Selasa, 31 Maret 2020

MENJADI PRIBADI YANG KUAT DALAM MENGEMBAN AMANAH



OLeH  : Ibu Irnawati Syamsuir Koto

         💘M a T e R i💘

🌷MENJADI PRIBADI YANG KUAT DALAM MENGEMBAN AMANAH


Sahabat-sahabatku yang dicintai Alloh ﷻ... 

Segala puji hanya tertuju pada-Nya, tiada tempat pujian selain hanyalah Allah Azza Wajalla.  Sholawat dan salam kita hadiahkan kepada Rasulullah ﷺ , keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Kita renungkan sebuah ayat Al Quran sebagai pembuka pertemuan kita malam ini.

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip riwayat Ibnu Abbas r.a bahwa sebelum Alloh ﷻ menawarkan amanah kepada manusia lalu manusia menerima amanah tersebut. Amanah itu telah ditawarkan kepada tiga makhluk terbesar (langit, bumi dan gunung) akan tetapi mereka menolak amanah bukan karena tidak mengharap keutamaan atau kemuliaan yang Alloh ﷻ janjikan bagi yang mampu mengemban amanah dan bukan pula bentuk perlawanan kepada Alloh ﷻ karena tidak bersedia mengembannya. Lebih karena tawaran itu adalah “Pilihan” dan bukan perintah. Dan Alloh ﷻ telah menetapkan, siapa yang mengambil amanah lalu melaksanakan dengan sebaik-baiknya maka Alloh ﷻ akan meninggikan derajat dan memuliakannya, sebaliknya mengambilnya lalu mengabaikannya maka azab dan kehinaan Alloh ﷻ akan ditimpakan kepadanya. Karena itulah ketiga mahluk tersebut memilih menolak mengambil amanah karena takut kalau-kalau amanah itu tidak mampu diembannya.

Allah Azza Wa Jalla menegaskan kepada Adam a.s, “Hal anta aakhidzun bimaa fiiha?” Maksudnya apakah engkau memilih mengambil amanah dan siap atas konsekuensi yang terdapat pada amanah tersebut? Adam a.s, sebelum benar-benar memilih mengambil amanah, bertanya kepada Allah, “Ya Rabb, wa maa fiiha ?” wahai Rabb-ku dan apa konsekuensinya? Kemudian dijawab oleh-Nya, “In Ahsanta juziita, wa in asa’ta ‘uqibta” yaitu Allah Azza Wa Jalla menjelaskan bila engkau menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya maka engkau akan dibalas dengan kemuliaan, dan sebaliknya bila mengabaikannya engkau akan diazab.

As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa amanah yang dimaksud dalam ayat ini adalah “امتثال الأوامر، واجتناب المحارم، في حال السر والخفية، كحال العلانية” artinya melaksanakan segala perintah, dan menjauhi atau meninggalkan segala perkara yang diharamkan, baik dalam kondisi sepi, diam-diam ataupun dalam kondisi terang-terangan.

Bila merenungi ayat ini, akan memelekkan mata bahwa hidup di dunia ternyata bukan untuk bermain-main. Ada amanah yang harus dijalankan, berupa ketakwaan kepada Allah Azza Wa Jalla yang menjadi penentu layak tidaknya seseorang mendapat kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman-Nya,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ

“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS. al-Mu’minun: 115)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-dzariat : 56)

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat : 13)

🔷🌷🔷
Sahabat-sahabatku...

Amanah bukan hanya dalam kaitannya manusia kepada Alloh ﷻ tapi juga antara manusia dengan manusia. Karena amanah adalah ibadah dan ibadah itu sebagaimana definisi para ulama, mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Alloh ﷻ baik ucapan ataupun perbuatan, yang tampak ataukah yang tidak tampak.

Bila seseorang memilih menjadi pedagang, tenaga pengajar (guru atau dosen), sebagai direktur di sebuah perusahan atau instansi, mencalonkan diri sebagai pegawai pemerintah, hingga menjadi pejabat pemerintah dan lain sebagainya, berarti memilih mengambil amanah di tengah-tengah manusia.

Menjadi jamaah grup ini juga adalah amanah.

Bila amanah ini dijalankan dengan sebaik-baiknya maka pujian Alloh ﷻ, kemuliaan dan keagungan-Nya akan diberikan padanya, namun bila amanah ini tidak dijalankan sebagaimana seharusnya, yang terjadi adalah pasti ia melakukan kezaliman dan kebodohan, dan Alloh ﷻ akan menghukum serta menghinakannya di dunia dan di akhirat.

Di dalam Al-Qur’an, disebutkan 4 sifat utama seseorang yang mampu menjalankan amanah dengan baik, yang dengan sifat ini tidak akan terjadi kezaliman dan kebodohan, bahkan As-Sa’di dalam menafsirkan ayat 26 surat al-Qashash menyebutkan bahwa sifat-sifat tersebut harus diperhatikan oleh seseorang yang ingin memberikan amanah kepada orang lain. Adapun sifat-sifat tersebut adalah Hafidzhun, ‘aliimun, qawiyyun dan amiinun.

Dua sifat yang pertama Hafidzhun dan ‘aliimun terdapat di surat Yusuf ayat 55 terkandung di dalamnya nilai moral, kejujuran, etika, sungguh-sungguh dan istiqamah dalam menjalankan tugas. Dan ‘aliimun artinya berilmu atau memiliki keahlian dalam mengemban amanah yang dipundak kan kepadanya.

Adapun dua sifat yang terakhir qawiyyun dan amiinun terdapat di surat al-Qashash ayat 26. Al-qawiyy artinya kuat, maksudnya mampu mengemban amanah, memiliki prinsip yang kuat sehingga tidak terjatuh pada kelalaian, kecurangan, korupsi, nepotisme, sogokan dan berbagai hal buruk lainnya yang diharamkan. Al-Amiin artinya terpercaya, maksudnya tidak akan berkhianat atau melakukan penipuan atas apa yang diamanahkan kepadanya.

Semoga Alloh ﷻ menanamkan empat sifat mulia ini ke dalam hati dan menyuburkannya dengan siraman cinta dan kasih sayang dari-Nya, hingga tumbuh bersemi amal-amal shaleh dengan akar akidah yang menancap kuat dan kokoh. Sehingga pemilik hati ini berada dalam barisan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam hadits riwayat Imam Ahmad,

أربع إذا كن فيك فلا عليك ما فاتك من الدنيا حفظ أمانة وصدق حديث وحسن خليقة وعفة طعمة

“Empat perkara jika keempatnya ada padamu maka tidak ada kerugian atas dirimu dari apa yang hilang dari kenikmatan dunia: menjaga amanah, jujur dalam ucapan, bagusnya akhlak, dan menjaga harga diri.”

Amanah merupakan unsur penting dan menentukan akan berhasil dan tidaknya seseorang dalam berusaha dan beramal, serta berhasil dan tidaknya seseorang mempertahankan dan melestarikan di kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita saksikan adanya perbedaan yang nyata antara orang yang bersifat amanah dengan orang yang suka berkhianat.

Orang yang bersikap amanat atau jujur selalu menjadi tempat kepercayaan, dihormati dan disegani.

🔷🌷🔷
Sedangkan orang yang bersikap khianat atau curang selalu dibenci dan dikucilkan dalam pergaulan. Sebagai akibat dari dua sikap yang saling bertentangan itu, terlihat bahwa orang yang bersifat amanah selalu berhasil dalam berusaha.

Sedangkan, orang yang bersifat khianat selalu mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Bagaimana menjadi pribadi yang amanah?

Jawabannya tergantung pada masing-masing orang.

💎Mungkin Hal-hal Sederhana Berikut Bisa Dijadikan Motivasi Dasar, Diantaranya:

◼Selalu menjaga keimanan.
Iman adalah kunci akhlak.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mustahil seorang mukmin itu mencuri atau berbohong. Artinya, ketika keimanan itu ada dalam diri seseorang maka mustahil juga orang tersebut tidak amanah ketika imannya kuat.

◼Selalu mengingatkan diri bahwa di hari akhir nanti Alloh ﷻ akan meminta pertanggung-jawaban kepada setiap amanah yang ada pada kita.

◼Mengevaluasi kelemahan diri dan keterbatasan yang dimiliki.

Konsekuensinya, jangan sampai menerima amanah, dimana kita pahami bahwa kita lemah dalam hal tersebut atau bisa juga meminta bantuan dari yang lain, ketika kita sadar bahwa kita mungkin tidak bisa menunaikannya dengan sempurna.

◼Memohon pertolongan Alloh ﷻ, agar dikuatkan dalam menanggung amanah.

Islam mengajarkan kita untuk mengucapkan insya Allah, ini satu hal yang sederhana karena dengan mengucapkan kata insya Allah sesungguhnya bersumber dari perintah Al-Qur’an. Secara literal ia berarti “jika Alloh ﷻ menghendaki”.

Ayat ini mengandung pendidikan bagi pengucapnya tentang pentingnya rendah hati. Tidak terlalu mengandalkan kemampuan pribadi karena ada kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya.

◼Melatih diri untuk menunaikan amanah, mulai dari hal yang sederhana dan dari sistem pembinaan yang kondusif untuk selalu mengingatkan dan mengkoreksi diri, ketika kita lupa atau lalai dengan amanah kita.

Sebagai seorang manusia kita sering dan bahkan sekarangpun mendapat amanah, baik dari ibu dan ayah, dari ustadz, teman dan lain-lainnya. Semua amanah itu wajib kita tunaikan.

Serta apapun pekerjaan dan jabatan, Alloh ﷻ menginginkan seorang muslim untuk menjadi umat terbaik yang dapat dipercaya jika diberikan tanggung jawab, bukan mengkhianati dan malah menghancurkan kepercayaan. Salah satu amanah Alloh ﷻ kepada kita adalah agar kita selalu mengajak berbuat baik.

Demikian dulu dari saya,  semoga bermanfaat. 

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Safitri ~ Banten
Bun kalau kadang kita ngerasa capek sama semuanya kadang ngerasa iri kenapa sih teman-teman yang lain pada punya kerjaan enak gaji besar kelihatanya senang sekali kenapa fitri tidak seperti mereka kenapa dari dulu fitri dapat kerja gini-gini saja kadang punya pemikiran begitu bun kadang bahkan hampir terlintas pemikiran Allah itu tidak adil tapi fitri masih sadar dan ucap astagfirullah itu kenapa bun, apa iman fitri belum istiqomah apa rasa syukur fitri belum banyak?

🔷Jawab:

Iman memang kadarnya naik turun. Itu manusiawi. Merasa capek, lelah dan akhirnya curiga sama Alloh ﷻ, curiga ini datangnya dari setan yang ingin melemahkan kepercayaan kita sama Alloh ﷻ. 

Tingkatkan rasa syukur kepada Alloh ﷻ, apapun,  sekecil apapun nikmat yang beliau beri, bukankah Alloh ﷻ telah janjikan akan menambah nikmat-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur?

Lihatlah betapa banyaknya orang-orang yang sulit mendapatkan pekerjaan. Betapa banyak yang sulit mencari uang meski hanya untuk makan hari ini. Kita sudah ada gaji meski kadang tetap ada nombok-nomboknya,  tapi minimal sudah tidak susah mikir hari ini makan apa.

Tingkatkan rasa syukur dengan melihat kebawah untuk urusan duniawi.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum ustadzah,

Dalam perjalanan mengemban amanah untuk senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Alloh ﷻ, agar semua bernilai ibadah. Tahu ketika muhasabah dan istighfar ada ilmu musryik yang di sematkan dalam diri, yang menghalangi diri sebagai pemaaf kepada sesama, menyimpan rasa jengkel pada orang tua kandung, orang tua angkat, sehingga menyebabkan keluhan fisik berupa nyeri ulu hati dan perut membesar.

Kemudian, karena memiliki inner child yang belum terselesaikan dengan baik menyebabkan mengeras perut bagian kanan, keras kepala kepada suami yang mengakibatkan tumit punggung, tengkuk sampai ubun-ubun sakit, telinga seperti ada yang berjalan-jalan dan pandangan kabur, apalagi jika sedang baca Al Quran, bisa tidak nampak itu tulisan, yang mungkin karena tuli dan buta dari mensyukuri nikmat Alloh ﷻ yang datang lewat suami dan anak-anak .

Apa yang mesti saya lakukan untuk menetralkan ini semua, utamanya menghilangkan rasa jengkel kepada orang tua angkat, dan penyesalan kepada orang tua kandung, yang selama ini saya sakiti terus. Karena hasutan orang tua angkat, agar hati ini lega. Agar bisa setiap aktivitas bernilai ibadah, untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh ﷻ untuk menambah pundi-pundi amal sholih.

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Taubat kepada Allah azza wajalla. Itu hal utama yang harus dilakukan. 

Bisa dibantu dengan ruqyah syar'iyah.

Semua dilakukan harus dengan tulus, ikhlas karena mengharapkan Ridho Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Erni ~ Jogja
Dengan kondisi lockdown begini, bagaimana caranya taubat mandiri Ustadzah?

🔷 Jawab:
Taubat mandiri?
Memang ada taubat yang tidak mandiri? 

Taubat itu langsung kita dengan Allah azza wajalla. Tidak ada hubungan sama orang lain. 

Silakan lakukan taubatan nasuha dan ikhlas serta Ridho atas takdir yang telah terjadi. Pikiran jangan hanya berputar putar di kesalahan orang lain dimasa lalu, baik masa lalu jangka panjang maupun masa lalu jangka pendek, termasuk beberapa menit yang telah berlalu.

Taubatlah dengan taubat nasuha.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat-sahabatku...

Alloh ﷻ telah menjadikan amanah sebagai salah satu sikap hamba-Nya yang shaleh dan menjadi kekasih-Nya. Sedangkan, orang-orang yang mengkhianati amanat di hari pembalasan nanti diperlihatkan kepada seluruh makhluk dengan diberi tanda khusus yang menegaskan bahwa mereka adalah pengkhianat.

Maka jadilah muslim yang dicintai Alloh ﷻ dengan menjadi hamba yang amanah.

Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan malam ini. 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar