Selasa, 31 Maret 2020

JASA MULIA



OLeH  : Ustadz Mukhtar Azizi

          💎M a T e R i💎

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Ia menjadi mulia di mata masyarakat.

Karena Ketaqwaan.

Menjadi mulia adalah keinginan setiap manusia, namun tidak setiap manusia mengetahui hakekat kemuliaan. Kemuliaan yang hakiki adalah mulia di sisi Alloh ﷻ.

Mulia di sisi Alloh ﷻ pasti mendatangkan keberkahan yang sebenarnya. Lalu ukuran apakah yang bisa digunakan untuk menilai seseorang mulia di sisi Alloh ﷻ atau tidak?

Satu-satunya ukurannya adalah ketaqwaaan. Jika seseorang sudah mencapai derajat taqwa, dia telah mulia di sisi Alloh ﷻ. Semakin tinggi tingkat ketaqwaan nya, semakin mulia kedudukannya di sisi Alloh ﷻ. Sekadar ber-Islam dan beriman tanpa bertaqwa bukanlah ukuran mulia di sisi Alloh ﷻ. Apalah lagi harta, kedudukan, jabatan, profesi, gelar akademik dan gelar-gelar lainnya, prestasi akademik dan prestasi-prestasi lainnya, pakaian kebesaran dan pakaian-pakaian lainnya, popularitas, ketampanan atau kecantikan, dan hal-hal yang bersifat duniawi lainnya.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat:13)

Dengan berpedoman pada wahyu-Nya tersebut, manusia bisa melihat dirinya sendiri dan orang lain secara kasat mata apakah telah mencapai derajat taqwa dan seberapa tinggi tingkat ketaqwaanya.

Salah satu ciri orang-orang yang bertaqwa dalam al-Quran adalah “yuqiimuun ash-sholah” (mendirikan shalat) sebagaimana tersebut dalam dua ayat berikut ini.
“Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:2-3)

Umar bin Khattab adalah sosok yang mulia dan agung. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ يَقُولُ بِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Yahya bin Khalaf berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la dari Muhammad bin Ishaq dari Makhul dari Ghudlaif bin Al Harits dari Abu Dzar ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah meletakkan kebenaran pada lisan Umar yang senantiasa dia ucapkan."

Sementara, Ali bin Abi Thalib menyebutkan: "Orang yang paling baik dari kalangan umat ini, setelah Nabi ﷺ, adalah Abu Bakar, selanjutnya Umar."

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Widia ~ Bekasi
Apa saja yang bisa membuat kita mulia di hadapan Alloh ﷻ?

🌸Jawab:
Mulia dihadapan Alloh ﷻ yaitu bersih hati dan kuat imannya serta istiqamah beribadah dan beramal shalih.

0⃣2⃣ Fat ~ Turki
Ada beberapa orang (kuliah di jurusan keIslaman) mengatakan bahwa orang-orang yang kuliah selain jurusan keIslaman tidak semulia dan tidak sepenting jurusan keIslaman, bagaimana menurut ustadz?

Terimakasih

🌸Jawab:
Yang berhak menetapkan bukan jurusan ataupun kampus maupun seluruh manusia pada umumnya. Yang mulia dihadapan Alloh ﷻ hanyalah iman dan taqwanya.
Meskipun tidak punya gelar tetapi iman dan taqwanya lurus. Inilah yang mulia. Karena terhubung dengan akhirat.

0⃣3⃣ Serra ~ Malang
Assalamualaikum,

1. Bagaimana mencontohkan menjadi mulia untuk anak kecil dan di umur berapa di perkenalkan?

2. Jika sekitar belum bisa menjadi mulia, bolehkah kita mencari contoh yang mulia untuk anak kita?

Terimakasih

🌸Jawab:
Wa'alaikum salam,

1. Anak mengamati lewat panca indranya, maka akan meniru dengan amal shalih yang di dekatnya rajin ibadah dan shalih.

2. Bila belum merasakan kemuliaan, maka boleh ada yang mengarahkannya untuk mendampingi menuju kemuliaan muslim yang sejati.

0⃣4⃣ Nurbaiti ~ Turki
Maaf ustadz, kalau agak menyimpang.
Tertarik nanya terkait kebenaran lisan Umar r.a.

Beliau meyakini seseorang adalah sosok dajjal, bahkan beliau mengatakan lagi di ujung akhir hidupnya. Berarti hal ini adalah suatu kebenaran. Bagaimana menurut ustadz, tentang hal ini?

🌸Jawab:
Lisan yang disampaikan sahabat yang sahih atas kabar dari Rasul Saw. Sebab kehidupan berjalan sampai yaumul akhir. Sedangkan Dajjal bagian proses menuju  akhir zaman.
FITNAH terbesar akhir zaman ditandai dengan kemunculan Dajjal. Dalam banyak hadits tercantum dengan jelas akan bahaya makhluk ini. Bahkan, setiap Nabi pun pasti memperingatkan umatnya untuk waspada agar tidak termakan fitnahnya.

Supaya umat Islam bisa terhindar dari fitnahnya di antaranya adalah melalui jalur ilmu. Dengan mengetahui siapa pengikut Dajjal di akhir zaman, paling tidak umat bisa menyiapkan kewaspadaan sejak dini untuk tidak menjadi bagian dari pengikutnya.
Dalam kitab “al-Mausū’ah fī al-Fitan wa al-Malāhim wa Asyrāti as-Sā’ah.” (2006: 721-727)

0⃣5⃣Atin ~ Pekalongan
Assalamualaikum wr.wb.

Ustadz, sekalipun sudah sangat jelas, kemuliaan seseorang dilihat dari tingkat ketakwaan, tetapi pada umumnya seseorang akan lebih dihormati jika dia berharta dan memiliki jabatan.
Karena jabatannya dia bisa mendapatkan kemudahan. Karena hartanya dia didekati banyak orang.
Apakah itu berarti harta dan pangkat juga merupakan hal penting untuk menunjukkan kemuliaan seseorang?

🌸Jawab:
Wa'alaikum salam,

Ini silau dengan dunia akan cepat sirna. Kemuliaan akan dapat diraih harta dan jabatan nya digunakan untuk meraih ridho Allah.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Tebarkan kebaikan jasa mulia menyertai anda.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar