baik terhadap orang mukmin yang baik maupun orang yang dzalim doakan yang baik.

Karena Allah pasti sudah punya perhitungan terhadap orang yang dzalim.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣3⃣ Wahyuni ~ Sukoharjo
Bagaimana mengatasi hati yang keras?

Jazakillah jawabannya.

🌷Jawab:
Bismillaah...

Jawabanya perlu pembahasan panjang ukhti....

Nanti insyaAllah akan kita angkat sebagai topik pada kajian-kajian selanjutnya ya.

Tetapi intinya ...
Hati yang keras bisa saja dilunakkan dengan banyak cara, diantaranya dengan:

(1) Mengusap kepala anak yatim, ini jelas ada hadisnya.

Mengapa mengusap kepala?

Karena ini sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Sabda ini keluar dari lubuk hati beliau dan beliau ‎shalallahu ‘alaihi wassalam
merasakan menjadi yatim-piatu.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seseorang yang mengeluhkan kerasnya hati kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau berkata kepadanya:

“Jika engkau ingin melembutkan hatimu, maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.”
(HR. Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

(2) Ingatlah kematian.

Darimana saja kita dapatkan sumber sebab agar hati selalu ingat kematian maka insyaAllah akan lebih lembut hati kita.
Apakah dengan mengikuti kajian-kajian tema-tema khusus tentang kehidupan setelah kematian, dahsyatnya keadaan hari kiamat, mencekamnya keadaan manusia di padang mahsyar. Atau tema yang membahas betapa tegangnya saat hisab akhirat nanti.

Jadi memang hati itu harus dilembutkan dengan perkara-perkara yang terkait dengan balasan akhirat.

Jika jauh dari kabar-kabar seperti itu maka ia akan semakin sibuk pada dunia dan lupa akan kematian serta apa yang terjadi setelah kematian itu.

(3) Banyak beristighfar.

Istighfar sebaiknya bukan hanya di mulut saja tetapi diresapi hingga ke hati apa makna ucapan istighfar kita.
Bab ini sudah saya jelaskan pada materi semalam ya.

(4) Kemudian sering mengunjungi saudara yang sakit, baik di rumahnya atau di rumah sakit.

Kebiasaan ini sangat bagus. Mengundang ridho Allah dan menjadikan hati lebih banyak ingat bahwa diri manusia itu lemah. Tidak pantas untuk berkeras hati di atas muka bumi ini.

Lembut hati dan banyak memberi kasih sayang kepada sesama akan membuahkan kebahagiaan tersendiri.

(5) Sering bersedekah.

Bersedekah dari hati yang ikhlas baik kepada orang terdekat ataupun kepada orang-orang miskin yang kita temu sangat manjur untuk melembutkan hati yang keras. Karena saat kita bersedekah mata kita melihat betapa lemahnya kehidupan para fakir miskin itu sehingga kita berikan sedekah kepadanya karena pemberian itu berasal dari hati yang iba.

Itu diantaranya ukhti...
Masih banyak tentunya cara kita untuk melembutkan hati yang keras.

Jika hal itu terjadi pada orang lain maka berikan keteladan dari diri kita, nasihat yang bijak dan juga doakan dia.

Hati yang keras akan berakibat datangnya banyak keburukan pada dirinya sendiri. Yakni diajauhi teman, sulit beribadah dengan khusyuk dan juga jauh dari ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan dunia ini. Dan lebih beratnya ia akan menjalani kehidupan yang sulit di akhirat nanti.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣4⃣ Nenock ~ Surabaya

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Qaddarullah kami pernah diberi musibah putra kedua kami wafat.

Setelah membaca 4 jenis sikap orang dalam menerima, dimasa awal pasti shock tapi kembali lagi saya berpikir dan merasakan bahwa ini akan ada hikmah besar setelahnya.

Tetapi bagaimana cara saya menyampaikan kepada anak pertama saya laki-laki ini agar dapat menerima dengan lapang dada kepada anak usia 7 tahun bunda? Yang terkadang masih bilang adik lucu ya bu, tapi kok sudah meninggal ya.

Karena qaddarullah belum pernah ketemu adiknya, jadi tahu wajah adiknya saat setelah disholatkan.

Jazakillahu khoiron bunda.

🌷Jawab:

‎وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Bismillah...

Seorang anak itu akan tumbuh diatas sunnatullah.

Anak usia segitu biarlah dengan perkembangan mentalnya, tidak perlu dipaksakan ia harus bisa memahami apa yang terjadi sebenarnya.

Tanpa kita harus menutupinya. Berikan pengertian yang sepadan dengan usianya.

Rasulullah ‎‎shalallahu ‘alaihi wassalam juga mengajarkan kepada kita ketika menyampaikan sesuatu itu lihat dan ukur sesuai kapasitas dan usia orang yang kita ajak dialog.

Ini suatu pengajaran dari Rasulullah ‎shalallahu ‘alaihi wassalam yang sangat cerdas dan bijak.

Jadi intinya bunda santai saja. Yang penting bundanya sendiri tetap bisa menguasai diri. Tenang dan tetap bersikap bijak.
InsyaAllah dalam perkembangan mental anak tersebut pasti akan dibimbing oleh Allah. Didoakan saja. Agar dia tumbuh kembang baik fisik maupun mentalnya sempurna tidak kurang suatu apa.
Demikian bunda...

 ‎والله أعلم بالصواب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Berbagai aktivitas hidup ini memang pilihan.

Tetapi dari semua pilihan yang ada hanya mereka yang mengharapkan kebaikan akhirat saja yang mampu memilih mana yang paling utama dan yang paling bermanfaat bagi dirinya.

Yakni aktivitas yang mampu menjadi sebab ia mendapat ampunan dari Robb-Nya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar