Rabu, 21 Februari 2018

Dakwah Zaman Now



OLeh     : Ustadz Erwan Wahyu W.

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

‎الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

رَبِّ اشْرَحْ لِىْ صَدْرِىْ وَيَسِّرْلِىْ اَمْرِىْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِىْ يَفْقَهُوْاقَوْلِى

وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman: 17)

Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya.

Malam ini kita akan sharing dan diskusi tentang Dakwah Zaman Now

Sebelumnya kita urai dulu definisi dakwah itu apa!!!
Nah ada yang berkenan sharing?
Berpendapat yang terpikir pertama kali dalam benak tentang dakwah silahkan diketik.

Kita simpulkan saja seperti ini ya,

Dakwah itu mengajak sebanyak-banyak orang ke Surga

Kenapa definisi ini saya sampaikan?
Karena definisi ini menarik.
Menariknya bagimana?

Jadi gini,,,
Ketika ada kemunkaran, orang pesta-pesta mabuk-mabukan di diskotek.
Ada yang berfikir, wah manusia-manusia laknat, tidak beriman, saya bom saja diskoteknya.
Kira-kira kalau di bom itu orang-orang yang pesta-pesta dan mabuk-mabukan di diskotek lalu pada mati, banyak yang masuk surga atau masuk neraka?

Kalau kemudian ada orang-orang yang belum berIslam secara benar, lalu kita bilang mereka ahli bid’ah atau kita cap kafir.
Kira-kira orang-orang itu makin menjauh atau mendekat?

Nah...
Maka makin jauh pula mereka dengan surga.
Jadi dakwahnya gagal.

Inilah kenapa definisi menarik dan relevan
Saat Islam ini hari dicap radikal dan saat orang-orang mengajak kebaikan bukan dengan cara yang baik.

🌸🌷🌸
Kenapa Kita Harus Berdakwah?

Ngajakin sebanyak-banyaknya orang masuk surga.
Kita berdakwah Karena:
1. Dakwah Adalah Kewajiban syariah

‎وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman: 17)

Allah yang mewajibkan, bukan Rasulullah, bukan Ulama, bukan Ustadz, bukan ketua komunitas dan bukan admin grup.

Dulu banget setiap diutus Nabi dan Rasul, yang dapat kewajiban berdakwah itu ya hanya Nabi dan Rasul tersebut.
Nabi Nuh diperintah Allah mendakwahi kaumnya, Nabi Ibrahim, Nabi Isa dan seterusnya.

Setiap fase Allah utus Nabi dan Rasul dalam Al Qur'an kita kenal 25, tapi aslinya lebih banyak dari itu.
Misalnya Nabi Khidir yang kita kenal di luar yang 25, tapi setelah Rasulullah Muhammad, Allah tidak mengutus Nabi dan Rasul lagi.

Lantas tanggung jawab menyampaikan risalah jatuh pada siapa setelah Rasulullah wafat?
Ya pada kita ummatnya.

2. Karena Rasulullah berdakwah

Rasulullah yang telah dijamin masuk surga saja berdakwah.
Apalagi kita yang tidak ada jaminan masuk surga.
Rasulullah berdakwah jungkir balik, dibully, disambit, didustakan mengalami kekerasan fisik dan psikis.

Kita?
Masa nyiapin snack peserta dan pembicara kajian saja berat
dan tahukah Good Peoples!
Hal apa yang dilakukan Rasulullah menjelang akhir hayatnya?
Ya Berdakwah.

Saat Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di ujung tarikan nafasnya manusia mulia itu masih saja menyampekan pesan dakwah pada Ali bin Abi Thalib.

3. Karena kita Iri dengan Amal Abu Bakar

Rasulullah pernah bersabda;
“Jika ditimbang amal Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan amal sekalian ummat maka lebih berat amal Abu Bakar."

Kenapa bisa seperti itu
Karena Abu Bakar banyak mengIslamkan para sahabat.
Bahkan 4 dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga masuk Islam Karena Abu Bakar (Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abu Waqqash).

Coba kita hitung-hitungan amal Abu Bakar secara kasar.
Saat Utsman Affan menjadi donatur tunggal yang menanggung logistik perang tabuk, Abu Bakar dapat Pahala Utsman tanpa mengurangi pahala Utsman.
Saat Utsman seorang diri membeli sumur orang yahudi dan kemanfaatannya diberikan pada kaum muslimin, Abu Bakar dapat pahala Utsman
Itu baru dari 1 orang.

Itulah mengapa Umar Bin Khattab yang kontribusi bagi dakwah Islam tidak bisa dianggap remeh pun berkata; saya tidak akan pernah menang adu amal dengan Abu Bakar.

4. Karena kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita

Imam Syafi'i pernah berkata:
"Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman baik- itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali."

Diriwayatkan bahwa :
Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, lalu mereka tidak menemukan Sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia.
Mereka bertanya tentang Sahabat mereka kepada Allah:
"Yaa Rabb... Kami tidak melihat Sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami? "Maka Allah berfirman: "Pergilah ke neraka, lalu keluarkan Sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah."
(HR. Ibnul Mubarak dalam kitab "Az-Zuhd")

Cara memperbanyak teman yang dapat saling memberikan syafaat kelak di akhirat adalah dengan berdakwah.

Ada good people yang sudah masuk surga, cari-cari temennya di surga tidak ketemu, tanya sama Allah;

Ya Allah, si Fulannah temen saya dulu berjuang sama-sama saya mengelola kajian, saya moderatornya si fulannah ini yang jemput ustdzahnya, dimana dia Ya Allah?
Owh... temenmu Fulanah ada di neraka, cari dia di sana, kalau di hatinya ada Iman walau sebesar zarrah ajak dia ke surga.

🌷🌸🌷
Bagian kedua
Tantangan Dakwah Zaman Now

1. Dunia Terbalik atau Ironi Zaman Now

Dunia terbalik ini bukan seperti yang di sinetron ya.

- Yang rajin ikut kajian-kajian dianggap teroris >> Yang Hedonis suka ke diskotek dianggap Kekinian,
- Jilbab Besar Old School atau kuno >> Baju minimalis Fasionable,
- Tidak Pacaran Tidak Gaul >> Pacaran Anak Gaul,
- Tilawah 1 hari 1 juz dicurigai >> tidak tilawah rapopo.

Ada binaan saya anak SMA, kalau liburan pulang kampung, kebetulan dia anak kos.
Kalau di rumah dia rajin tilawah, kebetulan member ODOJ.
Rajin sholat berjamaah di masjid, orang tuanya malah bingung, ini anak saya ikut jamaah apa?
Takut anaknya gabung ISIS atau sejenisnya.

Ada Akhwat kuliahan, jilbabnya lebar orang tuanya takut kalau susah cari jodoh.
Lha wong lele di empang dan timun di kebon aja bisa ketemu di warung tegal kok.
Ini bingung anaknya yang sholihah tidak ketemu jodohnya.

2. Era digital, Internet dan Medsos

- 32 juta pengguna internet di Indonesia dan hampir setengahnya (40%) adalah penggila media sosial (Detik 27/9/2017).
- 54.3% milenial mengaku setiap hari membaca media online dari total 600 sampel (Survey CSIS Agustus 2017).
- Generasi milenial Adalah generasi instan; suka yang simple, fast, dan to the point.

Generasi milenial adalah generasi yang lahir tahun 2000 an.
Mereka baca artikel panjang dikit, malas.
Narasi yang bertele-tele itu melelahkan bagi mereka.
Baca majalah dan buku tidak banget.

3. Pergeseran Cara Belajar atau Ngaji

- Generasi milenial suka cara baru dalam pembelajaran; searching, browsing, streaming.
- Dulu ngaji modal Al Qur’an, Kitab dan Catatan sekarang semua digantikan dengan 1 smartphone.
- Pilih Channel, Pilih Pembicara dan Pilih Tema sendiri.

Kalau saya ngisi offline jamaah tari jempol di smartphone saya biarkan.
Karena mereka nyatat pakai smartphone, buka Al Qur'an dan tafsir di smartphone bahkan motoin presentasi saya pakai smartphone
ya walau nyambi chatting sama temennya WAG, Whatsapp Group bisa juga atleast its fun for them.
Itu menyenangkan bagi mereka. Cara belajar baru, langsung bisa share materi ke yang lain.

🌷🌸🌷
Pada bagian ketiga kita bahas Kiat Dakwah Zaman Now

1. Integrasi Dakwah dengan Tehnologi Informasi atau Digitalisasi

- Dakwah lintas Platform (Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, dan lain-lain)
- Konten yang menarik dan viral.
- Pelibatan teknologi yang digarap secara serius untuk berdakwah.

Dakwah sekarang tidak hanya di masjid-masjid.
Di ujung jempol kita bisa menikmati dakwah.
Lewat Youtube kita kenal UAS, Ustadz Abdul Somad, padahal beliau sebelumnya tidak pernah tampil di televisi.
Hanya berdakwah di lokal Riau.

Dakwah yang dikelola secara serius dalam lintas platform juga memberikan keuntungan finansial.
Tim media UAS mampu meraup uang hingga Rp 50 juta setiap bulannya dari Youtube,
rekaman-rekaman Al Qur'an yang diunggah ke Youtube AmmarTV mampu menghasilkan uang hingga Rp 250 juta/bulan (ajp-media.com).

Tapi saya selalu ingat pesen ustadz saya; Dakwah itu seperti menggarap sawah, kalau dalam mencangkul kita dapat belut, jangan sampai belut mengalihkan kita dari misi utama kita menggarap sawah.
Belut bisa ditangkap, cangkul sawah jalan terus.

Akun-akun intagram populer macem love Islam.id juga diendorse oleh produk-produk costumer good yang sekali posting endorsement ada hitung-hitungan fee-nya.
Walau begitu senantiasa kita niatkan untuk tetap cari fee.
Fee-sabilillah

2. Gaya atau Pendekatan Dakwah pada generasi Milenial atau Anti Mainstream

- Wardrobe atau Pakaian.
- Bahasa yang gaul
mainstream ustadz >> pakai baju koko warna putih, pakai peci dan celana bahan.
Anti mainstream: pakai kupluk, pakai kemeja daleman kaos.

Mengajak orang lain ke surga itu kan bagaimana agar pertama-tama orang lain itu merasa bahwa yang ngajak itu adalah bagian dari mereka, hoping, cs, sohib.

Nah sekarang begini; orang-orang yang memahami Islam secara benar atau Mukmin dengan yang masih amah atau muslim saja banyakan mana?

Karena yang mukmin itu adalah orang-orang pilihan.
Extra ordinary peoples
Menurut Hukum Paretto;
Biasa-biasa saja >> 80%.
Luar Biasa >> 20%.

Yang mukmin atau yang luar biasa itu hanya 20%
kita mau dakwah, tapi tampilan kita sudah angker duluan tidak seperti kebanyakan orang.
Peluang kita diterima kecil, kita sudah ditolak duluan, kita sudah kalah sebelum berperang.

Kenapa saya tampilkan foto Ustadz Hanan Attaki?
Supaya kita bisa punya gambaran, yang gaul tapi syar’i itu seperti bagaimana!

Tentang bahasa yang gaul, ini nyambung dengan kiat ke 3.

3. Penyederhanaan Bahasa Al Qur’an

Tadi di depan kita pahami karakter milenial
suka yang simple, fast, dan to the point
Al Qur'an tiada keraguan atasnya, mukjizat sepanjang masa, bahasanya tinggi dan indah, tapi untuk memahaminya harus belajar.
Bahasa arab, minimal bisa membaca huruf arab, baca terjemahannya, tafsirnya, asbabun nuzulnulnya.

Kitab-kitab tafsir kebanyakan berjilid-jilid
tantangannya adalah menjelaskan dalam gambar square 4x4
bagaimana caranya?
Dengan flyer
Bernas, Simple, dan penuh warna.

4. Materi-materi kontemporer disampaikan dengan cara-cara yang kreatif dan sederhana

Ada yang bertanya saat kajian menjelang berbuka;
Ustadz, berkumur-kumur saat puasa boleh tidak?

Ustadz; boleh, asal berkumurnya tidak dengan sesuatu yang ada rasanya, apalagi rasa untuk memiliki.

Dari saya untuk malam ini cukup saja mba’
kita diskusi saja.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Serra
Jadi dakwah perlu ilmu yang banyak ya ustadz. Tapi masih sedikit ilmunya tapi sudah di panggil ustadzah kita harus bagaimana ya ustadz?

🌷Jawab:
Nah ini menarik

كُونُوا۟ رَبّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imran: 79)

Redaksi kalimat terakhirnya adalah urutan proses mengajarkan yang kemudian diikuti dengan proses mempelajarinya. Jika memakai logika manusia dan ilmuwan, maka yang diutamakan adalah proses belajar dulu baru kemudian mengajar. Apa tidak kebalik?

Lha masa Allah keliru.

Perintah Allah untuk menjadi Generasi Rabbani mengajarkan kita bahwa semangat yang harus dibangun adalah semangat mengajarkan, semangat beramal.

Lantas bagaimana dengan ilmunya? Bagaimana belajarnya? Bukankah berdakwah butuh ilmu?
Bukankah beramal butuh bekal?

Yak, benar sekali!
Amal membutuhkan ilmu. Tapi siapa yang bisa jamin kalau berilmu pasti beramal?

Akan tetapi, dengan membangun semangat beramal, kita akan mempunyai tuntutan untuk memenuhi segala kualifikasi diri sebagai seorang penyeru.

0⃣2⃣ Saptawati
Dakwah itu dimulai dari diri sendiri dan keluarga setelah itu baru keluar, bagaimana ustadz?

🌷Jawab:
Tahapan dakwah:
1. Memperbaiki diri sendiri.
2. Memperbaiki keluarga.
3. Memperbaiki masyarakat.
4. Memperbaiki negara atau pemerintahan.
5. Membangkitkan negeri-negeri Islam.
6. Menjadi Soko Guru Kehidupan.

💎Saya tidak paham. Maksudnya bagaimana itu?

🌷Tahapan dakwah;
Memperbaiki diri, lalu pribadi-pribadi yang baik ini membentuk atau memperbaiki masyarakat, lalu anggota masyarakat bersama-sama memperbaiki negera atau pemerintahan, kalau negara Sudah baik atau Islami maka negara tersebut aktif membebaskan negeri-negeri muslim yang masih terjajah atau masih jahiliyah, (seperti Turki yang aktif membela Palestina), kalau negeri-negeri muslim sudah bangkit maka Masyarakat Islam menjadi soko guru peradaban.

0⃣3⃣ Adinda
Bagaimana tentang pribadi yang hanya aktif menuntut ilmu di Medsos Om, cuma kajian di online tapi di dunia nyata malas bertholabul ilmi!

🌷Jawab:
Berguru atau menuntut ilmu itu harus dibimbing oleh guru.

Ulama-ulama terdahulu tidak pernah mencukupkan hanya belajar dari kitab, pun demikian untuk zaman now, tidak cukup dari medsos.

Hal ini kenapa?
Agar sanad ilmunya nyambung (sumbernya jelas), dan agar meminimalisir distorsi ilmu.

Ingat kemarin Allah buka kualitas Ustadz Abu Janda. Saya tidak kebayang follower atau santri cybernya dibimbing ustadz yang serampangan begitu.

Di medsos orang bisa jadi siapa saja, kabar bisa dipelintir sedemikian rupa atau hoax. Maka sanad ilmu dan bimbingan guru atau ustadz itu penting.

Saya suka baca kitab atau buku, streaming kajian via youtube, baca tulisan di medsos, tapi saya tetap punya murobbi atau ustadz.

Itulah mengapa kita harus tawazun, di online ngaji, tanpa meninggalkan kajian offline.

Kalau di ODOJ ada AIHQ untuk online dan ada Kalqulus untuk offline.

0⃣4⃣ Mila
Sudah pakai tadz cara dakwah yang tepat untuk di kantor. Kalau pakai cara dakwah zaman dulu malah dianggap sok alim dan lain sebagainya....

Alhamdulillah mereka bisa menerima dan cepat paham.

🌷Jawab:
Dakwah itu intinya adalah keteladanan, jadi di kantor tunjukkan saja sikap terbaik seorang Muslimah.

Menjadi solusi alih-alih menjadi problem maker.

Menjadi pengayom alih-alih pemecah belah.

Menjadi tempat bertanya atau curhat alih-alih dihindari karena penampilan dan pembawaan yang seram.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSiNG STaTeMeNT💎

Dalam Islam itu kita mengenal Ats-Tsawabit Wal-Mutaghayyirat yang tetap dan yang dapat berubah dalam Islam.

Hal-hal yang sifatnya tetap alias tidak boleh berubah adalah hal-hal yang masuk ranah-ranah aqidah dan ibadah mahdhah.
Sedangkan yang sifatnya tetap adalah yang masuk ranah-ranah ijtihadiyyah.

Dakwah adalah sesuatu yang tetap, Karena Allah perintahkan atau wajibkan dalam firmaNya.
Adapun washilah, cara atau sarana dakwahnya ini memberikan ruang bagi kita untuk berkreasi dan berimprovisasi.

Zaman now adalah fase dimana dakwah butuh improvisasi.
Karena trend adalah sebuah gelombang besar yang tidak bisa dibendung.

Kita tidak ingin dakwah dijual murah seperti yahoo yang pernah menjadi raksasa internet tapi valuasi atau nilainya kian turun.

Kita tidak ingin dakwah seperti Blackberry yang ditinggalkan user smartphone dengan beralih ke android dan ios.

Kita tidak ingin dakwah ditinggalkan secara sadis dan tutup secara tragis seperti kios atau lapak-lapak di mangga dua atau glodok.
Dakwah harus berimprovisasi dan bahkan berevolusi agar tidak tersapu oleh arus gelombang zaman now dan entah zaman apa lagi kelak.

Improvisasi dan evolusi dengan tetap sesuai Al Qur'an dan Sunnah yang dijamin akan selalu kontekstual dengan zaman.

End...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar