Rabu, 21 Februari 2018

Hidayah Anugrah Terbesar, Nikmat Tiada Ternilai



OLeh   :  Irnawati Syamsuir Koto

Segala puji bagi Allah yang telah mengizinkan kita untuk bersama sama malam ini, untuk saling mengingatkan, karna saya sebagai penyampai malam ini, juga tidak lebih paham dari temen teman, hanya saja saya ingin membaktikan diri keapada Agama Islam. sedikit yang saya tahu, ingin saya bagikan dengan teman-teman disini.
Semoga bermanfaat

Dan malam ini , insyaa Allah kita akan bahas tentang Hidayah

Hidayah ibarat berlian yang asli.. tidak semua orang yang bisa memilikinya, hanya orang orang tertentu saja.

Hidayah tidak bisa dibeli dengan emas dan uang, tidak bisa diganti dengan pangkat dan jabatan, tidak bisa dibayar dengan Istana , Hidayah adalah karunia bagi hamba pilihan. Maka sungguh amat beruntunglah mareka yang di beri hidayah oleh Allah Ta’ala.

Saudari saudari ku...
Pernahkah terpikirkan bahwa kita tengah berada dalam anugerah yang tiada ternilai dari Dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi, sementara begitu banyak orang yang dihalangi untuk memperolehnya?

Kita dapat berjalan mantap di bawah cahaya yang terang-benderang, sementara banyak orang yang tertatih meraba dalam kegelapan.

Kita bisa tahu ajaran yang benar dari agama Islam ini. Tahu ini haq, itu batil… Ini tauhid, itu syirik…. Ini sunnah, itu bid’ah… Lalu kita dimudahkan untuk mengikuti yang haq dan meninggalkan yang batil. Sementara, banyak orang tidak mengerti mana yang benar dan mana yang sesat, atau ada yang tahu tapi tidak dimudahkan baginya untuk mengamalkan al-haq, malah ia gampang berbuat kebatilan.

Kita tahu apa tujuan hidup kita dan kemana kita kan menuju. Sementara, ada orang-orang yang tidak tahu untuk apa sebenarnya mereka hidup. Bahkan kebanyakan mereka menganggap mereka hidup hanya untuk dunia, sekadar makan, minum, dan bersenang-senang di dalamnya.

Sahabat sahabat ku...
Tidakkah kita melihat perjuangan Nabi Allah Nuh di dalam menegakkan tauhid kepada umatnya? Waktu yang mencapai 950 tahun tidak dapat menjadikan umat nabi Nuh mendapatkan hidayah Allah, bahkan untuk keturunannya sendiri pun ia tidak dapat menyelamatkannya dari adzab, Allah berfirman yang artinya “Dan Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat yang jauh, ‘Wahai anakku! Naiklah bahtera ini bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir’. Dia berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menghindarkanku dari air bah. Nuh berkata, ‘Hari ini tidak ada lagi yang bisa melindungi dari adzab Allah kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun menghalangi mereka berdua, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud:42-43).

Melihat anaknya yang tenggelam, Nabi Nuh berdoa (yang artinya), “Dan Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan), sesungguhnya amalannya bukanlah amalan yang shalih. Maka janganlah engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya Aku peringatkan engkau agar jangan termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Hud: 45-46)

Contoh lainnya adalah apa yang dialami oleh Nabi Allah, Ibrahim. Berada ditengah-tengah orang-orang yang menyekutukan Allah, ia termasuk orang yang mendapat petunjuk. Allah dengan mudahnya memberikan hidayah kepada seseorang yang dikehendakinya, padahal tidak ada seorang pun yang mengajarkan dan menerangkan kebenaran kepadanya, Allah berfirman yang artinya “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada di langit dan di bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat bintang, lalu berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, ‘Aku tidak suka pada yang tenggelam’. Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk padaku, pasti aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku, ini lebih besar’. Tatkala matahari itu terbenam, dia pun berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan! Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya’.” (QS. Al-An’am: 75-79)

Kita coba mengingat kembali kisah mengenai Nabi Luth as. Bisakah kita bayangkan, seorang istri, yang mungkin begitu dekat dengan beliau-pun tidak dapat menyerap sedikit kebaikan yang ada pada diri beliau. Bagaimana juga dengan Rasulullah SAW segala cara dan upaya yang dilakukan beliau untuk mengajak pamannya kepada kebenaran Abu Thalib, tidak sampai membuat pamannya menggenggam Islam sampai ajal menjemputnya. Seorang Rasul yang kita tahu kedudukannya di sisi Allah saja tidak mampu untuk memberi hidayah kepada pamannya, apalagi kita yang keimanannya sangat jauh dibandingkan beliau.

Karena itulah, jangan pernah merasa nyaman dan aman meskipun kita berada di tengah lingkungan yang kondusif, karena sesungguhnya kita hanya dihisab atau dihitung perorangan, pun jangan pula terlalu bersedih jikalau kita berada di tengah lingkungan yang mencekam iman dan Islam kita, karena sesungguhnya Asiah, istri Firaun pun berada dalam jarak yang paling personal dengan sang penantang Tuhan. Pun begitu dengan mashitah keangkuhan fir’aun tak mampu mempengaruhi imannya kepada Allah Azza Wajalla.

🔷💘🔷
Hidayah itu adalah milik Allah Yang Maha Kuasa. Hanya Dia yang mempunyai kuasa veto berhak memilih siapa sahaja hambaNya untuk diberikan hidayah, berjalan dijalan Islam yang benar. Bersyukurlah dengan sepenuh hati   andai terasa diri sudah diberi hidayah dariNya. Tak siapaun yang dapat merasakan  kecuali insan yang telah dipilih olehNya.

Ada dua Hidayah yang merupakan kenikmatan terbesar, sampai-sampai kita sulit mengetahui mana yang lebih utama..

Dua hidayah itu adalah hidayah masuk Islam dan hidayah mengikuti sunnah…

Temen-teman. kita disini Islam karena hidayah apa karena keturunan?

Pada zahirnya memang sebagian kita islam karna keturunan, tapi yakinlah bahwa kita Islam karena hidayah Allah, berapa banyak orang-orang murtad dan dipalingkan Allah hatinya dari Islam?

Sudah sepantasnya kita yang sampai saat ini masih bersyahadat dan masih meng esakan Allah, karena jika  Allah sudah mencabut hidayah Iman Islam ini, maka tak ada lagi artinya hidup kita ini, meski kita hidup dalam kemewahan duniawi.

Betapa banyak manusia yang tidak mendapat kedua hidayah tersebut..
Betapa banyak manusia yang tidak mendapat hidayah masuk Islam dan menjadi orang kafir, naudzubillah..

Ada juga orang yang mendapat hidayah Islam, namun ia terhalang mendapat hidayah mengikuti sunnah..

Sungguh suatu kenikmatan yang tiada ternilai ketika seorang diberi taufiq dan hidayah untuk memeluk Islam dan mengenal serta mengikuti sunnah nabi ‘alaihis sholatu wassalam..Kalau ada yang bertanya ; berapakah harga hidayah tersebut..

Maka cobalah anda menawarkan seorang yang sudah merasakan nikmatnya 2 hidayah ini untuk keluar darinya dengan iming-iming imbalan dunia, 1 miliar, 1 triliyun dan sebagainya. Niscaya mereka akan menolaknya karena teramat mahalnya hidayah tersebut..

Hidayah pertama yaitu mengucapkan 2 kalimat syahadat adalah pintu menuju surga, sebanyak apapun dosanya, masih ada kemungkinan diampuni dan masuk surga, namun mereka yang tidak masuk islam, maka surga haram baginya..

Hidayah kedua adalah mengikuti sunnah, berakidah, bermanhaj sebagaimana para pendahulu kita. Mengikuti salafusholih, menjadi ahlussunnah, ahlul hadits, ahlul atsar, firqotunnajiyah, ath-thoifah al mansurah, Alghuraba, berpegang teguh dengan Al-qur’an dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman salafuna sholih..

Nikmat inilah yang akan menyelamatkan kita dari ancaman neraka, karena hanya satu golongan saja yang dijamin surga, sementara golongan yang menyimpang dari manhaj sahabat, maka mereka terancam dengan neraka, naudzubillah…

Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, yang semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.” [Hadits ini dishahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227]

Dalam Imam at-Tirmidzi disebutkan :
“Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para Sahabatku.”

Saudari saudari ku yang dicintai Allah ....

Saat ini kita telah mengenal hidup dalam Syahadat, kita telah mengenal halal haram, baik buruk....
Apa namanya semua yang kita miliki ini, wahai saudariku, kalau bukan anugerah terbesar, nikmat yang tiada ternilai? Inilah hidayah dan taufik dari Allah l kepada jalan-Nya yang lurus.

Dalam Tanzil-Nya, Allah l berfirman:
“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 213)

Fadhilatusy Syaikh Shalih ibnu Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah ketika menjelaskan ayat al baqarah 213:
beliau berkata, “Allah tidak meletakkan hidayah di dalam hati kecuali kepada orang yang pantas mendapatkannya. Adapun orang yang tidak pantas memperolehnya, maka Allah mengharamkannya beroleh hidayah tersebut. Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Memiliki hikmah, Maha Mulia lagi Maha Tinggi, tidak memberikan hidayah hati kepada setiap orang, namun hanya diberikannya kepada orang yang diketahui-Nya berhak mendapatkannya dan dia memang pantas. Sementara orang yang Dia ketahui tidak pantas beroleh hidayah dan tidak cocok, maka diharamkan dari hidayah tersebut.”

Asy-Syaikh yang mulia melanjutkan, “Di antara sebab terhalangnya seseorang dari beroleh hidayah adalah fanatik terhadap kebatilan dan semangat kesukuan, partai, golongan, dan semisalnya. Semua ini menjadi sebab seseorang tidak mendapatkan taufik dari Allah SWT. Siapa yang kebenaran telah jelas baginya namun tidak menerimanya, ia akan dihukum dengan terhalang dari hidayah. Ia dihukum dengan penyimpangan dan kesesatan, dan setelah itu ia tidak dapat menerima al-haq lagi. Maka di sini ada hasungan kepada orang yang telah sampai al-haq kepadanya untuk bersegera menerimanya. Jangan sampai ia menundanya atau mau pikir-pikir dahulu, karena kalau ia menundanya maka ia memang pantas diharamkan/dihalangi dari hidayah tersebut.
Allah k berfirman:
“Maka tatkala mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati-hati mereka.” (Ash-Shaf: 5)

“Dan begitu pula Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada awal kalinya dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al-An’am: 110) [I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, 1/357]

Berbahagialah dengan hidayah yang Allah Azza Wajalla  berikan kepada kita dan jangan biarkan hidayah itu berlalu.

Mintalah selalu kekokohan dan keistiqamahan di atas iman kepada Dzat Yang Maha Mengabulkan doa.

Teruslah mempelajari agama Allah.

Hadirilah selalu majelis ilmu.

Dekatlah dengan ulama, cintai mereka karena Allah.

Bergaulah dengan orang-orang shalih dan jauhi orang-orang jahat yang dapat merancukan pemahaman agama  serta membuatmu terpikat dengan dunia.

Semua ini sepantasnya kita lakukan dalam upaya menjaga hidayah yang Allah Azza Wajalla  anugerahkan kepada kita.

Satu lagi yang penting, jangan kita  jual agama  karena menginginkan dunia, karena ingin harta, tahta, dan karena cinta kepada lawan jenis.

Sekali-kali janganlah kita  kembali ke belakang. Kembali kepada masa lalu yang suram karena jauh dari hidayah dan bimbingan agama.

Ingatlah:
“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan.” (Yunus: 32)

Kata Al-Imam Al-’Allamah Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi , “Kebenaran dan kesesatan itu tidak ada perantara antara keduanya. Maka, siapa yang luput dari kebenaran mesti ia jatuh dalam kesesatan.” (Mahasinut Ta’wil, 6/24)

Sebuah pertanyaan terakhir sebelum kita tutup kajian malam ini ...

Maka... Setelah kita diberi hidayah ini, apakah kita menjaganya dengan baik ??

Wallahu a'lam


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘


0⃣1⃣ Kiki
Assalamualaikum ibuk

Ada tidak dosa yang tidak diampuni oleh Allah sehiga susah mendapat hidayah?

🌷Jawab :
'Alaikumussalam mba Kiki...

Allah telah menjamin akan mengampuni dosa dosa hambaNya, meski itu sebanyak buih dilautan,  hanya satu dosa yang tak diampuni, yaitu dosa Syirik.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, terbitan Dar Ibnul Jauzi, 3: 129).

Kita tahu bahwa seorang insan tidak pernah lepas dari hidayah dan bahwa ia sangat membutuhkan hidayah melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum, maka berikut ini ada beberapa doa dari al-Qur’an dan as-sunnah agar kita dikaruniai hidayah oleh Allâh.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

"Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pemberi."  [Ali Imrân: 8]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.[10]

اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِيْ وَاْجَعْلِنْي هَادِيًا مَهْدِيًّا

Ya Allâh, teguhkanlah diriku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk dan diberi petunjuk (oleh-Mu).[11]

اللَّهُمَّ اهْدِنِيْ وَسَدِّدْنِيْ ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

Ya Allâh, berilah petunjuk kepadaku dan luruskanlah diriku. Ya Allâh, aku memohon petunjuk dan kelurusan kepada-Mu.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal/baik), dan kecukupan

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ، اِهْدِنِيْ لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِيْ مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

Ya Allâh, Rabb Jibrîl, Mikâ-îl, dan Israfîl. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb Yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau memutuskan hukum di antara hamba-hamba-Mu tentang apa-apa yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran (yaitu, tetapkan aku di atas kebenaran) dari apa yang dipertentangkan dengan seizin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.”

Jangan pernah berputus asa dari rahmat dan  ampunan Allah, selalulah mohon ampunan dan mohon hidayahNya.

Wallahu a’lamu bish shawaab.


0⃣2⃣ Ani
Assalamualaikum wr.wb.
Bunda, saya pernah dengar, hidayah itu bisa dari menuntut ilmu dan ada hidayah langsung dari Allah
Bisa mendengar burung bicara,bisa mendengar rintihan penghuni kubur,bisa memahami suara Guntur atau petir dan lain-lain apakah itu juga termasuk hidayah Allah?

🌷 Jawab :
Itu bukan bagian dari hidayah, hidayah itu adalah petunjuk dari Allah kepada hambaNya, Allah bukakan hijab dihatinya hingga dia melihat dan memahami kebenaran Islam .

Hidayah yaitu mengetahui kebenaran disertai dengan niat untuk mengetahuinya dan mengutamakannya dari pada yang lainnya. Jadi orang yang diberi hidayah yaitu yang melakukan kebenaran dan menginginkannya.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Nene
Bagaimana hukumnya menyesali perbuatan yang sudah berlalu ibu? Meskipun kita tidak mengulanginya, yang telah kita lakukan selalu membayangi. Jazakillah khayran.

🌷Jawab :
Menyesali disini seperti apa?
Jika menyesali dan membuat kita semakin takut kepada Allah dan terus bertaubat itu bagus, namun jika menyesali disini malah membuat kita makin jauh dari Allah , ini yang tidak boleh, meski kita tidak mengulangi nya , namun telah membuat kita jauh dari Allah.

Wallahu a'lam

💎Membuat semakin takut ibu, namun seolah kesalahan itu selalu menempel pada kita. Apakah itu cara Allah agar saya tidak mengulangi lagi?

Ataukah itu cara Allah memberikan hidayah? Di balik sebuah kesalahan?

🌷Mudah-mudahan itulah cara Allah menjaga agar kita tidak jatuh pada lobang yang sama untuk kedua kalinya.
Aamiin ya rabbal 'alamiin

0⃣4⃣ Kiki
Menyambung pertanyaan mba nene ya bu. Kalau terbayang-bayang rasa bersalah dan dosa bagaimana?

🌷Jawab :
Itu hal yang bagus jika darinya kita menjadi insan yang lebih ta'at dan takut kepada Allah Azza Wajalla.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSiNG STaTeMeNT💘

Kita tutup pertemuan malam ini dengan sebuah goresan indah berikut :

Indahnya hidayah-MU itu Ya Allah..
Namun terkadang aku yang kurang peka untuk mengerti kehadirannya..
ENGKAU sungguh maha baik..
Meski berulangkali terabaikanku
Tapi ENGKAU tetap mau mengingatkanku..
Menegurku.. bahkan ENGKAU menamparku dengan cara yang indah..
Sampai aku menyadari bahwa ENGKAU selalu ada dimana aku ada..
ENGKAU yang tak pernah membiarkanku berjalan sendirian dalam gelap..
ENGKAU yang tetap menuntunku hingga aku sampai pada tujuanku..
ENGKAU yang tak akan membiarkanku jatuh terlalu dalam pada jurang dunia..
Begitu banyak yang ENGKAU berikan..
Tapi terkadang aku yang angkuh..

Indahnya hidayah-MU Ya Allah..
Dan aku akan belajar lebih banyak lagi untuk menjadi lebih baik dimata-MU..
Agar ENGKAU tak pernah meninggalkanku..
Agar ENGKAU selalu menjagaku..
Aku akan belajar untuk bisa ikhlas sepenuhnya..
Untuk menjadi hamba yang selalu bersyukur atas nikmat-MU..

Alhamdulillah..

@sridevirahayu


Demikian saja pertemuan kita malam ini, mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian karena saya tidak lebih tahu dari sahabat-sahabat semua.

Ambil yang benar karena itu datang dari Allah, dan buang yang salah karna itu datang dari saya pribadi karena kefakiran saya.

Wallahu a'lam bishowab

Wassalamualaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar