Rabu, 21 Februari 2018

All About Murobbi



OLeh     : Ustadz  Undang S.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.،

أَمَّا بَعْدُ؛

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dalam rangka thalabul ilmi, mencari ilmu.
Serta kita bisa bersilaturahim, saling menyapa di depan gadget masing-masing.

InsyaAlloh di majlis yang mulia ini walau hanya sekedar kajian online tidak akan mengurangi keberkahan nya dan dalam kadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat.

Mudah-mudahan dalam setiap jentikan jemari kita bisa membuahkan pahala bagi kita semua
bisa menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat di hadapan Allah Swt.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi'in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.

Di awal Kajian online ini mari kita sama-sama untuk menata niat, menguatkan niat dan melandasi langkah kita dengan niat ikhlas karena Allah Swt.

Pada kesempatan inipun mari kita sama-sama hadirkan hati dan pikiran untuk mencari ilmu, serta setelah kajian online ini dari majlis ta'lim ini senantiasa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan bisa menguatkan keimanan dan membuahkan amal shaleh.

Amiin ya robbal a'lamiin

🌷🌸🌷
Teringat ketika dulu sekali.....
Saat masih dalam keadaan jahiliah..
Tidak pernah terbayangkan akan masuk ke dalam lingkaran cinta..
Sebuah lingkaran yang dikelilingi oleh saudara-saudara sholeh

Hijrah, satu kata yang menggambarkan proses itu..
Proses dimana ana ingin berubah....
Karena bosan dengan kehidupanku yang jauh dari Alloh...
Proses yang begitu banyak rintangan...
Hambatan silih berganti menghampiri...
Meski ana tahu itu semua tidak sebanding dengan apa yang telah dialami rasulullah ketika itu..

Selalu ada sosok yang memotivasi.....
Yakni seorang Murabbi..
Yang senatiasa mendoakan segala kebaikan..
Mengevaluasi amalan kita..
Yang selalu bersedia mendengarkan segala keluh-kesah kita..
Yang tidak pernah menganggap dirinya hebat..
Karena ilmu yang selalu dibagikannya tiap minggu..
Seorang murabbi selalu tawadhu dan muhasabah diri sebelum orang lain menegurnya..

Kami tahu, dirimu tidak sempurna, selalu ada kesalahan-kesalahan yang dibuat meski tanpa sadar..
Bagiku, kekuranganmu adalah kekuatanmu..tugas kami sebagai seorang mutarabbi adalah menerima dengan lapang dada segala kekuranganmu..
Karena kau terlebih dahulu menerima segala kekurangan kami pada awal kita bertemu..

Kau yang begitu tegar, merangkulku disaat takut..
Menegurku disaat mulai jauh..
Memotivasiku saat sedang jatuh..

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
(QS. 21 : 107).

Misi keberadaan kita sebagai muslim di dunia ini tiada lain kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.
Rahmat dalam pengertian menebarkan kasih sayang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Misi tersebut tidak bisa tidak mengharuskan kita hidup dalam jalan dakwah....
Mengapa?

Hanya dakwah yang membuat seorang muslim konsisten mengajak orang lain ke arah kebaikan dan kasih sayang.

Jalan selain dakwah adalah jalan yang penuh ketidakpastian dan keraguan untuk merealisasikan misi keberadaan manusia muslim tersebut.
Jalan yang seringkali menggelincirkan seseorang kepada sikap egois dan hanya mementingkan diri sendiri.

Itulah sebabnya Allah mewajibkan setiap muslim berdakwah, agar mantap merealisasikan misi keberadaannya di muka bumi.
Kewajiban tersebut bahkan sudah kita sandang sejak akil baligh.

“Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”
(QS. 31 : 18).

Dakwah adalah jalan orang-orang yang mulia sepanjang masa...
Saking mulianya jalan tersebut, Allah SWT sampai menyebutnya sebagai jalan “yang terbaik” . “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
(QS. 41 : 33).

Ironis jika ada seorang muslim yang secara sadar meninggalkan jalan dakwah.

🌷🌸🌷
Untuk berdakwah, kita perlu memahami tahapan dakwah.
ada dua tahapan dakwah
■ Dakwah umum (‘ammah)
■ Dakwah khusus (khossoh).

Dakwah ‘ammah adalah dakwah yang ditujukan kepada masyarakat umum tanpa adanya hubungan yang intensif antara da’i (orang yang berdakwah) dengan mad’u (orang yang didakwahi).
Sebagian besar fenomena dakwah yang ada di masjid-masjid dan media massa adalah dakwah ‘ammah.

Follow up (kelanjutan) dari dakwah ‘ammah adalah dakwah khossoh. Yakni dakwah kepada orang-orang terbatas yang ingin bersungguh sungguh mengamalkan Islam.
Hubungan antara da’i dan mad’u berlangsung intensif pada dakwah khossoh.

Pada dakwah khossoh ini membutuhkan alat yang sempurna. Alat yang sempurna itu adalah sang murabbi.

Murabbi mempunyai fungsi yang besar bagi kehidupan dakwah khossoh.
Murabbi adalah seorang qiyadah (pemimpin), ustazd (guru), walid (orang tua) dan shohabah (sahabat) bagi mad’unya (binaanya). Peran yang multifungsi ini menyebabkan seorang murobbi harus memiliki keterampilan, antara lain keterampilan memimpin, mengajar, membimbing dan bergaul.

Keterampilan yang akan berkembang seiring dengan pengetahuan dan pengalaman sang murabbi...

Murabbi memiliki peranan lebih khusus karena ia melakukan takwin (pembinaan) yang lebih khusus sifatnya, dia tidak hanya mengukur keberhasilan pembinaan dari untaian materi yang disampaikan tetapi juga bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani, spiritual, dan social mutarobbinya.

Begitu berat tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang murabbi.
Dan pada saat nanti kita pun harus siap untuk menjadi murabbi.
Sungguh tidak adil ketika kita hanya ingin menjadi mutarabi hanya mau dibina tanpa mau membina!

Sebelum kita mengenal lebih jauh tentang kata murabbi.
Ada baiknya kita mengetahui arti kata murabbi itu sendiri.

Secara harfiyah murabbi berasal dari kata
rabba – yurabbi – rabban
yang artinya mendidik [didik].

Murabbi adalah isim fa’il yang kedudukan wazannya adalah sebakai pelaku.

Artinya kata murabbi disitu adalah sebagai pendidik, pendidik dalam hal apa?

Banyak hal yang bisa diajarkan oleh seorang pendidik karena pendidik merupakan kata benda yang tergeneralisasi.

Seorang murabbi (pendidik) dapat menyampaikan ilmu, amal, akhlak dan ibrah. Ilmu yang disampaikan oleh murabbi dapat berupa wawasan yang ter up date pada masanya, materi yang telah ada didalam referensi dalam berbagai bidang ataupun wacana/issu yang sedang berkembang di masyarakat.

Amal yang diajarkan oleh murabbi berpedoman pada Al qur-an, As sunnah, ijma’ para shahabah/iyah dan ijtihad ulama yang dapat kita temukan referensinya dari berbagai sumber.

Akhlak yang diajarkan oleh para murabbi tentang kepantasan kita dalam berprilaku yang dinilai shahih atau tidak dalam pandangan dien kita, Islam, dan dalam memecahkan sebuah permasalahan yang sesunguhnya itu akan mendewasakan kita.

Ibrah yang disalurkan dari para murabbi adalah pengajaran yang mulia dari sirah-sirah nabawiyah yang sangat menggetarkan hati dan begitu mudahnya menitikkan air mata karena begitu patuhnya para sahabat akan perintah-perintah Nabi yang merupakan murabbi paling sempurna.
Manusia maksum yang namanya paling diingat dalam sejarah peradaban Islam.

Begitu kuatnya keyakinan mereka para sahabat nabi dalam menjalankan perintah Nabi sehingga apapun keadaannya maka mereka akan siap dengan segala resiko yang akan datang.

🌷🌸🌷
Ijinkan ana sampai kan sebuah kisah
Tentang kekuatan haqqul yaqin pada diri seorang mutarabbi Rasulullah.

Rasulullah usai dari pertempuran melawan salah satu kabilah yang menentang Daulah Islamiyah yang tengah berdiri di Madinah. Pertempuran itu dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan menghalau mereka kembali ke kampung halaman mereka.

Salah seorang dari kabilah itu kembali kerumahnya dan tidak menemui istrinya disana. Ia mengira bahwa istrinya ditawan oleh kaum Muslimin.

Ia bersumpah untuk tidak kembali ke rumah hingga mendapatkan istrinya. Akhirnya ia mengintip pasukan Muslimin.
Rasulallah memerintahkan tentara untuk berhenti ketika malam menjelang untuk menginap hingga pagi.
Beliau meminta dari para sahabat untuk bertugas hirosah (ronda).

Amar bin Yasir dan Ubad bin Bisyr sanggup memikul tugas itu.
Ketika mereka keluar ke mulut gang, si Anshar berkata kepada Muhajir, yakni Ubad kepada Amar.

“Malam yang mana yang kau sukai, awal atau akhirnya?”

“Biarkan untukku awalnya”

Maka si Muhajir, Amar, mulai membaringkan tubuhnya lantas tidur. Sedang Anshar, Ubad, beranjak mengerjakan shalat.

Kemudian datanglah orang itu. Ketika melihat sesosok manusia, ia yakin bahwa orang itu (Ubad) adalah penjaga kaum muslimin, maka ia bidikkan anak panah kearahnya, ia lepaskan dan mengenainya, namun sahabat itu dalam keadaan berdiri. Kemudian dilepaskan anak panah yang lain dan mengenainya hingga sahabat itu meneruskan ruku’ dan sujud.

Setelah itu ia membangunkan sahabatnya dari tidur.

 Amar berkata,
“Duduklah dengan tenang, aku telah bangun.”

Orang itu lantas melompat demi dilihatnya kedua sahabat itu hendak membalasnya, lalu kaburlah ia.

Ketika dilihatnya tubuh sahabat Anshar mencucurkan darah, Amar berkata,

“ Subhanallah, mengapa kau tidak membangunkan aku saat pertama ia memanahmu?”

“Saat itu aku sedang serius membaca satu surat, aku tidak ingin memutuskannya hingga tuntas. Maka panah demi panah mengenaiku, akupun ruku’ lantas membangunkanmu. Demi Allah, kalau bukan karena khawatir aku mengabaikan amanah (tugas) yang Rasulullah perintahkan aku untuk menjaganya, aku biarkan ia membunuhku hingga aku selesaikan bacaanku atau merealisasikan surat itu.

Demikianlah kekhusyu’an mereka, bahkan sebagian meriwayatkan bahwa kakinya sampai terputus dalam keadaan shalat tanpa ia rasakan. Kehebatan macam apa ini?

Kekhusyu’an macam apa jika diantara mereka merasakan istirahatnya dalam shalat?

Bisakah kita seperti sahabat Rasulallah yang sanggup memikul perintahnya dengan mengabaikan segala apa yang menghalangi?

Pertanyaan itu hanya dapat dijawab oleh diri kita, tanyakan pada hati apakah sanggup kita berbuat seperti itu?

“Seorang murabbi itu adalah orang tua bagi mutarabbinya dalam aspek keprihatinan dan soal kebajikan.

Murabbi adalah syaikh bagi mutarabbinya dalam aspek memperbaiki kualitas ruhi agar dapat menjadi sumber inspirasi.

"Seorang murabbi adalah ustadz dalam aspek penyampaian ilmu kepada mutarabbinya. Seorang murabbi juga adalah seorang pemimpin dalam mengarahkan dan memimpin mutarabbinya ke jalan Allah..”

“Di jalan dakwah, tidak boleh kita hanya menerima tanpa memberi.

Komitmen kita ialah memberi buah terbaik kepada masyarakat tanpa mengharap ganjaran yang besar.
Selama matahari masih bersinar, disitulah kontribusi kita”

Peran murobbi berbeda dengan peran ustadz, muballigh atau penceramah pada tataran dakwah ‘ammah.

Jika peran muballigh titik tekannya pada penyampaian materimateri Islam secara menarik dan menyentuh hati, maka murobbi memiliki peran yang lebih kompleks daripada muballigh.

Murobbi perlu melakukan hubungan yang intensif dengan mad’unya. Ia perlu mengenal “luar dalam” mad’unya melalui hubungan yang dekat dan akrab.
Ia juga memiliki tanggung jawab untuk membantu permasalahan mad’unya sekaligus bertindak sebagai pembina mental, spritual, dan (bahkan) jasmani mad’unya.

Peran ini relatif tidak ada pada diri seorang muballigh.

Karena itulah, mencetak murobbi sukses lebih sulit daripada mencetak muballigh sukses.

keberadaan murobbi sangat penting bagi keberlangsungan perjuangan Islam.
Dari tangan murobbilah lahir kader-kader dakwah yang tangguh dan handal memperjuangkan Islam.

Jika dari tangan muballigh lahir orang-orang yang “melek’ terhadap pentingnya Islam dalam kehidupan,
maka murobbi melajutkan kondisi “melek” tersebut menjadi kondisi terlibat dan terikat dalam perjuangan Islam.

Urgensi murobbi dalam perjuangan Islam bukan hanya retorika belaka, tapi sudah dibuktikan dalam sejarah panjang umat Islam.

Dimulai oleh Nabi Muhammad saw sendiri ketika beliau menjadi murobbi bagi para sahabatnya.

Kemudian dilanjutkan dengan para ulama salaf (terdahulu) dan khalaf (terbelakang), sampai akhirnya dipraktekkan oleh berbagai harakah (gerakan) Islam di seluruh belahan dunia hingga saat ini.

Ibarat proses seleksi alam dalam pelajaran biologi, “Yang kuat yang akan bertahan di lingkungan ini,dan yang lemah akan menyerah dalam perjalanan ini”.
Filosofi itu berlaku juga dalam lingkaran halaqah (hub antara murabbi dan mutarabbi)

Ketika awal, jumlah yang begitu banyak  saat memulai dalam lingkaran.
Namun seiring berjalannya waktu, bisa dihitung berapa orang yang masih bertahan di lingkaran itu.

Di lingkaran cinta, selalu ada ilmu yang dibagikan, selalu ada proses saling menasihati satu sama lain. Tak peduli rentang usia.
Karena bukti kecintaan hanya padaNYA ,membuat mengenyampingkan ego senioritas dan junioritas.

Cinta itu harus senantiasa dipupuk, agar tumbuh dengan subur. Cinta itu harus sering disiram agar tidak mudah layu. Cinta itu sesekali mendapatkan beberapa ujian silih berganti.menguji seberapa kuatkah cinta diantara orang-orang yang melingkar dalam lingkaran cinta

Ada yang mundur dalam lingkaran cinta, mungkin dari mereka tidak puas.
Tidak puas dengan sosok murabbi. Terlalu mengharapkan yang lebih dari sosok seorang murabbi.

Jadi ketika murabbi melakukan kesalahan, mutarabbi kecewa dan akhirnya mundur(figuritas) .
Padahal, sosok murabbi bukanlah orang yang sempurna.
Murabbi adalah sosok yang ingin menyampaikan seuntai kebaikan dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.

Mutarabbi yang baik adalah menerima dengan jiwa besar segala kelebihan dan kekurangan seorang murabbi. Karena pada hakikatnya, dalam lingkaran cinta, kita harus saling melengkapi satu sama lain. Senantiasa muhasabah diri, senantiasa menegur satu sama lain,menasehati dalam kebaikan dan tak letih menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.Itulah makna Lingkaran Cinta sebenarnya.

Ada banyak cara untuk meningkatkan rasa cinta dalam lingkaran cinta. Entah antara kita dengan murabbi ataupun kita dengan mutarabbi lainnya.

Misalnya:
Tempat untuk bertemu lingkaran cinta atau kajian dan lain-lain  tidak selamanya sebuah rumah, ataupun masjid di daerah terdekat. Tapi, juga bisa kita adakan dengan cara jalan-jalan ke sebuah kampus atau universitas, atau tempat wisata lainnya. Melingkar sekaligus refreshing
Libatkan mutarabbi atau mad’u dalam setiap kegiatan.

Mungkin banyak murabbi yang berfikir akan merepotkan mutarabbinya. Namun, cara ini mampu untuk meningkatkan rasa “ sense of belonging ” satu sama lain. Karena dengan terlibatnya seorang mad’u dalam acara murabbi. Berarti seorang murabbi merasa membutuhkan bantuan dari seorang mad’u. Dan mad’u pun merasa memiliki rasa tanggung jawab yang lebih.

Jangan segan untuk bertanya apa kekurangan kita.
Jika anda seorang murabbi tanyakanlah kepada mutarabbi anda. Apa hal-hal yang tak disukainya selama ini dalam lingkaran cinta. Karena tanpa disadari kita melakukan banyak kesalahan yang mungkin menyakiti hati mutarabbi kita.

Jangan takut untuk dikritik. Karena kritik itu membangun
Jika kalian saat ini sedang menjadi seorang murabbi, bersabarlah. Perbanyak segala amalan dan jangan pernah merasa ingin mundur menjadi seorang murabbi.

Karena menjadi murabbi bukanlah karena kita telah sempurna akan sebuah ilmu namun kita merasa tidak pernah puas untuk terus belajar,belajar,dan belajar.

Semakin kau selami ilmu yang ada di dunia ini, niscaya kau akan merasa kerdil.Karena begitu banyak ilmu yang masih belum kita ketahui.

Bimbinglah selalu mutarabbi anda dalam jalan ini. Jangan biarkan mereka merasa jenuh dalam lingkaran cinta. Tumbuhkanlah cinta, pupuklah cinta, karena segala sesuatu yang dilandasi dengan cinta semuanya akan terasa menyenangkan.

Perjuangan akan terasa manis.

Hambatan akan mampu dirubah menjadi tantangan untuk meningkatkan kualitas diri.

Rasa rindu akan terasa menggebu.

Karena ADA CINTA DALAM Serial kegiatan melingkar

Wallahu a’lam


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Serra
Bagaimana menjelaskan bahwa dengan kita memiliki murrobi posisi orang tua masih sama!

🌷Jawab:
Baik murabbi maupun orang tua semua nya orang yang harus kita hormati...
Terhadap murabbi atau guru hormati lah sebagai orang yang membimbing kita dan memberikan pemahaman akan agama kepada kita...

Dahulu Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah mengambil (memegang) tali kekang hewan tunggangan Zaid Ibn Tsabit radhiyallahu ‘anhu (untuk menuntunnya) lalu berkata: “Beginilah kami diperintahkan untuk bersikap kepada para ulama.”

“Apabila seorang murid merasa sombong dari mengambil faidah pada seseorang yang tidak terkenal maka dia adalah murid itu adalah orang bodoh. Sebab hikmah itu adalah barang kaum mukminin yang hilang, maka dimana saja dia mendapatkanyya disitulah ia mengambilnya. Hendaknya ia meninggalkan pendapatnya dan mengambil pendapat gurunya, sesungguhnya kesalahan seorang guru lebih bermanfaat bagi seorang murid ketimbang kebenaran dirinya sendiri.” (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin: 16)

Mari kita belajar adab, menghargai guru dan saudara-saudara kita yang mengajari kita ilmu ini. Melalui tarbiyah atau sarana belajar apa saja yang sedang kita geluti.

Posisi orang tua tetap lah orang tua ibu yang telah melahirkan kita mereka yang telah membesarkan kita hormati dan taatlah pada mereka seperti seharusnya.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Ani
Terkadang seseorang lebih menyayangi dan menurut murobinya daripada orang tua nya, hanya karena orang tua yang kadang marah juga demi kebaikan mereka. Bagaimana kita menyentuh hati anak seperti murobinya?

🌷Jawab:
Kenapa bisa seperti itu?
Di sini diperlukan pemahaman dari orang tua bagaimana pola asuh yang benar buat anak-anaknya, ketika seseorang anak berbuat salah apakah akan nurut ketika di marahi?
Kebanyakan tidak mungkin di depan orang tua mereka akan diam tapi di belakang terjadi pembangkangan, tidak setiap kesalahan akan bisa di luruskan dengan marah-marah perlu cara-cara yang lebih Ahsan dengan menghindari memarahinya.
Banyak sekali parenting-parenting yang mengajarkan kita (orang tua) bagaimana cara mendidik anak yang benar untuk itu jangan pernah berhenti untuk belajar dan belajar.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Milla
Ustadz mau tanya kiat sukses dan tips-tips seorang murobbi agar mutarobbi tidak terlalu memfigurkan?

🌷Jawab:
🔹ikhlas
Ikhlas adalah langkah awal bagi seorang murabbi untuk membina sebuah halaqah. Banyak hal yang akan dikorbankan oleh seorang murabbi. Korban uang, tenaga, waktu dan pikiran. Yakinlah bahwa ikhlaslah yang menjadikan segala terasa ringan. Banyak dari kisah para sahabat yang dapat kita jadikan sebagai contoh dari keikhlasan yang sempurna.
Salah satunya Khalid bin Walid. Seorang panglima perang islam yang luar biasa. Yang selalu memperoleh kemenangan dengan strategi perang beliau yang tak terkalahkan. Namun di tengah berkecamuknya perang, Khalid bin Walid menerima surat tentang pemberhentian beliau sebagai panglima perang dan digantikan oleh seorang sahabat, Abu ‘Ubaidah..

Tapi subhanallah, beliau membaca surat tersebut dengan tenang ia menyampaikan salam hormat kepada Abu ’Ubaidah bin Jarrah sebagaimana seorang prajurit menyampaikan penghormatan kepada panglimanya. Abu ’Ubaidah bin Jarrah mengira sang panglima sedang bercanda. Setelah ia tahu peristiwa sebenarnya ia mencium kening Khalid karena takjub kepadanya. Demikianlah, Khalid menerima ”pemberhentian” ini dengan ikhlas.

🔹Menjadi Qudwah
Yaitu keteladanan sang murabbi dengan amal perbuatannya (bukan individu nya) yang secara real tampak jelas pada perilakunya, seperti geraknya, diamnya, bicaranya, atributnya, pandangannya dan ibrohnya, seluruh keteladanan itu adalah buah refleksi dari pengaruh keimanan dan pemahaman dalam kehidupan sang murabbi, dalam rangka memberikan pengaruh keteladanan yang baik (Qudwah shalihah) pada saat kemunculannya di tengah-tengah masyarakat.

Rasulullah telah mengajarkan kepada kita. Bahwa fatwa memang diperlukan, kata-kata nasihat masih dibutuhkan, namun keteladanan lebih dikenang dan lebih terpercaya untuk diikuti. Bagaimana jika ada seorang murabbi yang sering menasihati agar kita zuhud tapi ia sangat stres ketika kehilangan HP dan ketika mampu membeli HP baru ia memamerkannya dengan wajah yang cinta dunia. Mana yang diikuti mutarabbi?.

Kita bisa meneladani kisah salah seorang sahabat yang menjadikan teladan sebagai hal yang harus dimiliki oleh seorang murabbi, Abu Hanifah. Ibnu Al-Mubarrok berkata : ”Pada suatu hari kami berada di masjid jami’. Tiba-tiba ada ular jatuh tepat di dekat Abu Hanifah. Orang-orang pun melarikan diri. Aku lihat Abu Hanifah tetap tenang. Ia hanya mengibaskan ular tersebut, lalu duduk seperti semula.” Coba kita bayangkan kalau Abu Hanifah ketakutan dan ikut lari sebagaimana orang lain. Mungkin orang-orang tidak begitu serius ketika beliau menasihati dan mentarbiyah mereka. Mungkin kewibawaan beliau tidak setinggi setelah peristiwa ini terjadi, setelah mereka benar-benar membuktikan ketenangan sang Imam yang kini lebih populer dengan nama Imam Hanafi.

🔹Faham dan yakin akan fikrah islam
Yaitu pemahaman yang sempurna dan menyeluruh terhadap dasar-dasar keislaman, rambu-rambu petunjuknya dan terhadap apa yang akan didakwahkannya. Serta keyakinan yang kuat terhadap fikrah islam. karena seorang murabbi akan mentarbiyah seseorang yang memiliki akal, perasaan dan pemahaman dan orang tersebut akan merefleksikan apa yang didengar dan diperhatikan dari sang murabbi. Begitu banyak fikrah yang kini juga ikut meyakinkan umat ini akan solusi terhadap problematika kehidupan yang terjadi. Kalau para murabbi kemudian ragu-ragu akan efektifitas dan orisinalitas fikrah tarbiyah, lalu bagaimana dengan para mutarabbinya?

🔹Semangat mempelajari ilmu
Manusia ’tunduk’ pada orang yang lebih ’alim inilah sunnah kauniyah yang harus disadari oleh murabbi. Keikhlasan saja tidak cukup. Kecepatan dalam berharakah saja tidak cukup. Betapa banyak halaqah yang kemudian bubar karena mereka tidak yakin dengan kafa’ah syar’i murabbinya. Kader-kader baru itupun kemudian berkesimpulan, ”kalau tarbiyah hanya seperti ini, lebih baik saya membaca buku di rumah” yang lain berkata ”lebih baik mendengarkan pengajian di kaset dan radio”, yang lain berkata ”lebih baik menghadiri majlis taklim harokah lain”. Seorang murabbi ideal harus senantiasa menambah dan mempelajari ilmu agar tidak terjerumus kearah yang sesat dan menyesatkan.

🔹Berakhlak mulia
”Innamal bu’itstu li utammimma makaarimal akhlaaq”.

Akhlak mulia adalah hal yang mutlak dimiliki oleh seorang murabbi. Jika seorang murabbi memiliki akhlak yang mulia maka mutarabbinya  akan hormat dan kagum kepadanya, sehingga tidak ada halangan yang akan membuat mutarabbi tidak memilihnya sebagai murabbinya.

🔹Tidak berhenti beramal
dakwah ini membutuhkan amal nyata untuk menyelesaikan problematika umat dan menunjukkan amalnya kepada Allah, Rasul, dan kaum mukminin. Dakwah ini harus membuktikan diri bahwa ia adalah rahamatan lil ’alamin. Para kadernya harus mampu menampilkan inilah kader qiyadah mujtamal ’muslim negarawan’. Dakwah ’ammah senantiasa diperlukan bahkan perkembangannya harus sebanding dengan pesatnya pertumbuhan halaqah-halaqah. Dan ini tidak cukup hanya sekedar menjadi murabbi. Pada saat yang sama kita adalah aktifis dakwah, aktifis harokah. Jika murabbi berhenti beramal bagaimana dengan mutarabbinya, bagaimana bisa melahirakan generasi-generasi unggul yang akan menyelesaikan problematika umat ini.

🔹Talkwinner .
Lebih dari sekedar motivator. Seorang murabbi bukan sekedar motivator. Ia adalah guru, orang tua, sekaligus sahabat yang memiliki tugas besar membentuk mutarabbi mencapai muwashshofat kader dakwah. Tugas yang sangat berat dan perlu untuk dilakukan dengan penuh kesungguhan, sabar, do’a, dan tawakal. Maka, seorang murabbi pun perlu mendoakan mutarabbinya setiap ia shalat malam agar dijaga oleh Allah dan ditingkatkan iltizamnya serta menjadi kader dakwah yang mencapai muwashshofatnya.

🔹Al-khibroh binnufus
berpengalaman dalam memahami aspek kejiwaan, karena sesungguhnya lapangan kerja seorang murabbi tidak lain adalah kejiwaan, bergumul dengannya dan menjadikannya sasaran yang pertama dan terakhir dalam proses tarbiyah, sedangkan jiwa tidak seperti gigi sisir, akan tetapi jiwa orang berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang peka dan over sensitif. Ada yang lembut , ada yang keras, bebal dan sebagainya. Disinilah tugas kita sebagai seorang murabbi tidak hanya membimbing tetapi juga mengawal dan memahami.

Dengan memiliki 8 sikap di atas figuritas tidak akan timbul.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Fatihah
Assalamu'alaikum..
Ada titipan pertanyaan tadz. yang intinya:

Bagaimana caranya untuk mengingatkan murabbi yang kurang baik komunikasinya dengan para tetangganya cenderung kurang peduli, beliau hanya sibuk dengan urusan binaannya saja sehingga hubungan dengan tetangganya kurang baik..

Mohon pencerahannya tadz?

🌷Jawab:
Bicarakan dengan baik-baik dengan adab yang benar serta berikan argumen-argumen yang mendukung kenapa kita memberikan saran (kritik) kepada nya.
Insya Alloh dengan semangat pembelajar mr akan mau menerima nya.
Seorang murabbi Takan tabu terhadap kritikan selama cara menyampaikan nya benar.

Wallahu a'lam


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Setiap manusia tidak akan pernah luput dari salah dan khilaf
Terimalah murabbi apa adanya sebagaimana mereka telah menerima kita apa adanya kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar