Rabu, 21 Februari 2018

Empat Pertanggungjawaban Dihadapan Alloh ﷻ



OLeh   : Irnawati Syamsuir Koto

Sahabat Sahabat ku para perindu Surga Allaah Azza Wajalla

Hidup kita ini adalah amanah dari Allaah Azza Wajalla, bukan diberikan secara Cuma-cuma saja dan sebuah amanah itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh sang pemberi amanah, layaknya kita dikantor, apapun amanah yang  diberikan oleh pimpinan maka akan kita pertanggungjawabkan padanya, begitu juga dengan dengan Amanah dari Allaah kepada hambaNYA.

Disaat  kita telah sadar bahwa hidup ini adalah ada pertanggungjawaban yang harus kita lakukan maka marilah kita renungkan nasehat Rasulullah berikut ini:

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.”  (HR. At-Tirmidzi)

Dari hadits ini kita dapatkan sebuah penggambaran  tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat, masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Azza Wajalla. Dikala itu Tidak ada orang tua di sisi kita, tidak ada suami atau istri didekat kita, tidak ada anak, tidak ada orang orang yang kita cintai yang biasanya selalu hadir menemani kita, masing masing diri mempertanggungjawabkan amanahnya sendiri, tidak ada lagi tempat bergantung bagi kita, meski dulu kita adalah anak seorang presiden ataupun anak seorang raja sekalipun, Ketika hari kiamat, itu semua akan sirna, semua berdiri dengan dirinya sendiri, mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya ketika di dunia.

Kita akan hadapi masa itu sendiri, dan taukah kita bahwa dikala itupun mulut yang biasanya lancar berbicara inipun dikunci? Dan yang berbicara adalah tangan tangan dan kaki.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan tangan-tangan mereka berkata kepada Kami dan kaki-kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang telah mereka usahakan. (QS Yasin :65)

Tangan adalah anggota tubuh yang paling kerap menjamah dosa dan menjadi alat pemuas angkara. Maka banyak ayat yang mengalamatkan perbuatan dosa manusia sebagai perbuatan tangan manusia.

Sahabat Sahabat ku yang ku cintai karena Allaah.

Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang 4 perkara. Kenapa kita harus ditanya ?

Karena kehidupan adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta'ala. Sekian di antara nikmatnya yang tidak terhitung. Sehingga tidak ada hak sepersen pun bagi seseorang untuk mempergunakan amanat ini sesuai selera hawa nafsu dan keinginannya.

🌷🌸🌷
Temen-teman kita coba masuk ke renungan pada pertanyaan pertama :
🔹Yang ditanya pertama tentang umurnya, karena umur adalah nikmat yang tak bisa ditukar dengan apapun juga,

Umur merupakan karunia Allah yang tidak ternilai oleh materi.
Dengannya manusia mengarungi hidup, diberi kesempatan merenung, berpikir kemudian beramal shalih sebaik mungkin dan sebanyak mungkin.

Niscaya manusia akan merugi apabila hari-harinya berlalu begitu saja, tidak bertambah amal shalihnya dan tidak bertabah ilmunya. Lebih celaka lagi jika mereka malah banyak melakukan perbuatan yang sia-sia, perbuatan mubadzir, bahkan hari-harinya dipenuhi dosa-dosa dan kemaksiatan.

Sungguh usia yang diberikan kepada kita semestinya kita gunakan untuk muhasabah, merenung, mengoreksi diri dan menghisab diri tentang seberapa tinggi ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana Firman-Nya:
Artinya: “…Dan apakah tidak cukup Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?, maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun."  (QS. Fâthir: 37).

Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan sepanjang perjalanan hidup kita akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah ta`ala.

Sekarang mari kita menimbang berapa persentase hari-hari kita yang digunakan untuk berbuat baik dan menyembah Allah. Lalu bandingkan dengan hari-hari kita yang berlalu dengan sia-sia, berbuat dosa dan melalaikan ibadah.

Saya yakin kita sepakat bahwa perbuatan dosa dan maksiat adalah keburukan, namun yang jarang kita sadari adalah begitu banyak waktu yang berlalu sia-sia dan mubadzir. Cobalah kita hitung setiap hari berapa jam waktu yang kita habiskan buat nonton TV, ngobrol ngalor ngidul, bersenda gurau, ngerumpi, main gaple, melamun dan yang lainnya.

Kemudian bandingkan dengan waktu yang kita manfaatkan untuk menyembah Allah, berdzikir, menggali ilmu, menghadiri majelis ta’lim, dan perbuatan baik lainnya.

Umur adalah kesempatan maka janganlah disia-siakan. Sekarang mari kita bertekad bahwa tidak akan ada lagi waktu yang berlalu sia-sia. Kita gunakan usia kita untuk berbuat amal shalih sebanyak-banyaknya sebagaimana hadits Nabi SAW:
Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang bertanya: “Ya Rasulullah siapa manusia yang paling baik?”, beliau bersabda: “Barang siapa yang dipanjangkan usianya dan makin (bertambah) baik perbuatannya”. “Lalu siapa manusia yang paling buruk”, ia bertanya lagi. Beliau bersabda: “Barang siapa yang dipanjangkan usianya namun buruk amal perbuatannya.”  (Sunan At-Tirmidzî, no. 2330).

Seseorang ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan? Tentang catatan kehidupannya dan lembaran hari demi harinya, sehingga Allah mengatakan:
"Kemarilah, bacalah buku catatanmu ini." (QS. al-Haaqqah: 19)
"Bacalah bukumu. Cukuplah bagi dirimu hari ini, sebagai perhitungan." (QS. al-Israa' 14)

Maka dengan segeralah seseorang berbicara dengan lisannya, ingat akan aktivitas- aktivitas dan perbuatan-perbuatan sepanjang hidupnya. Apabila lisannya malas dan terlambat membongkar rahasia atau aibnya, kedua tangan dan kakinya akan berbicara sendiri, lantas mencelanya sendiri, heran akan ucapan dan merasa aneh akan pembicaraannya. Allah berfirman:
"Kulit tangan dan kaki berbicara: Allahlah yang mengajari kami bisa berbicara, sebagaimana Ia mengajari berbicara segala sesuatu." (QS. Fussilat: 21).

Nah bagi yang masih muda.. hati hati...

Waktu muda, kata sebagian orang adalah waktu untuk hidup foya-foya, masa untuk bersenang-senang. Sebagian mereka mengatakan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga.” Inilah guyonan sebagian pemuda tapi meski guyonan tidak sedikit anak anak muda yang terlena, seakan akan dia yakin bahwa usianya akan disampaikan pada usia tua. Bagaimana mungkin waktu muda foya-foya, tanpa amalan sholeh, lalu mati bisa masuk surga. Sungguh hal ini dapat kita katakan sangatlah mustahil. Untuk masuk surga pastilah ada sebab dan tidak mungkin hanya dengan foya-foya seperti itu. Semoga melalui risalah ini dapat membuat para pemuda sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya. Hanya pada Allah-lah tempat kami bersandar dan berserah diri.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al-Fawaid berkata,
“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Wahai para pemuda pergunakanlah usia muda untuk beribadah kepada Allaah Sebab ia adalah puncak kehidupan, kekuatan, dan kegigihan, yang pada dasarnya adalah tak disangsikan lagi masa-masa produktif dan menghasilkan.

Terkadang seorang remaja tidak mengerjakan yang haram atau perbuatan keji karena ia tidak tahu. Atau fasilitas ke arah itu tidak ada. Dan juga terkadang ia berhenti daripadanya namun di masa-masa sudah mulai tua, di saat badan mulai lemah atau harta sudah mulai krisis, atau ia sudah mulai khawatir dekatnya dia dengan kematian. Tobat semacam ini, dinamakan tobat-nya orang yang lemah.

Adapun seorang pemuda, yang di masa antara anak-anak dan ketuaannya dinamis dengan kehidupan (yang baik), mampu mengendalikan diri, inilah pemuda teladan. Sebab pemuda adalah puncak kehidupan, sehingga siapa pun yang menjaga masa mudanya ia akan beruntung di dunia maupun di akhirat.

🌷🌸🌷
🔹Pertanyaan yang ke dua adalah  tentang ilmunya.

 Islam memandang ilmu itu sangat tinggi, dan akan meninggikan derajat orang orang berilmu, Allaah tak membiarkan orang orang Ilsam itu hidup dalam kebodohan
 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah: 11).

Karena itulah seorang muslim itu wajib pintar,tidak boleh menjadi umat yang bodoh, bagi yang sudah berilmu jangan terlena nanti akan ada pertanggungjawaban dari kita terhdap Allaah, Untuk apa ia amalkan? Sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut  ,adakah untuk merampas orang? Adakah ia justru menyembunyikan?. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan begitu saja oleh Allaah. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.

Adakah ia menginjak-injak prinsip-prinsip ilmunya sendiri? Ataukah ia dengan ilmunya memperolok-olok orang bodoh dan mendemonstrasikan perdebatan agar ia populer dengan sebutan orang alim?
Ilmu yang tidak diamalkan, dicela oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengaakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf: 2-3)

Abu Hurairah berkata: “Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti harya yang tidak dinafkahkan di jalan Allah.”
Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Seorang alim masih dianggap bodoh atas apa yang ia ketahui, sampai ia mengamalkannya.”
Malik bin Dinar rahimahullah berkata: “Anda jumpai seseorang yang tidak pernah keliru sedikit  pun dalam bicara, namun seluruh perbuatannya tidak lepas dari kekeliruan."
Kita telah membaca beberapa ayat dari al-Qur'an disertai tafsirnya, maka berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan apa yang telah Anda ketahui dari makna ayat-ayat ini.

Sungguh, para shahabat Nabi mempelajari al-Qur'an dari Rasulullah sepuluh ayat, maka mereka tidak menambah lagi sepuluh ayat lain sehingga mereka mengetahui tentang ilmu dan amal yang terkandung di dalamnya. Mereka mengatakan:
“Maka kami mengetahui ilmu dan pengamalannya.” Sebagaimana hal itu dianjurkan oleh syari'at.
Ibnu Abbas dalam menafsirkan firman Allah:
“Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya,” (Q.S. Al-Baqarah: 121)
Ia berkata:
“yakni mengikutinya dengan sebenar-benarnya.”
 Al-Fudhail berkata,
“Sesungguhnya al-Qur'an diturunkan hanyalah untuk diamalkan, maka orang-orang menjadikan bacaannya sebagai pengamalan.”
Dan kita pun telah membaca beberapa hadits dari Nabi, maka segeralah kita mengamalkannya. Sungguh para shalihin dari umat ini, mereka tidak mempelajari sesuatu kecuali berlomba-lomba untuk menerapkan dan mendakwahkannya, sebagai bentuk  pelaksanaan sabda Rasulullah
“Jika aku perintahkan kepadamu tentang sesuatu maka lakukanlah sesuai dengankemampuanmu, dan apa yang aku larang kepadamu maka tinggalkanlah.”  (HR. al-Bukharidan Muslim)
.Dan karena takut kepada siksa Allah yang pedih, seperti firman Allah
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Nya takut akan ditimpa cobaanatau ditimpa adzab yang pedih.”  (QS. An-Nur: 63)

🌷🌸🌷
🔹Sahabat sahabat ku kita telah bahas umur dan ilmu. sekarang kita coba bahas pertanyaan yang ke tiga, tentang harta.

Dibagian harta ini ada dua pertanyaan sekaligus yang akan kita hadapi, darimana datangnya harta dan kemana kita belanjakan harta tersebut. sedangkan umur, masa muda, dan badan masing-masing hanya dijatah satu pertanyaan dari Tuhan. Ini adalah pertanda bahwa urusan mencari dan membelanjakan harta bukan perkara sepele.

Motivator bilang, punya uang banyak bukanlah penentu kebahagiaan. Harta benda bukanlah sumber kebahagiaan yang hakiki. Tapi sulit menyangkal logika; jika punya uang banyak, hati akan bahagia. Seteguh apapun sang motivator menguatkan hati mereka yang fakir, harta benda adalah sekelumit pesona dunia yang selalu diidentikkan dengan kebahagiaan. Dan karenanya, milyaran manusia pun berlomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya .

Manusia menjadi kalap dalam mengumpulkan harta. Tidak ada lagi istilah bekerja demi sesuap nasi. Manusia harus bekerja demi se-kuintal beras.
Dalam membahas harta bukan berarti disini kita harus takut mencari harta, karna harta merupakan salah satu kendaraan bagi kita untuk menuju surga, jika kita bisa memahami hakikat dari harta tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Bagi tiap-tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta.” (HR At-Tirmidzi dan Hakim)

Harta pada hakikatnya adalah milik Allah Ta’ala. Harta adalah amanat Allah yag dilimpahkan kepada umat manusia agar dia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam saat ini, banyak kita dapati di antara mereka yang tidak perduli lagi dengan cara mengumpulkan hartanya, apakah dari jalan yang halal atau jalan yang haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah meramalkan hal ini dengan sabdanya: ”Nanti akan datang suatu masa, di masa itu manusia tidak perduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram.” (HR Al-Bukhari)

Setiap Muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena banyak manusia yang terdesak masalah ekonomi lalu ia hingga tidak perduli lagi dari mana harta itu ia peroleh. Ada yang memperoleh harta dari usaha-usaha yang batil, misalnya hutang tidak dibayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dan lain sebagainya.

Orang yang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa dari Allah, seperti disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ”Barangsiapa yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka Neraka itu lebih patut baginya (sebagai tempat).” (HR Al-Hakim).

Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infaqkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi disebutkan bahwa harta itu milik Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu untuk dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.

Di dalam Al-Qur’an ada delapan golongan yang berhak mendapatkan zakat, yaitu para fuqara (orang fakir), masakin (orang miskin), amil (pengurus zakat), muallaf (orang yang baru masuk Islam), untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, untuk perjuangan di jalan Allah (jihad fii sabilillah) dan orang yang sedang dalam perjalanan (musafir). Di masa-masa sekarang ini ada beberapa kelompok yang masuk prioritas ulama yang berhak mendapatkan infaq dan shadaqah, yaitu folongan fuqara, masakin danorang yang berjuang di jalan Allah.

Orang fakir adalah orang yang butuh, tetapi tidak mempunyai pekerjaan, sedangkan hidupnya digunakan untuk membantu agama Islam. Jadi orang fakir yang dibantu adalah orang yang hidupnya untuk berjuang di jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha dan tidak melaksanakan syariat Islam. Sedangkan orang miskin adalah orang yang berusaha, tetapi usahanya hanya mencukupi kebutuhan minimalnya dalam keluarganya untuk makan sehari-hari.

Rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal ikhtiar kita bagaimana menjemput rezeki itu
dengan cara-cara yang baik. Akan lebih mulia jika kita mensyukuri rezeki yang
diperoleh dengan menyisihkan sebagiannya untuk diberikan kepada mereka yang
kekurangan. Dengan begitu, semoga Tuhan Yang Maha Kaya melapangkan rezeki
hamba-hamba-Nya yang setia mencari harta di jalan yang halal dan  thayyib

🌷🌸🌷
🔹Kita masuk ke pertanyaan ke 4 yaa, yaitu tubuh.

Tubuh adalah bagian dari Rahmat yang tak akan mampu kita bayar kepada Allaah dengan apapun. karena itu sebagai amanah , maka kita wajib menjaganya. menjaga didunia dan menjaganya di akhirat. Didunia kita jaga dengan tidak membiarkannya sakit, lelah yang sia-sia dan lain-lain. Jika dia sakit maka dia ada hak untuk diobati. Jika dia lelah maka dia ada hak untuk di rehatkan.

Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah di muka bumi ini.

Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang diberikan Allah, manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi, manusia dibebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

Jasmani manusia ini dituntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan diganjar dengan pahala.

Tetapi bila letihnya dalam rangka bermain-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sia-sia letihnya itu, bahkan ada yang akan diganjar dengan api Neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang celaka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ”Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat dan tiap-tiap masa semangat ada masa lelahnya, maka barangsiapa lelah letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barangsiapa yang letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

Inilah tanggungjawab kita kepada Allah nanti di akhirat.

Pada hari mashyar masing-masing manusia akan diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah dikerjakannya selama hidupnya di dunia. Sudah siapkan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu?
Kalau belum, kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang?


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Dian
Bu, jika kita sudah tahu ilmu nya dalam contoh saja tentang aurat dan pakaian. Sedang kita punya teman yang belum mengamalkannya, tapi banyaknya saya tidak berani menegur. Salahkah saya bu? Apakah boleh jika hanya mengingkari dalam hati.
Apakah kelak juga akan dimintai pertanggungjawaban ketika  diakherat?

🌷Jawab :
Sebaik-baik teman adalah yang mengingatkan temannya jika si teman itu salah, apa yang memberatkan untuk menyampaikan kebaikkan dan kebenaran?
Mengingkari itu tidak cukup hanya didalam hati, kecuali memang kondisi yang tidak memungkinkan, misal kalalau disampaikan maka keamanan kita terancam, jika tidak, maka sampaikanlah dan tegurlah teman yang salah.

Tentu saja nanti kita akan ditanyai, kenapa membiarkan kedzaliman kepada Allah didepan mata, orang yang ingkar kepada perintah Allaah adalah orang yang dzalim kepadaNya.

Jadilah orang yang bermanfaat untuk lingkungan, sampaikan kebenaran itu meski kita akan dimusuhi, jangan sampai kita membiarkan sementara kita tahu itu bukan hal yang baik dan benar.

Wallahu a'lam.

0⃣2⃣ Serra
Assalamualaikum.
Masih terkait sama pertanyaan ukhti Dian. Kalau sudah paham tapi tidak mengamalkannya. Baiknya bagaimana menasehatinya?
Misal paham tidak boleh pacaran tapi masih saja pacaran.
Terima kasih

🌷Jawab:
Wa'alaikumsalam wr.wb.
Ajak diskusi serra, karena tidak mungkinbilangg hukum dengan orang yang tahu hukum kan? Karena itu ajak diskusi pendapat dia tentang pacaran, bagaimana pandangan dia dan padangan agama , mudah-mudahan dengan jalan itu dia bisa sadari bahwa apa yang dia lakuin itu bertentangan dengan ajaran agama.

Wallahu a'lam

🔷 Sudah ustadzah tapi dia diam saja dan merasa dunia kita berbeda Ana sampai di labrak pacarnya karena menganggap saya merusak hubungan mereka.  Sementara teman saya hanya bisa diam tidak menjawab.

🌷Tanggung jawab kita adalah menyampaikan mba serra, dia terima atau tidak kita serahkan kepada pribadi masing masing, karena memang tidak semua orang diberi hidayah oleh Allaah Azza Wajalla.

0⃣3⃣ Siety
Bagaimana kalau kita sudah punya suami. Masih chat dengan teman laki-laki sebatas bercanda apa boleh bund?

🌷Jawab :
Tidak pantas atau tidak ahsan bagi seorang akhwat baik dia udah punya suami atau belum untuk chat dengan ikhwan kecuali untuk urusan yang syar'i, apalagi itu dilakukan hanya berdua saja. Jauhilah semua hal-hal yang sia-sia apalagi yang akan mengundang fitnah.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Fia
Afwan Bu Ir..Fia mau tanya.
Kalau kita menghabiskan waktu untuk menghafalkan Al Quran, ketika sudah hafal cepat hilang begitu saja, apa itu juga termasuk sia-sia?
Terimakasih

🌷Jawab :
Tidak ada kata sia-sia dalam rangka penghambaan kepada Allaah mba sayang, jangankan menghafal dan lupa lagi, membaca satu huruf saja ada kebaikkan yang tercatat untuk kita, apalagi menghafalkan Al Qur'an meski kita lupa lagi.
Wallahi tidak ada yang sia-sia dihadapan Allaah jika itu menuju kepadaNya.

Teruslah berbuat dan menghafalkan meski hilang lagi.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Serra
Menghabiskan waktunya menurut kita bermanfaat dengan diskusi  agama islam dengan guru ngaji kita tapi kita jadinya tidak ada waktu bersama keluarga kita di rumah, karena jika di rumah isinya orang terdekat yang belum paham agama islam. Sia-saikah atau bagaimana?
Terima kasih.

🌷Jawab :
Masing-masing punya hak, kita punya hak untuk mendapatkan ilmu, tapi keluarga juga punya hak untuk diperhatikan, disini dibutuhkan management waktu yang baik agar semua bisa dilakukan dengan baik.

Atur lagi waktunya mba serra

Selamat beristirahat, semoga kita dibangunkan disepertiga malam nanti

0⃣7⃣ Fia
Ijin nanya ummu hadi keche..
Kadang ada orang ingin berbagi kebaikan misalnya nulis status, artikel, berupa hadist atau kutipan ayat Al Qur'an, tetapi dilain pihak ada seseorang yang bilang "kamu aja tidak begitu, tidak usahlah sok suci" padahal kadang berbagi ilmu untuk mengingatkan diri sendiri juga.
Mention hal yang demikian seharusnya bagaimana ummu hadi?

🌷Jawab :
Akhirnya mba maduku bertanya,
Ummu Gaza sayang, dimana ada kebaikkan disana ada setan yang mengganggu, biarkan saja orang bicara apa, untuk apa di dengarkan, apakah seorang da'i itu sudah sempurna amalannya sesuai dengan apa yang dia sampaikan?
Saya yakin juga tidak, lantas jika apa yang ktia sampaikan adalah sesuatu yang sudah kita amalkan semua saya yakin tidak akan ada dakwah didunia ini, karena masing-masing orang mempunyai kekurangannya. 
Satu contoh jika Rasul menunggu paman-paman beliau masuk Islam lebih dulu baru mendakwahkan Islam, apakah kita akan menerima kabar baik Islam ini sekarang?
Apakah kita akan menerima agama yang rahmatanlil'alamin ini sekarang?

Jadi biarlah anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, teruslah menyampaikan sembari kita terus memperbaiki diri. 
Gitu ummu gaza sholehah.

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Fia
Afwan Bun.. Bertanya lagi boleh ya.
Untuk mengamalkan ilmu dimulai dari mana dulu bund??
Terimakasih.

🌷Jawab :
Sesuai urutan yang kita ketahui mba fia, jika itu bukan berurutan maka lakukanlah hal yang ringan kita melakukannya. Dan lakukan dulu dari yang wajib baru yang sunnah.

Wallahu a'lam

🔷 Iya.. Selain itu maksud Fia kalau keluarga sendiri ada salah kadang tidak lebih berani mengingatkan daripada ke orang lain. Apakah dengan kita mengingatkan orang lain, berharap ada orang lain juga yang akan mengingatkan kita dan keluarga bagaimana?

🌷Berdakwah kepada keluarga memang berat, apalagi jika kita usianya lebih muda, maka akan tetap dianggap anak-anak dimata mereka, teruslah berdakwah kepada siapa saja, mudah-mudahan Allah membantu menyampaikan dakwah kepada keluarga kita dan teruslah berdoa kepada Allah.

Wallahu a'lam

0⃣9⃣ Bund Atin
Mba Ir gimana ya untuk bisa meningkatkan kualitas ibadah kita jika secara kuantitas sudah cukup

🌷Jawab :
Bicara soal kualitas maka itu kita bicara soal pemahaman kita untuk setiap amalan kita mba q, jika kita ingin berkualitas, hubungan kita dengan sang Khalik harus lebih baik lagi.
Dan caranya adalah dengan mempelajari lebih jauh tentang Allah dan tentang  keistimewaan amalan tersebut, serta memperbaiki niat, karena niat adalah landasan utama kita dalam beramal, jika niat salah maka kualitas tidak ada meski kuantitas sudah banyak.

Namun begitu, jangan sampai kita main hitung-hitungan dengan Allaah soal kuantitas, karena kita tidak akan mampu membayar nimat Allah meski kita telah menghabiskan waktu kita hanya untuk menyembahNya.

Jadi mari kita terus memperbaiki kualitas dan terus meningkatkan kuantitas.

Wallahu a'lam


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSiNG STaTemeNT💎

Allah Azza Wajalla menjadikan hidup dan mati sebagai ujian bagi manusia sehingga dapat diketahui siapakah dari mereka yang paling baik dan sesuai amalnya di hadapan Allah Azza Wajalla. Dari sini kita meyakini bahwa kehidupan dunia tidak bisa dan tidak akan terpisahkan dari kehidupan akhirat.

Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan aktivitas—baik kecil apalagi yang besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan setelah kehidupan ini, yaitu Hari Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal. Maka, setiap jiwa akan dihadapkan ke “mahkamah” Allah Yang Maha adil untuk mempertanggungjawabkan setiap yang dilakukan di masa hidupnya di dunia. Ia akan menghadapinya sendirian; tidak ditemukan lagi jual-beli, apalagi kolusi dan kongkalingkong untuk mengelabui Rabbul- Jalil Allah Azza Wajalla. Semua yang telah dilakukan di dunia akan tercatat secara detail, terdeteksi dengan akurat dan cermat.

Barangsiapa yang melakukan kebaikan sekecil apa pun, dia akan mendapatkannya dalam catatan kebaikan, dan pasti mendapatkan balasan sesuai dengan sifat Allah yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Semoga pertemuan kita malam ini Allah Ridhoi dan Allah beri kita pemahaman serta kekuatan untuk mampu menyiapkan diri menjawab pertanyaan pertanyaanNya diakhirat kelak.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar