Selasa, 25 Agustus 2020

KEPRIBADIAN ISLAMI (APA DAN BAGAIMANA)




OLeH   : Ustadz Farid Nu'man Hasan

         💎M a T e R i💎

Bismillahirrahmanirrahim

KEPRIBADIAN ISLAM (Bag. 1)


 ◼️1. Salimul 'Aqidah (Aqidahnya Bersih)

Ini adalah pondasi bagi terwujudnya kepribadian Islami.

Bagaimana yang dimaksud aqidah yang bersih? Yaitu bersih dari  hal-hal yang dapat merusak dan membatalkan aqidah Islam, di antaranya kemusyrikan dan aliran-aliran menyimpang. Bagusnya aqidah seseorang menjadi sebab awal kebaikan hal-hal lain. Buruknya aqidah seseorang  juga menjadi awal buruknya hal-hal lain dalam pribadi seseorang. Inilah air mata iman yang paling berharga bagi seorang pemuda muslim.

Allah Taala menjelaskan betapa dahsyatnya dosa syirik:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa: 48)

Allah Taala juga mengajarkan agar kita konsisten dengan aqidah yang benar, jangan mau disimpangkan oleh penganjur aqidah-aqidah (keyakinan) yang menyimpang:

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS. Asy Syura: 15)

◼️2. Shahihul Ibadah (Ibadahnya Benar)

Benarnya ibadah -baik ibadah mahdhah (ritual khusus yang sudah ada contoh pelaksanaannya) seperti shalat, zakat, haji, dan ghairu mahdhah (ritual umum) seperti sedekah, silaturrahim, dawah-  merupakan efek dari aqidah yang bersih dan lurus. Tidak mungkin seorang yang mengaku aqidahnya sudah bagus, tapi ibadahnya bermasalah. Dalam beribadah seorang pemuda mesti mujahadah (sungguh-sungguh) untuk melakukannya sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan membersihkan niatnya hanya untuk mencari ridha Allah Taala, bersih dari tujuan-tujuan yang salah, seperti riya' (ingin dilihat), sumah (ingin didengar), dan sebagainya.

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُور

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk: 2)

Dalam ayat ini, Allah Taala menguji kita dengan amal perbuatan, yaitu siapakah yang amal perbuatannya lebih baik?  Ayat ini dijelaskan oleh para ulama, di antaranya Imam Al Fudhail bin Iyadh sebagai berikut:

Sesungguhnya amal itu jika benar tata caranya tetapi tidak ikhlas, maka ia tidak diterima. Sebaliknya, jika sudah ikhlas tetapi tidak benar, juga tidak diterima. Jadi, harus benar dan ikhlas. (Imam Ibnu Taimiyah, Majmu Al Fatawa, 1/333)

◼️3. Matiinul Khuluq (Akhlaknya Bagus Dan Kokoh)

Akhlak yang baik seringkali pesonanya lebih dirasa bagi orang lain. Pengaruh kekuatan kata dari seorang ulama sekalipun, jika akhlaknya sendiri tidak sesuai apa yang dikatakannya, maka manusia akan menjauh. Pribadi Islam, pribadi dambaan umat. Akan menampilkan contoh akhlak terbaik, perkataan, pakaian, pergaulan, tidak mudah terpengaruh dengan hal yang negatif, baik saat di rumah,  sekolah, jalan, medsos, kantor, dan sebagainya. Dia menjadi mutiara di antara tumpukan barang lain yang tidak sepertinya.

Datang seorang laki-laki Anshar dan mengucapkan salam kepada nabi, lalu bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا»

Wahai Rasulullah, orang mu’min yang bagaimana yang paling utama? Beliau bersabda: “Yang paling bagus akhlaknya.” (HR. Ibnu Majah No. 4259,  Al Hakim, Al Mustadrak No. 7623, katanya: shahih. Imam Adz Dzahabi menyepakati penshahihan Al Hakim)

Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata:

 سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke surga, maka beliau menjawab: Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik. (HR. At Tirmidzi,   No. 1927. Katanya: shahih)

◼️4. Mutsaqaful Fikri (Berwawasan Luas)

Allah Taala telah mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu, yang dengannya mereka berbeda dengan manusia kebanyakan. Kemuliaan para pemuda, menurut standar ini, bukan karena ketampanan, kekayaan, keturunan, tetapi keimanan dan keilmuannya. Maka, lihatlah sejarah manusia. Catatan mereka yang abadi selalu diisi oleh dua jenis manusia: Para ilmuwan karena ilmunya dan para pejuang karena pengorbanan darah dan nyawanya.

Allah Taala berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الذين يَعْلَمُونَ والذين لاَ يَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az Zumar: 9)

Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:

المراد : العلماء والجهال ، ومعلوم عند كل من له عقل أنه لا استواء بين العلم والجهل ، ولا بين العالم والجاهل

“Maksudnya: orang-orang berilmu dan orang-orang bodoh, dan telah diketahui oleh setiap orang yang berakal, bahwa tidak sama antara ilmu dan kebodohan, dan antara orang berilmu dan orang bodoh.” (Fathul Qadir, 6/273)

Dalam ayat lainnya:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al Anbiya: 7)

◼️5. Qawwiyul Jismi (Kuat Badannya)

Kekuatan fisik seorang pemuda menjadi ciri khas yang paling mudah terlihat. Prestasi-prestasi yang membutuhkan kekuatan fisik, banyak diraih ketika seseorang masih muda; atlet, pemanjat tebing, pendaki, dan sebagainya. Bahkan banyak ibadah Islam yang juga mesti ditopang kekuatan fisik seperti shalat, haji, dan jihad.

Maka, pemuda Islam yang menjadi dambaan umat mutlak mesti memilikinya, karena beban hidup dan tugas yang diembannya tidak ringan. Inilah sebabnya para sahabat nabi generasi awal umumnya adalah para pemuda, hanya sedikit yang usianya di atas empat puluh tahun.

Dari Abu Hurairah Radhiallahyu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. (HR. Muslim No. 2664)

Bersambung...

Wallahu A’lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Gia ~ Sultra
Ustadz, apakah hanya Qawwiyul Jismi saja? Lalu bagaimana dengan akal dan rohaninya?

Mohon penjelasannya ustadz.

🌸Jawab: Bismillahirrahmanirrahim

Untuk akal lihat pembahasan no. 5, mutsaqaful Fikri (wawasannya luas). Ini wilayah akal.

Ruhani, nanti ada dibahasan selanjutnya. Ada 10 poin, kita bahas baru 5.

Wallahu A’lam

0️⃣2️⃣ Sulami ~ Sidoarjo
Point 1 ustadz, salimul aqidah.
Salah satu dosa yang tidak diampuni yaitu dosa syirik. Bagaimana jika dimasa lampau pernah melakukan dosa itu, karena waktu itu belum memahami jika itu masuk kategori syirik.

🌸Jawab:
Jika sudah menyadari bahwa itu syirik. Maka, saat sudah menyadarinya maka: Tinggalkan, sesalkan, dan tekad tidak mengulangi selamanya.

Wallahu A’lam

0️⃣3️⃣ Eriska ~ Pangkal Pinang
Assalamualaikum
Ustadz,

Salimul aqidah.... Hendaknya aqidah kita bersih. Bagaimana cara mendamaikan dua orang yang bertikai dengan bahasa yang kasar.
Inikan artinya prilakunya tidak bersih. Dan bagaimana kaitan dengan keikhlasan dan kegiatan yang tidak mendapat gaji seperti misal admin di suatu grup?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Dalam aktivitas ishlah (perbaikan), tentu cara-caranya juga mesti baik. Tujuan baik, tapi caranya kasar dan tidak baik, tentu hasilnya akan tidak baik. Seperti makanan lezat, tapi bungkusnya adalah kertas kotor. Orang akan menolaknya.

Maka, pelajarilah fiqhud dakwah, bagaimana berdakwah dengan bijak, arif, dan efektif. Tidak sekedar dakwah tapi asal-asalan sehingga justru lahirlah fitnah dan bahaya. Mendamaikan orang yang bertikai hendaknya dengan cara bijak, tidak sarkas, tidak menjatuhkan satu pihak.

Kegiatan yang tidak mendapatkan gaji, dari sebuah kebaikan, tentu sah-sah saja, asalkan dia tetap mampu menjaga ketulusan niat. Jangan berharap yang aneh-aneh, baik upah, pujian, dan lain-lain. Walau hal itu bukan hal yang haram jika diberikan sebab itu adalah penghargaan atas jasanya. Karena upah, bukan berarti mengingkari adanya ikhlas. Sebab upah itu hak. Tapi jika dia lebih menginginkan ridha dan surga-Nya Allah Ta'ala maka itu lebih utama dan termulia.

Wallahu A’lam

0️⃣4️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum,

Apa pendapat ustadz, jika ada seorang yang dibilang ustadz tapi perilakunya tidak Islami?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Sangat disayangkan ya. Itu kabura maqtan 'indallah an taquulu malaa taf'aluun (sungguh besar murkanya Alloh ﷻ kepada orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan).

Kita bisa ambil darinya yang baik-baik saja, adapun yang buruk jangan diambil. Kalau bisa kita luruskan.

Semoga Allah Ta'ala membimbing dia dan kita. Aamiin...

0️⃣5️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz,

Benar tidak sih kalau kepribadian seseorang juga bisa diliat dari tulisan?
Nah, terus ustadz kalau orang yang mempunyai kepribadian yang Islami berarti dia memilki ke 5 nya ini yah, kalau seseorang kurang 1 dalam ke 5 ini seperti misalkan fisiknya lemah apa dia tidak termasuk dalam kepribadian Islam?
Minta penjelasanya yah ustadz.

Terimakasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Tulisan itu lebih pada melihat sisi karakter saja. Apakah dia seorang sabar, tergesa-gesa , humoris, dan lain-lain. Itu ada ilmunya secara psikologis. Ini tidak masalah karena ada penelitian ilmiah, bukan meramal nasib. Ini bukan kepribadian yang sedang kita bahas.

Lima kepribadian ini belum semua, masih ada lima lagi yang belum terbahas. Dari lima ini yang paling urgen adalah no. 1 sampai 3, yaitu aqidah yang benar, ibadah yang benar, dan akhlak yang kokoh. Inilah yang paling awal membangun kepribadian Islam. Tanpa hal-hal ini maka tidak sempurna kepribadian Islamnya.

Wallahu A’lam

0️⃣6️⃣ Dini ~ Banten
Assalamu'alaikum Ustadz,

Bagaimanakah agar ketiga point penting itu bisa diterapkan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari?
Karena terkadang masih merasa futur untuk menjalankan kebaikan.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Agar istiqamah, maka:

(1) Berkumpul bersama lingkungan yang baik, lingkungan yang shalih juga.

(2) Adanya guru yang senantiasa mengontrol kita.

(3) Adanya kurikulum untuk mentarbiyah diri sendiri disaat sedang tidak bersama no. 1 dan 2.

Wallahu A’lam

🔷 Syukron ustadz atas penjelasannya.
Punten tadz, kurikulum disini yang seperti apa?
Apakah yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga?

🌸Bukan, itu cara sendiri aja. Bikin target sendiri, misal jika dia habis berkata-kata kasar maka dia akan melakukan kebaikan A.

Dulu Umar bin Khathab Radhiallahu Anhu, telat berjamaah shalat Ashar, lalu dia menyedekahkan kebunnya. Ini contoh, cara menghukum diri dengan cara yang syar'i.

Wallahu A’lam

🔷 Masya Allah. Jadi harus membuat target untuk diri sendiri.
Syukron ustadz

0️⃣7️⃣ Yeyen ~ Semarang
Apa yang harus kita lakukan agar kita bisa meraih point 1-5 (Salimul Aqidah sampai Qowiyul Jismi)?

🌸Jawab: Bismillahirrahmanirrahim

Masing-masing bagian ada caranya, baik teori dan praktek. Baik teori dan praktek, sebenarnya sudah ada gambaran dan caranya dalam tulisan di atas.

Contoh, tentang Salimul Aqidah, aqidahnya bersih. Maka harus belajar aqidah yang menyimpang itu seperti apa. Apa saja jenis, model, tokoh, sebab,.. Lalu kita jauhi. Lalu apa saja yang bisa membatalkan keIslaman, ini juga harus dipelajari,  lalu kita jauhi dan seterusnya.

Wallahu A’lam

0️⃣8️⃣ Rani ~ Jakarta
Ustadz bagaimana jika ada teman yang sepertinya baik habluminallah nya tetapi habluminannas nya kurang baik. Sebagai teman bagaimana sebaiknya kita bersikap?

🌸Jawab: Bismillahirrahmanirrahim

Dalam hadits Abu Daud, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya tentang faktor apa yang paling banyak menyebabkan manusia ke surga? Beliau menjawab:

1. Taqwa kepada Alloh ﷻ.
2. Akhlak yang baik.

Taqwa kepada Allah Ta’ala kata Imam Ibnul Qayyim adalah simbol bagusnya hablum minallah, sedangkan akhlak yang baik sebagai simbol bagusnya hamblum minannas.

Maka, keduanya ini harus seimbang. Baik ibadahnya, tapi buruk akhlak kepada tetangganya, tetap bisa terancam dirinya ke neraka. Sebagaimana hadits Imam al Baihaqi, bahwa ada seorang wanita yang rajin ibadah shalat, puasa, dan sedekah, tapi lisannya suka mengganggu tetangganya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam katakan dia masuk neraka.

Demikian. Wallahu a'lam

0️⃣9️⃣ Anna ~ Solo
Assalamualaikum Ustadz,

Maaf sebelumnya jika pertanyaan saya menyimpang dari materi.

Bagaimana menyikapi orang-orang disekitar lingkungan tempat tinggal kita yang berlaku dzolim dan tidak adil, terlihat di keseharian mereka juga menjalankan ibadah 5 waktu?

Terimakasih untuk waktu dan jawabannya.

Wassalamualaikum

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Ini sebenarnya sama dengan pertanyaan no. 2. Rajin ibadah tapi buruk akhlaknya, zalim.

Silahkan renungkan hadits berikut, tentang ahli ibadah tapi mulut dan tangannya zalim.

Nabi ﷺ bertanya:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?”

Para sahabat menjawab,

 "Muflis  itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

 Tetapi Nabi ﷺ berkata: “Muflis dari uma-Ku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci ini, menuduh orang lain (tanpa hak), makan harta si anu, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang menjadi korbannya akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka (korban) akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”
(HR. Muslim No. 2581)

Wallahu A’lam

1️⃣0️⃣ Dias ~ Bandung
Assalamua'laikum ustadz, 

Jadi kepribadian seorang muslim yang ikhsan indikasinya ada 1-5 tadi jika tidak terpenuhi kurang ideal. Bagaimana dengan contoh pasangan suami istri dimana satu sama lain saling melengkapi kekurangan masing masing, apakah tidak wajar setiap manusia selalu ada kekurangan?
Mohon maaf jika kurang sesuai materi.

Jazakallah khair

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Manusia itu ada kurang dan lemahnya. Ketika dia kurang di satu hal, maka elok baginya mencoba punya kelebihan disisi lainnya. Ini hal yang wajar. Jika kekurangan itu diisi oleh saudaranya, kawannya, atau istri atau suaminya maka tentu bagus. Itu bagian dari ta'awanuu 'alal birri wat taqwa - saling tolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Wallahu A’lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Menjadi pribadi Islami itu, bukan karena trend dan ikut-ikutan. Tapi karena IMAN dan konsekuensi dua kalimat syahadat kita

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar