Selasa, 31 Maret 2020

JANGAN BIARKAN (ANAK) REMAJAMU GUNDAH



OLeH  : Bunda Nurhamida

         💎M a T e R i💎

🌸JANGAN BIARKAN (ANAK) REMAJAMU GUNDAH


Disajikan dalam Kajian Parenting Online
Bidadari Surga
24 Februari 2020

🔹Pengertian Para Ahli tentang Remaja : F.J. Monks (1989)

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh, untuk masuk ke golongan orang dewasa.

Remaja berada diantara anak dan orang dewasa, olah karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase "mencari jati diri" atau fase "topan dan badai". Remaja masih belum mampu memguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.

Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.

🔹Pengertian Para Ahli tentang Remaja

Prof. Dr. Zakiah Darajat
Zakiah Darajat mendefinisikan bahwa remaja “adolescence” diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.

Widyastuti, 2009:
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.

🔹Ciri-ciri Remaja

Pertumbuhan Fisik.
Pada masa remaja pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.

🔹Perkembangan Seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri dan lain sebagainya.

🔹Cara Berfikir

Cara berpikir causatif adalah menyangkut hubungan sebab dan akibat.
Contohnya, remaja duduk didepan pintu, lalu orang tua melarangnya sambil berkata “pantang“. Jika yang dilarang itu anak kecil, maka ia akan langsung menuruti perintah orang tuanya. Namum, jika remaja yang dilarang melakukan hal tersebut, maka ia akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh duduk didepan pintu.

🔹Emosi yang Meluap-luap

Keadaan emosi remaja pada masa itu masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali.

🔹Mulai Tertarik Pada Lawan Jenis

Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada lawan jenisnya dan mulai berpacaran.

🔹Menarik Perhatian Lingkungan

Remaja akan mulai mencari perhatian lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran seperti melalui kegiatan remaja di kampung-kampung.

🔹Terikat Dengan Kelompok

Remaja dalam kehidupan sosialnya tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua berada dinomor dua, sedangkan kelompoknya menjadi nomor satu.

🔹Apa Yang Terjadi Pada Masa Remaja?

Merupakan periode yang pentingPerkembangan fisik dan psikis yang sama cepat memerlukan remaja untuk menyesuaikan diri di dalam sikap dan mental remaja tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perubahan dari masa  anak-anak ke remaja.

🔹Merupakan Periode Peralihan

Adanya peralihan dari masa kanak-kanak ke remaja hal ini berarti bahwa bekas-bekas pada masa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi remaja nantinya.

🔹Merupakan Periode Perubahan

Ada beberapa perubahan dan bersifat universal: meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran, perubahan nilai-nilai yang diakibatkan oleh perubahan minat dan peran dan perubahan pada adanya keinginan kebebasan dan mereka takut bertanggung jawab terhadap sikap-sikapnya.

🔹Merupakan Usia Bermasalah Atau Sulit Mengapa Mengalami Kesulitan?

Karena pada fase kanak-kanak, sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, dan pada fase remaja, mereka merasa mandiri. Mereka ingin mengatasi masalah sendiri. Hal ini yang menyebabkan remaja sulit mengatasi masalah-masalahnya.

🔹Merupakan Masa Mencari Identitas

Mereka lambat laun akan mendambakan identitas diri mereka sendiri yang merasa berbeda dengan teman-temannya, dengan menggunakan simbol-simbol yang menurut mereka pantas dibanggakan kepada semua teman-teman sebayanya.

🔹Merupakan usia yang menimbulkan ketakutan

Yakni adanya stereotipe yang menganggap remaja sebagai masa yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan merusak. Hal ini menimbulkan ketakutan pada remaja jika bersama orang dewasa. Karena hal ini sudah melekat pada sebagian besar orang dewasa pada umumnya.

🔹Merupakan Masa Yang Tidak Realistik

Remaja mempunyai pandangan bahwa dunia sebagai sesuai keinginannya dan tidak sebagai mana kenyataanya, oleh karena hal tersebut remaja meninggi emosinya apabila gagal dan disakiti hatinya. Remaja lambat laun akan mengerti secara rasional dan realistik sesuai bertambahnya pengalamannya.

🔹Tugas  Perkembangan Masa Remaja

√ Memperoleh sejumlah norma-norma dan nilai-nilai.

√ Belajar memiliki peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.

√ Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.

√ Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

√ Mencapai kebebasan ekonomi. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupannya.

√ Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya.

√ Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan bermasyarakat dan.

√ Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat.

🔹Apa Makna Informasi Di Atas Untuk Orang Tua?

Pengetahuan yang memadai yang dimiliki orang tua akan memudahkan orang tua memahami apa yang sedang terjadi pada anak yang beranjak remaja sehingga perlakuan yang diberikan juga akan berbeda. Orang tua tidak semena-mena dalam menyikapi perubahan-perubahan pada buah hatinya, dan berkesempatan melakukan penyesuaian dalam mendampingi putra-putrinya.

Dengan memahami ciri-ciri yang ada pada remaja dan tugas perkembangannya, orang tua dapat menyiapkan diri apa saja hal yang akan disampaikan pada putra-putrinya terutama yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai muslim. Orang tua dapat bekerja sama dengan lingkungan dan sekolah untuk memberikan lingkungan tumbuh kembang yang sesuai kebutuhan remaja.

🔹Apa Yang Harus Dilakukan Orang Tua Agar Remaja Tidak Galau?

1. Janganlah Menjadi Orang Tua Yang Galau.

Kegalauan orang tua yang dimaksud adalah ketidakmampuan orang tua memahami apa yang tengah terjadi pada remajanya. Orang tua cenderung memandang anak jelang pubertas ini masih seperti anak anak yang harus selalu diatur dan dibatasi keinginannya. Orang tua yang seperti ini cenderung akan mendorong anak melakukan pembangkangan, jiwanya gelisah karena merasa tidak dimengerti karena pada saat yang sama ia juga merasa bingung dengan berbagai perubahan yang sangat cepat yang terjadi dalam tubuh dan psikologinya. Hal ini tentu berdampak pada cara berpikirnya.

2. Tambah Ilmu Mengenai Perkembangan Remaja Baik Dari Tinjauan Psikologi Maupun Agama

Ada kaidah ilmu dulu sebelum amal. Maka kaidah ini wajib hukumnya bagi para orang tua. Pelajari bagaimana agama memerintahkan orang tua dalam mendidik anak seperti dalam surat Luqman 14-17, perjalanan Nabi Ibrahim mencari tuhan dalam Surat Al An Am 74-78, Tentang pentingnya mendatangi sumber ilmu dalam surat Al Kahfi ayat 66, Thoha ayat 114, dan masih banyak lagi.

Pelajari sirah, bagaimana Nabi Muhammad SAW mendidik anak-anak dan remaja pada masa beliau saw berdakwah. Maka akan ditemukan nama Ali bin Abi Thalib ra, Zaid bin Tsabit ra, Aisyah ra binti Abubakar ra, Mushab bin Umair ra, Umair bin Abi Waqash ra, Asma’ binti Abubakar ra, Salman al Faritsi, dan lain-lain. Mereka adalah contoh remaja yang tidak mengalami masa sulit dan galau seperti kebanyakan remaja sesudahnya.

3. Menjadi Teladan Dalam Berkehidupan

Hendaklah orang tua mendidik dirinya sendiri untuk memiliki 10 karakter berikut:
Ikhlas, Bertakwa, Berilmu, Bertanggung jawab, Sabar dan Tabah, Lemah lembut dan Tidak Kasar, Penyayang, Lunak dan Fleksibel, Tidak mudah marah, Akrab namun berwibawa.

Dengan memiliki karakter tersebut, remaja kita tidak kesulitan mencari figure idoal karena ia berada di dekatnya, di depan matanya. Remaja tidak akan mencari perhatian keluar rumah apabila orang tua dapat mencukupinya menjadi role model dalam segala hal.

4. Mendekatkan Diri Pada Allah Dan Memohon Pengawasan-Nya Untuk Remaja Kita

Ini adalah langkah wajib sebagai penutup upaya kita sebagai orang tua. Setelah berikhtiar, maka gantungkanlah seluruh harapan pada Allah SWT agar Dia menjaga buah hati kita di manapun ia berada. Dengan berserah diri pada Allah, maka apapun yang terjadi kita telah memiliki keyakinan semua tidak terlepas dari takdir-Nya.

Ayo Bunda… Lakukan fastabiqul khoirot…

Remaja kita memerlukan kehadiran kita. Jadilah sahabatnya yang bersedia mendengarkan dan mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Berikan saran dengan cara yang dapat diterimanya lalu damping dan berikan ia kepercayaan bahwa ia mampu melakukannya.

Jadilah pagar tumbuhan, yang indah dipandang  dan pada saat bersamaan dapat membatasi orang lain tidak melewati teritori pemilik. Memberi Batasan pada remaja haruslah dengan menyentuh jiwanya, mintalah ia sendiri yang menjadi pembatas dirinya dengan lingkungan yang tidak sehat, dari pemikiran yang tidak lurus, dan dari pergaulan yang tidak terpuji. Dengan berdialog dan berkomunikasi yang efektif, hal ini dapat dilakukan.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Sumber:
1. https://riyanalamsyah.blogspot.com/2014/10/psikologi-perkembangan-dewasa-menurut.html

2. https://www.idjurnal.com/2015/09/pengertian-tahapan-ciri-ciri-remaja.html

3. https://www.sumberpengertian.id/pengertian-remaja

4. https://www.fiqihmuslim.com/2017/08/ayat-al-quran-tentang-pendidikan.html

5. Buku Kehidupan Para Sahabat Jilid 1 oleh Muhammad Yusuf al Khandalawi rah.a. penerbit Karya Zaadul Ma’aad, 2006.

6. Mencetak generasi Rabbani, Mendidik Buah Hati pustaka Darul Ilmii Menggapai Ridha Ilahi, oleh Ummu Ihsan Choiriyah dan Abu Ihsan Al Atsary, 2010.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Nurbaiti ~ Turki
Assalamu alaykum,

Bagaimana cara terbaik membantu anak (laki-laki 13 tahun) dalam menemukan jati diri dengan banyaknya perbedaan antara ibu dan ayah?
Misal, ibu bermahzab Syafii, ayahnya Hanafi.

Jazakillah khayr.

🌸 Jawab :
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Mbak Nurbaiti, menghadapi perbedaan mazhab ini memang memerlukan kelapangan hati dan kerendahan hati untuk memahami bahwa mazhab yang dinisbatkan pada nama ulamanya,  menyampaikan pemikiran ulama tersebut tentang pemahaman terhadap sunnah Rasulullah dengan landasan hadits shahih.

Saya tidak hafal sejarah tiap ulama mazhab ini, tetapi dari beberapa kajian yang pernah saya ikuti, justru Imam Syafii adalah murid dari Imam Malik. Imam Syafii dapat mempelajari kitab Muwattha karya Imam Malik dalam 9 malam. Imam Syafii juga berguru pada Imam Ahmad bin Hanbal.

Nah...
Dengan mengetahui sejarah mereka, kita akan lebih paham, bahwa sumber ilmu para imam adalah sama, yakni Rasulullah melalui hadits-hadits yang mutawattir. Perbedaan biasanya disebabkan oleh cara memahami masalah dan di mana wilayah para imam bermukim.
Jadi jika dikembalikan pada hadits asalnya, insyaallah tidak akan berbeda.

Nah, dalam hal ini coba dilihat, pandangan fiqh kedua imam tersebut, biasanya perbedaannya tidak terlalu besar. Kecuali dalam topik tertentu.

Jadi saran saya, biarkan ananda mempelajari semua mazhab karena itu adalah bentuk upaya para imam untuk memberi kemudahan pada umat Islam memahami agama. Jika ada perbedaan maka kembalikan pada haditsnya yang shahih.

Karena keempat imam tersebut selalu menyatakan, jika ada yang menyelisihi, maka tinggalkan.

Demikian ya Mbak, jangan sampai gara-gara beda imam, akhirnya keluarga menjadi pecah. Ini pekerjaan setan yang sangat halus.

0⃣2⃣ Khonika Cahya ~ Solo
Assalamu'alaikum,

Bagaimana cara membentuk karakter anak disiplin tanpa banyak menyuruh atau diingatkan?

Dan bagaimana seharusnya sikap kita sebagai orang tua di zaman milenial ini dalam membersamai putri remaja kita, mengingat pergaulan di luar sedikit banyak membuat khawatir, ingInnya kita tetaplah menjadi sahabat dekatnya?
Jazakillah khoir.

🌸Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Kunci membersamai remaja milenial adalah berpegang teguh pada  kitabullah dan sunnah Rasul.

Mengapa demikian?
Karena dengan keduanya, sudah dijamin oleh Allah keselamatan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Bagaimana caranya, Bun?
Tentunya sebagai orang tua, rajinlah mendatangi majelis ilmu, utama berkenaan dengan tauhid dan akhlaq. Dari kajian ilmu ini, kita akan dituntun berdasarkan ajaran Rasulullah bagaimana cara berinteraksi antara suami istri, antara orang tua dan anak, antara kita dengan tetangga, dan seluruh aspek kehidupan yang dijalani.

Dengan bekal inilah, kita mendidik remaja kita untuk taat pada aturan agama. Tidak ada yang menyangkal bahwa pendidikan keimanan dan akhlaq yang ditanamkan sejak dini, merupakan benteng terbaik dalam  menghadapi dekadensi moral dan buruknya akhir zaman.

Setelah membekali remaja kita sedari kanak-kanak nilai-nilai tauhid, memberi teladan mereka cara bermuamalah, berikan mereka lingkungan yang baik dan jadilah sahabat yang selalu ada manakala mereka memerlukan kita.

Jangan lupa, berdoa kepada Allah agar mereka senantiasa dalam penjagaan-Nya. Bekali remaja kita dengan kebiasaan membaca zikir pagi dan petang. Zikir ini adalah senjata dan perlindungan setiap muslim di mana saja ia berada.

Demikian Mbak, semoga dapat membantu.

0⃣3⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Assalamualaikum bunda,

Bagaimana menjelaskan pada anak remaja jika kedua orang tuanya sedang mengalami permasalahan? Perlukah di jelaskan secara detail atau hanya garis besarnya saja?

Hal ini banyak terjadi di sekitar kita dan terkadang anak berpihak pada ayah atau ibu saja dan membenarkan salah satunya yang menurut dia patut di bela!

Terimakasih Bunda.

🌸Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,

Setiap keluarga pasti akan mengalami masalah-masalah. Semakin lama usia pernikahan maka masalah yang datang semakin tinggi nilai ujiannya.

Yang perlu dipahamkan pada remaja kita seyogyianya sudah diterapkan sejak dini usia bahwa setiap soalan yang dihadapi adalah ujian bagi ketahanan keluarga. Bahwa ayah dan ibu menikah tidak lain untuk menunaikan sunnah Rasul dan melaksanakan perintah Allah sebagai khalifah dan kelak menemui Allah dengan selamat di hari akhir.
Konsep ini penting sekali dimiliki orang tua agar pada saat keluarga tengah menghadapi masalah, memiliki pijakan dalam menyelesaikannya.

Jika ayah dan ibu berkonflik, maka pada situasi ini harus ada salah satu pihak yang lebih matang berpikirnya, yakni mempertimbangkan dampaknya pada remaja kita.

Jika sudah telanjur remaja kita mengetahui persoalan kedua orang tua, maka salah satu (sebaiknya keduanya) memberikan penjelasan pada anak tentang situasi yang dihadapi. Mintalah pada mereka untuk dapat menerima situasi ini dan tanyakan pada mereka pandangan mereka terhadap masalah yang sedang dihadapi ayah dan ibu.

Jika ayah dan ibu benar benar tidak bisa berbicara bersamaan, maka bisa dilakukan bergantian namun ayah dan ibu harus bersikap adil, tidak mencoba mencari dukungan dari anak-anak.

Biasanya anak-anak akan cenderung membela pihak yang menurut mereka dizalimi. Ini hal yang wajar. Namun, tetaplah memberikan pemahaman pada mereka bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah saling bahu membahu untuk bisa melewati kesulitan.
Pada saat yang sama, jangan lupa untuk mendekatkan diri pada Allah dan mohon pertolongan-Nya agar dimudahkan menjaga keutuhan keluarga.

Biasanya jika kembali pada Allah, ayah dan ibu memperbaiki ibadah, dan menambah ilmu agama, persoalan ini lebih mudah diatasi.

🌴Pola asuh orang tua zaman dulu berbeda dengan pola zaman sekarang ada yang bisa terapkan pada anak ada yang tidak. Apakah boleh menerapkan gabungan dari pola asuh 2 zaman itu pada anak?

Terkadang anak sekarang agak susah diingatkan dan selalu berkata "itukan zamannya bunda."
Bagaimana menyikapi hal tersebut?

Jazaakillahu khoiran bunda.

🌸Mendidik anak tentu harus menyesuaikan dengan zamannya, tetapi nilai-nilai yang disampaikan tidak akan berubah selama nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang baik dan tidak bertentangan dengan agama.

Menanamkan kedisiplinan, misalnya nilai yang diajarkan sama dengan zaman dulu tetap pendekatannya yang berbeda. Seperti, jika dulu disiplin itu identik dengan keras dan kasar, maka zaman kini disiplin bisa dengan cara lemah lembut namun dengan aturan yang sudah dibuat sedemikian rupa termasuk reward dan punishment (hukuman) nya.

Anak-anak sekarang agak susah diingatkan, boleh jadi karena pada masa balitanya, saat anak seharusnya mendapatkan pola asuh yang benar untuk menumbuhkan kepatuhan, disiplin, menghormati orang yang lebih tua, mereka tidak mendapatkannya karena umumnya ibu dan ayahnya sudah pergi bekerja sejak awal hari, dan kembali ke rumah kala matahari terbenam.

Sepanjang hari setelah mereka sekolah, siapakan yang menjadi role model (panutan) mereka?
Yang mendidik mereka di rumah?
Yang mendengarkan keluh kesah mereka?
Hampir dikatakan tidak ada.

Yang mengisi mereka adalah tetangga yang dititipi, kakek nenek yang sudah berkurang tenaga dan kemampuannya yang sebenarnya tidak boleh dititipi cucu, atau mbak pengasuh yang SMP (Sekolah Menengah Pertama) saja belum tentu tamat.

Inilah yang mengisi hampir 2/3 hidup anak anak ini sehari harinya. Belum lagi jika yang menemani mereka adalah gadget. Maka, tidak heran demikianlah generasi milenial pada umumnya.

Karena itu jika tidak ingin kejadian seperti itu, jika seorang muslimah telah memutuskan menikah, maka bersiaplah untuk menjadi ibu di rumah, bukan menjadi ibu pekerja. Lakukan tanggung jawab besar ini sepenuh hati karena balasannya tidak main-main lho... SURGA.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Berpegang teguhlah pada tali Allah agar keluarga tetap berada dalam pertolongan-Nya, sehingga remaja kita tidak menjadi gundah dan galau, tumbuh menjadi remaja yang kokoh dan tangguh.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar