Selasa, 25 Agustus 2020

PENTINGNYA AKIDAH DALAM KEHIDUPAN SESEORANG



OLeH  : Ummu Nadia A.

   💎M a T e R i💎

🌷Tauhid : PENTINGNYA AKIDAH DALAM KEHIDUPAN SESEORANG

Akidah secara bahasa artinya ikatan. Sedangkan secara istilah akidah artinya keyakinan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu.

Dalam pengertian agama maka pengertian akidah adalah kandungan rukun iman, yaitu:

(1) Beriman dengan Alloh ﷻ.
(2) Beriman dengan para malaikat.
(3) Beriman dengan kitab-kitab-Nya.
(4) Beriman dengan para Rasul-Nya.
(5) Beriman dengan hari akhir.
(6) Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.

Sehingga akidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati seseorang.  (lihat At Tauhid lis Shaffil Awwal Al ‘Aali hal. 9, Mujmal Ushul hal. 5)

🔷Kedudukan Aqidah Yang Benar

Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.”
(QS. Al Kahfi: 110)

Allah ta’ala juga berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.”
(QS. Az Zumar: 65)

Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka; menyembah kepada Alloh ﷻ saja dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya.

Hal ini telah diberitakan oleh Alloh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang menyerukan ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah).'”
(QS. An Nahl: 36)

Bahkan setiap Rasul mengajak kepada kaumnya dengan seruan yang serupa yaitu, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tiada sesembahan (yang benar) bagi kalian selain Dia.” (lihat QS. Al A’raaf: 59, 65, 73 dan 85).

Inilah seruan yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh Nabi-Nabi kepada kaum mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus sebagai Rasul selama 13 tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid (mengesakan Allah dalam beribadah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu dikarenakan akidah adalah fondasi tegaknya bangunan agama. Para da'i penyeru kebaikan telah menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari jaman ke jaman. Mereka selalu memulai dakwah dengan ajaran tauhid dan perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai permasalahan agama yang lainnya. (lihat At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 9-10).

🔷Sebab-sebab Penyimpangan Dari Aqidah Yang Benar

Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan bencana. Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri. Sebagaimana pernah kita dengar ada remaja atau pemuda yang gantung diri gara-gara diputus pacarnya.

Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.

Jadilah mereka budak-budak dunia, shalat pun mereka tinggalkan, masjid-masjid pun sepi seolah-olah kampung di mana masjid itu berada bukan kampungnya umat Islam. Alangkah memprihatinkan, wallaahul musta’aan.  (disadur dari At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 12)

Oleh karena peranannya yang sangat penting ini, maka kita juga harus mengetahui sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar.

Diantara penyebab itu adalah:

◼️1. Bodoh Terhadap Prinsip-prinsip Akidah Yang Benar

Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau mempelajarinya, tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami akidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar.

Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jalinan agama Islam itu akan terurai satu persatu, apabila di kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.”

◼️2. Ta’ashshub (Fanatik) Kepada Nenek Moyang Dan Tetap Mempertahankannya Meskipun Hal Itu Termasuk Kebatilan, Dan Meninggalkan Semua Ajaran Yang Bertentangan Dengan Ajaran Nenek Moyang Walaupun Hal Itu Termasuk Kebenaran

Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan Alloh ﷻ di dalam ayat-Nya,
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada kalian!’ Mereka justru mengatakan, ‘Tidak, tetapi kami tetap akan mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek-nenek moyang kami’ (Allah katakan) Apakah mereka akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah?”
(QS. Al Baqarah: 170)

◼️3. Taklid Buta (Mengikuti Tanpa Landasan Dalil)

Hal ini terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan akidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya. Inilah kenyataan yang menimpa sekian banyak kelompok-kelompok sempalan seperti kaum Jahmiyah, Mu’tazilah dan lain sebagainya. Mereka mengikuti saja perkataan tokoh-tokoh sebelum mereka padahal mereka itu sesat. Maka mereka juga ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahaman akidah yang benar.

◼️4. Berlebih-lebihan Dalam Menghormati Para Wali Dan Orang-orang Shaleh

Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini benar-benar terjadi hingga ada diantara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib hanya Alloh ﷻ yang mengetahuinya. Ada juga di antara mereka yang berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan musibah. Jadilah kubur-kubur wali ramai dikunjungi orang untuk meminta-minta berbagai hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas menghadap Alloh ﷻ sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali yang telah mati itu sebagai perantara.

Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
“Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat ibadah.”
(HR. Bukhari).

Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan sebagaimana apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi dengan kubur orang selain Nabi?

◼️5. Lalai Dari Merenungkan Ayat-ayat Alloh ﷻ, Baik Ayat Kauniyah Maupun Qur’aniyah

Ini terjadi karena terlalu mengagumi perkembangan kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat. Sampai-sampai masyarakat mengira bahwa kemajuan itu diukur dengan sejauh mana kita bisa meniru gaya hidup mereka.

Mereka menyangka kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan, sampai-sampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka. Mereka lupa akan kekuasaan dan keluasan ilmu Alloh ﷻ yang telah menciptakan mereka dan memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam itu. Ini sebagaimana perkataan Qarun yang menyombongkan dirinya di hadapan manusia,
“Sesungguhnya aku mendapatkan hartaku ini hanya karena pengetahuan yang kumiliki.”
(QS. Al Qashash: 78).

Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa apabila dibandingkan kebesaran alam semesta yang diciptakan Allah Ta’ala. Alloh ﷻ berfirman yang artinya, “Allah lah yang menciptakan kamu dan perbuatanmu.”
(QS. Ash Shaffaat: 96)

◼️6. Kebanyakan Rumah Tangga Telah Kehilangan Bimbingan Agama Yang Benar

Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari).

Kita dapatkan anak-anak telah besar di bawah asuhan sebuah mesin yang disebut televisi. Mereka tiru busana artis idola, padahal busana sebagian mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang harusnya ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Qur’an, merenungkan makna-maknanya dan malas menuntut ilmu agama.

◼️7. Kebanyakan Media Informasi Dan Penyiaran Melalaikan Tugas Penting Yang Mereka Emban

Sebagian besar siaran dan acara yang mereka tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini menimbulkan fasilitas-fasilitas itu berubah menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat Islam. Acara dan rubrik yang mereka suguhkan sedikit sekali menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan ajaran untuk menanamkan akidah yang benar. Hal itu muncul dalam bentuk siaran, bacaan maupun tayangan yang merusak.

Sehingga hal ini menghasilkan tumbuhnya generasi penerus yang sangat asing dari ajaran Islam dan justru menjadi antek kebudayaan musuh-musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir aneh, mereka agungkan akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits menuruti kemauan berpikir mereka. Mereka mengaku Islam akan tetapi menghancurkan Islam dari dalam.

(Disadur dengan penambahan dari At Tauhid li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 12-13).

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Eriska Novelita ~ Pangkal pinang
Assalamualaikum ustadzah,

1. Jika niat kita menghafal karena ingin menjadi hafizh maka itu adalah nafsu. Apakah nafsu ini ditunggangi syaiton?

2. Perbuatan syirik itu sangat tipis. Bagaimana kita tahu bahwa kita telah menyimpang?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

1. Na'am shalihah. Ada juga nafsu yang merujuk ke akhirat dan ada juga yang tidak, sebaiknya niatkan untuk Alloh ﷻ, in syaa Allah dipermudahkan, bukan hanya semata-mata karna ingin menjadi tapi ingin mendapatkan.

2. Contohnya dengan pamali, banyak orang-orang masih percaya dengan adat yang merujuk kesyirikan, setiap daerah pasti punya hal-hal seperti ini.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣2️⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum ustadzah.

1. Pastinya paham betul dengan kondisi yogja.
Kijing atau batu nisan kadang harganya sampai puluhan juta hanya untuk ngeblegi makam orang tua, mungkin akan lebih manfaat bagi mayit kalau uang segitu disedekahkan atas nama si mayit. Tapi bingung bagaimana ngomongnya?

2. Bagaimana hukumnya jika niat sedekah atas nama si mayit diwujudkan dalam bentuk genduri, di paske geblake, bedah bumi, 3, 7, 40, 1000 hari dan mendak pisan 100 pindho?

3. Pasti paham juga kalau Danais DIY habis untuk untuk merti dusun dengan alasan ngundang wisatawan, tapi juga dengan ritual undang setan.

Pertanyaannya bagaimana sikap kita agar bisa ngomong di saat yang tepat?

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

1. Memang terkadang sulit sekali dalam situasi seperti ini dikarenakan tradisi sudah menjadi turun temurun, jika berhasil pun kecil kemungkinan sama halnya seperti pendakwah-pendakwah terkenal di luar sana yang sudah sering mengingatkan, maybe bagi orang-orang awam, Islam tidak serumit itu padahal Islam itu luas.

2. TIDAK BOLEH, syirik.

3. Bicara secara baik-baik, tapi jika mereka tidak terima maka tinggalkan.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣3️⃣ Rochma ~ Bantul
Assalamualaikum ustadzah,

Sering kita lihat orang-orang berziarah dengan menaburi bunga di atas batu nisan, nah itu termasuk syirik bukan ya  yang bisa merusak akidah kita?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

Jika tujuan untuk membersihkan tidak apa-apa shalihah.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣4️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ummi,

Semakin berkembangnya jaman semakin kita dibodohi oleh teknologi perkembangan jaman dan ketika itu pula akidah dinomor duakan bahkan dinomor sekiankan, susah juga kita jika harus selalu mengikuti arus jaman tidak ada habisnya.

Dengan seperti ini cara apa umm,  supaya anak-anak muda di jaman sekarang tidak terbawa arus dalam dunia ini? Dan agar iman-iman mereka selalu tetap dalam pendiriannya, kadang iman itu seperti baterai bisa habis kalau tidak dichas iya kan.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

Hal seperti ini balik lagi kepada diri sendiri shalihah, seseorang tidak akan mau berubah jika tidak ada kemauan.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣5️⃣ Devian ~ Grobogan
Assalamualaikum,

Ummu boleh bagi tipsnya agar niat ibadah kita tetap lurus kepada Alloh ﷻ tanpa ingin di lihat orang lain dan tanpa ada was-was di dalam hati.

Syukran.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

Ingat satu hal, kita beribadah untuk siapa dan tujuannya untuk apa?

Jika sudah paham maka in syaa Allah tidak ada was-was di dalam hati.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣6️⃣ Dini ~ Banten
Assalamu'alaikum...

Ummu, bagaimana menanamkan akidah kepada anak-anak sejak dini, agar ketika ia tumbuh menjadi remaja yang dapat membedakan mana yang hak dan batil?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

Dengan cara menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari shalihah, karena ingatan anak kecil mudah sekali untuk mengikuti apa yang kita lakukan.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣7️⃣ Ayu ~ Boyolali
Saya sangat menyayangi kedua orang tua saya, ustadzah. Beliau berdua itu juga termasuk orang yang berlebihan dalam menyanjung wali, kyai dan ustadz-ustadz beliau ustadzah, bahkan sempat ada beberapa kali mengajak saya untuk ikut bersama masuk dalam kajian bersama kyai beliau, ustadzah.

Tapi saya hanya diam saja, tidak menolak dan juga tidak menerima karena pernah satu kali saya mendengar ceramah pak kyai tersebut saya tidak sreg, ustadzah. Karena beliau dalam ceramahnya seakan-akan tidak membenarkan kelompok organisasi Islam yang lain begitu, Ustadzah.

Ustadzah, karena saya sangat menghormati orang tua saya bagaimanakah sikap saya kepada kedua orang tua saya tentang hal ini dan jikalau nanti seumpama mengajak saya lagi bagaimanakah jawaban saya?

Syukran jazaakillah, Ustadzah.

🌸Jawab:
Jika ummu diposisi kamu, maka ummu tetap mengikut saja, ada banyak pendakwah di luar sana termasuk ummu salah satunya, kita sebagai seorang muslim yang cerdas tentunya tidak menelan serta merta ilmu bukan? Jika itu benar, maka jalankan dan amalkan. Jika salah, maka tinggalkan.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣8️⃣ Hesti ~ Surabaya
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya sebagai seorang yang baru belajar tentang Islam, masih agak rancu antara akhlaq dan aqidah.

Mohon penjabarannya.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

Akhlaq itu merujuk pada perilaku kita sebagai manusia di dalam Islam seharusnya bagaimana. Lalu Aqidah itu kepercayaan atau keyakinan dalam Islam.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

0️⃣9️⃣ Inda ~ Bandung
Assalamualaikum ustadzah,

1. Bagaimana hukumnya mengenai tradisi yang menyebutkan misalnya seorang wanita atau laki-laki belum boleh menikah jika kakak dari wanita tersebut yang belum menikah?

2. Bagaimana hukumnya bersalaman pasca sholat?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

1. Jika tradisi tersebut tidak ada dalam Islam maka itu masuk ke dalam bid'ah.

2. Hukumnya sunnah shalihah.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

1️⃣0️⃣ Yeni ~ Bandung
Assalamualaikum,

Bagaimana caranya menguatkan akidah anak-anak kita di tengah era modernisasi seperti sekarang ini?

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh shalihah,

Dengan cara kita mengajarkan hal-hal yang baik, semuanya terbentuk melalui bagaimana cara kita menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Baiklah shalihah, jazaakillahu khair sudah diberikan kesempatan untuk berbagi dan sharing ilmu yang in syaa Allah bermanfaat dan bernilai kebaikan untuk kita semua.

Jangan putus untuk selalu menuntut ilmu yaa, Karena ilmu itu luas dan ada dimana saja.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar