Rabu, 21 Februari 2018

Jangan Biarkan Dia Berdebu dan Membeku



OLeh   :  Irnawati Syamsuir Koto

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan RahmatNya hingga kita bisa bersama malam ini, sholawat dan salam untuk Rasulllah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir masa.

Senang bisa temui Sahabat malam ini, karena jadwal hari Ahad terpaksa di Reschedule karena saya harus keluar kota.

Kita buka dengan sebuah hadits Rasulullah SAW
Hati orang sholeh begitu lembut, sensitif, mudah menerima cahaya petunjuk Tuhan. Hati seorang pendosa menjadi gelap, tertutupi, berkarat, keras, dan karenanya tidak dapat ditembus cahaya petunjuk (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Seorang mukmin. Hatinya sangat lembut dan peka terhadap tanda-tanda kebenaran yang diisyaratkan Tuhannya. Cermin nuraninya yang bening spontan dapat mengenali cahaya Allah, dan segera memantulkannya. Maka, seketika jiwanya menjadi terang dan lapang, sebagaimana ruangan gelap yang terasa lega dan nyaman begitu lampu dinyalakan di dalamnya.

Dan bagi yang ingkar kepada Allah hatinya laksana malam yang kelam tanpa cahaya, begitu sulit untuk melangkah menemukan kebenaran. Keras penuh kesombongan. Ketika menghadapi kebenaran, serta-merta hatinya tertutup. Bahkan, secara sengaja mereka menutupnya sendiri.

Permusuhan mereka terhadap kebenaran adalah kebencian sejati yang sangat mengerikan. Apakah iman bisa masuk ke dalam hati seperti ini? Sangat susah, karena pemiliknya telah menguncinya dari dalam. Ibaratnya: jauh lebih mudah membangunkan orang tidur sungguhan dibanding menyadarkan orang yang pura-pura tidur.

Membimbing orang bodoh yang mau belajar pasti lebih gampang dibanding mengajari seseorang yang keras kepala dan sok tahu. Ini sangat menjengkelkan.

Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Bada’i al-Fawa’id [3/743], “Tatkala mata telah mengalami kekeringan disebabkan tidak pernah menangis karena takut kepada Allah ta’ala, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya keringnya mata itu adalah bersumber dari kerasnya hati. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.”

Tidak semua hati manusia  itu mudah menerima nasehat dan kebenaran, inilah yang menjadikan jalan hidup manusia tersesat.  Adapun sebab dari kerasnya hati tidak bisa menerima hidayah adalah karena maksiat dan lalai mengingat Allah, hati yang keras ibarat karang. Sulit menerima kebenaran dan gembira dalam kemaksiatan. Tidak jarang kita temukan orang yang gemar maksiat, lalu dinasehati tetapi malah justru membantah bahkan lebih jauh dapat mengolok-olok agama, wal iyadzubillah.

🔷🌷🔷
Ibnu Rajab (736-795 H) seorang ulama hadits, ahli fiqih dan ushul terkemuka, merinci sebab hati menjadi keras dan sulit menerima hidayah.

1.  Banyak Bicara Dan Meninggalkan Dzikrullah.

Ini disimpulkan dari hadits Rasulullah saw,
"Janganlah kamu banyak bicara kecuali dzikrullah. Sungguh, banyak bicara itu membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang berhati keras," (HR Tirmidzi No.2413, Malik dan Baihaqy).

Dalam riwayat lain, beliau bahkan menyebut hati yang keras sebagai salah satu biang kesengsaraan (HR al-Bazzar, Majma az-Zawaid 10/226).

2. Banyak Tertawa.

Kebiasaan buruk ini menjadikan hati lalai mengingat Allah, sehingga  menjadikan hati  kehilangan ruh dan kesadaran jati diri. Maka tepat, jika Rasulullah saw jauh-jauh hari mengingatkan untuk menghindari kebiasaan yang satu ini.
"Janganlah kalian banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati,"(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

3. Banyak Makan.

Apalagi jika yang dimakan itu berupa barang syubuhat (meragukan) atau haram, atau diperoleh dengan cara yang sama. Seorang ulama, Bisyr bin al -Harits, pernah menjelaskan bahwa banyak bicara dan makan merupakan dua penyebab hati menjadi keras. Selain menyebabkan hati keras, banyak makan akan menyebabkan badan subur dan besar syahwatnya, inilah "bahan bakar" dari setan untuk melakukan maksiat. Sangatlah bijak Rasulullah mengajarkan kepada kita supaya puasa karena dengan puasa nafsu syahwat akan teredam.

4. Banyak Dosa Dan Maksiat.

Rasulullah saw sangat tepat dalam salah satu haditsnya, ketika mengibaratkan dosa seperti titik hitam yang menempel di hati. Jika pelakunya bertobat lalu meninggalkan kemaksiatannya dan memohon ampun pada Allah, hatinya berubah mengkilat. begitu juga dengan keimanan dapat bertambah dan berkurang dapat bertambah jika senantiasa mengingat Allah, dan berbuat kebaikan dan dapat berkurang dengan lalai mengingat Allah dan senang dengan kemaksiatan.

“Jika kemaksiatannya bertambah, bertambah juga titik itu sehingga hatinya menjadi tinggi, sombong dan tak dapat menerima kebenaran. (HR Tirmidzi).

🔷🌷🔷
Selain 4 faktor diatas ada beberapa faktor penting lain yang menyebabkan kerasnya hati, diantaranya:

1. Ketergantungan Hati Kepada Dunia Serta Melupakan Akhirat

Kalau hati sudah terlalu mencintai dunia melebihi kecintaan akan akhirat maka hati akan tergantung terhadapnya, sehingga cepat atau lambat laun keimanan akan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk melaksanakan ibadah kepada Allah.

Kesenangannya hanya kepada urusan dunia belaka sehingga urusan akhirat terabaikan dan bahkan terlupakan. Hatinya lalai mengingat kematian, maka jadilah dia seorang penghayal dan panjang angan-angan.
Seorang Salaf berkata, "Tidak ada seorang hamba, kecuali dia mempunyai dua mata di wajahnya untuk memandang seluruh urusan dunia dan juga mempunyai dua mata di hatinya untuk melihat seluruh perkara akhirat."

Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia membuka kedua mata hatinya dan jika Dia menghendaki selain kebaikan baginya maka dia akan biarkan hamba tersebut tidak mampu melihat dengan mata hati-nya, lalu dia membacakan ayat:

﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ﴾

“Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad:24)

2.  Lalai

Lalai merupakan penyakit berbahaya apabila menjalar di dalam hati dan ber-sarang di dalam jiwa. Karena hal ini akan menjadikan anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati akhirnya menjadi terkunci. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah di kunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. An-Nahl:108)

Orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati yang keras membatu, tidak mempan dengan berbagai macam nasehat. Dia seperti batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata namun tidak mampu melihat kebenaran, tidak mampu membedakan antara yang bermanfaat dan yang membahayakan bagi dirinya. Mereka juga memiliki telinga, tapi hanya digunakan untuk mendengarkan berbagai macam kebatilan, kedustaan dan kesia-siaan, tidak digunakan untuk mendengarkan kebenaran dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam (lihat Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 179)

3.  Teman Yang Buruk

Ini juga merupakan salah satu sebab terbesar yang menyebabkan kerasnya hati seseorang. Orang yang memiliki teman yang buruk, yang berkubang dalam dosa dan maksiat, banyak bergurau dan tertawa tanpa batas, suka mendengar musik dan menghabiskan waktunya untuk film dan berbagai perbuatan yang sia-sia dan melalaikan maka sangat memungkinkan dia akan terpengaruh oleh kondisi tersebut.

4. Terbiasa Dengan Dosa dan Maksiat

Dosa adalah penghalang jalan bagi seseorang untuk sampai kepada Allah.
Sebuah dosa akan memicu terjadinya dosa lain yang mungkin lebih besar dari yang pertama, sehingga dia menjadi bertumpuk tanpa terasa. Dianggapnya hal itu biasa-biasa saja, padahal satu persatu dosa dan maksiat tersebut masuk ke dalam hati dan menjadikan hati gelap dan keras, sehingga dosa tersebut menjadi ketergantungan yang sangat sulit dan berat untuk dilepaskan. Maka semakin melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam hati, dan melemah pula jalannya hati menuju kepada Allah dan kampung akhirat.

5.  Melupakan Kematian dan Hari Akhirat

Hati yang keras menjadikan pemiliknya lalai dari mengingat kematian dan ngerinya
sakaratul maut, adzab kubur, huru hara padang mahsyar, timbangan amal, shirath, Surga dan Neraka, semuanya akan hilang dari ingatan dan hatinya.

6.  Melakukan Perusak Hati

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata: “Ada lima perkara yang menjadi perusak hati yaitu banyak bergaul dengan sembarang manusia, panjang angan-angan, bergantung kepada selain Allah, berlebihan dalam makan dan berlebihan tidur."

Hati yang lembut merupakan nikmat yang sangat besar sedangkan hati yang keras merupakan musibah yang sangat besar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 22: “Maka kecelakaan besar bagi mereka yang hatinya telah keras membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata.”

🔷🌷🔷
Sahabat RAK Yang dirahmati Allah.

“Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.” (Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7/442).

Hati merupakan pengendali manusia, manakala hatinya baik maka ia akan mengarahkan pemiliknya kepada hal-hal yang baik dan menahannya untuk berbuat kemungkaran. Namun apabila hatinya  menjadi keras maka kehidupan seseorang menjadi tidak terkendali, dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang batil sehingga ia mudah terjerumus ke dalam lembah yang hina, bergelimang dalam dosa dan maksiat.

Hati juga merupakan sumber kebahagiaan apabila kita mampu membersihkan-nya, namun sebaliknya dia bisa menjadi sumber bencana dan penderitaan apabila kita menodainya. Amalan badan sangat tergantung dari lurus atau bengkoknya hati seseorang. Abu Hurairah Radhiallaahu ‘Anhu berkata, "Hati adalah pemimpin, sedangkan anggota badan lainnya adalah tentaranya. Apabila pemimpinnya bagus, maka akan bagus pula tentaranya namun apabila pemimpinnya buruk, maka akan buruk pula tentaranya."

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah badan itu seluruhnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya, ketahuilah bahwa dia itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Berikut ini beberapa tanda-tanda apabila hati kita menjadi keras dan jika ini ada perlu kita waspadai :

1. Malas Melakukan Ketaatan dan Amal Kebaikan

Merasa berat dan malas melaksanakan ibadah, baik yang wajib apalagi ibadah-ibadah sunnah. Melaksanakan shalat asal-asalan, tidak bersungguh-sungguh dan tidak khusyu’. Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan tentang ciri orang-orang munafik:

“Dan mereka tidak mengerjakan shalat melainkan dengan malas dan tidak pula menginfakkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At-Taubah:54)

2. Tidak Tersentuh dengan Nasehat dan Ayat-ayat Al-Qur'an

Ketika disampaikan nasehat tentang janji dan ancaman Allah, maka dia tidak terpengaruh sama sekali, tidak mendengar dan taat, lalai dari membaca Al-Qur'an, tidak mentadabburinya bahkan berpaling dari Al-Qur'an.

3. Tidak Tersentuh dengan Ayat-ayat Kauniyah

Tidak tersentuh dengan berbagai peristiwa atau musibah yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai suatu hal yang biasa yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.

4. Berlebihan Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat

Orientasi kehidupan dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia semata. Sehingga menjadilah dia seorang yang suka mendengki, egois dan individualis, bakhil dan tamak terhadap harta dunia.

5.  Tidak Mengagungkan Allah.

Orang yang memiliki hati yang keras tidak akan mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Sehingga tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa-dosa yang terjadi, hilangnya rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari perkara yang mungkar.

6.  Kegersangan Hati

Orang yang memiliki hati yang keras tidak akan merasakan ketenangan dan kedamaian. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu, dadanya sempit dan sering mengalami kegoncangan.

7.  Kemaksiatan Berantai

Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.

🔷🌷🔷
Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah yaitu:

1. Ma'rifatullah (mengenal Allah)

Siapa yang mengenal Allah dengan baik maka hatinya pasti akan lunak dan lembut dan siapa yang jahil terhadap-Nya maka hatinya akan menjadi keras. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah maka dia akan semakin berani melanggar batasanNya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaanNya.

2. Mengingat Kematian

Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, adzab kubur juga penderitaan saat sakaratul maut, menghadiri jenazah, ziarah kubur, memikir-kan keadaan orang yang meninggal dunia yang meninggalkan keluarganya,  jabatannya, kekuasaannya dan semua hartanya. Kemudian dia memikirkan keadaan dirinya yang sebentar lagi juga akan mengalami hal yang sama. Maka semua hal tersebut termasuk mengingat kematian. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan kita dari keterlenaan.

3. Memperhatikan Ayat-ayat Al Qur'an

Memikirkan janji dan ancaman Allah, perintah dan laranganNya. Maka dengan memikirkan kandungan Al-Qur’an hati akan tunduk, iman kita akan bergerak mendorong dan memotivasi kita untuk berjalan menuju ke jalan Allah, hati akan menjadi lunak dan takut kepada Allah.

4. Mengingat Kiamat Dan Hari Akhirat

Huru-hara hari kiamat, Surga dan segala kenikmatanya, dahsyatnya adzab neraka yang disediakan bagi para pelaku dosa dan kemaksiatan.

5. Memperbanyak Dzikir Dan Istighfar

Dzikir dan taubat dapat melunakan hati yang keras karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir dan memperbanyak taubat dan istighfar kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka keras-nya hati semakin bertambah pula.

6. Bergaul Dengan Orang Shalih

Orang shaleh akan memberikan kita semangat ketika kita lemah, mengingat-kan kita ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah.

7. Mengintrospeksi Diri

Apabila seseorang tidak melakukan introspeksi dan melihat kekurangan diri-nya maka dia tidak akan pernah tahu kalau hatinya sedang sakit dan memiliki banyak kekurangan. Jika ia tidak merasa sakit atau memiliki kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki dirinya atau melakukan usaha untuk mengobati rasa sakit yang dideritanya.

8. Memperbanyak Do’a

Meminta kemudahan dan pertolongan dari Allah untuk menjadikan hati kita tetap berada di atas jalanNya yang lurus.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Serra
Assaalamualaikum ustadzah.
1. Kalau dasarnya perempuan itu cerewet dan cenderung bawel. Apakah termasuk keras hatinya atau bagaimana?

2. Jika paham agama Islam tapi tidak mengamalkannya apakah termasuk rusak hatinya?

3. Kalau jatuh cinta sama misal calon suami apakah bisa jadi kenapa-kenapa sama hati kita?
Terima kasih.

🔷Jawab:
01. Sebaik-baik manusia adalah yang bisa menahan lisan dan menata lisannya. keinginan ngomong, keinginan untuk bicara ini dan itu diganti dengan menyibukkan dengan lisan saja. karena banyak bicara untuk hal-hal yang tidak bermanfaat akan membuat hati jadi banyak debu -debu yang akan mengotorinya. layaknya cermin yang berdebu jika makin tebal debu maka akan berkarat dan sulit untk dibersihkan.

02. Bisa jadi hatinya rusak, atau Allah belum bukakan hidayah untuk orang tersebut bisa beramal sesuai ilmunya.

03. Jatuh cintalah pada yang halal. Jatuh cinta kepada yang belum halal tentunya akan merusak hati, karena bisa memanjangkan angan-angan kepada yang belum sah.

Wallahu a'lam.

0⃣2⃣ Aliyah
Assalamuslaikum wr.wb.

Ustadzah, saya ingin bertanya, saya memiliki siswa mualaf, kurang lebih baru 1 tahunan. Dia ini mualaf karena sekarang ikut ibunya (ibu pisah dengan suami). siswa saya ini belum mengenal lebih dalam mengenai islam. Sedangkan keseharian ibunya pun sibuk kerja jadi anak jarang mendapatkan perhatian dari orang tua . Setiap malam siswa ini menurut ceritanya suka diisengin ketika lagi tidur (dari pintu kamar yang kebuka laptop yang jatuh, dan lain-lain ). Dia pun masih mencari dimana Tuhannya sebenarnya. Saya sudah menyarankan agar dirinya memiliki guru spiritual (ustadz) dan belajar ngaji yang benar. tapi sampe sekarang belum juga dilakukan. Bagaimana solusinya ummi...
Syukron.

🔷Jawab:
Saya butuh data lebih banyak kayaknya mbak alaiyah. Kalau bisa tolong hubungkan saya dengannya. Dan nanti kita coba cari jalur untuk beliau, Insyaa Allah akan ada jalan, kalau bisa nanti saya carikan chanel ke Irena center atau Mu'alaf center untuk pembinaa. Dan Insyaa Allah saya juga akan bantu lewat OL
atau nanti saya coba juga hubungkan dengan yayasan arimatea yang cukup memperhatikan mu'allaf.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘

Dasar keimanan atau kekufuran, dasar hidayah dan kesesatan dan dasar keberuntungan dan kenistaan tergantung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba. Hati manusia merupakan raja yang berkuasa, dia adalah pemimpin yang dipatuhi.

Maka, kebaikan, keselamatan dan keistiqamahannya adalah modal segala kebaikan, faktor utama untuk meraih segala kebahagiaan di dunia dan di akhirat. “Kebaikan jasad sangat tergantung kepada kebaikan hati. Apabila hati baik dengan ketakwaan dan iman, maka seluruh jasad menjadi baik untuk melakukan ketaatan dan kepatuhan.”

Wallahu a’lam Bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar